Anda di halaman 1dari 10

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.

COM
BEBERAPA ASPEK GEOTEKNIK DALAM PENENTUAN BEBAN GEMPA 1. Pendahuluan Metode untuk menentukan kriteria gerakan seismik tanah untuk perencanaan bangunan tahan gempa umumnya terdiri dari dua bagian yaitu metode : Site Independent dan Site Dependent (US-NRC) 1. Metode Site Independent

Menggunakan bentuk Spektra Respons yang sudah dibakukan yang

diperoleh dari data pencatatan gempa yang sudah ada Kelemahan metode ini Tidak memperhitungkan pengaruh kondisi geoteknik lokal

Rekaman gempa yang dipakai berasal dari kondisi geologis dan

seismologis yang tidak memperhitungkan perbedaan magnetude gempa, jarak epicenter, kedalaman hypocenter serta bentuk mekanisme kejadian gempa (subduction, strike slip atau normal fault)

Contoh spektrum yang ada : Newmark dan Hall, 1969 dan Nuclear Metode ini sangat sederhana dan biaya pengerjaan yang lebih murah

Power Plant Regulatory Guide 1,60 (USABC, 1973)

dibandingkan dengan metode Site dependent. 2. Metode Site Dependent Penggunaan spektrum repons dari rekaman gempa yang memiliki kondisi geologi dan seismologi yang mirip.

Juga digunakan analisis respons tanah lokal (mekanisme sumber

gempa, jarak episenter, kondisi tanah disekitar site dan lapisan tanah tertier)

Pekerjaan ini relatif mahal dibandingkan dengan metode Site

Independent

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.COM
2. Pengaruh Kondisi Geologi

Tahap awal perencanaan : memperkirakan intensitas gempa

(perpindahan, kecepatan dan percepatan) gempa disuatu site yang biasanya dilakukan dengan menggunakan fungsi atenuase Rumusan atenuase ini diturunkan dari hasil analisis statistik suatu data gempa yang didapat dari daerah tertentu

Indonesia belum memiliki rumusan fungsi atenuase sehingga rumusan

fungsi atenuase ini sangat bermanfaat dalam menentukan intensitas gempa di Indonesia.

Kelemahan : rumusan atenuase dari suatu daerah tertentu belum tentu Hal ini terjadi karena atenuase gempa sangat dipengaruhi oleh tipe

sesuai (berlaku) digunakan untuk daerah lain.

makanisme sumber gempa, kondisi lapisan kulit bumi yang dilalui oleh gelombang gempa, jarak lokasi epicenter dan kondisi tanah lokal di site (lapisan tanah tersier). Contoh

Perbedaan karakter atenuase gempa di dua daerah dapat

disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik kulit bumi yang mempengaruhi prilaku gelombang gempa di kedua daerah tersebut. Demikian pula suatu lokasi terletak pada suatu lempang tektonik yang sama, tetapi tidak tidak mempunyai karekteristik fungsi atenuase yang sama Contoh : Suatu lokasi yang terletak pada suatu lempeng tektonik yang sama yaitu Pantai Barat Amerika Utara (US dan Kanada) serta di Pantai Timurnya (gambar 1 dan 2) :

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.COM

Gempa Loma Prieta (Idriss) yang tercatat di stasiun gempa

Californea : Untuk jarak 10 Km intensitasnya tercatat di bedrock relatif konstan dan menurun secara tajam dengan bertambahnya jarak epicenter

Gempa Saquenay yang tercatat di Quebec (Somerville and

Helmberger), Canada Timur, 1990 : untuk jarak 100 Km nilainya relatif konstan dan menurun secara drastis pada jarak lebih besar dari 100 Km Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan kerak bumi yang mempengaruhi transmisi gelombang gempa pada kedua lokasi tersebut.

Data Loma Prieta digunakan untuk Canada Timur Tidak akan

berakibat intensitas gempa yang terlalu kecil dan menghasilkan perencanaan yang tidak aman Data Saquenay digunakan untuk Californea, akan terlalu besar dan perencanaan akan terlalu boros. Gempa Californea (Loma Prieta) lebih cepat mendamping energi dibandingkan dengan gempa Saquenay. Pengaruh kondisi kekuatan batuan terhadap atenuase (Gambar 3) Tanah keras lebih cepat memperlemah kondisi gempa dibandingkan dengan tanah lunak. Pada tanah lunak ada kemungkinan intensitas gempa diperbesar (amplifikasi) contoh gempa di Meksiko.

Pada jarak 50 Km dari epicenter a batuan = 0,04 g, sedangkan yang Rumusan fungsi atenuase yang tercatat pada batuan dasar, tidak bisa

tercatat pada tanah lunak berkisar antara 0,1 g s/d 0,3 g.

digabungkan dengan data gempa yang tercatat di permukaan tanah.

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.COM
Pada pemodelan sampai batuan dasar besar intensitas gempa dihitung dengan menggunakan rumusan fungsi atenuase, sedangkan pada lapisan tanah tersier dimodelkan dengan menggunakan program.

Akibat pencampuran data gempa di batuan dasar dan tanah lunak

(lapisan tanah tertier) mengakibatkan terjadinya standard deviasi persamaan atenuase (Finn, 1993). 3. Kondisi tanah Lokal

Peran tanah lokal (lapisan tanah tersier) sangat penting menentukan

respon suatu site terhadap gelombang gempa Respon gempa yang tiba di batuan dasar dapat diperkuat, dipelemah atau berubah kandungan frekuensinya karena tersaringnya getaran yang berfrekuensi tinggi Intensitas gempa menentukan linier tidaknya respon suatu site yang berpengaruh terhadap periode suatu site. 3.1. Faktor Amplifikasi dan Deamplifikasi pada lapisan tanah tersier. Intensitas gempa menentukan linier tidaknya respons suatu site terhadap gelombang gempa dan tergantung pada faktor amplifikasi dan deamplifikasi

Apabila acceleration yang terjadi di batuan dasar kecil < 0,2 g yang

merambat pada tanah lempung, maka faktor amplifikasi dapat mencapai 3-5 kali dengan respon tanah elastik linier (Idriss, 1991) dan faktor amplifikasi akan semakin mengecil dengan semakin besarnya percepatan gempa yang terjadi Gambar 3.

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.COM
Untuk percepatan 0,4 g, maka percepatan yang terukur di permukaan tanah malah lebih kecil. Dengan kata lain pada gempa yang sangat kuat terjadi deamplifikasi ketika gelombang gempa merambat dari batuan dasar ke permukaan tanah.

Untuk kondisi acceleration yang kecil (<0,2 g) respon tanah masih

elestis linier, maka respon seismik suatu site akan terpengaruh kuat oleh periode alami suatu site, Tn. Hubungan antara Tn dengan kandungan frekuensi gelombang gempa serta ratioimpedensi tanah didefenisikan sebagai berikut : = ( 1vs1 ) /( 2vs 2 ) , dimana = rapat massa lapisan tanah yang dilalui oleh gelombang dan Vs = kecepatan rambat gelombang geser.

Untuk kondisi acceleration yang besar, respon tanah tidak elastis,

telah terjadi pelelehan pada lapisan tanah yang dilaluinya dan bertambahnya damping pada perilaku tegangan-regangan. Tanah lunak mempunyai faktor amplifikasi yang cukup besar

Gempa di Mexico (1985), percepatan yang terukur di batuan dasar =

15 gal, epicenter = 300 Km, Percepatan yang terukur di permukaan tanah 60 gal (diamplifikasi sebesar 4 kali), tingginya plastisitas tanah lempung tersebut. Apabila acceleration yang terjadi di batuan dasar > 0,40 g yang merambat pada tanah, terukur dipermukaan tanah justru < 0,40 g.

Intensitas gempa tersebut dideamplifikasi (diredam) dengan respon

tanah yang sudah plastis dan non linier yang mengakibatkan tingginya faktor redaman tanah (material damping) akibat hysteretic damping dan semakin lunaknya respons tanah pada regangan yang besar.

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.COM

Contoh kejadian gempa San Fernando, tahun 1971, intensitas gempa

yang terjadi begitu kuat, Lokasi sama-sama di Californea Institute of Technology Basement Gedung Athenaeum (ATH) Terletak di atas tanah Aluvium Kedalaman tanah keras 270 m 0,11 g pada arah E W 0,095 g pada arah N-S

Seismological Laboratory (SL) Terletak di atas batuan keras 0,18 g pada arah E W 0,09 pada arah N-S

Percepatan pada arah E W mendapat deamplifikasi sebesar 40 %

dari percepatan pada batuan keras. Deamplifikasi ini dengan respon tanah yang sudah plastis dan non linier yang mengakibatkan tingginya faktor redaman tanah (material damping) akibat hysteretic damping dan semakin lunaknya respons tanah pada regangan yang besar. 3.2. Pengaruh Intensitas Gempa pada Periode Alami (Gambar 5) Selain mengakibatkan deamplifikasi pada intensitas gempa, Respon plastis non linier tanah dapat mengakibatkan bergesernya periode alami (To) atau periode resonansi. Dari gambar 5, terlihat bahwa bergesernya periode alami (bertambah besar) suatu site dengan perubahan intensitas gempa dari 0,30 g menjadi > 0,30 g. Untuk intensitas gempa 0,3 g tanah masih bersifat elastis sedangkan intensitas lebih besar dari 0,3 g respon telah bersifat plastis.

Periode alami suatu site tergantung kepada :

Ketebalan lapisan tanah Kecepatan rambat gelombang geser

Jarak Epicenter ke site yang akan ditinjau

Magnetude Gempa

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.COM
Linier tidaknya respon tanah pada suatu lokasi juga akan dipengaruhi oleh intensitas gempa.

Nilai perbandingan aspec/amax, juga mengalami perubahan untuk nilai a =0,30 g dan untuk nilai a>0,30 g.

3.3. Pengaruh Tipe Tanah Lokal terhadap Respon Spektrum Spectrum respons yang biasanya digunakan untuk perencanaan bangunan tahan gempa adalah yang diusulkan oleh Newmark dan Hall. Spektrum respon ini belum memperkirakan pengaruh kondisi tanah local. Tanah Keras (Rock dan Stiff Soil), Gambar 6

Faktor amplifikasi sebesar 2,8 kali pada periode getar < 0,5 detik Faktor ini menurun menjadi 0,9 kali pada periode getar 1 detik dan 0,5

pada periode getar 2 detik Tanah Lunak (Soft to medium soft clay and sand) Faktor amplifikasi sebesar 2,2 pada periode getar 0,5 detik Faktor ini konstant pada periode 1,2 detik Pengaruh tipe tanah harus diperhitungkan untuk menentukan spektrum respon di suatu site. Bila dua lokasi memiliki jenis tanah yang berbeda, maka akan menerima spektrum respon yang berbeda pula 3.4. Pengaruh Topografi (Gambar 8) Semakin tinggi lokasi suatu daerah dari permukaan laut, maka intensitas gempa yang diterima pada daerah tersebut akan semakin besar.

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.COM
3.5. Pengaruh Sumber Gempa (Gambar 9) Gempa yang bersumber dari daerah subduksi umumnya adalah gempa dalam (Patahan San Andreas di Californea dan Java Tranch di Pantai Barat Sumatera, Jawa, Bali dan NTT) yang mempunyai kandungan frekuensi yang berbeda dengan gempa dangkal.

Gempa dalam biasanya mempunyai gelombang permukaan Akibatnya akan memberikan spektrum respon yang lebih

yang lebih sedikit, (T kecil),T=pridominant periode.

rendah pada periode tinggi (T besar).

Gempa Strike-Slip umumnya adalah gempa dangkal dengan T Rumusan fungsi atenuase untuk gempa subduksi harus dipisah

yang besar (contoh El-Centro, 1940). dengan gempa strike slip. 3.6. Pengaruh Jarak Epicenter (Gambar 10), Mohraz, 1992

Percepatan gempa yang sampai di batuan dasar dianggap

mempunyai kandungan frekuensi yang sama dan tidak tergantung pada jarak site ke episenter

Gempa near-field : mempunyai respon yang tinggi pada periode

yang rendah (bangunan rendah) tetapi akan mengecil secara drastis dengan bertambahnya periode

Gempa far-field : memberikan respon yang hampir sama

dengan gempa near-field pada periode rendah, tetapi responnya akan terlihat konstan sampai periode sekitar 1 detik. Adanya perubahan kandungan frekuensi gempa dengan semakin jauh jaraknya suatu site ke epicenter.

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.COM
Semakin dekat lokasi ke site, respon dinamik batuan/tanah di site tersebut menjadi tidak linier lagi karena kuatnya intentitas gempa. 4. Tinjauan Terhadap Peraturan Gempa Indonesia

Untuk Indonesia Bagian Barat, umumnya terjadi gempa akibat

Subduction, sedangkan pada bagian Timur akibat Strike-Slip-fault, sehingga faktor amplifikasi rumusan atenuase yang dipakai di Indonesia Bagian Barat, tidak sama dengan Indonesia Bagian Timur.

Rekaman gempa yang diperoleh dari pencatatan gempa subduction

tidak dapat digunakan untuk mensimulasikan respon struktur akibat gempa strike-slip. Besar gaya gempa yang bekerja pada bangunan : V=CIKWt, dimana : I = Faktor keutamaan Bangunan K = Jenis struktur bangunan/ductilitas/factor system structure Wt = berat struktur bangunan C = A/(fx) = Faktor respon seismik (efek tanah lokal) V = besar gaya gempa yang bekerja pada bangunan A = Percepatan maksimum gempa di permukaan F = factor bahan bangunan = Faktor ductilitas Input gerakan gempa yang dipakai di Indonesia umumnya data gempa strike-slipe-fault yang berasal dari gempa dekat, sedangkan yang mengancam kota Jakarta berasal dari gempa Subduction (gempa jauh)

WWW.SCI-GEOTEKNIK.BLOGSPOT.COM
dari bawah pulau Jawa sehingga akan memberikan respon spectra yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai