Anda di halaman 1dari 11

Hasil dan Pembahasan 1.

Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan Pengamatan keanekaragaman makhluk hidup (hewan, tumbuhan) dilakukan dengan mengamati adanya variasi yang terdapat pada hewan dan tumbuhan, melihat persamaan dan perbedaan sifatnya dan sifat yang paling banyak mengalami keragaman. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan tumbuhan yang berupa Bunga Bougenvile, Bunga Kamboja, Tanaman Puring dan hewan yang berupa Ikan Cupang, Jangkrik dan Ikan Mas. Pada pengamatan 4 bunga bougenville yang berbeda dilihat sifat-sifat seperti bentuk, warna, tekstur daun pemikat serta bentuk dan warna calyx. Persamaan yang ditemukan yaitu , daun pemikat memiliki bentuk ujung daun yang meruncing dan calyx siklik. Perbedaan yang ditemukan adalah warna daun pemikat yang berbeda yaitu ungu, ungu dengan tepi keemasan, oranye dan merah. Kemudian tekstur daun pemikat ada yang halus, agak halus dan kasar. Bentuk daun ada yang bulat dan ada yang lonjong. Warna Calyx pun beragam, ada yang hijau, orange , hijau dengan ujung berwarna ungu dan merah. Pengamatan selanjutnya adalah tanaman puring Sifat yang diamati adalah bentuk dan warna daun. Terdapat perbedaan antara sifat daun yang satu dengan yang lain. Bentuk daun pertama simple dengan tulang daun menyirip dan warna (dalam satu tanaman) hijau kekuningan, kuning kehijauan, dan merah kehitaman. Bentuk daun kedua seperti cakar ayam dan warna daun merah kehijauan. Bentuk daun ketiga lanset dengan warna hijau bercorak kuning. Sifat pada 5 Ikan cupang yang diamati berikutnya meliputi bentuk dan warna tubuh dan sirip. Persamaan yang dilihat adalah bentuk tubuh yang lonjong pipih. Perbedaan yang terlihat yaitu pada warna tubuh dan sirip. Cupang 1 memiliki warna tubuh orange dengan corak pink dan sirip orange gelap. Cupang 2 memiliki warna tubuh cokelat muda pudar dengan 2 garis hitam, dan sirip merah selaput biru. Cupang 3 memiliki warna tubuh merah gelap dengan sirip merah. Cupang 4 memiliki warna tubuh biru dengan sirip biru kemerahan. Cupang 5 memiliki warna tubuh biru gelap semakin menuju ekor warnanya lebih cerah dengan sirip berwarna merah kebiruan.

Sifat pada Jangkrik yang diamati adalah warna kepala, antena, abdomen , mata faset serta jumlah kaki dan sayap. Persamaan yang diperoleh adalah memiliki mata faset dan antena berwarna hitam, kaki 3 pasang dan sayap 2 pasang .Perbedaan terletak pada warna kepala, ada yang hitam dan ada yang cokelat. Kemudian warna abdomen juga ada yang hitam dan cokelat. Pengamatan pada ikan hias dan non hias didasarkan pada sifat yang meliputi ukuran tubuh dan sirip, bentuk mata, warna tubuh, ada atau tidaknya juluran pada mulut, dan bentuk sisik. Perbedaan yang teramati yaitu bentuk tubuh ikan hias kecil, ramping dengan mata kecil bulat, ukuran sirip kecil, tidak ada juluran pada mulut, warna tubuh orange dan putih dan sisik berbentuk segilima. Sementara bentuk tubuh ikan non hias besar dengan mata dan ukuran sirip yang besar, terdapat juluran pada mulut, warna tubuh hitam dengan corak emas dan sisik berbentuk bulat. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bunga kamboja melihat sifat warna , ukuran dan kelopak. Pada kamboja 1 terlihat berwarna kuning, putih dan pink dengan ukuran paling besar dan kelopak yang tipis. Kamboja 2 berwarna kuning, putih, ukurannya kecil dan kelopak tebal. Kamboja 3 memiliki warna kuning, putih dengan ukuran kecil dan kelopak paling besar. Maka dapat disimpulkan bahwa ketiganya berbeda dalam hal warna ukuran dan ciri kelopaknya. Persamaan yang diperoleh pada pengamatan paling banyak dari bentuk dan struktur antara individu yang sejenis. Perbedaan sifat yang paling banyak dan beranekaragam adalah dalam hal warna. Warna sangat beragam, terlebih pada bunga. Walaupun struktunya hamper sama, namun warnanya mengalami variasi . Dalam satu jenis terjadi keragaman sifat dan juga persamaan. Keragaman sifat pada satu jenis dinamakan variasi. Variasi memiliki pengertian yang lebih spesifik dibandingkan keanekaragaman yang sifatnya begitu umum. Variasi dapat timbul akibat adanya keanekaragaman tingkat gen, yaitu saling berbedanya sifat antar satu individu dengan individu lain walaupun masih dalam jenis yang sama. Persamaan dapat terbentuk ketika gen menempel pada lokus yang sama antara individu satu dengan lainnya. Namun, keragaman sifat dapat terjadi selain karena perbedaan genotip dan penempelan gen pada lokus, dapat pula karena lingkungan. Faktor lingkungan dapat berupa intensitas cahaya matahari, nutrisi, kebersihan, dan

sebagainya. Maka ketika fenotip dibentuk dari genotip, sewaktu-waktu dapat berubah. Contohnya ikan cupang pada awalnya memiliki kulit yang tidak mengkilat namun karena faktor asupan nutrisi yang tepat maka kulitnya dapat mengkilat.

Kesimpulan Keanekaragaman menggambarkan keadaan bermacam-macam suatu benda yang dapat terjadi karena adanya perbedaan sifat. Keanekaragaman pada makhluk hidup dapat berupa keanekaragaman tingkat gen , jenis dan spesies. Pada keanekaragaman tingkat gen, kita dapat mengamati adanya variasi, Variasi adalah perbedaan sifat fisik (fenotip) yang terlihat dalam satu spesies. Variasi dapat terbentuk akibat perkawinan dua individu sejenis yang nantinya menghasilkan varietas. Pengamatan keanekaragaman tumbuhan dan hewan dilakukan dengan menggunakan Bunga Bougenvile, Bunga Kamboja, Tanaman Puring dan hewan yang berupa Ikan Cupang, Jangkrik dan Ikan Mas. Dari hasil pengamatan disimpulkan bahwa persamaan yang paling banyak adalah dalam hal bentuk. Di lain pihak, perbedaan terletak pada hal warna yang sangat bervariasi. Perbedaan fenotip ini selain karena factor genotip yang mendasar, namun dapat pula dipengaruhi oleh factor lingkungan. Lingkungan yang berbeda dapat menghasilkan varietas yang berbeda pula. Faktor lingkungan tersebut dapat berupa intensitas cahaya, asupan nutrisi dan sebagainya,

Hasil dan Pembahasan

2. Keanekaragaman Manusia Pada pengamatan keanekaragaman yang dilakukan untuk mengetahui adanya variasi sifat pada umumnya khususnya sifat fisik dan melihat persamaan sifat terbanyak dalam populasi ini , menggunakan sampel manusia. Ciri/sifat yang diamati pada pengamatan adalah jenis kelamin (XX/XY). bentuk/struktur daun telinga menggantung/menempel (DD/dd), ada tidaknya lekuk pipi (PP/pp), ada tidaknya widows peak (WW/ww), bentuk rambut keriting (KK/Kk/kk), dapat atau tidaknya pembengkokan ibu jari (JJ/jj), dapat atau tidaknya lidah berlekuk (LL/ll), panjang bulu mata (BB/bb), ibu

jari membentuk sudut (II/ii), warna rambut hitam/coklat (HH/hh), golongan darah (A/B/O/AB), tapak kaki melengkung/tidak (TT/tt). Pada seifat tersebut dikaetahui adanya sifat dominan dan resesif dilihat dari genotipnya. Pada individu pertama didapatkan bahwa ia berjenis kelamin laki-laki (XY), memiliki golongan darah B, daun telinga menggantung (DD), tidak adanya lesung pipit (pp), adanya widows peak (WW), rambut ikal (Kk), Ibu jari tidak dapat dibengkokkan (jj), lidah dapat menggulung (LL), bulu mata pendek (bb), ibu jari dapat membentuk sudut (II), warna rambut hitam (HH), Tapak kaki tidak melengkung (tt). Pada individu kedua didapatkan bahwa ia berjenis kelamin perempuan (XX), memiliki golongan darah B, daun telinga menggantung (DD), tidak adanya lesung pipit (pp), tidak adanya widows peak (ww), rambut lurus (kk), Ibu jari tidak dapat dibengkokkan (jj), lidah dapat menggulung (LL), bulu mata panjang (BB), ibu jari dapat membentuk sudut (II), warna rambut hitam (HH), Tapak kaki melengkung (TT). Pada individu ketuga didapatkan bahwa ia berjenis kelamin perempuan (XX), memiliki golongan darah B, daun telinga menggantung (DD), tidak adanya lesung pipit (pp), tidak adanya widows peak (ww), rambut ikal (Kk), Ibu jari tidak dapat dibengkokkan (jj), lidah dapat menggulung (LL), bulu mata panjang (BB), ibu jari dapat membentuk sudut (II), warna rambut hitam (HH), Tapak kaki melengkung (TT). Pada manusia, anak kembar yang lahir secara identik saja pasti terdapat perbedaan , terlebih manusia yang tidak kembar. Namun dalam perbedaan tersebut terletak persamaan-persamaan sifat fisiknya (fenotip). Pada saat lahir, manusia telah dibekali sifat fisik yang sesuai dengan genotipnya. Namun seiring perkembangan waktu keadaan itu dapat berubah karena lingkungan. Akibat adanya pengaruh lingkungan ini maka individu yang bergenotip sama kemungkinan akan mempunyai fenotip yang berbeda. Misalnya dalam hal warna rambut. Warna rambut pada individu satu dan dua adalah hitam sementara pada individu dua mengalami perubahan menjadi coklat kemerahan, akibat sering terpapar sinar matahari yang mengubah warnanya. Ketika dilakukan pengamatan, individu dua dan tiga hampir memiliki ciri secara genotip yang sama. Namun ketika dibandingkan antara keduanya, sifat fenotipnya berbeda. Tidak terlihat mirip namun memiliki genotip yang sama. Contohnya , individu dua dan tiga memiliki genotip TT yang secara fenotip diterjemahkan menjadi tapak kaki

yang dapat melengkung dominan terhadap yang tidak dapat melengkung. Namun bentuk dan panjang lengkungan tapak kaki tidak terlihat sama. Ini dapat terjadi karena factor lingkungan itu sendiri, seperti perbedan asupan gizi ke dalam tubuh, penggunan alas kaki yang terlalu sempit dan lain sebagainya.

Kesimpulan Pada manusia, tidak ada ciri-ciri fisik yang tepat sama walaupun individu kembar identik sekalipun. Bahkan induk tidak dapat sama persis seperti anaknya karena hanya beberapa sifat yang menurun secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada pengamatan keanekaragaman manusia ini ditemukan bahwa individu satu dengan yang lainnya mempunyai fenotip yang tidak benar-benar persis dan mirip walaupun genotip mereka sama. Perbedaan pada manusia dapat terjadi secara genetic maupun karena pengaruh factor lingkungan. Karena adanya pengaruh lingkungan ini maka individu yang bergenotip sama kemungkinan akan mempunyai fenotip yang berbeda. Manusia memiliki tingkat variasi yang lebih tinggi daripada makhluk hidup lainnya , karena ketika makhluk hidup lain banyak terdapat persamaan, manusia sangat beragam pada fenotipnya. Maka itu kecil kemungkinan dilihat persamaannya.

Hasil dan Pembahasan Percobaan isolasi DNA pada buah berdaging lunak (melon), hati ayam dan bawang diawali dengan mengekstraksi semua bahan dengan menghaluskannya namun tidak secara berlebihan karena dikhawatirkan akan merusak struktur DNA. Setelah mengekstraksi semua bahan-bahan dalam gelas beaker yang berbeda, dilakukan pemindahan ekstrak ke dalam gelas kimia/labu enlemeyer. Kemudian menambahkan garam dan deterjen. Garam memegang peran penting yang lain untuk menghilangkan protein dan karbohidart karena garam dapat menyebabkan kedua terpresipitasi dan bersama sama dengan detergen, keduanya berfungsi seperti halnya lysing buffer ( Dollard, 1994 ). Detergen dapat melisis/merusak struktur membrane yang terdiri dari lipid yang terdapat pada bagian luar DNA. Setelah mencampurkan kedua bahan ke dalam ekstrak , ditambahkan air, kemudian dilakukan pengadukan perlahan agar tidak terdapat buih pada larutan. Buih dapat menyebabkan kesalahan penglihatan/ kurang jelasnya cincin DNA yang terbentuk kemudian. Selanjutnya ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Boleh disaring terlebih dahulu boleh juga tidak disaring. Penyaringan ini bertujuan agar tidak terdapat banyak buih dan buah yang dapat membuyarkan larutan.Tunggu beberapa saat setelah larutan mengendap , kemudian dimasukkan kedalamnya beberapa tetes isopropyl alcohol absolute dingin melalui dindig tabung reaksi. Fungsi dari penambahan alkohol yaitu untuk mengikat strand DNA yang telah terkumpul. Strand strand DNA yang terikat oleh alkohol akan nampak sebagai benang benang putih yang terapung diatas filtrat. Selain itu alkohol juga berfungsi mempertifikasi DNA. Alkohol yang ditambahkan dalam keadaan dingin, karena pada alkohol yang dingin dapat membantu mempercepat proses mempertifikasi DNA. Selain itu jika alkohol yang dingin yang diberikan maka konsentrasi DNA yang akan terikat oleh alkohol tersebut akan semakin peka Dari data pengamatan diperoleh bahwa pada ekstrak melon, hati ayam dan bawang terdapat 3 lapisan. Lapisan terbawah merupakan endapan, lapisan tengah terdapat lapisan putih tipis yang merupakan DNA dan lapisan teratas adalah isoprophyl dingin. Terlihat pula lapisan tipis berwarna hijau diantara DNA dan lapisan endapan. Lapisan ini merupakan lapisan detergen yang bercampur dengan lipid membrane sel. Pada saat diamati, struktur DNA semakin lama semakin berikatan satu dan lainnya dan membentuk struktur dengan body mass yang semakin kecil dan terlihat ringan seperti kapas yang dinamakan cincin DNA. Ketika semakin banyak DNA

berikatan maka beratnya semakin ringan dan akhirnya cincin DNA ini dapat bergerak ke atas menjadi lapisan pertama. Seiring dengan banyaknya membrane sel yang mengalami lisis, maka semakin banyak struktur DNA yang bergerak ke atas, kea rah cincin DNA.

Kesimpulan Percobaan isolasi DNA ini menggunakan bahan melon, hati ayam, dan bawang merah. Dilakukan dengan proses ekstraksi, penambahan garam dan detergen, juga alcohol absolute dingin (berupa isopropanol). Garam berfungsi untuk menghilangkan protein dan karbohidrat karena garam dapat menyebabkan keduanya terpresipitasi. Detergen dapat melisis/merusak struktur membrane yang terdiri dari lipid yang terdapat pada bagian luar DNA. Fungsi dari penambahan alkohol yaitu untuk mengikat strand DNA yang telah terkumpul. Alkohol yang ditambahkan dalam keadaan dingin, karena pada alkohol yang dingin dapat membantu mempercepat proses mempertifikasi DNA. Selain itu jika alkohol yang dingin yang diberikan maka konsentrasi DNA yang akan terikat oleh alkohol tersebut akan semakin peka. Hasil akhir terbentuk tuga lapisan yaitu : endapan, cincin DNA dan alcohol (isopropanol) dingin.

Teknik Analisis RFLP RFLP merupakan perbedaan pada homolog urutan DNA yang dapat dideteksi dengan menggunakan adanya perbedaan fragmen DNA yang telah dipotong dengan menggunakan enzim endonuklease tertentu. RFLP digunakan sebagai marker molekular karena spesifik untuk setiap tunggal atau kombinasi dari enzim restriksi. Aplikasi dari RFLP dapat digunakan untuk pemetaan genom, genome typing, tes paternitas, forensic dan diagnostik hereditas penyakit. Tahapan RFLP meliputi 4 tahapan yaitu, isolasi DNA, pemotangan DNA dengan enzim restriksi endonuklease, elektroforesi hasil pemotangan DNA dan southern blot. Tahapan analisis RFLP dapat diamati pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan analisis RFLP pada identifikasi penyakit Aplikasi RFLP untuk Diagnosis Molekular secara Cepat pada Spesies Candida Pentingnya mengetahui spesies Candida untuk menentukan jenis terapi yang akan dilakukan sehingga diperlukan teknik identifikasi spesies secara tepat, cepat dan murah yaitu

dengan menggunakan teknik RFLP. Mirhendi et al ( 2006)., melaporkan bahwa penggunaan metode ini telah berhasil untuk mengidentifikasi spesies Candida yaitu spesies C. albicans, C. glabrata, C. parapsilosis, C. tropicalis, C. krusei dan C. guilliermondii dari 137 isolat. Tahapan untuk dapat menganalisis spesies Candida menggunakan metode PCR-RFLP yaitu (Mirhendi et al., 2006; Mousavi et al., 2007) : 1. Isolasi DNA dari isolat Candida 2. Amplifikasi PCR dengan menggunakan satu pasang primer pada daerah ITS1-ITS4 3. Pemotongan menggunakan enzim restriksi MspI 4. Elektroforesis gel agarosa Tahapan pertama dalam analisis RFLP adalah isolasi DNA. Pada tahapan ini isolasi DNA menggunakan kombinasi yaitu secara kimia dan fisik yaitu dengan buffer lisis (10mM Tris, 1mM EDTA pH8, 1% SDS, 100mM NaCl, 2% Triton X-100), 300L phenol-chloroform (1:1) dan 300mg glass bead (dengan deameter 0.5 mm) dengan cara divortex selama 5 menit. Kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit. Kemudian supernatan diambil dan dipindahkan ke ependorf yang baru dan tambahkan chloroform sejumlah yang sama. Kemudian disentrifugasi dan supernatant dipindahkan ke tabung ependorf yang baru. Kemudian dilakukan presipitasi DNA dengan menambahkan 0.1 mL Na-asetat (pH 5.2) dan 2.5 mL etanol absolute dingin, kocok dengan perlahan dan sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit dengan suhu 4C. Setelah itu pellet dicuci dengan menggunakan alkohol 70% dan disentrifus. Kemudian pellet dilarutkan dengan menambahkan 100L buffer TE (10mM Tris, 1mM EDTA). Tahapan kedua yaitu amplifikasi daerah ITS1-ITS4 dengan menggunakan sepasang primer forward dan reverse yatu pF (ITS1, 5-TCCGTAGGTGAACCTGCGG-3) dan pR (ITS4, 5-TCCTCCGCTATTGATATGC-3). Komposisi dalam tabung ependorf untuk PCR dimasukkan komponen sebagai berikut :

1L DNA template 0.2M primer 0.1mM dNTP 10 L buffer PCR 10x 2.5 U Taq DNA Polimerase

Anda mungkin juga menyukai