Anda di halaman 1dari 73

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN
Ilmu Ekonomi Internasional yang sering disebut Ekonomi Internasional merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang khusus mempelajari perilaku transaksitransaksi ekonomi internasional perekonomian bangsa pada khususnya dan mekanisme bekerjanya perekonomian dunia pada umumnya. Ilmu Ekonomi yang disebut economics dapat dibagi menjadi tiga kelompok : Ekonomi deskriftif Ekonomi deskriftif atau descriptive economics bertujuan mengumpulkan keterangan-keterangan factual yang relevan mengenai sesuatu masalah ekonomi Teori ekonomi, Teori ekonomi atau economic theory tugas utamanya mencoba menemukan keajegan-keajegan perilaku hubungan antara variabel-variabel ekonomi yang terbentuk dalam transaksi-transaksi ekonomi atau gejala-gejala ekonomi Ekonomi terapan Ekonomi terapan atau applied economics ialah menggunakan hasil-hasil ekonomi untuk menerangkan keterangan-keterangan dan data deskriptif yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 1

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB 2 GAMBARAN UMUM LALU LINTAS PEMBAYARAN INTERNASIONAL


Dalam lalu lintas transaksi pembayaran internasional lebih komplek dari pada transaksi pembayaran antar daerah. Seperti misalnya seorang imporir Indonesia membeli sejumlah barang dari eksportir Amerika Serikat. Hal ini disebabkan antara lain karena mata uang yang berlaku di Amerika Serikat berbeda dengan mata uang yang berlaku di Negara kita. Mata uang yang berlaku di Amerika adalah Dollar Amerika Serikat (US $) sedangkan di Negara kita adalah Rupiah. Dengan demikian untuk melaksanakan pembayaran yang dibutuhkan, importer tadi harus terlebih dulu memberikan US $ pada salah satu bank devisa sejumlah yang dibutuhkan dengan kurs yang berlaku pada saat pembelian dollar tersebut dan kemudian ditransfer kepada rekening eksportir di Indonesia. Sering kali terjadi pembayaran dengan mata uang Negara ketiga. Misalnya dengan membeli barang dari Jepang kita dapat membayarnya dengan US $. Hingga dengan demikian, sebelum kita mengadakan transaksi dari Jepang, kita harus terlebih dahulu memperhitungkan kurs-kurs devisa yang memungkinkan kita membandingkan nilai barang tersebut dinyatakan dalam US $ dalam Yen dan dalam Rupiah. 2.1. Peranan Bank Dalam Lalu Lintas Pembayaran Internasional Bagi importer dan eksportir bank devisa merupakan lembaga dengan siapa mereka dapaqt menjualbelikan surat-surat wesel luar negeri dan menggunakannya sebagai perantara dalam mengadakan penagihan-penagihan kepada debitur di luar negeri. Misal eksportir Indonesia melakukan transaksi dengan eksportir Inggris, dan jual beli dilakukan dengan mata uang Pounterling Inggris. Jika eksportir menarik wesel dengan menggunakan satuan dollar, maka pembayaran akan dilakukan dengan menggunakan dollar juga. Oleh karena itu bank-bank devisa menjualbelikan surat-surat wesel luar negeri maka bank-bank devisa pada umumnya mempunyai rekening pada bank-bank diberbagai Negara.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 2

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

2.2.Pusat Finansial Internasional Mekanisme pembayaran internasional ditentukan oleh pola hubungan antara bank-bank yang ikut aktif beroperasi dalam bidang jual beli alat-alat pembayaran internasional. Ada tiga macam pola hubungan antar bank dalam melaksanakan penyelesaian hutang piutang diantara mereka : 1. Penyelesaian hutang piutang dengan pola desentralisasi,, system semacam ini biasa disebut decentralized system of internasional payment. Yaitu apabila system perbankan Negara yang satu dan system perbankan Negara yang lain dalam menyelesaikan hutang piutangnya dilakukan secara bilateral.
NEGARA A

NEGARA B

NEGARA E

NEGARA C

NEGARA D

2. Penyelesaian hutang piutang secara terpusat, yaitu yang biasa disebut centralized system of internasional payment. Yaitu apabila hubungan antara bank-bank dari suatu Negara dengan Negara lain mengenai penyelesaian saldo-saldo rekeningnya dilakukan dengan sebuah financial center.
NEGARA A

NEGARA B

NEGARA C Financial Center

NEGARA E

NEGARA D

3. Campuran dari kedua bentuk ekstrim seperti disebut diatas.


SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 3 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

2.3.Valuta Asing dan Bursa Valuta Asing Bursa Valuta Asing atau disebut foreign exchange market dapat diartikan sebagai lembaga pasar dimana orang dapat memperoleh fasilitas-fasilitas untuk melaksanakan pembayaran kepada penduduk Negara lain atau menerima pembayaran dari penduduk Negara lain. Bursa valuta asing pada dasarnya bank-bank devisa bertindak sebagai penghubung antara para peminta valuta asing dengan para penawar valuta asingdan juga sebagai pihak yang membiayai transaksi-transaksi luar negeri, dalam arti menyediakan modal yang dapat dipakai oleh mereka yang mengadakan transaksi pembayaran internasional tersebut semasa transaksi yang dibiayai belum sepenuhnya dilaksanakan secara tuntas. Sebagai sumber asal permintaan akan valuta asing dapat disebutkan : 1. Para importer barang dan jasa 2. Pada investor dalam negeri yang memerlukan valuta asing untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban luar negerinya 3. Pada debitur dalam negeri yang memerlukan valas untuk melunasi kewajiban luar negerinya 4. Wisatawan dalam negeri yang kaan mewalat ke luar negeri 5. Perusahaan asing yang harus membayar deviden kepada para pemegang saham luar negeri 6. Rumah tangga keluarga yang membutuhkan valas untuk membiayai studi anggota keluarganya 7. Pemerintah membutuhkan valas untuk membiayai perwakilan-perwakilannya diluar negeri 8. Para spekulan yang meramalkan akan adanya tindakan kebijaksanaan devaluasi Secara singkat dapat dikatakan bahwa yang merupakan sumber permintaan valas adalah semua transaksi luar negeri otonom debit sedangkan semua transaksi luar negeri otonom kredit merupakan sumber penawaran valas.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 4

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Valas yang diperjualbelikan pada umumnya berbentuk : 1. Mata uang asing yang konvertibel (yang mudah diganti) 2. Saldo kredit pada bank devisa kita diluar negeri 3. Surat-surat wesel luar negeri 4. Hak-hak penerimaan pembayaran dari penduduk negera lain dalam bentuk lainnya yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Fungsi-fungsi pokok bank devisa antara lain : 1. Melaksanakan transfer pembayaran internasional 2. Menyediakan kredit untuk membiayai transaksi ekonomi internasional 3. Menanggung resiko perubahan kurs valas 2.4.Beberapa pengertian lainnya A. Surat Wesel Dagang Surat wesel dagang luar negeri atau yang disebut foreign commercial bill of exchange adalah merupakan salah satu bentuk valuta asing. Wesel yang dimaksud disini hanya terbatas pada surat-surat wesel luar negeri yang nilainya dinyatakan dalam mata uang yang kuat. transaksi perdagangan. B. Mata Uang Kuat Lawan Mata Uang Lemah Mata uang kertas ada yang konvertibel dan ada pula yang tidak konvertibel. Sedangkan artian tidak konvertibel atau inconvertibel juga ada dua macam yaitu : a. Inconvertible dalam artian tidak bebas untuk ditukarkan dengan emas atau ditukarkan dengan mata uang asing b. Inconvertible dalam artian sukar untuk ditukarkan dengan mata uang negara lain. Berdasarkan perbedaan derajat konvertibilitasnya dalam lalu lintas pembayaran biasa dibedakan dua kelompok mata uang : a. Hard currencies, atau mata uang kuat atau keras yaitu mata uang yang memiliki sifat acceptability yang tinggi. Pada umumnya uang semacam ini dengan sendirinyajuga mempunyai convertibility yang tinggi. Contoh: dollar us, dollar canada, franc swiss dll Wesel ini timbul karena adanya

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 5

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

b. Soft currencies, atau mata uang lemah yaitu lawan daripada mata uang kuat, kalau hard currencies sangat disukai oleh masyarakat dunia dan pada umumnya dipakai oleh kebanyakan negara sebagai cadangan internasional, soft currencies sangat sedikit atau bahkan mungkin tidak ada permintaannya. C. Hedging Apabila transaksi jual beli yang diadakan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain pembayarannya tidak dilakukan seketika, maka pihak pengeskpor atau pihak pengimpor akan menanggung resiko yang timbul sebagai akibat adanya perubahan kurs valuta asing. Apabila jual beli dilakukan dengan mata uang negara pengeksport maka resiko perubahan kurs akan ditanggung oleh pengimpor. Sebaliknya apabila pembayaran dilakukan dengan mata uang pengimpor, maka yang menanggung resiko yang timbul dari perubahan kurs valuta asing adalah eksportir. Sedangkan kalau pembayaran dilakukan dengan mata uang negara ketiga, maka dalam hal ini baik importir maupun eksportir turut menanggung resiko yang timbul dari kemungkinan berubahnya kurs valuta asing. Untuk menghindari resiko yang timbul dari kemungkinan adanya perubahan-perubahan kurs valuta asing, maka importir maupun eksportir dapat melakukan apa yang biasa disebut hedging, yaitu dengan mengadakan forward exchange dengan bank. Dalam hal ini bank dengan mendapatkan pembayaran terlebih dahulu dari importir berjanji untuk menyerahkan sejumlah alat pembayan luar negeri tertentu pada tanggal tertentu kepada importir sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam perjanjian. D. Arbitrage Kalau kurs valuta asing yang terjadi di negara yang satu berbeda dengan kurs valuta asing yang terjadi dinegara lain, maka biasanya akan timbul apa yang disebut arbitrage. Misalnya kurs di New York kurs poundsterling Inggris yang terjadi menunjukkan 1 = $2,00, sedangkan di London 1=$2,10, maka kalau kita membeli poundsterling di New York dan menjualnya di London akan memperoleh keuntungan. Tidakan artitrage mempunyai pengaruh menghilangkan atau paling sedikit mengurangi perbedaan kurs valuta asing antara pusat finansial yang satu dengan pusat finansial yang lain.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 6

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB 3 BEBERAPA PROSEDUR DASAR PEMBAYARAN INTERNASIONAL


Cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antara negara, atau melaksanakan pembayaran internasional, merupakan hasil evolusi yang telah berlangsung selama berabad-abad. Mengenai bagaimana transaksi pembayaran antar negara dapat dilaksanakan, peranan kebiasaan, lembaga-lembaga finansial yang tersedia, konvensi internasional dan peraturan-peraturan hukum yang berlaku dinegara yang bersangkutan sangat berperan didalamnya. 3.1.Transaksi Pembayaran Lawan Transaksi Pembayaran Setiap transaksi jual beli barang atau jasa memiliki tiga unsur yaitu : a. Terjadi perjanjian b. Terjadi penyerahan barang atau penunaian jasa c. Terjadinya pembayaran Jika ketiga hal tersebut belum terealiasasi seluruhnya, maka transaksi jual beli belum dapat dikatakan berakhir. Dapat pula terjadi bahwa yang membiayai transaksi jual beli adalah pihak di pembeli, yaitu dalam hal misalnya untuk memesan barang yang dibutuhkannya si pembeli harus membayarnya dimuka. Untuk transaksi jual beli antar bangsa pada dasarnya sama dengan transaksi jual beli dalam negeri, hanya bedanya karena jaraknya yang pada umumnya lebih jauh maka waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan barang dari pihak penjual ke pihak pembeli maupun waktu untuk berkomunikasi antara penjual dan pembeli relatif lebih lama. 3.2.Cara-cara pembayaran internasional Cara-cara pembayaran internasional pada umumnya dapat dibedakan empat kelompok, yaitu : 1) Kompensasi pribadi atau private compensation 2) Menggunakan surat wesel dagang yang biasa disebut pula commercial bill of exchange atau commercial draft. 3) Pembayaran tunai atau cash payment 4) Menggunakan letter of credit atau L/C
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 7 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

3.3.Private Compensation Metode private compensation ini sangat sederhana pelaksanaannya. Di negara kita metode ini dipraktekkan pada pertengahan pertama dekade 60-an dimana perkonomian menggunakan sistem pengawasan devisa dengan kurs resmi yang tingginya jauh di bawah kurs paritasnya. Akan tetapi dewasa ini kita tidak menggunakan sistem pengawasan devisa, sehingga metode ini tidak digunakan lagi karena sangat sukar dan tidak mengguntungkan. Sukarnya terletak sulitnya mencari importir menemukan eksportir atau kreditur yang mempunyai piutang yang nilainya persis sama dengan nilai dari transasi import yang dilakukan. Contoh : Si Arif orang Indonesia, mempunyai hutang kepada George orang Amerika sebanyak $1000 atau sekitar Rp.100 juta. Disamping itu ada penduduk Indonesia si Slamet mempunyai piutang kepada penduduk Amerika Albert yang jumlahnya sama yaitu Rp.100 juta, maka keempat orang tersebut dapat menyelesaikan hutanghutang diantara mereka dengan cara Si Arif membayar hutang kepada di Slamet sebesar Rp.100 juta dan si George membayarkan hutang kepada di Albert sebesar $ 1000. 3.4.Surat Wesel Dagang Cara pembayaran dengan wesel dagang dengan cara sebagai berikut : Eksportir menarik surat wesel atau importir sejumlah harga barang beserta biaya-biaya pengirimannya. Wesel atau bill of exhange tersebut yang dilampiri dokumen-dokumen yang berupa faktur (invoice), konosemen (bill of lading atau surat muatan), daftar isi (packing list), surat keterangan asal barang (certificate of origin) surat keterangan pabean dan asuransi diserahkan oleh eksportir kepada bank di negerinya. Dengan diterimanya dokumen-dokumen tersebut, bank dapat membayar wesel tersebut seketika dengan dipotong diskonto. Kemudian wesel tersebut oleh bank secara langsung atau lewat bank ditagihkan kepada importir. Apabila bank sudah mendapat pembayaran importir, maka perhitungannya antara bank dengan eksportir otomatis berakhir.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 8

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Pihak-pihak dalam Surat Wesel Pada pokoknya ada tiga pihak dalam transaksi surat wesel, yaitu : 1. Drawer, yaitu pihak penarik atau penulis wesel. Dalam transaksi perniagaan internasional yang bertindak sebagai drawer dengan sendirinya adalah eksportir. 2. Drawee, yaitu pihak kepada siap surat wesel tersebut ditarik. Dalam hal ini adalah importir 3. Payee atau sering juga disebut beneficiary, yaitu pihak yang menerima pembayaran yang dilakukan oleh drawee atas perintah drawer. Dalam surat wesel dimana tertulis to the order of ourselves atau ditulis harap dibayar kepada kami sendiri maka pihak drawer dan pihak payye-nya adalah orang yang sama, yaitu penjual. Sedangkan untuk surat wesel yang berbentuk acceptance draft, drawee dan accpetornya adalah orang yang sama, yaitu importir. Jenis-jenis Surat Wesel Surat wesel atau commercial bill of exchange atau commercial draft atau trade bill dapat digolongkan menjadi : 1. Berdasarkan ada tidaknya dokumen yang dilampirkan : a. Clean draft yaitu wesel yang ditarik tanpa disertai dokumen-dokumen b. Documentary draft yaitu wesel yang disertai dokumen-dokumen, antara lain : Konosemen / bill of landing Polis asuransi Faktur / invoice Packing list Certificate of origin

2. Berdasarkan jangka waktu pembayaran : a. Sight draft (S/D) atau surat wesel atas tunjuk yaitu wesel yang harus dibayar pada saat surat wesel diperlihatkan kepada drawee, atau paling lambat 24 jam terhitung saat penunjukkannya.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 9

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

b. Time draft yaitu wesel yang harus dibayar sekian hari sesudah wesel ditunjukkan atau sesudah wesel diekseptir atau sesudah tanggal tertentu yang ditetapkan dalam wesel. Surat wesel yang terakhir disebut date draft. Dapat pula dijanjikan wesel dibayar sesudah barang tiba. Wesel semacam ini disebut arrival draft. Beberapa singkatan Penting S/D S/D D/P : sight draft (tanpa dokumen) : sight draft (dengan dokumen yang akan diserahkan kalau drawee telah membayar lunas surat wesel tersebut D/D D/A : surat wesel akan dibayar sekian hari setelah tanggal tercantum. Dokumen baru diserahkan pada saat drawee mengakseptir wesel S/D D/A : wesel akan dibayar sekian hari sesudah wesel ditunjukkan. Dokumen akan diserahkan kalau drawee telah mengakseptir wesel yang tertulis untuknya D/P D/A O/A L/C : documents against payment : documents after acceptance : open account (disini tidak dibuat surat wesel) : Letter of Credit

3.5. Pembayaran Tunai Cara pembayaran tunai mempunyai beberapa kelemahan : 1. Untuk pembelian barang importir harus menyediakan dana, walaupun barang yang dibelinya belum diterimanya. 2. Importir menanggung beberapa macam resiko, yaitu resiko mengenai sesuai tidaknya barang yang datang, resiko keterlambatan, dan resiko yang timbul dari jujur tidaknya pihak eksportir.

Macam-macam cara pembayaran dapat dilakukan dengan : 1. Surat wesel atas tunjuk Atau yang disebut bankers sight draft yaitu surat perintah yang dibuat oleh bank domestik yang ditujukan kepada bank korespondennya di negara lain untuk membayar sejumlah uang tertentu yang disebut dalam wesel kepada si pembawa wesel atau kepada pihak tertentu seperti tersebut dalam wesel.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 10

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

2. Telegraphic transfer / T/T Pada prinsipnya sama dengan surat wesel atau tunjuk, bedanya terletak pada cara pengiriman berita kepada payee. Kalau wesel bank

pemberitahuan kepada payee menggunakan jasa pos, sedangkan pada T/T berita perintah pembayaran dikirim lewat kawat atau telex. 3. L/C tunai L/C tunai atau cash letter of credit adalah suatu alat pembayaran yang dikeluarkan oleh bank dimana bank memberikan wewenang kepada seseorang atau suatu badan yang namanya disebut dalam L/C tersebut untuk menulis cek atau menarik surat wesel atas sejumlah uang tertentu yang harus dibayar bilamana diterima. 4. Travelers L/C Travelers L/C merupakan surat dengan mana bank memberikan otoritas kepada seseorang yang ditunjuk dalam L/C tersebut untuk menarik surat wesel atas tunjuk kepada bank yang mengeluarkan L/C dengan menunjukkan surat L/C tersebut kepada bank korespondennya di negara lain. 5. Travelers check Travelers check merupakan surat wesel yang ditarik oleh sebuah bank yang memerintahkan dirinya sendiri untuk membayarkan sejumlah uang atas tunjuk kepada orang yang namanya dicantumkan dalam travelers check tersebut. 6. International money order Transaksi dengan menggunakan internasional money order mirip dengan tranfer dengan menggunakan banker's sight draft. Bedanya terletak pada kalau dalam banker's sight draft bank yang menarik surat wesel harus memiliki saldo pada bank yang bertindak sebagai drawee, dalam money order keharusan tersebut tidak diperlukan. 7. Cek perorangan atau personal check Yang dimaksud dengan cek perorangan meliputi disamping cek yang dikeluarkan oleh orang perorangan juga cek yang dikeluarkan oleh lembagalembaga non bank.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 11

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

8. Uang kertas dan uang logam Seperti halnya transaksi pembayaran dengan menggunakan cek perorangan, transaksi dengan menggunakan mata uang asing atau foreign currencies, yangdapat berupa uang kertas atau uang logam relatif sangat kecil. 3.6.Letter of Credit Letter of Credit atau L/C yang dimaksud adalah commercial letter of credit adalah surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli sejumlah barang di mana bank sendiri yang mengekseptir dan membayar surat wesel yang ditarik oleh eksportir. Pada pokoknya ada tiga pihak yang bertransaksi pada letter of credit yaitu : 1. Opener atau account yaitu pihak yang mengajukan permintaan pembukaan letter of credit kepada bank. Dalam hal ini importir. 2. Issuer atau issuing bank, yaitu bank dinegara importir yang mengeluarkan letter of credit atas permintaan importir 3. Beneficiary atau accreditee yaitu pihak untuk siapa letter of credit dibuka. Dalam hal ini eksportir Disamping pada pihak diatas, ada juga pihak yang sifatnya membantu memperlancar pelaksanaan transaksi L/C, diantaranya : 1. The confirming bank yang bertindak menjamin kredit tersebut 2. The notifying bank atas permintaan issuing bank aan memberitahukan kepada beneficiary bahwa telah dibuka L/C untuknya 3. The negotiating bank yaitu bank di negara eksportir yang membayar atau mengakseptir surat wesel yang ditarik oleh ekportir. 3.7.Rekening Terbuka Rekening terbuka atau open account merupakan salah satu cara membiayai transaksi perdagangan internasional. Cara open account eksportir mengirimkan barang kepada importir tanpa adanya dokumen-dokumen untuk meminta pembayaran. Commercial invoice atau faktur dipakai sebagai tanda hutang. Pembayaran dilakukan setelah barang tersebut laku atau sesudah sampai dengan tiga bulan setelah tanggal pengiriman, sesuai perjanjian yang disepakati.
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 12 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Kelemahan dari sistem open account ini adalah : a. Resiko bagi ekportir sangat besar disebabkan tidak dipergunakannya dokumendokumen yang menjamin pembayaran tersebut. b. Eksportir harus membiayai seluruh transaksi tersebut c. Resiko yang timbul sebagai akibat adanya perubahan kurs devisa dalam cara ini juga sangat besar. Sedangkan keuntungan menggunakan metode ini adalah : a. Prosedurnya sangat sederhana b. Biaya pelaksanaannyapun akan rendah. c. Bagi importir sangat menguntungkan karena untuk transaksi ini importir tidak perlu menyediakan biaya.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 13

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB IV SISTEM KEUANGAN INTERNASIONAL DARI MASA KE MASA


4.1. Sistem Keuangan Internasional Kurun Waktu Pra Perang Dunia Sistem moneter internasional yang berlaku sampai dengan menjelang perang dunia ialah sistem standar emas. Sistem standar emas lahir sebagai hasil evolusi praktek-praktek melaksanakan transaksi ekonomi internasional pada umumnya dan transaksi-transaksi pembayaran antar negara pada khususnya. Dalam sistem standar emas kurs valuta asing relatif stabil, dapat berubah di sekitar titik paritas arta yasa dan dibatasi oleh titik eksport emas dan titik impor emas. Oleh karena demikian stabilnya, maka sistem standar emas masuk kategori sistem kurs tetap (fixed rate system) atau ada juga yang menyebutnya relatively fixed rate system bukannya fixed rate system. Beberapa sifat menguntungkan sistem ini adalah sebagai berikut : 1. Stabilnya kurs valuta asing. Kurs yang terjadi pada sekitar paritas arta yasa, yang tingginya berubah-ubah. Kurs tersebut bisa bergerak ke atas atau ke bawah meninggalkan kurs arta yasa. Akan tetapi gerakan hanya dibatasi pada titik eksport dan import emas, yang pada kenyataannya jaraknya dapat dikatakan sangat sempit. Yang menentukan jarak antara kurs paritas artayasa dengan kedua titik emas adalah biaya pengangkutan emas dari negara bersangkutan ke negara tujuan pembayaran per unit mata uang yang tingginya kurs kita permasalahkan. Semakin tinggi biaya transpor yang dikeluarkan, maka semakin lebar jarak antara titik eksport emas dengan titik import emasnya. 2. Dalam sistem standar emas defisit dan surplus neraca pembayaran berlangsungnya berkencenderungan tidak berlarut lama, melainkan secara otomatis menyusut, untuk kembali ke keadaan seimbang lagi. Penyesuaian neraca pembayaran berjalan otomatis melalui mekanisme aliran emas harga, yang disebut the price specie flow machanism.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 14

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Disamping itu sistem ini juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Stabilitas dalam kurs valas biasanya diikuti oleh ketidakstabilan tingkat harga. Dengan kurs valas yang relatif stabil, disekuilibrium neraca pembayaran mengakibatkan timbulnya aliran emas masuk atau keluar. Yang selanjutnya mengakibatkan meningkat atau menurunnya jumlah uang yang beredar. Pada girirannya perubahan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan meningkat/menurunnya tingkat harga dan juga tingkat kegiatan ekonomi. 2. Mekanisme penyeimbangan kembali neraca pembayaran dalam praktek sering tidak selancar teori. Hal ini disebabkan pemerintah negara yang bersangkutan tidak mematuhi turan permainan sistem standar emas. Apabila terjadi gold outflow maka seharusnya diikuti dengan penurunan jumlah uang yang beredar. Akan tetapi menurunkan jumlah uang yang beredar bisa berakibat meningkatkan jumlah pengangguran, maka pemerintah cenderung mengambil tindakan yang justru berlawanan dengan aturan main. Pemerintah cenderung menghalang-halangi penurunan jumlah uang yang beredar antara lain berupa tindakan diskonto bank sentral, menurunkan legal reverse ratio, melaksanakan open market buying dan juga memperingan syarat-syarat kredit. 4.2. Sistem Keuangan Internasional Kurun Waktu Antar Perang Dunia Selama masa perang kebanyakan negara mempraktekkan sistem

pengawasan devisa. Dalam sistem ini, kurs valuta asing tidak lagi diserahkan kepada mekanisme pasar, teapi ditentukan oleh pemerintah. Penggunaan valas tidak lagi bebas, tetapi ditentukan oleh pemerintah melalui exhange quota. Dalam perang perekonomian mengalami inflasi yang cukup tinggi, disebabkan anggaran untuk membiayai perang dengan menggunakan kebijakan anggaran belanja defisit yang ditutup dengan mencetak uang kertas. Perang dunia pertama berjalan sekitar 3 tahun. Dengan berakhirnya perang dunia, suasana ekonomi berubah dari suasana ekonomi perang menjadi suasana ekonomi damai pasca perang, dimana kegiatan diarahkan kepada rekonstruksi yaitu pembangunan kembali dari kerusakan yang terjadi akibat perang. Dalam kurun waktu 1919-1926 beberapa negara berusaha untuk menggunakan sistem standar emas kembali.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 15

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Dugaan dan harapan mereka tidak meleset, mereka berhasil menggunakan sistem standar emas kembali, namun sayang bahwa konstalasi perekonomian dunia pasca perang dunia pertama tidak sama dengan konstalasi perekonomian dunia pada masa sebelum perang. 4.3. Sistem Moneter Internasional Masa Pasca Perang Sistem Bretton Woods Yang dimaksud dengan waktu pasca perang ialah tahun 1946 s.d sekarang. Dalam waktu ini dijumpai dua sistem yaitu Sistem Bretton Woods (1946-1972) dan sistem kurs mengambang terkendali (1972-sekarang). Setelah perang dunia pertama menimpa perekonomian dunia yang membawa dampak yang cukup berarti bagi sikap masyarakat dunia terhadap perekonomian dunia. Hal ini menyebabkan terbentuknya tiga lembaga ekonomi internasional : a. International Monetary Fund (IMF) b. International Bank for Reconstruction and Development (IBRT) atau Bank Dunia c. International Trade Organization (ITO) Pertemuan Brentton Woods yang dihadiri wakil dari 44 negara dan diselenggarakan pada tahun 1944 di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat berhasil disepakati pembentukan tiga buah lembaga ekonomi internasional diatas. Tugas utama bank dunia menggiatkan serta memperngaruhi arah aliran modal antar bangsa. Tugas utama IMF berada dalam bidang moneter internasional, yang meliputi antara lain penetapan kurs devisa, pemeliharaan kurs devisa, membantu negara-negara anggota dalam menghadapi kesulitan neraca pembayaran Sedangkan tugas utama IBRD adalah mengemban tugas untuk berusaha meningkatkan volume perdagangan internasional.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 16

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Beberapa ketentuan Sistem Bretton Woods 1. Tujuan IMF Tujuan utama mendirikan IMF adalah : a. Untuk memajukan kerjasama moneter internasional dengan jalan mendirikan lembaga (IMF) b. Untuk memperluas perdagangan dan investasi dunia c. Unuk memajukan stabilitas kurs valuta asing d. Untuk mengurangi dan membatasi praktek-praktek terhadap pembayaran internasional e. Untuk menyediakan dana yang dapat dipinjamkan dalam bentuk pinjaman jangka pendek atau jangka menengah yang dibutuhkan guna mempertahankan kurs valas yang stabil selama neraca pembayaran mengalami defisit yang sifatnya sementara, sampai dapat ditemukan bahwa defisit neraca pembayaran hanya dapat diatasi dengan jalan menyesuaikan tingginya kurs devisa. f. Untuk memperpendek dan memperkecil besarnya defisit atau surplus neraca pembayaran. 2. Nilai Paritas Mata Uang Range kurs valuta asing dalam sistem Bretton Woods ini kurang lebihnya sekitar dua kali lebih luas dibanding dengan range kurs valas dalam sistem standar emas. Sebab pengalaman menunjukkan bahwa, dalam sistem standar emas jarak antar kurs paritas artayasa dengan titik impor emaaas dan dengan titik ekspor emas masing-masing ada disekitar 0,5% dari kurs paritas artayasanya. Sesuai dengan misinya, IMF perlu menyediakan alat atau cara yang dapat membantu terlaksananya stabilitas kurs devisa. Di samping itu IMF juga berusaha mengeliminir kebijakan-kebijakan yang hanya didasarkan pada kepentingan nasionalnya sendiri tanpa peduli apakah tindakan tersebut mendatangkan kesengsaraan bagi negara lain atau tidak. Kebijakan semacam ini banyak dilakukan pada masa perang dunia, terutama pada setelah munculnya depresi dunia tahun 1929 dan terkenal dengan julukan beggar my neighbor policies. pembatasan

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 17

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

3. Kuota dan Drawing Right Untuk menjaga nilai eksternal uang dalam negeri tidak melampaui batas plus minus satu persen, pemerintah negara anggota perlu memiliki jumlah yang cukup besar cadangan internasional (internasional reserves). Cadangan internasional luar negeri tersebut dapat digunakan untuk menutup kekurangan penawaran atau supply deficiency pada saat jumlah valas yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan. Sebaliknya pada saat neraca pembayaran mengalami surplus yang bersifat sementara, dana penyangga kurs valas dipergunakan untuk membeli cadangan internasional yang dalam bursa terjadi kelebihan penawaran. Negara anggota IMF diwajibkan membayar 25% dari besarnya quota dalam bentuk emas atau US $, sedangkan sisanya 75% dibayar dalam bentuk mata uang negara bersangkutan. Negara anggota diperbolehkan menarik sejumlah dana dalam bentuk mata uang lain dan pada waktu yang sama membayar sejumlah mata uang sendiri dengan nilai yang sama. Jadi drawing right (hak tarik atau hak mengambil) ini, adalah mirip dengan pinjaman jangka pendek dan semua pinjaman ini harus dikembalikan. Jumlah 25% pertama dari quota biasa disebut gold tranche atau irisan/potongan emas. Penggunaan gold tranche ini sepenuhnya adalah wewenang anggota yang memilikinya, sehingga kapan saja negara anggota pemiliki boleh menggunakan tanpa minta persetujuan terlebih dahulu dari IMF. Apabila negara anggota menarik 25% diatas pembayaran quota, barulah diperlukan persetujuan IMF. Pada mulanya besarnya quota berjumlah US$ 8 milyar. Jumlah ini hanya membentuk 20% dari cadangan dunia. Pada masa-masa berikut beberapa kali besarnya quota diperbesar. Data statistik menunjukkan pada tahun 1981 besarnya kuota sebesar US $ 73 milyar yang dinyatakan dalam satuan SDR sebesar SDR 61 milyar.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 18

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

4.4. Sistem Kurs Mengambang Terkendali Pada tahun 1972 sistem Bretton Woods sudah tidak dipergunakan lagi. Dan saat ini mempergunakan sistem Kurs Mengambang Terkendali yang disebut pula dengan sistem managed float. Unsur penting yang membentuk sistem moneter internasional bretton woods ialah adanya ketentuan bahwa uang US$ sepenuhnya kompvertibel terhadap emas dan semua uang lain ditambatkan pada mata uang US$. Kurs resmi harus dipertahankan pada ketinggian nilai paritas resmi plus minus satu persen dengan jalan mengadakan intervensi pada titik kurang atau support point nya. Dengan sendirinya untuk terpenuhinya ketentuan tersebut USA perlu

memelihara cadangan emas, sedangkan negara lain perlu memelihara cadangan luar negerinya dalam bentuk US$. Untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran yang sifatnya sementara, negara anggota dapat menggunakan drawing right/hak tariknya. Akan tetapi sampai berakhirnya masa bakti sistem bretton woods penjabaran secara resmi pengertian disekuilibrium neraca pembayaran

fundamental belum pernah dibuat. Kelemahan menggunakan mata uang negara tertentu sebagai mata uang cadangan, sebetulnya sudah diramalkan oleh John Maynard Keynes, yang British Plannya yang menyarankan untuk digunakan Bancor sebagai mata uang internasional yang akan dengan aman dapat digunakan sebagai cadangan internasional. Stock emas moneter dunia meningkat sangat lambat, yaitu jauh dibawah tingkat pertumbuhan akumulasi defisit neraca pembayaran. Kenyataan ini dengan sendirinya berkecenderungan untuk menimbulkan gejalan menurunya kepercayaan akan mata uang US$. Selanjutnya hal ini akan mendorong negara anggota untuk menukarkan cadangan luar negeri mereka dengan emas, sebagai akibat timbul gejala mengalirnya emas meninggalkan perekonomian USA. Baik secara defisit neraca pembayaran yang ditimbulkan oleh meningkatnya kebutuhan akan cadangan internasional, maupun yang ditimbulkan oleh faktorfaktor lain, menyebabkan semakin kecilnya angka perbandingan antara stok emas moneter yang dimiliki olhe USA dengan perbandingannya dengan jumlah mata uang US$ yang ada ditangan negara lain dalam bentuk cadangan internasional.
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 19 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Dengan demikian mudah dipahami bahwa penarikan emas moneter oleh Perancis dari USA diikuti oleh beberapa negara lainnya. Aliran emas keluar USA mulai sangat terasa sekitar tahun 1968. Untuk mencegah jangan sampai seluruh cadangan emas moneternya meninggalkan perekonomiannya, pada tanggal 15 Agustus 1971 pemerintah USA mencabut konvertibilitas mata uang US$ terahadap emas, yang selanjutnya diikuti dengan kebijakan-kebijakan pengurangan bantuan luar negeri sebesar 10%, pengenaan surchange terhadap barang-barang impor dan kebijakan

pengembangan kurs dollar yang dinyatakan dengan mata uang negara lain. Sekalipun ada Smithsonian Agreement, USA tetap pada sikapnya, tidak mau mengkonvertibelkan US$nya terhadap emas. Pada tanggal 12 Februari 1973 USA kembali menevaluasikan mata uangnya yaitu menjadi US$ 42,22 per ounce emas. Dengan membiarkan mata uangnya tetap mengambang terhadap mata uang lain dan mata uang US$ tetap diperlakukan tidak konvertibel, berarti Sistem Bretton Wood tetap tidak dipergunakan. 4.5. Sistem Moneter Internasional yang Berlaku Sekarang Sewaktu USA menghentikan konvertibilitas mata uang dollarnya terhadap emas, sistem Bretton Woods tidak berfungsi lagi. Meskipun IMF masih teap ada, namun para anggotanya sudak tidak tunduk lagi pada ketentuan pokok aslinya yang mendasari IMF. Usaha untuk memulihkan dan memperbaiki kembali menggunakan sistem Bretton Woods melalui persetujuan Smithsonian mengalami kegagalan. Oleh karena itu pada tahun 1972 IMF membentuk Committee of Twenty yang bertugas untuk menyusun rencana reformasi sistem moneter internasional secara menyeluruh. Terbruru oleh timbulnya masalah perminyakan dunia, Committee of Twenty pada tahun 1974 hanya dapat menghasilkan out line of reform. Hingga akhirnya tahun 1976 pada pertemuan di Jamaica dihasilkan Second Amandement terhadap pasal-pasal persetujuan IMF. Amandemen kedua ini antara lain menyangkut masalah kurs devisa , surveillance, special drawing right (SDR) dan emas.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 20

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

A. Kurs Devisa Sistem moneter internasional yang berlaku mulai tahun 1973 s/d sekarang mendapatkan sebutan resmi Managed Float atau mengambang terkendali, namun sampai tahun 1980 masih menunjukkan banyaknya negara yang tetap menggunakan pegged rates sistem. Sekalipun negara bebas memilih cara mereka mengatur kurs devisa namun peranan IMF dalam usaha menjamin terlaksananya kerjasama internasional dalam bidang moneter tetap dipertahankan. Kerjasama antara negara anggota dengan IMF dan juga antara sesama negara anggota, dalam usaha pengaturan devisa secara tertib dan dalam usaha mewujudkan sistem kurs devisa yang stabil merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan secara lebih tegas. Beberapa kewajiban negara anggota dapat disebutkan : a. Berusaha mengembangkan perekonomiannya dengan tetap

mempertahankan kestabilan harga pada tingkat yang wajar. b. Mengusahakan stabilitas internasional dengan jalan memelihara stabiltas perekonomian dalam negeri c. Dalam berusaha menghindarkan kesulitan neraca pembayaran atau dalam memperbaikinya dan juga dalam usaha untuk menaikkan daya saing hasil produksi mereka, perlu juga untuk tetap dihindarkannya pemanipulasian kurs devisa yang kurang wajar. B. Spesial Drawing Right Spesial Drawing Right (SDR) pada tahun 1968 berhasi dimasukkan dalam Charter IMF, SDR tersebut mendapat julukan paper gold atau emas kertas, dengan alasan SDR memang mempunyai fungsi sebagai emas moneter. Penciptaan pertama sebesar SDR 9,5 milyar, yang pembagiannya antar waktu dilakukan secara berangsur selama tiga tahun yaitu 1970, 1971 dan 1972. Penerbitan SDR yang pertama ini tujuan utamanya adalah menekan peningkatan cadangan US$. Akan tetapi maksud ini tidak berhasil, sebab kenyataannya defisit neraca pembayaran Amerika Serikat masih terus
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 21 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

membengkak, dan bahkan akhirnya terpaksa dihentikan konvertibilitas mata uang dolarnya terhadap emas pada bulan Agustus 1971. Penciptaan SDR yang kedua berjumlah SDR 12 milyar yang pengalokasiannya dilakukan selama tiga tahun berturut-turut yaitu 1979, 1980 dan 1981 dengan jumlah yang sama setiap tahunnya yaitu SDR 4 milyar. Penciptaan SDR yang kedua ini mengakibatkan jumlah SDR yang beredar keseluruhannya menjadi SDR 22 milyar. Jumlah ini baru 7% dari jumlah cadangan moneter internasional yang tidak berupa emas. Semula SDR diinyatakan dalam satuan mata uang Amerika Serikat yaitu SDR 1 = US$ 1 = 1/35 ounce emas. Akan tetapi sejak diputuskannya hubungan antara US$ dengan emas, cara tersebut ditinggalkan. Mulai tanggal 1 Januari 1981, nilai SDR ditentukan berdasarkan pada serangkai atau sekerajang mata uang (= a basket of currencies) dengan perbandingan bobot sebagai berikut : USA Jerman Perancis Jepang Inggris Dollar D. Mark F. Franc Yen Pound 0,540 0,460 0,740 34,000 0,071

Oleh karena itu nilai satu unit SDR dapat kita hitung : SDR 1 = $ 0,54 + DM 0,46 + F.Fr 0,74 + Yen 34,00 + Pound 0,071 C. Cadangan Emas Dalam amandemen kedua, emas secara resmi di demonetized dan fungsinya sebagai cadangan moneter dihapus. Harga resmi emas dihapus. Negara-negara anggota dilarang mengkaitkan nilai mata uangnya pada emas. Kewajiban IMF mentransfer emas kepada para anggotanya juga ditiadakan. Separoh dari cadangan emas dikembalikan kepada para anggota. Sisanya dijual dengan harga lelang, hasilnya dipergunakan untuk menolong negara-negara miskin.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 22

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

D. Tentang Pengawasan Dengan tegas disebutkan bahwa IMF diwajibkan untuk

melaksanakan pengawasan yang ketat terhadap kebijakan-kebijakan kurs devisa pada anggotanya dan menggunakan prinsip-prinsip kurs pembinaan para anggotanya. Tiga prinsip khusus yang dimaksud adalah : 1. Negara anggota harus menghindarkan diri melakukan tindakan memanipulasikan kurs devisa dengan maksud menghalang-halangi penyeimbangan kembali neraca pembayaran atau untuk meningkatkan daya saing melawan hasil-hasil produksi para anggota lain secara tidak wajar. 2. Negara anggota harus mengadakan intervensi terhadap nilai valuta asing di bursa valuta asing dengan tujuan utnuk mengurangi gejolak pasar. 3. Negara-negara anggota harus memperhitungkan kepentingan sesama anggota dalam menjalankan kebijakan-kebijakan intervensinya. E. Fasilitas Kredit Dana IMF Macam-macam fasilitas yang disajikan oleh IMF, sebagai berikut : 1. Standby Arrangement Diperkenalkan pada tahun 1952. Fasilias ini memberikan peluang kepada negara anggota guna mendapatkan dana pinjaman justru sebelum kesulitan neraca pembayaran terjadi. 2. The Compensatory Financing Facility Diperkenalkan pada tahun 1963 dengan tujuan untuk membantu negara anggota dalam mengatasi kesulitan neraca pembayaran sebagai akibat dari misalnya kegagalan panen.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 23

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

3. The Extended Fund Facility Disajikan mulai tahun 1974 dan merupakan suatu macam pinjaman bagi negara anggota yang menjumpai kesulitan neraca pembayaran yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang bersifat struktural yang memakan waktu cukup lama untuk penanggulangannya. 4. The Trust Fund Berdasarkan ketentuan ini cadangan IMF yang kini tidak lagi memiliki peranan formal dalam sistem moneter, dijual. Pendapatan dari penjualan tersebut itulah yang disebut trust fund, yang penggunaannya adalah untuk membiayai kredit-kredit pembangunan bagi para anggota yang memerlukan. 5. The Supplementary Financing Facility Yang disebut juga Witteveen Facility yang menggantikan Oil Facility yang berlaku antara tahun 1974-1976. Tujuan fasilitas ini ialah membantu negara yang menemui kesulitan neraca pembayaran sebagai akibat membumbungnya harga minyak bumi di pasar dunia. 6. The Buffer Stock Facility Fasilitas ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu negara-negara anggota dalam membiayai pembelian bahan-bahan produksi, yang bagi negara bersangkutan sangat strategis.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 24

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB V NERACA PEMBAYARAN DAN NERACA HUTANG PIUTANG LUAR NEGERI

Hutang piutang antara penduduk negara tersebut dengan penduduk negara lain yang ada pada suatu tanggal tertentu, disebut neraca hutang piutang luar negeri atau balance of indebtedness. Dengan sendirinya data yang mengisi neraca pembayaran merupakan data aliran, sedangkan data yang termasuk dalam neraca hutang piutang luar negeri merupakan data stock. 1. Neraca Pembayaran Internasional Neraca pembayaran internasional suatu negara disebut juga neraca pembayaran, neraca pembayaran luar negeri, balance of payments, balance of international payments atau international balance of payments bisa didefinisikan sebagai suatu ikhtisar yang tersusun secara sistematik yang memuat semua transaksi-transaksi ekonomi luar negeri yang diadakan oleh penduduk negara bersangkutan, untuk jangka waktu tertentu. Pada umumnya jangka waktu yang digunakan adalah jangka waktu satu tahun. Necara pembayaran internasional merupakan catatan yang memuat transaksi-transaksi yang diadakan oleh penduduk negara tersebut dengan penduduk negara lain untuk jangka waktu tertentu. 2. Transaksi Ekonomi Internasional Transaksi-transaksi ekonomi internasional pada umumnya merupakan transaksi-transaksi pembayaran internasional berupa pemindah tanganan hak milik atas suatu benda dari tangan orang yang satu ke tangan orang yang lain ataupun dari tangan orang yang satu ke tangan orang lain ataupun berupa penunaian jasa yang dilakukan oleh orang yang satu untuk orang yang lain. Selain juga perubahan susunan dan nilai hutang piutang serta kekayaan penduduk negara bersangkutan di negara lain, juga termasuk dalam istilah transaksi ekonomi internasional.
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 25 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

3. Masalah Kependudukan Dalam pengertian pembayaran internasional istilah penduduk atau resident diartikan semua subyek ekonomi yang mempunyai kemungkinan untuk mengadakan transaksi-transaksi ekonomi dengan penduduk negara lain. Jadi yang dimaksud penduduk disini meliputi orang perorangan, badanbadan swasta dan badan-badan pemerintah, maka persoalan selanjutnya ialah menentukan subyek-subyek ekonomi yang mana yang merupakan penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran dan subyek-subyek ekonomi yang mana yang harus kita pandang sebagai penduduk asing. Subyek ekonomi yang mewakili pemerintah atau negara selalu dianggap penduduk negara yang diwakilinya. Misal duta besar asing yang berada di RI tidak satupun dapat digolongkan sebagai penduduk RI meskipun mereka tinggal di Jakarta. Orang perorang yang tidak mewakili pemerintah haruslah dianggap sebgai penduduk negara yang bersangkutan. Contoh orang turis. Untuk perusahaan yang berbadan hukum, perusahaan harus dianggap sebagai penduduk negara yang pemerintahnya mengesahkan akte pendirian badan hukum tersebut. Sedangkan cabang-cabangnya yang ada di negara lain harus dipandang sebagai penduduk dimana cabang tersebut berada. 4. Transaksi Kredit dan Transaksi Debit Transaksi internasional digolongan menjadi dua yaitu : 1. Transaksi kredit, terjadi apabila mengakibatkan timbulnya atau bertambahnya hak bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran internasional tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain. 2. Transaksi debit, terjadi apabila transaksi tersebut mengakibatkan timbulnya atau bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 26

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

5. Neraca Waktu Pencatatan Transaksi Perdagangan Dalam Neraca Pembayaran Internasional Dalam transaksi jual beli ada tiga macam pilihan time basis atau dasar waktu yang masing-masing mempunyai kebaikan dak kelemahan sendiri-sendiri, yaitu : 1. Dasar waktu pembayaran atau the payment time basis yang bisa juga disebut the cash basis. Disini dianggap terjadi pada saat diadakan pembayaran. Bagi negara yang menggunakan exchange control semua pengeluaran serta penerimaan alat pembayaran luar negeri harus seijin pemerintah. Akan tetapi cara seperti ini dapat menyebabkan neraca pembayaran yang kita susun memberikan gambaran yang menyesatkan. Misal. Apabila negara kita mengimpor suatu barang dari luar negeri dengan menggunakan kredit jangka pangjang, kita dalam menyusun neraca pembayaran internasional menggunakan payments basis, maka transaksi impor tersebut tidak akan kita temukan dalam neraca pembayaran internasional untuk periode itu. Sedangkan pada tahun pembayarannya, dimana pemasukan barang-barang termaksud sebenarnya sudah tidak ada lagi. 2. Dasar waktu perjanjian atau the transaction time basis Disini ekspor dan impor dianggap terjadi bukan pada saat pembayaran melainkan pada saat perjanjian ditandatangani. Dengan cara ini kelemahan yang timbul sebagai akibat penggunaan kredit dalam transaksi eksport atau import dapat kita hindarkan. Akan tetapi ada kesulitan yang ditimbulkan yaitu kalau terjadi suatu kontrak jual beli yang meliputi jangka waktu sampai beberapa tahun. 3. Dasar waktu penyerahan atau the movement time basis Dalam metode ini transaksi eksport dianggap terjadi pada saat barang meninggalkan daerah pabean negara pengekspor, sedangkan transaksi impor dianggap terjadi pada saat barang memasuki daerah pabean negara pengimpor.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 27

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Kelemahan dari sistem ini tidak mempunyai movement basis untuk mencerminkan perubahan-perubahan posisi finansial luar negeri yang diakibatkan oleh transaksi-transaksi eksport dan import tersebut. 6. Beberapa Sumber Neraca Pembayaran Indonesia Neraca Pembayaran Luar Negeri Indonesia dapat diperoleh dari beberapa penerbitan resmi, antara lain : 1. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diterbitkan setiap tahun sekali untuk masing-masing tahun anggaran oleh Departemen Keuangan RI. 2. Bank Indonesia : Laporan Tahun Pembukuan, yang diterbitkan setiap tahun oleh Bank Indonesia. 3. Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, yang diterbitkan 2 tahun sekali oleh Bank Indonesia. 4. Statistik Indonesia, Statistical of Yearbook of Indonesia, yang diterbitkan oleh BPS setiap tahun. 5. Indikator Ekonomi, yang terbitkan oleh BPS sebulan sekali. Bahwa catatan-catatan dari penerbitan resmi tidak selalu sesuai antara satu dengan yang lain, dikarenakan hal-hal sebagai berikut : 1. Penggunaan dasar waktu yang berbeda 2. Penggunaan sistematika yang berbeda 3. Penggunaan sumber statistik yang berbeda 4. Perbedaan yang timbul disebabkan karena angka satu masih merupakan angka sementera, sedangkan angka yang lain merupakan angka yang sudah diperbaiki. Dari segi bentuk susunannya rupa-rupanya neraca pembayaran yang termuat darlam Lapran Tahunan Bank Indonesia adalah merupakan neraca pembayaran yang bentuknya paling sesuai dengan bentuk yang disarankan oleh lembaga moneter internasional Monetary Fund.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 28

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

7. Pos-pos Dasar Neraca Pembayaran

Pos-pos dasar : A. Transaksi Dagang (trade) Barang-barang (visible trade) Jasa-jasa (invisible trade) B. Pendapatan Modal (Income on investment) C. Transaksi-transaksi Unilateral (Unilateral transaction) D. Penanaman Modal Langsung (direct investment) E. Hutang piutang jangka panjang (longterm loan) F. Hutang piutang jangka pendek (short term loan) G. Sektor Moneter (Monetary sector) Adapun selengkapnya susunan dengan model IMF untuk pos neraca barang dan jasa adalah sebagai berikut : (a) Neraca pembayaran barang (visible trade) 1. Barang-barang 2. Emas tidak moneter (b) Neraca jasa-jasa (invisible trade) 1. Ongkos pengangkutan dan asuransi 2. Ongkos transport lain-lain 3. Perjalanan luar negeri 4. Pendapatan modal 5. Pemerintah, tidak termasuk dalam bagian lain 6. Jasa-jasa lainnya
8. Hubungan Antara Neraca Pembayaran dengan Neraca Hutang Piutang Luar Negeri

Pengelompokkan pos-pos dasar ke dalam transaksi berjalan atau current account dan neraca transaksi modal atau capital account. Pembagian neraca pembayaran ke dalam transaksi berjalan dan neraca transaksi modal yang biasa juga disebut dengan neraca transfer didasarkan atas ada tidaknya hubungan langsung atara pos bersangkutan dengan pos yang dalam balance of indebtedness, yang kita sebut juga hutang piutang luar negeri,

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 29

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Bila sebuah pos dasar atau sebuah transaksi secara langsun tidak mengakibatkan berubahnya nilai pos pada neraca hutang piutang luar negeri, maka pos tersebut kita masukkan ke dalam neraca transaksi berjalan. Sebaliknya apabila sebuah pos neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai dalam salah satu pos dalam neraca hutang piutang luar negeri maka pos pembayaran tersebut dimasukkan ke dalam kategori neraca transaksi modal, yang kadang-kadang disebut neraca transfer atau transfer account. Berdasarkan ketentuan tersebut, pengelompokkan pos-pos dasar neraca pembayaran dalam dilihat dibawah ini : A. Neraca Transaksi Berjalan 1. Transaksi perdagangan (barang dan jasa) 2. Pendapatan modal 3. Transaksi unilateral B. Neraca Transaksi Modal (capital account) 1. Penanaman modal langsung 2. Hutang-piutang jangka panjang 3. Hutang-piutang jangka pendek 4. Sektor moneter 9. Neraca Hutang Piutang Luar Negeri Kalau neraca pembayaran suatu negara mengiktisarkan smeua transaksi ekonomi luar negeri yang diadakan oleh penduduk negara bersangkutan dengan penduduk negara lain, balance of indebtedness atau neraca hutang piutang luar negeri mengikhtisarkan smeua kekayaan penduduk negara tersebut di luar negeri, besarnya hutang piutang penduduk negara tersebut dengan penduduk negara lain, serta harta kekayaan milik penduduk negara lain yang ada dalam perekonomian negara tersebut.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 30

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB VI ANALISIS NERACA PEMBAYARAN


Analisis ekuilibrium desekuilibrium neraca pembayaran merupakan analisis neraca pembayaran yang dari sudut pandangan ekonomi keuangan internasional adalah yang paling berperan. 1. Negara Debitur dan Negara Kreditur Dengan membandingkan nilai kekayaan penduduk suatu negara yang tertanam di luar negeri dengan nilai kekayaan penduduk negara lain yang tertanam di dalam perekonomian negara tersebut, kita dapat membedakan antara negara yang mempunyai status sebagai negara debitur dan negara yang menjadi negara kreditur. Jumlah nilai kekayaan dalam artian luas, yaitu meliputi semua harta benda yang dimilikinya secara langsung, penyertaan modal dan semua piutang, melebihi jumlah nilai seluruh kekayaan asing, juga dalam artian luas, yang tertanam dinegara tersebut, wajar untuk disebut sebagai negara kreditur atau creditor country. Sebaliknya apabila jumlah nilai seluruh kekayaan pendudk yang tertanam diluar negeri lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah nilai kekayaan negara yang tertanam dinegara tersebut, maka negara tersebut disebut negara debitur atau debtor country. Nilai kredit pos pendapatan modal merupakan pendapatan yang diperoleh penduduk negara neraca pembayaran dan di lain pihak nilai debit pos pendapatan modal menunjukkan besarnya pendapatan yang diperoleh investor asing dari penanaman modalnya dinegara kita, maka mudah kiranya dipahami bahwa : a. Apabila pos pendapatan modal pada sebuah neraca pembayaran mampunyai saldo kredit, maka negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut kita sebut sebagai negara kreditur. b. Apabila pos pendapatan modal mempunyai saldo debit, maka negara yang mempunyai neraca pembayaran kita sebut negara debitur.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 31

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Sekalipun berubahnya sangat pelan, serta tidak mempunyai derajat kepastian yang tinggi, namun dapat terjadi perubahan tersebut membentuk sebuah siklus :

SIKLUS STATUS DEBITUR KREDITUR SUATU NEGARA 2. Analisis Investasi Luar Negeri Kalau analisis status debitur kreditur suatu negara biasa disebut sebagai analisis jangka panjang, mengingat bahwa perubahan status yang satu ke yang lain memakan waktu beberapa dasawarsa, analisis investasi luar negeri dapat dikategorikan sebagai analisis jangka pendek. Untuk menganalisis investasi luar negeri pos-pos neraca pembayaran kita golongkan menjadi : A. Saving Accounts 1. Perdagangan (barang-barang dan jasa-jasa) 2. Pendapatan modal 3. Transaksi-transaksi unilateral B. Investment Accounts 4. Penanaman Modal langsung 5. Hutang jangka panjang 6. Hutang jangka pendek C. Cash Accounts 7. Sektor moneter
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 32 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

3. Analisis Debt Service Capacity Analisis neraca pembayaran internasional atau debt service analysis atau analisa daya kemampuan pemenuhan kewajiban hutang luar negeri. Analisis ini dimanfaatkan oleh negara-negara kreditur dalam mempertimbangkan pemberian pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman yang diberikan kepada negara-negara yang sedang berkembang. Analisis ini dirasakan sangat perlu sebab pengalaman menunjukkan jumlah negara yang sedang berkembang yang pernah mengalami ketidakmampuan memenuhi kewajiban membayar bunga dan angsuran pinjaman kepada negara lain dapat dikatakan cukup banyak. Tingginya daya kemampuan suatu negara dalam memenuhi kewajibankewajiban luar negeri yang timbul sebagai akibat dari pinjaman luar negeri mereka dapat diukur dengan menggunakan indikator-indikator daya pemenuhan kewajiban hutang luar negeri atau debt servicing capacity indicators, yang selanjutnya disingkat indikator-indikator DSC. Indikator-indikator DSC yang banyak digunakan antara lain : 1. Debt Service to export ratio. Indikator ini merupakan angka banding antara nilai debt service dengan nilai ekspor total. Semakin tinggi angka banding, semakin rendah daya kemampuan suatu negara dalam melunasi kewajiban hutang luar negerinya. 2. Import to reserve ratio Yaitu angka banding nilai impor dengan cadangan luar negeri. Tingginya angka ini menunjukkan lebih kecilnya proporsi cadangan valuta asing yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban luar negeri yang telah jatuh tempo. 3. Outstanding debt to current amortazation ratio Yaitu angka banding pinjaman luar negeri yang dimiliki oleh suatu negara terhadap besarnya cicilan. Angka banding ini dengan sendirinya menunjukkan dalam jangka waktu berapa lama negara tersebut mempunyai beban angsuran. Oleh karena itu makin tinggi nilai indikator ini dapat diartikan semakin rendah daya pemenuhan kewajiban luar negerinya.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 33

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

4. Debt services to capital inflow ratio Masuknya modal ke dalam negeri dapat dipergunakan untuk menutup neraca perdagangan yang defisit maupun juga untuk menutup kewajiban membayar bunga dan cicilan hutang luar negeri. Dengan demikian berarti bahwa lebih rendahnya nilai indikator DSC ini relatif lebih rendah pula resiko pemberian pinjaman kepada negara tersebut. 5. Imports to GNP ratio Yaitu angka banding nilai impor terhadap nilai produk nasional bruto. Tingginya nilai indikator ini menunjukkan bawah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perekonomian sangat menggantungkan kepada tersedianya barang-barang dan jasa-jasa dari luar negeri. Hal ini tendensinya berarti bagi pemerintah relatif sukar untuk mengekang impor bilamana diperlukan. Dengan lebih sukarnya mengurangi impor berarti pinjaman akan terbayarnya bunga dan angsuran pelunasan pinjaman luar negeri negara tersebut kecil. 6. Tingkat pertumbuhan ekspor Meningkatnya nilai ekspor berarti meningkat ula penerimaan devisa, yang penggunaannya antara lain dapat membayar debt service. Jadi kalau suatu negara tingkat pertumbuhan ekportnya tinggi, maka DSC nya juga tinggi. 7. Fluktuasi ekspor Kenyataan menunjukkan bahwa fluktuasi baik nilai maupun volume ekspor komoditi yang satu dengan yang lain berbeda. Ekspor komoditi hasil pertanian dapat saja merosot volumenya sebagai akibat adanya kegagalan panen. Sebaliknya hasil produksi yang melimpah dapat mengakibatkan turunnya harga pasar. Dengan demikian indikator DSC lainnya yang tingginya sama, lebih tingginya sifat fluktuasi ekspor akan ditafsirkan lebih rendahnya debt servicing capasity suatu negara. 8. Tingkat pertumbuhan produk domestik per kapita Semakin tinggi tingkat pertumbuhan produk domestik nyata per kapita, semain besar proporsi pendapata yang diperuntukkan untuk konsumsi, sehingga bagian yang diperuntukkan untuk memenuhi kewajiban masyarakat melunasi bunga dan angsuran dalam maupun luar negeri meningkat.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 34

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB VII ANALISIS EKUILIBRIUM-DISEKUILIBRIUM NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL


Neraca pembayaran internasional dalam keadaan disekuilibrium apabila susunana nilai pos-pos dalam neraca pembayaran internasional tersebut tanpa adanya campur tangan pemerintah tidak akan dapat bertahan lama. Disamping diatas ada beberapa pendapat yang menyatakan sebagai berikut : 1. Neraca pembayaran internasional dalam keadaan disekuilibrium apabila total autonomous credit transactionnya jumlah nilainya tidak sama dengan jumlah nilai autonomous debit transactionsnya dengan beda yang cukup besar. 2. Neraca pembayaran internasional dikatakan dalam keadaan disekuilibrium apabila jumlah penerimaan alat-alat pembayaran luar negerinya tidak sama dengan jumlah pengeluarannya. 3. Neraca pembayaran internasional dikatakan dalam keadaan disekuilibrium apabila shortterm accountnya mempunyai saldo yang cukup besar 4. Neraca pembayaran internasional dikatakan dalam keadaan disekuilibrium apabila jumlah seluruh pengeluaran untuk impor barang-barang dan jasa-jasa tidak sama dengan jumlah penghasilan yang didapat dari ekspor, penerimaan modal jangka panjang netto dan jumlah netto transaksi-transaksi unilateral yang terjadi secara terus menerus.

1. Konsep Pokok Disekulibrium Neraca Pembayaran Pengertian ekuilibrium dan disekuilibrium dalam neraca pembayaran internasional terutama ditekankan pada pengungkapan keadaan yang tidak mempunyai tendensi untuk berubah. Neraca pembayaran yang dikatakan dalam keadaan ekuilibrium apabila dapat diperkirakan bahwa sekalipun tanpa campur tangan pemerintah yang drastis, pos-pos neraca pembayaran dapat bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama. Transaksi otonom debit merupakan transaksi yang memerlukan

pembayaran luar negeri, sedangkan transaksi otonom kredit akan mendatangkan penerimaan dari luar negeri. Maka saldo debit transaksi otonom total, yang merupakan selisih positif antara nilai total transaksi otonom debit dengan nilai total transaksi otonom kredit, menunjukkan besarnya defisit neraca pembayaran internasional negara bersangkutan.
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 35 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Sebaliknya apabila jumlah nilai total seluruh transaksi otonom kredit lebih besar daripada jumlah nilai total transaksi otonom kredit lebih besar daripada jumlah nilai total transaksi otonom debit maka selisihnya merupakan surplus neraca pembayaran internasional negara yang memiliki neraca pembayaran tersebut. Apabila saldo ada akan tetapi lebih kecil, kita harus menganggapnya

sebagai tidak mempunyai saldo dan neraca pembayaran internasional harus kita anggap sebagai seimbang atau balanced. Baru kalau saldo transaksi otonomnya besar, apabila saldonya positif atau saldonya merupakan saldo kredit, neraca pembayaran kita sebut surplus. Sedangkan sebaliknya bila saldonya merupakan saldo debit yang cukup besar, kita katakan neraca pembayaran mengalami defisit. Lebih lanjut dengan adanya surplus ataupun defisit berarti neraca pembayaran berada dalam keadaan disekuilibrium. 2. Beberapa Konsepsi Mengenai Surplus Defisitnya Neraca Pembayaran Analisis surplus-defisit atau ekuilibrium-disekuilibrium neraca pembayaran dengan melalui perbedaan antara transaksi-transaksi otonom kredit dan transaksi otonom debit dasar teorinya sangat kuat. Sebagai akibat sangat mendesaknya kebutuhan praktis untuk mengetahui ekuilibrium-disekuilibrium neraca pembayaran bermunculanlah konsepsi-konsepsi baru yang mencoba memecahkan masalah penganalisaan angka-angka pada neraca pembayaran untuk mengetahui surplus-defisitnya neraca pembayaran luar negeri suatu negara. Beberapa diantaranya yang terkenal ialah : 1. Konsepsi saldo transaksi dasar Konsepsi ini aslinya mempunayi nama Basic Balance Concept, dengan cara pengelompokkan pos-pos sebagai berikut : a. Saldo barang-barang dan jasa-jasa b. Saldo transaksi unilateral c. Saldo modal jangka panjang SALDO DASAR ( = BASIC BALANCE )

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 36

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

d. Selisih yang tidak diperhitungkan e. Saldo modal jangka pendek f. Saldo cadangan moneter 2. Konsepsi saldo likuiditas bruto Konsepsi ini aslinya mempunyai sebutan asli Gross Liquidity Balance Consept. Menurut konsepsi ini pos-pos dikelompokkan sebagai berikut : a. Saldo dasar (=basic balance) b. Saldo modal jangka pendek swasta domestik c. Saldo pinjaman komersial asing d. Saldo yang tidak diperhitungkan SALDO LIKUIDITAS BRUTO (=GROSS LIQUIDITY BALANCE) e. Saldo modal jangka pendek swasta asing (kecuali kredit komersial) f. Saldo cadangan moneter 3. Konsepsi saldo transaksi cadangan resmi Konsepsi ini aslinya mempunyai sebutan asli Balance of Official Reserve Transaction Consept. Menurut konsepsi ini pos-pos dikelompokkan sebagai berikut : a. Saldo Likuiditas bruto b. Saldo Modal jangka pendek swasta asing (kecuali hutang piutang komersial) c. Saldo modal jangka pendek pemerintah asing, meliputi di dalamnya pemilikan oleh penduduk negara lain atas surat-surat berharga pemerintah dalam negeri (kecuali modal dan pemilikan surat-surat berharga oleh penguasa-penguasa/lembaga-lemaba moneter) SALDO TRANSAKSI CADANGAN RESMI

d. Saldo pemilikan modal jangka pendek oleh penguasa-penguasa / lembagalembaga moneter negara lain (meliputi di dalamnya surat-surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah negara sendiri) e. Saldo cadangan moneter

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 37

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

4. Konsepsi saldo likuiditas netto Nama asli konsep ini ialah Net Liquidity balance Concept. Konsepsi ini menggunakan klasifikasi sebagai berikut : a. Saldo dasar b. Saldo modal jangka pendek swasta yang tidak likuid c. Alokasi SDR d. Selisih yang tidak diperhitungkan SALDO LIKUIDITAS NETTO

e. Saldo modal swasta yang likuid f. Saldo transaksi-transaksi cadangan resmi 5. Konsepsi saldo transaksi jangka pendek Menurut konsepsi ini pos dalam neraca pembayaran luar negeri dikelompokkan sebagai berikut : a. Saldo barang-barang dan jasa-jasa b. Saldo transaksi pendapatan modal c. Saldo transaksi unilateral d. Selisih yang tidak diperhitungkan e. Saldo penanaman modal langsung f. Saldo hutang piutang jangka panjang SALDO TRANSAKSI JANGKA PENDEK

g. Saldo hutang piutang jangka pendek h. Saldo transaksi moneter 6. Konsepsi saldo transaksi moneter Menurut konsepsi ini transaksi-transaksi neraca pembayaran luar negeri digolong-golongkan sebagai berikut : a. Saldo barang-barang dan jasa-jasa b. Saldo pendapatan modal c. Saldo transaksi unilateral d. Selisih yang tidak diperhitungkan e. Saldo penanaman modal langsung f. Saldo hutang piutang jangka pendek
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 38 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

g. Saldo hutang piutang jangka panjang SALDO TRANSAKSI MONETER

h. Saldo transaksi moneter

3. Fluktuasi Neraca Pembayaran Seperti halnya dengan kebanyaakan aktivitas ekonomi lainnya berfluktuasi secara random, musiman, siklus dan trend, nilai pos-pos dalam neraca pembayaran suatu negara dapat pula berflutuaksi, juga dengan pola random, musiman, siklis dan trend. Mengingat bahwa fluktuasi dalam neraca pembayara internasional yang sifatnya random dari segi praktisnya tidak relevan untuk kita perhatikan, maka berdasarkan pola fluktuasinya dapat dibedakan menjadi tiga macam pembayaran internasional, yaitu : 1. Disekuilibrium Musiman (Seasonal Disequilibrium) Perubahan-perubahan dalam pembayaran internasional

yangmempunyai pola seasonal atau musiman ini pada umumnya tida banyak menimbulkan masalah, sebab defisit neraca pembayaran pada bulan-bulan tertentu akan tertutup oleh surplus pada bulan-bulan lainnya. 2. Disekuilibrium siklis (cyclical disequilibrium) Disekuilibrium ini timbul sebagai akibat adanya gelombang konjungtur yang terjadi dalam perekonomian negeri atau terjadi dalam perekonomian negara lain. C.P. Kingdleberger mengatakan bahwa tidak selalu gelombang konjungtur terjadi dalam suatu perekonomian akan mengakibatkan terjadinya cyclical disequilibrium neraca pembayaran internasional, apabila negara bersangkutan mempunyai elastisitas pendapatan yang sama, elastisitas harga yang sama, pola gelombang konjungtur yang sama dengan gelombang kongjuntur bekerja pada waktu-waktu yang bersamaan. 3. Disekuilibrium siklis (structural disequilibrium)

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 39

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Structural disequilibrum terjadi sebagai akibat dari ketidakserasian antara perubahan-perubahan pada permintaan dan penawaran akan barang perdagangan internasional dalam perubahan pada penawaran faktor-faktor produksi. Ketidakserasian ini disebabkan oleh

ketidakmampuan menggunakan faktor-faktor produksi mengikuti perubahan pada permintaan dan penawaran akan barang-barang perdagangan internasional.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 40

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB VIII NERACA PERDAGANGAN, PENDEKATAN ANALISIS PARSIAL


Konsepsi kurva permintaan dan penawaran pasar dapat dipergunakan untuk menerangkan baik perdagangan antar daerah maupun perdagangan antar negara. Oleh karena konsepsi ini hanya memperhatikan sebagian kecil dari perekonomian, yaiut hanya memperhatikan satu komoditi saja, dan tidak memperhatikan sama sekali pantulan yang mungkin timbul dari sektor-sektor lain dalam perekonomian, maka pendekatan ini dapat dikategorikan sebzgai pendekatan parsial atau partial equilibrium analisys. 1. Perdagangan Antar Daerah Dengan adanya perbedaan antar daerah dalam hal jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, kesukaan, selera dan cita rasa penduduk,

keanekaragaman barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia, maka mudah dipahami bahwa kurva permintaan pasar akan barang yang sama berbeda antar daerah satu dengan yang lain.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 41

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Misalnya : Suatu negara terdiri dari 2 pulau, pulau A dan Pulau B, yang mula-mula sama sekali tidak ada kontak di antara masyarakat ke dua pulau tersebut. Pada gambar diatas kurva permintaan pasar masyarakat pulau A dan akan barang X sedangkan kurva DA DA, sedangakan kurva yang serupa untuk masyakat pulau B kita tandai DB DB. Seperti halnya kurva permintaan, kurva penawaran barang juga berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan oleh pada umumnya kwalitas, kuantitas maupun komposisi sumber daya yang ada didaerah yang satu berbeda dengan daerah yang lain. Kurva penawaran pasar X untuk pulau A digambar sebagai kurva SA SA sedangkan untuk pulau B digambarkan sebagai SB SB. Kalau misalnya mula-mula sekali tidak ada kontak antara penduduk pulau A dngan penduduk pulau B. dalam keadaan demikian maka keadaan ekuilibrium pasar di pulau A dan di pulau B akan terbentuk dengan nilai-nilai ekuilibrium. 1. Dipulau A Harga ekuilibrium barang X = OPA/X Jumlah konsumsi barang X = OXA/bulan Jumlah produksi barang X = OXA/bulan

2. Dipulau B Harga ekuilibrium barang X = OPB/X Jumlah konsumsi barang X = OXB/bulan Jumlah produksi barang X = OXB/bulan

Kesimpulan yang dapat diambil : a. Untuk daerah surplus berlaku : produksi minus penjualan ke daerah lain sama dengan konsumsi b. Untuk daerah minus berlaku : produksi plus pembelian dari daerah lain sama dengan konsumsi.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 42

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

2. Perdagangan Antar Bangsa Analisis permintaan dan penawaran yang dipergunakan untuk menerangkan perdagangan antar daerah juga berlaku untuk perdagangan antara bangsa, yang kita sebut juga perdagangan antar negara atau perdagangan internasional. Perbedaan jumlah penduduk, perbedaan pendapatan, perbedaan kesukaan dan perbedaan keanekaragaman barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia bagi konsumen menyebabka permintaan pasar akan suatu barang berbeda dari negara yang satu dengan negara lain. Dilain pihak apa yang disebut factor endowment yaitu kwalitas, kuantitas dan komposisi sumber daya, berbeda antar negara yang satu dengan yang lain menyebabkan kurva penawaran pasar akan suatu barang atau jasa juga berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Dari kesamaan-kesamaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis perdagangan antar daerah yang menggunakan komsepsi permintaan dan penawaran sepenuhnya dapat dipergunakan untuk menerangkan perdagangan antar negara.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 43

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Dua hal pokok yang banyak dijumpai dalam lalu lintas perdagangan antar bangsa tetapi jarang kita jumpai dalam lalu lintas perdagangan antar daerah, yaitu : 1. Mata uang yang berlaku di negara pengimpor pada umumnya berbeda dengan mata uang yang berlaku dinegara pengekspor. Kenyataan ini menyebabkan timbulnya masalah seperti kurs devisa, resiko perubahan kurs devisa, cadangan valuta asing dan lainnya. 2. Kebijakan pemerintah seperti bea atau tarif, kouta, subsidi dan sebagainya

3. Permintaan Impor dan Penawaran Ekspor Model analisis perdagangan antar negara menggunakan konsepsi kurva permintaan dan penawaran pasar agak sukar dipergunakan untuk menggambarkan masalah elastisitas. Pada hal kita akan menyaksikan bahwa banyak kebijakan ekonomi luar negeri pemerintah mengenai keberhasilannya sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya elastisitas permintaan impor dan elastisitas penawaran ekspor. Masalah tersebut sedikit teratasi apabila untuk persoalan yang sama diuraikan dengan menggunakan konsepsi permintaan impor dan penawaran ekspor. Dari setiap pasang kurva permintaan pasar dan penawaran pasar dapat diturunkan kurva permintaan impor dan kurva penawaran ekspor.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 44

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa negara A mempunyai sepasang kurva permintaan pasar dan penawaran pasar barang X yang berturut-turut digambarkan sebagai kurva DDA dan SSA. Dari pasangan kurva ini dapat diturunkan : 1. Kurva permintaan impor negara A akan barang X. Kurva ini dapat pula disebut kurva permintaan negara A akan barang X buatan luar negeri. Kurva tersebut merupakan kurva yang menunjukkan kuantitas-kuantitas barang X yang masyarakat negara A ingin dan sanggup untuk mengimpornya dari negara lain pada berbagai kemungkinan harga barang X tersebut. Dalam gambar yang dimaksud degnan kurva permintaan impor barang X negara A tersebut adalah PA HDA 2. Kurva penawaran ekpor barang X negara A Kurva ini menunjukkan jumlah barang X yang masyarakat negara A inign dan sanggup mengekspornya ke negara lain pada berbagai kemungkinan harga barang X. kurva penawaran barang ekspor yang dimaksud ialah PA FSA.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 45

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Pada gambar diatas, titik potong ekuilibrium tersebut ialah titik E. titik ini merupakan titik ekuilibrium dari mana dapat kita temukan : 1. Harga ekuilibrium barang X di negara A dan di negara B sama, yaitu setinggin OP* 2. Mengingat bahwa titik E merupakan bagian dari kurva penawaran ekspor barang X negara A, yaitu kurva PA FSA, maka berarti bahwa negara A yang merupakan negara pengekspor barang X dengan jumlah per satuan waktunya P*E unit (jumlah ini nilainya dengan rupiah seharga Rp. (OP* x P*E) 3. Mengingat titik E juga merupakan bagian dari kurva permintaan impor barang X negara B, PB MDB, maka berarti negara B merupakan negara pengimpor barang X dengan jumlah per satuan waktunya P*E unit juga, yang kalau dinyatakan dengan rupiah juga sebesar Rp.(OP* x P*E) Beberapa nilai variabel-variabel lainnya, secara singkat dapat ditunjukkan : 1. Produksi barang X negara A : P*d OXd atau (P*a + P*E) 2. Konsumsi barang X negara A : P*a OXa atau (P*d - P*E) 3. Produksi barang X negara B : P*b OXb atau (P*e - P*E) 4. Konsumsi barang X negara B : P*c OXc atau (P*b + P*E)

4. Masalah Elastisitas Mengingat pentingnya masalah elastisitas banyak para ahli yang terdorong untuk mengadakan studi empiris mengenai elastisitas. Untuk perekonomian yang sumbangan hasil produksinya sangat kecil bila dibandingkan dengan hasil produksi dunia. Mislanya produksi emas di Indonesia, perbedaan antara kurva permintaan dunia dengan kurva permintaan sisa dunia akan barang tersebut tidak begitu mempunyai arti. Tetapi untuk perekonomian yang bagian pasar atau market sharenya besar, perbedaan tersebut perlu mendapat perhatian. Kurva permintaan sisa dunia yang dihadapinya tidak lagi berbentuk horisontal sejajar dengan sumbu kuantitas. Lebih penting dari perbedaan antara permintaan sisa dunia dengan permintaan dunia, ialah perbedaan antara kedua permintaan tersebut di satu pihak dengan kurva permintaan sisa dunia akan barang yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dilain pihak.
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 46 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Kalau kita ingin menganalisa ekspor suatu barang, yang kita perhatikan adalah kurva penawaran ekspor barang tersebut dan kurva permintaan sisa dunia akan barang yang sama yang relevan bagi negara tersebut. Kurva yang kita sebutkan belakangan ini merupakan hasil pengurangan kurva permintaan sisa dunia akan barang tersebut terhadap kurva penawaran sisa dunia akan barang yang sama. Pada umumnya terutama bagi negara yang market share atau pangsa pasarnya di pasar dunia, yaitu yang biasa diistilahkan sebagai negara kecil atau small country untuk kurva yang kita maksudkan paling akhir, elastisitasnya sangat tinggi, kalau tidak bahwak elastik sempurna. 5. Biaya Transport Untuk perdagangan antar daerah atau antar negara dimaka ada beban ongkos transpor. Biaya selain harga barang bersangkutan yang timbul dari adanya transaksi perdagangan misalnya ongkos transpor, asuransi, ongkos administrasi, biaya provisi, ongkos modal dan sebagainya kita jadikan satu disebut ongkos transpor. Semua macam pengeluaran ini , yang menanggung beban adalah importir. Oleh importir dibebankan kepada pembeli pemakai di dalam negeri. Dengan demikian harga barang X di negara pengimpor tendensinya sama dengan harga barang X di negara pengimpor ditambah dengan ongkos transpor. Dengan dimasukkannya ongkos transpor ke dalam model, maka keadaan ekuilibrium akan tercapai apabila dipenuhi syarat-syarat : a. Harga dinegara pengimpor lebih tinggi di bandingkan dengan harga di negara pengekspor dengan perbedaan setinggi ongkos transpor per unit b. Pada harga-harga seperti yang diungkapkan pada syarat (a) tersebut diatas, jumlah kesediaan masyarakat negara pengimpor untuk mengimpor barang bersangkutan sama dengan jumlah kesediaan masyarakat negara pengekspor untuk mengekspornya.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 47

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Kalau diterapkan pada gambar diatas, uraian singkatnya sebagai berikut : A. Model dengan menggunakan kurva pasar Yang dimaksud dengan kurva pasar ialah kurva permintaan pasar dan kurva penawaran pasar. Ongkos transpor per unit baragn X adalah setinggi t, yang panjangnya sama dengan ed. Dengan ongkos transpor tersebut, maka variabel-variabel dibawah ini mempunyai nilai ekuilibrium :

Negara A : (a) Harga ekuilibrium : Oa /X (b) Ekspor ekuilibrium : bc unit barang X/s.w (c) Produksi ekuilibrium : ac unit barang X/s.w (d) Konsumsi ekuilibrium : ab unit barang X/s.w Negara B : (a) Harga ekuilibrium : Oe /X (b) Ekspor ekuilibrium : fg unit barang X/s.w (c) Produksi ekuilibrium : ef unit barang X/s.w (d) Konsumsi ekuilibrium : eg unit barang X/s.w

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 48

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

B. Model dengan menggunakan kurva permintaan impor dan kurva penawaran ekpor 1. Perdagangan antara dua negara :

Mengingat bahwa dengan adanya ongkos transpor, harga ekuilibrium di negara pengimpor lebih tinggi daripada harga di negara pengekspor. Maka dapat dipastikan bahwa titik-titik ekuilibrium berada di sebelah kiri titik E. Adanya kuantitas impor atau ekpor yang memenuhi syarat bahwa perbedaan harga di negara pengimpor dengan harga di negara pengekspor sama dengan tingginya ongkos transpor t, yang panjangnya sama dengan ed, adalah OK. Ini berarti bahwa dalam keadaan ekuilibrium : (a) Negara G mengekspor barang X sejumlah OK/s.w (b) Harga ekuilibrium barang X di negara pengekspor G adalah setinggi Kd atau Oh/X (c) Negara F mengimpor barang X sejumlah OK/s.w (d) Nilai uang sejumlah hdek, yaitu sama dengan OK x ed, merupakan biaya transpor total. Jumlah ini dapat dibayarkan langsung oleh pengimpor akan tetapi dapat pula dibayarkan dahulu oleh pengekspor, kepada perusahaan-perusahaan transpor, perusahaan asuransi dan lain-lain.
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 49 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

2. Perdagangan Luar Negeri Perekonomian Kecil

Bahwa negara dengan transaksi perdagangan yang sangat kecil dibandingkan dengan transaksi perdagangan dunia untuk barang yang sama, menghadapi kurva permintaan sisa dunia akan barang bersangkutan yang relevan bagi negara tersebut sangat elastik. Demikian pula halnya dengan kurva penawaran sisa dunia yang relevan bagi negara tersebut yaitu sangat elastik. Perekonomian dengan transaksi perdagangan yang relatif kecil dibandingkan dengan transaksi jual beli barang yang sama dipasar dunia adalah menyerupai seorang konsumen menghadapi pasar, atau seorang produsen yang mempunyai bentuk pasar persaingan murni. Bagi konsumen dalam menghadapi pasar dengan produk homogen, harga pembelian merupakan datum. Dalam keadaan ini konsumen dapat disebut sebagai price-taker. Demikian pula bagi seorang produsen yang bentuk pasar penjualannya merupakan pasar persaingan murni harga penjualan juga disebut datum. Apabila produsen mau menjual barang hasil produksinya dengan harga yang berlaku dipasar, maka ia menjualnya sebanyak sebanyak kemampuan perusahaannya untuk

menghasilkan.
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 50 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Sebaliknya apabila ia menghendaki menjual hasil produksinya sedikit saja lebih tinggi dari harga pasar ia tidak akan dapat menjualnya barang satu unit pun. Oleh karena itulah maka kurva penawaran yang relevan bagi seorang konsumen akan suatu barang mempunyai bentuk lurus sejajar dengan sumbu kuantitas. Begitu juga dengan alasan yang sama, kurva permintaan yang relevanbagi seorang produsen, yang sering pula disebut kurva pendapatan hasil penjualan rata-rata atau average revenue curve, juga elastik sempurna, yaitu sejajar dengan sumbu kuantitas. 6. Bea dan Subsidi Dengan berbagai pertimbangan, pemerintah sering membebankan

pungutan terhadap impo maupun ekspor barang-barang dan jasa-jasa dimana secara langsung importir maupun eksportir yang dikenai pungutan tersebut tidak menerima balas-jasa langsung apapun. Pungutan ini biasa disebut bea, tarif atau duty. Bea yang dibebankan pada impor disebut bea impor, impor tarif atau impor duty, bea yang dibebankan pada ekspor disebut bea ekspor, sedangkan bea yang dikenakan pada barang-barang yang melewati daerah pabean negara pemunggut disebut bea transito atau transit duty. Cukup banyak pengaruh ekonomi dari bea dan subsidi, antara lain : 1. Pengaruhnya terhadap perdagangan, yaitu yang dimaksud disini pengaruhnya terhadap ekspor dan atau impor) yang sering disebut trade effect, pengaruh terhadap harga atau price effect, 2. Pengaruh terhadap konsumsi atau consumption effect, 3. Pengaruh terhadap produksi atau production effect atau protective effect. 4. Pengaruh terhadap neraca pembayaran luar negeri yaitu balance of payments effect. 5. Pengaruh terhadap pembagian pendapatan nasional atau redistribution of effect 6. Pengaruh terhadap kesempatankerja atau emplyment effect
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 51 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

7. Pengaruh terhadap dasar tukar atau terms of trade effect 8. Pengaruh terhadap pendapatan negara atau revenue effect.

7. Devaluasi dan Revaluasi Ada beberapa faktor yang memungkinkan adanya penyesuaian kurs devisa, diantaranya : a. Apabila dirasa mata uang dalam negeri dinilai terlalu tinggi, yaitu yang baisa disebut bahwa mata uang dalam negeri terdapat ovevalued, maka ini berarti bahwa kurs valuta asing ditetapkan terlalu rendah, maka biasanya pemerintah meningkatkan tingginya kurs valuta asing. Tindakan pemerintah yang berupa meningkatkan kurs valuta asing dinyatakan dalam mata uang dari negara tersebut disebut sebagai kebijakan devaluasi b. Apabila dirasa mata uang dalam negeri dinilai terlalu rendah dinyatakan dalam valuta asing, maka ini mempunyai makna bahwa kurs valuta asing sudah terlalu tinggi. Dalam keadaan seperti ini pemerintah biasanya mengambil kebijakan revaluasi, yaitu menurunkan kurs valuta asing, atau dengan kata lain mata uang sendiri nilainya terhadap mata uang asing dinaikkan. Dalam sejarah perekonomian kita belum pernah pemerintah melakukan kebijakan revaluasi. Pengaruh devaluasi dan revaluasi mata uang rupiah secara hipotek dapat diuraikan pada gambar dibawah ini :

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 52

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Kurs dollar mula-mula setinggi garis OK0. Pada kurs ini (Oa) misalnya, mempunyai nilai sama denga Rp. Oa (K0). Pada periode ke-1 dengan kurs yang ditunjukkan oleh garis OK1 nilai dollar sejumlah Oa hanya dihargai sama dengan Rp. Oa (K1) yang lebih sedikit daripada sebelumnya. Ini berarti bahwa mata uang rupiah, dinyatakan dalam dollar naik, nilainya naik. Hal yang sama bisa pula diungkapkan dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu kurs dollar turun. Tindakan pemerintah seperti ini disebut kebijakan revaluasi. Kebijakan pemerintah ini secara langsung menggeserkan garis kurs devisa ke atas atau kekiri, yaitu dari OK1 ke OK2 atau dari OK0 ke OK1, adalah kebalikan dari tindakan revaluasi dan disebut tindakan devaluasi. Devalasui merupakan tindakan pemerintah yang secara langsung menaikkan kurs valuta asing.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 53

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Sekarang kita perhatikan nilai-nilai ekuilibrium pada periode OK0, OK1 dan OK2 : A. Periode 0 dengan kurs OK0 1. Kemungkinan Indonesia mengimpor barang X Tidak mungkin, sebab kurva HEB (Rp.) K0 yang merupakan hasil pengrupiahan kurva HIB ($) tidak berpotongan dengan kurva permintaan impor barang X negara Indonesia ED1 2. Kemungkinan Indonesia mengekspor barang X Ini juga tidak mungkin, oleh karena kurva penawaran ekspor ES 1 tidak berpotongan dengan kurva HEB (Rp.) K0. 3. Harga ekuilibrium barang X di Indonesia Oleh karena Indonesia tidak mengekpor dan juga tidak mengimpor barang X, maka harga ekuilibrium barang X di Indonesia setinggi harga yang ditunjukkan oleh titik potong angara kurva permintaan pasar dan kurva penawaran pasar barang X, yaitu setinggi Rp.(OE)/X.

B. Periode 1 dengan kurs OK1 1. Kemungkinan Indonesia mengekspor barang X Untuk ini kurva HEB (Rp.) K1 harus berpotongan dengan kurva penawaran ekspor ES1. Oleh karena itu dengan kurs OK1 Indonesia tidak mungkin mengekspor barang X 2. Kemungkinan Indonesia mengimpor barang X Untuk kurva HEB (Rp.) K1 harus berpotongan dengan kurva permintaan impor ED1. Ternyata kedua garis tersebut saling berpotongan pada titik g. ini berarti bahwa dalam keadaan ekuilibrium Indonesia mengimpor barang X sebanyak OX1 tiap sauan waktunya. 3. Harga ekuilibrium barang X di Indonesia Oleh karena keadaan ekuilibrium Indonesia mengimpor barang X, maka harga ekuilibrium di Indonesia akan setinggi HIB(Rp.)K1 yaitu harga impor bersih dinyatakan dalam rupiah dnegan menggunakan kurs valuta asing yang ditunjukkan oleh garis kurs OK1 per satuan barang X

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 54

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

C. Periode 2 dengan kurs OK2 1. Kemungkinan Indonesia mengimpor barang X Ini tidak mungkin, sebab kurva HEB (Rp.) K2 tidak berpotongan dengan kurva permintaan impor barang X negara Indonesia ED 2 2. Kemungkinan Indonesia mengekspor barang X Untuk ini kurva HEB (Rp.) K2 harus berporongan dengan kurva penawaran ekspor ES2. Ternyata kurva ini saling berpotongan pada titik f. ini berarti bahwa dengan kurs OK2 pada keadaan ekuilibrium Indonesia mengekspor barang X sebanyak OK2 unit untuk setiap satuan waktunya. 3. Harga ekuilibrium barang X di Indonesia Oleh karena Indonesia mengekpor barang X, maka harga ekuilibrium barang X di Indonesia akan setinggi HEB (Rp.) K2, yaitu harga ekspor bersih dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan kurs dollar setinggi yang diungkapkan oleh garis kurs OK2 per unit barang X.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 55

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB IX NERACA PERDAGANGAN PENDEKATAN ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL

Macam-macam pendekatan analisis pendapatan nasional yang dapat dipergunakan untuk menerangkan hubungan timbal balik antara tingkat pendapatan nasional dengan pos-pos neraca pembayaran luar negeri yaitu : 1. Pendekatan angka pengganda luar negeri atau foreign trade multiplier approach. Modal analiss ini hanya memperhatikan satu pasar atau sektor saja yaitu sektor komoditi yang biasa disebut juga sektor nyata atau real sektor, sektor pengeluaran atau expenditure sektor Lebih lanjut model angka pengganda perdagangan luar negeri dapat dibedakan menjadi : a. Model angka pengganda tanpa pantulan. b. Model angka pengganda dengan pantulan. 2. Pendekatan IS-LM. Pendekatan ini disamping memperhatikan sektor nyata juga memperhatikan sektor moneter atau pasar uang.

1. Asumsi Khusus yang dipakai Untuk perekonomian terbuka kesamaan antara pendapatan nasional, output nasional dan pengeluaran total nasional tidak lagi berlaku. Kesamaan antara pendapatan nasional dengan output nasional masih tetap berlaku selama jumlah pendapatan modal yang dibayar oleh penduduk negara tersebut kepada pada investor asing sama dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh penduduk negara tersebut yang berasal dari penanaman modalnya diluar negeri. Keadaan perekonomian seperti inilah yang kita pakai sebagai landasan dalam menerangkan analisis pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 56

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

2. Pendapatan Nasional Ekuilibrium Dalam Perekonomian Terbuka Untuk perekonomian terbuka dimana pendapatan modal pada neraca pembayaran mempunyai saldo nol berlaku kesamaan-kesamaan pendapatan nasional dibawah ini (a) Y = C + I + X M (b) Y = C + S Dimana : X = nilai ekspor M = nilai impor Dengan demikian berarti : C+S =C+I+XM

S+M =I+X Dengan model ini pengeluaran investasi dan ekspor kedua-duanya diperlakukan sebagai variabel yang eksogen, sedangkan S dan M masing-masing diperlakukan sebagai variabel yang endogen dengan persamaan-persamaan seperti dibawah ini : S = S0 + sY

M = M0 + mY Dimana : S0 = besarnya saving pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol, yang kita sebut pula sebagai intersep fungsi saving atau intersep saving s M = -----Y = marginal propensity to save

M0 = besarnya impor pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol, yang kita sebut pula sebagai intersep fungsi import atau intersep impor m M = ------ = marginal propensity to impor Y

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 57

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Kemudian dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa : S0 + sY + M0 + mY = 1 + X sY + mY (s + m) Y Y Contoh : Sebuah perekonomian mempunyai data sebagai berikut : Fungsi saving Fungsi impor : S = -40 + 0,3Y : M = 20 + 0,2Y = = 1 + X S0 M0 1 + X S0 M0

1 + X S0 M0 = ---------------------s+m

Pengeluaran investasi : I = 280 Ekspor : C = 100

Berdasarkan data diatas dapat ditemukan : a. Pendapatan nasional ekuilibrium : Y 1 + X S0 M0 = ---------------------s+m 280 + 100 + 40 -20 = ----------------------------0,3 + 0,2

= 800

b. Saving ekuilibrium : S S = S0 + sY = -40 + 0,3 Y = -40 + 0,3 x 800 = -40 + 240 = 200

c. Import ekuilibrium : M M = M0 + mY = 20 + 0,2 Y = 20 + 0,2 x 800 = 20 + 160 = 180


SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 58 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

d. Konsumsi ekuilibrium : Y 800 C =C+I+XM = C + 280 + 100 180 = 800 200 = 600 Dengan cara lain : C =YS = 800 200 = 600

e. Neraca perdagangan ekuilibrium X = 100 dan M = 180 Ini berarti bahwa neraca perdagangan berada dalam keadaan pasif dengan impor netto sebesar M X = 180 100 = 80

3. Angka-angka Pengganda Angka pengganda dalam ekonomi biasa disebut angka pengganda perdagangan luar negeri atau foreign trade multipler. Adapun cara untuk menurunkan angka-angka pengganda tersebut adalah sebagai berikut : Kita telah menggetahui bawah pendapatan nasional ekuilibrium dapat kita temukan dngan menggunakan persamaan : Y 1 + X S0 M0 = ---------------------s+m

apabila misalnya nilai ekspor dari semula sebesar X berubah dengan X menjadi (X + X) mengakibatkan pendapatan nasional berubah dari semula Y berubah menjadi menjadi sebesar (Y + Y) maka secara matematik dapat kita tulis :

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 59

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Dimana

merupakan simbol untuk angka pengganda ekspor.

Dengan cara yang sama kita akan menemukan :

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 60

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

a. Angka pengganda investasi untuk perekonomian terbuka :

b. Angka pengganda autonomois saving atau intersep saving untuk perekonomian terbuka :

c. Angka pengganda autonomois import atau intersep impor untuk perekonomian terbuka :

4. Pengaruh Perubahan Eksport Terhadap Neraca Perdagangan Perubahan pendapatan nasional yang ditimbulkan oleh bertambahnya investasi sebesar satu rupiah akan sama dengan perubahan pendapatan nasional yang ditimbulkan oleh bertambahnya ekspor sebesar satu rupiah. Perubahan impor yang ditimbulkan oleh bertambahnya investasi sebesar satu rupiah juga sama dengan perubahan impor yang ditimbulkan oleh bertambahnya ekspor sebesar satu rupiah. Kedua hubungan yang diperbandingkan ini dapat diungkapkan sebagai berikut : a. Pengaruh perubahan ekspor sebesar Rp.1 : ( )

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 61

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

b. Pengaruh perubahan investasi sebesar Rp.1 : ( )

Perubahan ekspor, dilain pihak perlu kita teliti terlebih dahulu

Yang cara membacanya ialah : Perubahan nilai ekspor akan mengakibatkan pendapatan nasional ekuilibrium berubah dengan perubahan sebesar yang nilainya sama dengan .

Dan perubahan pendapatan nasional sebsear berubahnya nilai impor dengan perubahan sebesar Dari hubungan diatas kita dapatkan :

selanjutnya mengakibatkan .

Yang mempunyai makna bahwa meningkatnya nilai ekspor sebesar X mengakibatkan meningkatnya nilai impor dengan .

Oleh karena kita mengetahui bahwa m dan s masing-masing mempunyai nilai positif, maka pecahan Dengan 0 < mempunyai positif yang besarnya kurang dari satu.

< 1 berarti bahwa :

Yang mempunyai makna bahwa peningkatan nilai ekspor akan bertendensi mengakibatkan meningkatnya nilai impor dengan jumlah yang lebih kecil daripada jumlah penambahan ekspor yang mengakibatkan perubahan nilai impor tersebut. Ini berarti bahwa peningkatan ekspor selalu bertendensi meningkatkan surplus atau menurunkan defisit neraca pembayaran. Sebaliknya menurunnya nilai ekspor selalu mengakibatkan meningkatnya defisit atau menurunnya surplus neraca pembayaran.
SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 62 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

BAB X KEUNGGULAN KOMPARATIF


1. KEUNGGULAN MUTLAK Kaum Klasik sebelum David Ricardo umumnya berpendapat bahwa suatu negara mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih mudah dari pada negara la in (yaitu, karena mempunyai keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut). Sebagai contoh, ada dua negara yaitu Persia dan Indonesia, dan ada dua barang yaitu permadani dan rempah-rempah. Untuk menghasilkan sehelai permadani di Persia seorang harus bekerja selama 2 hari, sedang di Indonesia seorang harus bekerja selama 4 hari. Sebalikny untuk menghasilkan 1 kg rempah-rempah di Indonesia seorang harus, bekerja selama 2 hari, sedang di Persia 3 hari. Kebutuhan hari kerja bagi kedua barang di kedua negara tersebut bisa diringkas sebagai, berikut : Persia Permadani Rempah-rempah 2 3 Indonesia 4 2

Persia secara mutlak lebih efisien dalam produksi permadani, sedangkan Indonesia secara mutlak lebih efisien dalam produksi rempah-rempah. Apa yang kemudian terjadi? Indonesia akan mengekspor rempah-rempah ke Persia, dan Persia akan mengekspor permadaninya ke Indonesia. Mengapa? Karena rempah-rempah Indonesia cenderung lebih murah daripada

rempah-rempah Persia, dan permadani Persia cenderung lebih murah daripada permani Indonesia. Barang yang lebih murah akan mendesak barang yang lebih mahal dari pasaran, sehingga Indonesia akan cenderung mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor rempah-rempah, sedang Persia mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor permadani 2. KEUNGGULAN KOMPARATIF Contoh di atas adalah kasus yang sangat sederhana dan memberikan kesimpulan yang jelas mengenai siapa-siapa yang akan mengekspor dan mengimpor apa. Namun keadaan nyata tidak selalu sesederhana itu. Untuk berbagai barang, tidak jarang dijumpai bahwa suatu negara yang efisien dalam memproduksikan suatu barang, juga efisien dalam memp roduksikan barang-barang lain. Ini disebabkan, misalnya oleh pengganaan teknologi dan mesin-mesin yang lebih efisien, atau ketrampilan bagi penduduk yang secara rata-rata memang menonjol. Dalam hal ini kita menghadapi kasus di mana suatu negara mempunyai SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 63 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

keunggulan mutlak dalam produksi semua barang. Lalu apakah ini berarti bahwa negara ini akan mengekspor semua barang dan sama sekah tidak mengimpor? Teori keunggulan mutlak akan menjawab: ya. Tetapi ekonom Klasik David Ricardo mengatakan tidak. Dalam hal ini, menurut Ricardo, yang berlaku adalah teori keunggulan komparatif (komparative advantage). Suatu negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi, dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah. Kita sekali lagi mengambil contoh di atas (dengan sedikit perubahan) mengenai Indonesia dan Persia, dengan rempah-rempah dan permadaninya. Seandainya kebutuhan hari kerja kita ubah sebagai berikut: Persia Permadani Rempah-rempah 2 3 Indonesia 4 4

Di sini Persia mempunyai keunggulan mutlak dalam kedua barang tersebut, karena keduanya bisa diproduksikan lebih murah di Persia. Ricardo mengatakan bahwa dalam hal ini tidak berarti bahwa Persia akan mengekspor baik permadani maupun rempah-rempah ke Indonesia. Dalam keadaan inipun Indonesia masih akan mengekspor rempah-rempah ke Persia dan Persia mengekspor permadani ke Indonesia. Mengapa? penjelasan Ricardo: Sebelum ada perdagangan, di Persia 3 helai permadani mempunyai nilai yang sama dengan 2 kg rempah-rempah, sedangkan di Indonesia sehelai permadani sama dengan 1 kg rempah-rempah. Dinyatakan dalam rempah-rempah, permadani di Persia relatif iebih murah daripada permadani di Indonesia. Satu kg rempah-rempah di Persia bisa ditukar dengan 1 helai permadani, sedang di Indonesia 1 kg rempah-rempah. hanya bisa ditukar dengan 1 helai permadani. Kita di sini bahwa Persia mempunyai keunggulan komparatif dalam produksi permadani dan Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dalam produksi rempah-rempah. Oleh sebab itu akan menguntungkan kedua belah pihak apabila Indonesia bisa menukarkan rempah-rempahnya dengan permadani Persia, dan Persia menukarkan permadaninya dengan rempah-rempah Indonesia.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 64

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Jadi jelas bahwa adanya keunggulan komfaratif bisa menimbulkan manfaat perdagangan (gainds from trade) bagi kedua belah pihak, dan selanjutnya mendorong timbulnya perdagangan antarnegara. Keunggulan komparatif mendorong Persia untuk mengekspor permadaninya ke Indonesia dan mengunpor rempah-rempah dari Indonesia. Sebaliknya, Indonesia terdorong untuk mengekspor rempah-rempahnya ke Persia dan mengimpor permadani dari Persia. Dorongan pertukaran ini tetap ada meskipun kita lihat bahwa Persia mempunyai keunggulan mutlak dalam, kedua barang tersebut. 3. SPESIALISASI PRODUKSI Sekarang anggap bahwa di Persia seluruhnya tersedia 600 hari kerja dan di Indonesia tersedia 800 hari kerja. Hari kerja yang tersedia ini kita anggap sebagai batas kapasitas di masing-masing negara untuk memproduksikan barang-barang tersebut. Dengan kebutuhan hari kerja yang sama seperti di atas, yaitu: Persia Indonesia Permadani Rempah-rempah 2 3 4 2

maka kita bisa menggambarkan batas kemampuan produksi (production possibility frontier atau PPF) bagi kedua, negara sebagai terEhat pada halaman berikut : Garis PPF ini didapatkan dengan cara sebagai berikut. Kita mulai dengan PPF Persia. Bila hari kerja yang tersedia di Persia dipergunakan seluruhnya untuk memproduksikan permadani maka maksimum akan bisa dihasilkan 300 helai permadani, sedangkan bila dipergunakan seluruhnya untuk memproduksikan rempah-rempah maksimum akan diperoleh 200 kg rempah-rempah. Persia tentu saja. bisa memilih untuk menggunakan sebagian dari hari kerja yang tersedia untuk memproduksikan permadani dan sebagian untuk memproduksikan rempah-rempah. Seandainya tidak ada kemungkinan untuk menukarkan barang (berdagang), maka kemungkinan besar negara tersebut akan menggunakan sumber ekonominya untuk menghasilkan kedua barang tersebut. Garis yang menghubungkan titik pada sumbu vertikal untuk 300 helai permadani dan titik pada sumbu horisontal untuk 200 kg rempah-rempah menunjukkan berbagai kombinasi permadani dan rempah-rempah yang maksimal bisa dihasilkan dengan 600 hari kerja. Inilah garis, PPF bagi Persia dengan 600 hari kerja yang tersedia.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 65

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Garis tersebut berupa garis lurus karena setiap helai permadani maupun setiap kg rempah-rempah memerlukan hari kerja yang tetap berapapan tingkat produksi masing-masing barang. Dengan lain perkataan setiap unit barang tersebut mempunyai Ways yang tetap (constant cost) untuk memproduksikannya, PPF bagi Indonesia bisa dibuat sejalan dengan pembuatan PPF bagi Persia. PPF ini dicerminkan oleh garis lurus yang menghubungkan 200 helai permadani (yang maksimum bisa dihasilkan olch Indonesia dengan 800 hari kerja) dan 200 kg rernpah-rempah (yang juga hasil rempah-rempah maksimum dengan 800 hari kerja). Posisi-posisi lain pada PPF Indonesia juga menunjukkan berbagai kombinasi produksi yang mungkin dihasilkan Indonesia dengan sumber ekonomi yang tersedia (800 hari kerja). Sebelum ada perdagangan, garis PPF masing-masing negara adalah juga garis batas kemampuan konsumsi (consumption possibility Frontier atau CPF)-nya. Apa yang dikonsumsi harus diproduksi sendiri. Seandainya kemudian perdagangan antara kedua negara dibuka. Kesimpulan kita di atas mengatakan bahwa Persia akan mengekspor permadani dan mengimpor rempah-rempah dan Indonesia akan rnengekspor rempah-rempah dan mengimpor permadani. Mengapa demikian? Sebabnya adalah bahwa bagi Persia lebih menguntungkan untuk menukarkan permadaninya dengan rempah-rempah di Indonesia daripada di Persia sendiri, dan bagi Indonesia lebih menguntungkan untuk menukarkan rempah-rempahnya di Persia daripada di Indonesia sendiri. Sekarang kita bertanya: apakah akibat dari adanya manfaat dari perdagangan ini terhadap pola produksi masing-masing negara? Jawabnya tergantung pada pola produksi mana yang paling menguntungkan bagi masing-masing negara. Yang paling

menguntungkan bagi Persia adalah menggunakan seluruh hari kerja yang tersedia untuk memproduksikan pennadani, dan menukarkan sebagian dari perinadani tersebut dengan rempah-rempah, seandainya negara ini memerlukan rempah-rempah. Reinpah-rempah tidak akan diproduksikan di dalarn negeri Persia sebab lebih menguntungkan untuk memperolehnya dengan jalan menukarkan permadaninya dengan rempah-rempah Indonesia daripada menanarn rempah-rempah sendiri. Dua hari kerja di Persia bisa menghasilkan sehelai perinadani yang (bila dikirim ke Indonesia) bisa ditukar dengan 1 kg rempah-rempah. Sedangkan seandainya menanarn sendid, 1 kg rempah-rempah memerlukan 3 hari kerja.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 66

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Bagi Indonesia demildan pula. Manfaat maksimum dari perdagangan bisa diperoleh apabila Indonesia menggunakan seluruh hari kerja yang tersedia untuk memproduksikan rempah-rempah. Dan bila Permadani dibutuhkan, tinggal menukarkan sejumlah rempah-rempah dcngan permadani (buatan Persia) sebanyak yang diperlukan. Adalah kurang menguntungkan apabila hari keija yang tersedia digunakan untuk menghasilkan permadani, sebab lebih murah kalau permadani di Peroleh dari Persia. Untuk menghasilkan sehelai permadani di Indonesia diperlukan 4 hari kerja, Tetapi sehelai permadani Persia bisa diPerolch dengan menakarkan rempah-rempah sebanyak 2/3 kg, dan memproduksikan rempah-rernpah sejumlah ini hanya diperlukan 22/3 (= 4 X 2/3) hari kerja. Tentunya ini lebih menguntungkan bagi Indonesia. Uraian di atas menggambarkan dalil bahwa: Dalam kasus constant-cost, perdagangan bebas cenderung untuk mendorong masing-masing negara untuk ber-spesiafisasi secara penuh dalam produksi barang yang memiliki keunggulan komparatif bagi negara tersebut.

4. HARGA RELATIF Perdagangan akan terjadi pada suatu perbandingan harga (antara permadani dan rernpah-rempah) tertentu. Perbandingan harga ini disebut harga relatif atau rasio harga atau kadang-kadang juga disebut dasar penukaran. Harga relatif menunjukkan berapa helai permadani bisa diperoleh dari setiap kg rempah-rempah. Atau sebaliknya, berapa. kg rempah-rempah yang bisa diperoleh dari sehelai permadani: SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 67 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Berapakah tingkat harga relatif yang akan teijadi setelah perdagangan antara kedua negara dibuka? Secara langsung kita bisa mengatakan suatu dalil bahwa: Harga relatif setelah terjadi perdagangan akan terletak di antara harga relatif di masing-masing negara sebelam terjadi perdagangan. Dalam contoh di atas, sebelum perdagangan harga relatif permadani di Persia adalah 2/3 kg rempah-rempah, dan di Indonesia adalah 1 kg rempah-rempah. Dalil tersebut di atas mengatakan bahwa harga relatif permadani setelah terjadi perdagangan akan terletak antara 2/3 kg dan 1 kg rempah-rempah. Mengapa demikian? Seandainya harga relatif yang terjadi adalah lebili kecil dari 2/3 kg, misaInya 1/2 kg. Maka jelas Persia tidak akan mau menjual permadaninya dengan harga ini, sehingga tidak akan terjadi perdagangan. Dalam keadaan ini pembuat permadani di Persia lebih untung untuk tidak berdagang dengan Indonesia, karena tanpa berdagang justru mereka bisa menukar dengan 2/3 kg rempah-rempah di dalam negeri. Sebaliknya apabila harga relatif permadani lebih besar dari 1 kg rempah-rempah, maka dalarn hal ini penghasil rempah-rempah Indonesia enggan untuk menukarkan hasilnya dengan permadani Persia, sebab mereka lebih untung menukarkannya dengan permadani Indonesia. Dalarn hal ini ekspor rempah-rempah dari Indonesia tidak akan terjadi, sehingga perdagangan pun tidak akan tedadi. Jelaslah bahwa harga relatif setelah perdagangan terjadi haruslah di antara harga relatif sebelum perdagangan tedadi di masing-masing negara. Bila di luar batas-batas ini, maka perdagangan tidak akan terjadi. Dapatkah kita menentukan secara lebih tepat berapa tingkat harga relatif yang tedadi setelah perdagangan? Jawabnya adalah: dapat. John Stuart MW, ahli ekonomi Inggris setelah Ricardo, adalah yang pertama mengungkapkan dalil yang dikenal dengan nama hukum permintaan timbal balik (the law of reciprocal demand). Hukum ini akan kita bicarakan lebili lanjut nanti. Sekarang kita hanya mengatakan bahwa tingkat harga relatif keseimbangan (setelah terjadi perdagangan) ditentukan oleh tarik-menarik antara kekuatan ekonomi dari kedua belah pihak. 5. MANFAAT POTENSIAL DARI PERDAGANGAN Seandainya tingkat harga relatif keseimbangan yang tedadi adalah sehelai permadani sama dengan 5/6 kg rempah-rempah (Ingat bahwa menurut dalil harga relatif di atas 2/3 < 5/6 < 1). Atas dasar dalil mengenai spesialisasi di atas, maka Persia akan menggunakan seluruh tenaga kerja yang tersedia untuk memproduksi 300 helai permadani. Gambar 111.2 di bawah ini menunjukkan posisi produksi yang dipilih, yaitu pada titik 300 helai permadani (sumbu vertikal). Indonesia, sebaliknya akan berspesialisasi dalam produksi rempah-rempah (pada titik 200 kg rempah-rempah). SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 68 EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Sekarang, masing-masing negara bisa menukarkan barang produksinya dengan barang produksi negara lain pada tingkat harga relatif Perdagangan intemasional tersebut di atas, yaitu 1 helai permadani sama dengan 5/6 kg rempah-rempah. Jadi misalnya, Persia dengan posisi produksinya pada 300 helai permadani bisa menukarkan setiap helai permadaninya dengan 5/6 kg rempah-rempah Indonesia. Ini berarti bahwa setelah membuka perdagangan dengan Indonesia, Persia bisa memilih posisi konsumsi pada titik manapun pada batas kemampuan konsurn sin ya (consumption possibility frontier atau CPF) yang barn, yang ditunjukkan oleh garis putus-putus yang menghubungkan peemadani = 300 helai dan rempah-rempah = 250 kg (lihat gambar 111.3 berikut). Garis CPF yang barn ini menunjuk kan bahwa, seolah terbuka kesempatan berdagang, setiap helai permadani bisa ditukar dengan harga relatif perdagangan internasional yaitu dengan 5/6 rempah-rempah. Sebelum terbuka kesempatan perdagangan, setiap helai permadani hanya bisa ditukar dengan rempah-rempah sesuai dengan biaya produksinya, yaita sesuai dengan perbandingan kebutuhan hari kerja untuk menghasilkannya (1 helai permadani = 2/3 kg rempah- rempah). Ini disebut harga relatif domestik atau harga relatif sebelum terjadi perdagangan. Perhatikan bahwa tanpa perdagangan, PPF Persia adalah juga CPF-nya. Sedangkan dengan perdagangan, CPF Persia lebih tinggi daripada PPF-nya. Jadi perdagangan telah meningkatkan CPF negara tersebut. Ini berarti bahwa kemampuan berkonsumsi barang-barang dari negara tersebut meningkat, yang berarti pula bahwa pendapatan rill negara tersebut meningkat.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 69

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Pembahasan di alas menggambarkan dalil di bawah ini: Manfaat potensial yang diperoleh oleh suatu negara dari adanya perdagangan (potential gains from trade) ditunjukkan oleh pergeseran garis CPF-nya ke atas. Semakin tinggi ayunan (pergeseran) ke atas dari CPF-nya, semakin besar manfaat potensiai yang perolehnya. Dalil manfaat potensial ini mempunyai implikasi lebih lanjut. Semakin tinggi ke atas ayunan dari CPF semakin besar manfaat potensial yang diperoleh oleh negara tersebut dari perdagangan. Diatas kita ambil contoh bahwa tingkat harga relatif perdagangan internasional bagi Permadani adalah persis terletak di tengah-tengah antara harga relatif domestik Persia sebelum perdagangan, yaitu 2/3 kg rempah-rempah, dan harga relatif doinestik Indonesia sebelum perdagangan, yaitu 1 kg rempah-rempah dan harga relatif relatif domestik Indonesia sebelum perdagangan yaitu 1 kg rempah-rempah. Angka harga relatif 5/6 kg untuk sehelai permadani dalam contoh di atas hanyalah sebagai contoh. Harga relatif perdagangan intemasional tidak hams persis di tengah-tengah antara harga relatif domestik negara yang satu dengan harga relatif domestik negara lain. Posisi mana tepamya harga relatif internasional tersebut akan terjadi tergantung pada kekuatan ekonomi atau bargaining power masing-masing negara. (Ini akan kita bicarakan lebih lanjut dalarn bagian Hukum Permintaan Timbal Balik). Bila suatu negara mempunyai bargaining power yang lebih besar dari negara lain, maka ada kemungkinan bahwa negara yang pertama disebut tadi bisa memeroleh "bagian" yang lebih besar dari manfaat potensial dari perdagangan. Keadaan ini ditunjukkan oleh " ayunan" CPF-nya lebih ke atas dibanding dengan negara lain.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 70

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

CPF negara tersebut mengayun lebih ke atas apabila harga relatif perdagangan internasional yang teijadi semakin tidak sama dengan harga relatif domestiknya sebelum perdagangan, yaitu semakin mendekati harga relatif domestik negara lain. Dalam contoh di atas, bila Persia mempunyai bargaining power yang lebih kuat daripada Indonesia, maka harga relatif perdagangan internasional bagi permadani akan lebih mendekati "batas atas"-nya, yaitu 1 kg rempah-rempah dan semakin menjauhi "batas bawah"-nya yaitu 2/3 kg rempah-rempah (harga relatif domestik Persia sebelum perdagangan), misalnya saja, 11/12 kg rempah-rempah, bukannya 5/6 (= 10/12kg) rempah-rempah seperti dalarn contoh di atas. Kalau hal ini terjadi, maka CPF Persia akan "mengayun" lebih ke atas lagi, sedang CPF Indonesia mengayun keatas relatif lebih rendah. Ini mencerminkan keadaan di mana Persia memperoleh bagian yang lebih besar dan manfaat potensial perdagangan daripada bagian yang dipetik oleh Indonesia. Persia bisa menukarkan permadaninya dengan syarat perdagangan yang lebih baik (sebelumnya sehelai permadaninya hanya bisa ditukar dengan 5/6 kg rempah-rempah, sekarang dengan 11/12 kg rempah-rempah). Kita katakan di sini bahwa Persia bisa mendapatkan dasar penukaran (terms of trade) yang lebih baik bagi basil ekspornya. Uraian di atas menggambarkan dalil bahwa: Semakin baik dasar penukaran yang diperoleh suatu negara, semakin besar bagian manfaat potensial yang diperoleh dari perdagangan 6. VOLUME EKSPOR DAN IMPOR Sampai tahap pembahasan ini kita telah bisa mengatakan barang apa yang diekspor atau diimpor oleh negara yang mana. Dapatkah kita menentukan pula berapa besar ekspor dan impor masing-masing negara? Jawabnya adalah: dapat, asal Idta tahu pola konsumsi yang dipilih oleh masing-masing negara. Pola konsumsi pada prinsipnya bisa dipilih di antara titik-titik pada CPF yang baru (sesudah perdagangan terjadi), yaitu pada garis yang terputus-putus. Seandainya posisi konsumsi yang dipilih terletak pada titik A bagi Persia dan titik B bagi Indonesia. Titik A menunjukkan bahwa Persia memilih untak mengkonsumsikan 180 helai permadani dan 100 kg rempah-rempah.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 71

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

Tingkat konsumsi ini bisa dicapai karena titik A terletak pada CPF-nya. Pola konsumsi ini berarti bahwa Persia mengekspor 120 (= 300 - 180) helai permadani. Ingat bahwa dalam kasus constant cost, Persia akan selalu berspesialisasi secara penuh dalam produksi yang mempunyai keunggulan koraparatif, yaitu dalam produksi permadani (= 300 helai). Dengan harga relatif yang berlaku 1 permadani = 5/6 kg rempah-rempah, maka Persia bisa menukarkan 120 helai permadani dengan 100 kg rempah-rempah, yaitu jumlah yang dipilih untuk dikonsumsikan. Jadi Persia mengimpor 100 kg rempah-rempah. Pola konsumsi yang dipilih Indonesia adalah pada titik B, yaitu l20 helai permadani dan 100 kg rempah-rempah. Indonesia berspesialisasi penuh dalam produksi rempah-rempah (200 kg). Ini berarti babwa ada sisa 100 kg rempah-rempah untuk diekspor ke Persia dan ditukarkan dengan 120 helai permadani Persia yang diinginkan. (Ingat harga relatif yang berlaku adalah 5/6 kg rempah-rempah bisa ditukar dengan 1 helai permadani)

7. RINGKASAN 1. Sebelum Ricardo, ekonom berpendapat bahwa suatu negara mengekspor barang tertentu karena bisa mernproduksikannya dengan biaya yang secara mutlak lebih rendah daripada negara lain Menurut teori "keunggulan mutlak' ini, apabila setiap unit barang, X bisa diproduksikan dengan 2 hari kerja di negara A dan 3 berbeda di negara B, maka barang X pasti diekspor oleh negara A negara B. 2. Setelah Ricardo, ekonom menganut teori "keunggulan komparatif'. Menurut teori ini, yang penting adalah pertanyaan: Apakg negara Altelatif lebih efisien memproduksikan barang X atam barang Y, dibanding dengan negara B? Tidak peduli berapa jumlah hari kerja mutlak yang diperlukan untak memproduksikan barang barang tersebut, apabila negara A relatif lebih efisien memproduksikan Y daripada X, maka negara tersebut akan mengekspor Y dan mengimpor X. 3. Menurut teori keunggulan komparatif, suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi barang yang bisa dihasilkannya relatif lebih efisien (yaitu, di mana negara tersebut memiliki keunggulan komparatif). Dalam kasus constant-cost, spesialisasi ini bersifat penuh, artinya negara tersebut akan mempergunakan seluruh sumber ekonominya untuk memproduksikan barang tersebut. Barang lain akan diperolehnya dengan cara menukarkan hasil produksinya di pasar dunia.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 72

EDISI KEEMPAT

EKONOMI INTERNASIONAL

4. Harga relatif antara dua barang X dan Y adalah berapa unit X yang bisa ditukar dengan setiap unit Y (atau sebaliknya, yaita berapa unit Y yang bisa ditukar dengan setiap unit X). Harga relatif bukan harga nominal yang dinyatakan dalam rupiah, dolar dan sebagainya. Harga relatif domestik adalah harga relatif sebelum terjadi perdagangan, dan ini dicerminkan oleh slope dari PPF negara tersebut. Harga relatif perdagangan adalah harga relatif setelahperdagangan terjadi, dan ini tidak harus sama dengan slope PPE Harga relatif perdagangan tedadi & antara harga relatif negara yang satu dan harga relatif negara yang lain, dan tidak bisa terletak di luar batas-batas ini. 5. Dengan dibakanya kemungkinan untuk berdagang, CPF suatu negara tidak lagi harus sama dengan PPF-nya. CPF-nya setelah perdagangan biasanya lebih tinggi dari PPF-nya. Ini berarti bahwa perdagangan meningkatkan kemampuan berkonsumsi atau pendapatan rill negara tersebut. Inilah yang disebut "manfaat potensial dari perdagangan" atau "potential gains from trade'. 6. Semakin baik dasar penukaran suatu negara, semakin besar Potential gains from trade" yang diperolehnya. Dasar penukaran (atau harga relatif perdagangan) ditentukan menurut Dalil Permintaan Timbal-Balik (Law of Reciprocal Demand). Semakin kuat Permintaan dunia akan barang ekspor suatu negara, semakinn menguntungkan dasar penukaran bagi negara tersebut.

SYAHRUDI,SE DOSEN FAKULTAS EKONOMI 73

EDISI KEEMPAT

Anda mungkin juga menyukai