Anda di halaman 1dari 8

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN PROGRAM PASCA SARJANA ANGKATAN I

POLISI SEBAGAI PENGEMBAN FUNGSI KONTROL SELAYAKNYA HATI NURANI DALAM MASYARAKAT

OLEH ROBERTHO PARDEDE 2011661003

MATA KULIAH

FALSAFAH DAN ETIKA KEPOLISIAN

Pendahuluan

Dalam

kehidupan

manusia

sehari-hari

tidak

dapat

terlepas

dari

pertimbangan-pertimbangan yang melibatkan hati nurani seseorang untuk menentukan apa yang harus dilakukan maupun apa yang harus tidak dilakukan, hal ini diyakini sebagai bentuk dari peranan hati nurani manusia yang seakan-akan berbisik kepada pribadi itu. Manusia meyakini bahwa hati nurani merupakan suara dari Tuhan yang senantiasa mengawasi langkah kehidupannya sehingga dengan adanya hati nurani ini maka manusia menentukan baik atau buruknya apa yang diperbuatnya. Setiap keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia selalu

dipertimbangan oleh hati nuraninya sehingga ini merupakan salah satu keunikan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia dibandingkan degnan mahluk ciptaan lainnya. Seseorang yang berbuat sesuatu melawan / menentang hari nuraninya sendiri, maka ia akan segera menjadi musuh (lawan) dari dirinya sendiri, kemudian hati nuraninya menjadi tidak lagi harmonis dengan dirinya sendiri maka secara insting mengetahui bahwa dirinya berhadapan dengan Tuhan.1 Hati nurani sendiri menurut Dr. W. Poespoprodjo, L.PH., S.S mencakup tiga hal yaitu2 : 1. Intelek sebagai kemampuan yang membentuk keputusan-keputusan tentang perbuatan-perbuatan individual yang benar dan salah.
1

Stephen Tong, Roh Kudus, Suara hati nurani dan setan, Jakarta, LRII

Dr. W. Poespoprodjo, L.PH., S.S., Filsafat MoralKesusilaan dalam teori dan praktek, Bandung, Cv. Remadja Karya, 1988

2. Proses pemikiran yang ditempuh intelek guana mencapai keputusan semacam itu. 3. Keputusannya sendri yang merupakan kesimpulan proses pemikiran ini.

PERMASALAHAN

Di dalam diri seseorang ada fungsi rohaniah yang bertugas mengawasi dan mengendalikan diri agar hidup pada jalan yang lurus agar tercapai ketertiban dan ketenangan. Fungsi rohaniah ini yang dikenal sebagai hati nurani. Demikian pula dalam masyarakat pun ada sesuatu yang berfungsi seperti hati nurani, ialah sesuatu yang mutlak harus ada yaitu kontrol dan kontrol ini adalah Polisi. Analisa pernyataan tersebut di atas dan bagaimana pada tataran praktis ?

PEMBAHASAN

Di dalam kehidupan bermasyarakat tugas dan peranan sebagai anggota Polisi tidak terlepas dari fungsi penegakkan hukum, bila dikaitkan dengan

hati nurani maka hukum inilah sebagai dasar dari pertimbangan hati nurani manusia yang diyakini sebagai suara Tuhan. Salah satu tugas dan wewenang dari Polisi adalah menegakkan hukum yang berlaku di dalam kehidupan manusia itu sendiri, sehingga apa yang menurut hukum itu salah atau tidak benar dilakukan maka Polisi lah yang akan menegakkan hukum tersebut dengan kata lain bila manusia tidak melaksanakan perilaku yang sesuai hukum maka manusia tidak akan tenang dalam hidupnya karena selalu merasa akan ditangkap oleh Polisi sang penegak hukum. Penegakkan hukum yang dilakukan oleh Polisi inilah yang dapat kita posisikan sebagai pengemban fungsi kontrol selayaknya hati nurani manusia yang dapat menyelaraskan kehidupan manusia itu sendiri, dalam arti masyarakat akan merasakan bahwa perbuatan yang dilakukannya selalu diliputi pengawasan, bila perbuatan yang baik sesuai hukum yang berlaku dalam masyarakat dilakukan maka itu akan selaras atau harmonis dengan dirinya sendiri namun bila perbuatan yang bersifat melanggar hukum tersebut maka manusia akan merasakan resah dan tidak harmonis dengan hati nuraninya. Menempatkan Polisi sebagai fungsi kontrol dalam masyarakat selayaknya fungsi hati nurani dalam manusia yang mengawasi dan mengendalikan hidup pada jalan yang lurus untuk tercapainya suatu ketertiban dan ketenangan dapat dianalisa menggunakan teori kontrol sosial yang perkembangannya di pelopori oleh Durkheim (1895) dan oleh Reiss dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu personal control (kontrol pribadi) dan social control (kontrol sosial). Teori Kontrol yang dibagi 2 (dua) kelompok oleh Reiss inilah yang tepat dipakai dalam menganalisa permasalahan diatas, sesuai dengan pembagian tersebut yang pertama kontrol pribadi (personal control) yang maksudnya adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri untuk tidak mencapai kebutuhanannya dengan cara melanggar norma-norma atau hukum yang

berlaku di masyarakat dan yang kedua kontrol sosial (social control) yang maksudnya adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga dimasyarakat untuk melaksanakan norma-norma, peraturan atau hukum menjadi efektif. Peranan Polisi bila ditempatkan sebagai fungsi kontrol maka menurut Reiss masuk dalam kelompok social control atau kontrol sosial dan sering juga disebut kontrol eksternal atau pengendalian dari luar pribadi manusia itu sendiri untuk dapat membuat manusia berlaku dan melaksanakan kehidupannya sesuai dengan norma, peraturan dan hukum yang dalam masyarakat. Dari teori tadi, jika kita menempatkan hati nurani sebagai fungsi kontrol dalam masyarakat yang diemban oleh Polisi maka hati nurani manusia erat kaitannya dengan apa yang menjadi dasar dari hati nurani tersebut untuk memberikan peringatan bahwa apa yang telah dilakukan manusia itu benar atau salah. Oleh karena itu hati nurani seseorang tidak selalu sama dengan orang lain demikian pula fungsi kontrol yang diemban oleh Polisi di suatu negara tidak akan sama dengan negara lain. Perbedaan dasar atau standar dalam hati nurani sebagai fungsi kontrol sangat dipengaruhi oleh 4 (empat) aspek yaitu :

1. Aspek Kebudayaan Sesuatu yang dianggap baik di suatu daerah belum tentu dianggap baik di daerah lainnya. Setiap kebudayaan menghasilkan suatu norma yang mengakibatkan hati nurani dipengaruhi oleh normanorma yang ditumpuk oleh kebudayaan itu, sehingga hati nurani itu sudah tidak bersifat netral lagi. Misalkan saja apa yang baik menurut kebudayaan Barat, belum tentu baik menurut kebudayaan di Timur.
5

2. Aspek Agama Di dalam ajaran-ajaran agama terdapat berbagai perbedaan antara lain ada ajaran agama yang satu membenarkan suatu tindakan yang mana dalam ajaran agama yang lain dilarang. Misalnya dalam ajaran suatu agama tidak memperbolehkan memakan daging tertentu seperti sapi, babi, dan lain-lain maka orang yang menganut agama yang tidak memperbolehkan makan daging sapi karena hewan sapi dianggap hewan suci, maka pada saat ia makan daging tersebut(baik tanpa sengaja atau disengaja) maka hati nuraninya akan menegor dirinya. Sebaliknya bagi yang bukan penganut agama tersebut , tidak menjadi masalah hati nuraninya pada saat makan daging sapi tsb.

3. Aspek Masyarakat Ketika masyarakat mayoritas membuat dan menyetujui suatu pikiran tertentu, maka masyarakat yang minoritas akan mengikuti pikiran tersebut walaupun terkadang bertentangan dengan pemikirannya.

4. Aspek Kebiasaan Suatu hal yang sangat sering dilakukan oleh masyarakat terkadang hal tersebut merupakan hal yang salah sehingga menjadi suatu
6

kebiasaan dan akhirnya masyarakat menganggap hal itu bukan lagi sebagai hal yang salah melainkan suatu hal yang biasa dilakukan.

KESIMPULAN

Peranan Polisi sebagai fungsi kontrol dalam masyarakat pada prakteknya akan menjadi sebuah social control (kontrol sosial) atau kontrol eksternal sedangkan hal yang diharapkan dari individu dalam suatu masyarakat pada kehidupan sehari-hari adalah personal control (kontrol pribadi) dari masing-masing individu tersebut sehingga pengendalian diri agar hidup pada jalan yang benar dan lurus agar tercapainya ketertiban dan ketenangan tercipta karena kesadaran pribadi dari si individu dan bukan dari kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga dimasyarakat untuk melaksanakan norma-norma, peraturan atau hukum menjadi efektif.

------- ******** --------

DAFTAR PUSTAKA

Stephen Tong, Roh Kudus, Suara hati nurani dan setan. Jakarta, LRII. Dr. W. Poespoprodjo, L.PH., S.S. (1988), Filsafat MoralKesusilaan dalam teori dan praktek. Bandung, Cv. Remadja Karya. Bertens, K. (2002). Etika. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai