Anda di halaman 1dari 14

Hasil Lokakarya

PROGRAM PEMBANGUNAN KUKM


30 NOVEMBER S/D 2 DESEMBER 2004

TIM PERUMUS HASIL LOKAKARYA

KETUA SEKRETARIS I SEKRETARIS II PENYAJI ANGGOTA

IR. H. SYAMSUDDIN, MBA, MM HJ. LILIS SOLEHATI, SE, M.Si HARTAWI, SH H. USEP SUMARNO, SH, SE 1. DODI KURNIADI, SE, MM 2. PRATJOJO 3. DRS. DADANG ROSADI 4. DRS. MAMAN TARMAN 5. DJDJANG PERMANA 6. DRS. HUGO SISWAYA 7. LANI PADILAH, SE 8. HERIYANSYAH, SE 9. H. UUNG RUSTIAWAN, SH, MM 10. DRS. DIDI TARIADI 11. SADIKIN GOERTIKA 12. BAMBANG HARDIJARTO 13. DRA. HJ. ALIYAH 14. WASDI SUWARNA,Bsc

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kondisi ekonomi dunia yang sudah masuk pada Era Globalisasi dan masa krisis ekonomi di Indonesia yang masih belum selesai yang berdampak negatif terhadap perkembangan ekonomi secara makro. Hal ini bukan berarti harus terhimpit, tertekan, frustasi, menyerah dan merasa kalah sehingga menyebabkan terbelakang dan tertinggal. Semua harus dihadapi, dan kesulitan harus diatasi dengan membangun KUKM. Salah satu pelaku ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembangunan adalah Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM). KUKM selama ini telah memiliki, menggunakan dan mengandalkan sumber daya alam lokal kiranya perlu lebih diperkenalkan kepada pola pikir bagaimana cara pengelolaannya dengan tepat yang dapat dijadikan sumber penghasilan bagi kesejahteraan masyarakat. Kondisi ini akan memberikan suatu kemampuan dalam mengelola sumber daya secara benar, efektif dan efisien yang pada akhirnya akan menempatkan KUKM sebagai motor penggerak perekonomian nasional dan regional.

Berdasarkan data jumlah koperasi di Jawa Barat sebanyak 18.876 dimana 13.588 yang aktif dan 5.215 telah melaksanakan rapat anggota tahunan, serta 3.333 yang memiliki manajer, Jumlah usaha kecil sebanyak 7.171.695 unit. Berdasarkan data tersebut, seharusnya perkembangan koperasi menjadi semakin kuat, tetapi pada kenyataannya tidak diikuti oleh peningkatan kualitas kelembagaan dan perkembangan usaha koperasi secara signifikan. Bertitik tolak dari uraian di atas perlu adanya strategi untuk membangun KUKM secara menyeluruh, berkesinambungan, terintegrasi dan proporsional, baik konseptual maupun operasional.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud :
Untuk memantapkan dan memperkokoh kelembagaan koperasi selaku badan usaha yang berkualitas dan dikelola secara profesional dengan menciptakan sistem yang universal sesuai dengan jati dirinya.

1.2.2 Tujuan :
1. Meningkatkan kinerja dan akuntabilitas koperasi sebagai pelaku utama perekonomian yang tangguh sesuai dengan jati dirinya. Memperluas jejaring bisnis KUKM yang terorganisir secara profesional. Menciptakan kepastian pasar dan stabilitas harga bagi produk KUKM. Menciptakan Manajer Koperasi yang profesional, jujur dan bertanggung jawab sesuai dengan jati diri koperasi.

2. 3. 4.

II. Konsep Program Pembangunan KUKM Jawa Barat


2.1 Badan Akreditasi Koperasi
Sebagai sebuah badan usaha yang bekerja berdasarkan jati dirinya, koperasi adalah lembaga ekonomi yang beroperasi dalam sistem ekonomi pasar yang penuh persaingan. Oleh karena itu koperasi harus memiliki organisasi dan manajemen yang efisien, efektif dan produktif serta dapat eksis dan berkembang dalam situasi pasar persaingan yang terbuka. Konsekuensinya semua pihak yang berkepentingan perlu memperbaiki dan meningkatkan upaya membangun organisasi, kelembagaan dan kapasitas koperasi yang benar, kuat, efisien, efektif dan produktif. Maka dari itu koperasi harus mampu memelihara jati diri yang kuat serta kemampuan dan kapasitasnya untuk bersaing dalam sistem ekonomi pasar. Untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas koperasi sebagai pelaku utama perekonomian yang tangguh sesuai dengan jati dirinya maka perlu adanya Badan Akreditasi Koperasi dengan penyempurnaan konsep secara matang dan konkrit secara jelas antara lain : Status hukum dan kedudukannya Tata kerja lembaga dengan pihak pemerintah dan stake holder lainnya harus jelas Status harus independent Hasil akreditasi harus objektif yang didukung dengan konsistensi reward dan punishment terhadap kelembagaan badan hukum koperasi Proses dan mekanismenya jelas Alat ukur merupakan standarisasi yang dapat diterima publik Transparan

Selain itu hal-hal lain yang perlu diperhatikan yaitu: a) b) c) Pembentukan badan akreditasi koperasi bukan pendekatan proyek atau politis. Pembentukan badan tersebut merupakan model, bentuk dan tipe yang jelas diikuti dengan adanya pilot project. Pembentukan badan tersebut harus banyak belajar dari pengalaman/sejarah dimulai dari pembentukan badan hukum koperasi pemberian klasifikasi (penilaian koperasi serta keberadaan koperasi jasa audit). Perlu adanya political will dari pemerintah tentang perbaikan perkembangan KUKM secara sungguh-sungguh dengan memberikan sarana dan fasilitas sesuai ketentuan hukum. Tugas badan akreditasi koperasi tidak tumpang tindih dengan dinas koperasi. Adanya jaminan yang pasti dan perlindungan yang jelas dari hasil akreditasi sehingga layak jual dan dapat diterima oleh publik. Struktur organisasi terdiri dari dewan penasehat, organisasi pelaksana, dan satuan tugas yang merupakan gabungan dari unsur-unsur gerakan koperasi (DEKOPINWIL, DEKOPINDA) Perguruan Tinggi, Tokoh Gerakan Koperasi dan Pemerintah.

d)

e) f) g)

2.2 Pusat Bisnis KUKM


Lemahnya aspek pemasaran produk-produk KUKM sehingga produk KUKM tersebut belum mampu mengisi peluang-peluang pasar yang ada ataupun bersaing dengan produk lainnya. Disisi lain potensi pasar regional dan pasar nasional yang masih terbuka luas belum dapat dimanfaatkan, demikian juga dengan pasar internasional. Hal ini disebabkan masih belum terjangkaunya jaringan pasar KUKM belum optimalnya kemitraan antar KUKM maupun KUKM dengan usaha besar juga belum jelasnya peta komoditas KUKM dan pasar internasional bagi produk KUKM. Untuk menciptakan kepastian pasar dan stabilitas harga bagi produk KUKM perlu dibentuknya Pusat Bisnis KUKM di Jawa Barat didasarkan pada permasalahan berikut : a) b) c) d) e) f) g) h) Produk kukm belum terpasarkan secara maksimal Lemahnya daya saing terutama produk-produk yang sifatnya tradisional Terbatasnya kemampuan suplay dari produk KUKM Terjadinya monopoli, ligopoli oleh pasar Terbatasnya informasi pasar dan peluang pasar Kerjasama kukm masih rendah, persaingan antara kukm tidak sehat Penerapan teknologi kukm masih rendah Masih kurangnya promosi produk kukm

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu alternatif pemecahan sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) Keberpihakan pemerintah daerah terhadap kukm ditingkatkan dalam hal diregulasi dan penciptaan iklim usaha Penanganan produk KUKM dipasilitasi oleh pemerintah daerah Meningkatkan pemahaman KUKM terhadap dokumen ekspor dan impor Inovasi produk kukm ditingkatkan Penyediaan informasi pasar Penguatan jejaring (networking) kukm

2.3 Lelang Produk KUKM


Beberapa permasalahan yang muncul berkaitan dengan produk KUKM antara lain :
a) b) c) d) e) Pasar belum jelas Kepastian harga belum terjamin Pendapatan KUKM belum layak Kualitas produk belum memiliki standar Belum adanya jejaring dalam memenuhi kebutuhan pasar

Berdasarkan permasalahan diatas maka dalam memberdayakan KUKM khususnya anggota, sehingga produk terjual dengan harga yang pasti serta layak. Kondisi tersebut memerlukan adanya penyelenggara lelang komoditi KUKM yang dikelola oleh KUKM untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan adanya penyelenggaraan lelang komoditas KUKM yang dikelola oleh Badan Independen yang berbentuk badan hukum koperasi. Tempat penyelenggara lelang tersebut perlu diadakan di setiap Kab/Kota sesuai dengan kebutuhan.

2.4 Ikatan Manajer Koperasi


Sebagai sebuah badan usaha yang bekerja berlandaskan jati diri koperasi yang operasionalnya tidak terlepas dari sistem ekonomi pasar yang penuh dengan persaingan maka untuk mendukung terwujudnya manajemen dan organisasi yang efisien serta efektif. Dalam kenyataannya kendala yang dihadapi saat ini a.L. 1. Sebagian besar koperasi belum memiliki manajer 2. Profesional manager yang ada masih sangat terbatas. 3. Pengurus belum memposisikan manajer secara optimal Untuk Menciptakan Manajer Koperasi yang profesional, jujur dan bertanggung jawab sesuai dengan jati diri koperasi maka diperlukan wadah yang dapat meningkatkan peran serta aktif dalam bentuk Ikatan Manajer Koperasi disingkat IMAKOP

III. Kesimpulan dan Rekomendasi


Berdasarkan hasil diskusi kelompok, pleno, tim perumus dan kesepakatan peserta Lokakarya Program Pembangunan KUKM
Dibentuknya Badan Akreditasi KUKM yang independen dengan melibatkan unsur-unsur: Lembaga Gerakan Koperasi, Perguruan Tinggi, Tokoh Gerakan Koperasi dan Pemerintah Dibentuknya Pusat Bisnis KUKM yang dikelola oleh lembaga berbentuk badan hukum koperasi yang telah terakreditasi dan salah satu kegiatannya adalah melaksanakan Lelang Komoditas KUKM Terbentuknya Ikatan Manajer Koperasi (IMAKOP) dan susunan kepengurusannya untuk menciptakan profesionalisme manajer

PENUTUP DEMIKIAN HASIL RUMUSAN LOKAKARYA DISUSUN DENGAN HARAPAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT, DALAM HAL INI DINAS KOPERASI DAN UKM JAWA BARAT BERKENAN UNTUK MENINDAK LANJUTI DAN MENGIMPLENTASIKAN REKOMENDASI HASIL RUMUSAN LOKAKARYA. KARENA ADANYA KETERBATAN WAKTU SEHINGGA HASIL RUMUSAN LOKAKARYA INI MASIH PERLU DISEMPURNAKAN OLEH KARENA ITU KAMI MENGHARAPKAN SARAN PENYEMPURNAAN.

Anda mungkin juga menyukai