Anda di halaman 1dari 7

HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL

Reklamasi Pantai Singapura (Singapura vs Malaysia)

Disusun Oleh : Windy Rizki Permatasari 030911121

REKLAMASI PANTAI SINGAPURA (SINGAPURA VS MALAYSIA)

Kasus Posisi Kasus ini diajukan oleh Malaysia berkenaan dengan reklamasi Singapura di wilayah dan di sekitar wilayah Selat Johor, Pulau Tekong dan Tuas View. Berdasarkan kepada letak dan maritim dan letak kontinentalnya, maka Singapura termasuk ke dalam negara yang banyak pulaunya dan batas laut atau Multi Sea dan Peninsular Location , yang mana Singapura dikelilingi oleh 57 buah pulau kecil dengan Pulau Singapura yang terbesar, memiliki luas seluruhnya 618,1 km persegi diantaranya 570, 4 km persegi merupakan luas pulau Singapura sendiri. Singapura dikelilingi oleh Selat Malaka di sebelah Barat, Laut Cina Selatan di sebelah Timur, Selat Johor di sebelah Utara, dan perairan Pulau Riau di sebelah Selatan. Dalam hubungannya dengan negara tetangga yang berbatasan langsung di sekitarnya atau vicinal, maka Singapura bertetangga dengan Malaya di sebelah Utara, Indonesia di sebelah Barat dan Selatan, serta Sabah dan Serawak di sebelah Timur (T May Rudy, 1997: 111-112). Reklamasi terbaru yang dilakukan di Pulau Tekong dan Tuas View, pulau terbesar Singapura, telah menimbulkan kemarahan Malaysia. Negara tetangga terdekat Singapura itu mencemaskan akses ke pelabuhan-pelabuhannya di kawasan selatan di Pasir Gudang dan Tanjung Pelepas bakal terganggu. Padahal kedua pelabuhan sangat prospektif dan akan menjadi saingan utama pelabuhan-pelabuhan Singapura. Malaysia menuding reklamasi itu telah mempersempit perairan antara Pangkalan Latih Angkatan Laut Malaysia di Tanjung Pengelih di Johor dan wilayah reklamasi di Pulau Tekong hingga 700 meter. Menteri Perhubungan Malaysia Dr Ling Liong Sik mengatakan, Singapura harus melakukan penelitian lingkungan dampak reklamasi yang mungkin akan mengubah segala sesuatunya di selat tersebut. Isu tersebut muncul saat Deputi PM Singapura Lee Hsien Loong berkunjung ke Kuala Lumpur. Ia meminta Malaysia mengirimkan surat keberatannya, tetapi menegaskan bahwa reklamasi itu dilakukan sesuai hak Singapura. (http://www.indomedia.com/sripo/2002/03/28/2803seleb5.htm)

Isu Hukum
1. Apakah reklamasi yang dilakukan Singapura tersebut termasuk dalam kategori Marine

Pollution? 2. Apakah perbuatan hukum berupa reklamasi yang dilakukan oleh Singapura merupakan perbuatan melanggar hukum (melanggar ketentuan-ketentuan hukum) yang ada di dalam UNCLOS 1982?
3. Apakah yang menjadi dasar hukum Malaysia dalam menggugat Singapura di Forum

Tribunal Internasional untuk Hukum Laut atau ITLOS ? 4. Bagaimanakah penyelesaian sengketa ini ? Analisis
1. Reklamasi secara awam diartikan sebagai menciptakan daratan baru di lahan yang

sebelumnya terdiri dari air. Reklamasi dapat juga ditujukan dalam rangka proses pembersihan suatu lahan yang mengalami kerusakan lingkungan sehingga dapat digunakan bagi keperluan manusia, misalnya pembangunan perumahan. Sedangakan marine pollution adalah Perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung atau tidak langsung bahan-bahan atau energi-energi ke dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menimbulkan akibat sedemikian buruk sehingga merugikan kekayaan hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan lain penggunaan laut yang sah, juga pemburukan kualitas air laut dan menurunnya kualitas tempat-tempat pemukiman dan rekreasi. Dari pengertian di atas dapat dikaitkan dengan reklamasi yang dilakukan oleh Singapura bahwa kegiatan reklamasi tersebut merupakan kegiatan memasukkan bahan-bahan ke dalam lingkungan laut,atas kegiatan tersebut juga menyebabkan kerugian kekayaan hayati terbukti dengan adanya kerugian nelayan. Di samping itu, reklamasi sangat potensial dan bahkan secara faktual mengganggu kegiatan di laut (nelayan) dan menyebabkan pemburukan kualitas air laut. 2. Hal ini ditinjau dari 3 hal, yaitu :

a. Menurut pasal 192 UNCLOS (kewajiban umum Negara), bahwa setiap Negara harus menjaga lingkungan laut. Artinya dalam pasal ini memberikan penekanan bahwa ekosistem laut merupakan bagian yang wajib dijaga oleh setiap negara. Sangat tidak dibenarkan manakala ada negara mana pun yang berbuat menyebabkan terganggunya bahkan merusak lingkungan laut. b. Berdasarkan ketentuan pasal 204 (1) UNCLOS bahwa negara harus sedapat mungkin konsisten dengan hak-hak negara lain secara langsung atau melalui organisasi internasional yang kompeten untuk mengamati, mengatur menilai dan menganalisa berdasarkan metoda ilmiah yang dibakukan mengenai resiko atau akibat pencemaran laut. Reklamasi yang dilakukan oleh Singapura berakibat terganggunya hak warga negara Malaysia untuk menjalankan aktivitas kesehariannya. Hal ini jelas menunjukkan inkonsistensi Singapura dalam rangka menghormati hak-hak negara lain. Sebagaimana ditegaskan dalam pasa 204 ayat (2) bahwa pengawasan terhadap reklamasi tersebut haruslah dilakukan sampai dengan potensial pengaruh pencemaran yang ditimbulkan. c. Reklamasi tersebut di atas secara faktual mengakibatkan kerusakan lingkungan laut, adanya kerusakan tersebut berakibat terganggunya kehidupan hayati di bawah laut. Khususnya bagi nelayan, hal ini sangat berpengaruh secara ekonomis bagi kelangsungan kehidupan sosialnya. Dalam konteks ini, penghasilan yang didapatkan oleh nelayan akan berkurang karena berkurangnya sumber daya alam yang menjadi sumber pokok pendapatan mereka.
3. Yang menjadi dasar hukum Malaysia untuk menggugat Singapura di Mahkamah

Intenasional adalah : a. Sesuai dengan pasal 288 UNCLOS 1982 Setiap pengadilan atau mahkamah yang dimaksudkan dalam pasal 287 mempunyai yuridiksi atas setiap sengketa perihal interprestasi atau penerapan konvensi ini yang diserahkan kepadanya sesuai dengan bab ini

b. Malaysia ingin mendapatkan kepastian dati ITLOS mengenai penafsiran dan penerapan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, terutama pasal-pasal 2, 15, 123, 192, 194, 198, 200, 204, 205, 206, 210 dan pasal 300.
c. Dalam beberapa kesempatan sebelum Malaysia mengajukan masalah ini ke mahkamah,

Malaysia telah memberitahukan kepada Singapura melalui nota diplomatik mengenai keprihatinannya atas reklamsi Singapura di Selat Johor dan telah meminta diselenggarakan pertemuan mendesak/urgent antara pejabat senior kedua negara untuk membahas masalah ini dengan cara damai. Namun, Singapura menolak permintaan Malaysia dan menyatakan bahwa pertemuan tingkat pejabat senior yang diminta Malaysia hanya berguna apabila Malaysia dapat menyampaikan fakta-fakta atau argument baru guna membuktikan tuduhannya. d. Malaysia beranggapan bahwa tidak diperlukannya diskusi lebih lanjut dengan Singapura karena kemungkinan mencapai kesepakatan sudah tidak ada lagi dan kegiatan reklamasi masih terus dilakukan. e. Malaysia ingin mengamankan hak-hak Malaysia yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan laut dan pantai dan hak atas akses pelayaran menuju pantainya, terutama melalui jalur masuk Timur Selat Johor, mengingat hak ini telah dijamin oleh konvensi.
4. Malaysia mengajukan gugatan kepada Singapura ke Forum Tribunal Internasional untuk

Hukum Laut atau ITLOS atas masalah ini dan Tribunal menerima gugatan tersebut1. Dalam putusannya Tribunal menyatakan bahwa Singapura secara konkrit melakukan pelanggaran, bentuk-bentuk konkrit pelanggarannya adalah pelanggaran batas perairan nasional negara tetangga, pelanggaran hak negara atas sumber-sumber daya alam dalam batas-batas laut nasionalnya, pelanggaran hak-hak negara tetangga terhadap integritas lingkungan laut di wilayah perairan nasionalnya. Berdasarkan hal tersebut, ITLOS selaku salah satu treaty body PBB telah membuat penafsiran hukum baru berkenaan dengan aplikasi prinsip kedaulatan permanen dalam Resolusi MU PBB 1803 (XVII) tahun 1962, dengan mengkaitkan aplikasi resolusi dimaksud dengan ketentuan bab tersebut mengatur mengenai Protection and Preservation
1

Alasan-alasan Tribunal menerima gugatan Malaysia terlampir

of the Marine Environment. Adapun pertimbangan hukum utama ITLOS adalah bahwa kewajiban negara-negara untuk bekerjasama merupakan prinsip mendasar dalam rangka pencegahan polusi lingkungan laut di bawah Bab XII Konvensi dan hukum internasional umum. Pertimbangan hukum lainnya adalah bahwa kedua negara yang bersengketa pada kenyataannya berbagi lingkungan laut yang sama dan berada di bawah mandat pasal 123 UNCLOS mengenai kerjasama antara negara-negara yang berbatasan dengan laut tertutup atau setengah tertutup. Pasal ini diatur di bawah Bab IX mengenai laut territorial atau setengah tertutup. Keputusan ITLOS mengenai sengketa reklamasi ini telah memerintahkan provisional measures agar Malaysia dan Singapura bekerjasama dan untuk segera membentuk kelompok pakar independen dengan mandat (a) melakukan studi, mengenai terms of reference untuk disetujui oleh Malaysia dan Singapura, guna menentukan, dalam jangka waktu tidak melebihi satu tahun sejak dikeluarkannya putusan ini, dampak dari reklamasi Singapura dan mengusulkan sebagaimana tepatnya, langkah-langkah guna menangani setiap dampak negatif reklamasi tersebut.; (b) mempersiapkan, sesegera mungkin laporan sementara mengenai pekerjaan infilling di wilayah D Pulau Tekong. Dan secara teratur melakukan tukar menukar informasi mengenai, dan menilai resiko-resiko atau pengaruhpengaruh dari pekerjaan reklamasi Singapura.

Kesimpulan Reklamasi oleh Singapura adalah tergolong Marine Pollution Perbuatan Singapura yang mereklamasi wilayahnya adalah perbuatan melanggar hukum secara formil atas ketentuan UNCLOS 1982 Malaysia mengajukan gugatan kepada Singapura ke Forum Tribunal Internasional untuk Hukum Laut atau ITLOS atas masalah ini dan Tribunal menerima gugatan tersebut

Lampiran

1. Alasan-alasan tribunal untuk menerima gugatan 2. Keputusan tribunal

Anda mungkin juga menyukai