Anda di halaman 1dari 149

PENGARUH PENGUASAAN MATERI BILANGAN KOMPLEKS

TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL


RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK PADA SISWA KELAS 1
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK LISTRIK INDUSTRI BIDANG
KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRO DI SMKN 7 (STM PEMBANGUNAN)
SEMARANG TAHUN PEMELAJARAN 2004/2005


Skripsi
Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan


Oleh :

Nama : Dini Nurinda Hanggarani
NIM : 5314000005
Program Studi : S1- Pendidikan Teknik Elektro
Jurusan : Teknik Elektro



FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Pengaruh Penguasaan Materi Bilangan Kompleks Terhadap
Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik pada Siswa
Kelas 1 Program Keahlian Teknik Listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di
SMKN 7 (STM Pembagunan) Semarang Tahun Pemelajaran 2004/2005, telah
dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang, yang diselenggarakan pada :
Hari :Selasa
Tanggal :26 Juli 2005

Panitia
Ketua Sekretaris

Drs. Djoko Adi Widodo, M.T Drs. R. Kartono, M.Pd
NIP. 131570064 NIP. 131474229

Pembimbing I Penguji I

Drs. Usman Nurzaman, M.Pd Drs. Usman Nurzaman, M.Pd
NIP. 130515780 NIP. 130515780

Pembimbing II Penguji II

Drs. M. Harlanu, M.Pd Drs. M. Harlanu, M.Pd
NIP. 131931823 NIP. 131931823

Penguji III

Drs. Agus Murnomo, M.T
NIP. 131616610
Dekan

Prof. Dr. Soesanto
NIP. 130875753
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih disenangi daripada mukmin yang
lemah. Masing-masing adalah baik. Senanglah mencapai masalah yang
bermanfaat padamu, mintalah tolong kepada Allah dan jangan lemah. Apabila
kamu tertimpa sesuatu, jangan berkata: Seandainya aku berbuat begini... dan
begitu..., tapi berkatalah :Allah sudah menakdirkan sesuatu yang dikehendaki
dan dilakukan Sesunggguhnya kalimat seandainya..., membuka pintu bagi
setan.
(H. R. Muslim 4/2052)

Senyum manismu kepada saudaramu adalah sedekah.
(H. R Tirmidzi)



PERSEMBAHAN:
1. Allah SWT, yang telah mengabulkan
doaku.
2. Mama dan Papa, yang telah
membimbingku dan memberikan segala
motivasi.
3. Diyan satriyo, yang selalu membantu
dan mendorongku hingga selesainya
pembuatan skripsi ini.
4. Adik-adiku dan teman-temanku, I love
you all.
5. Almamaterku, UNNES

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Pengaruh Penguasaan Materi Bilangan Kompleks terhadap
Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik pada
Siswa Kelas 1 Program Keahlian Teknik Listrik Industri Bidang Keahlian Teknik
Elektro SMKN 7 (STM Pembangunan) Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005
dalam rangka menyelesaikan studi Strata Satu untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bimbingan, motivasi dan
bantuan semua pihak. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada Drs. Usman Nurzaman,
M.Pd dan Drs M. Harlanu, M.Pd selaku dosen pembimbing serta Drs. Agus
Murnomo, MT selaku dosen penguji skripsi ini, yang telah banyak memberikan
bimbingan, saran dan motivasi. Selain itu penulis juga perlu mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
antara lain:
1. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan
penelitian sampai terselesainya skripsi ini.
2. Drs.Djoko Adi Widodo, M.T, ketua jurusan Teknik Elektro Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
melaksanakan penelitian sampai terselesainya skripsi ini.
3. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Drs Sri Santoso yang telah
memberikan ijin penelitian di SMKN 7 Semarang.
4. Kepala SMK N 7 Semarang, yang telah memberikan iojin penelitian di SMK
N 7 Semarang.
5. Guru mata diklat Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika (PKDLE),
Albasori S.Pd yang telah membimbing dan membantu pelaksanaan penelitian
di SMK N 7 Semarang
6. Siswa kelas 1 program keahlian Teknik Listrik Industri bidang keahlian
Teknik Elektro SMK N 7 Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005 , yang telah
bersedia menjadi responden instrumen penelitian.
7. Semua pihak yang tidak bisa kusebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi.
Penulis hanya dapat memohon, semoga Allah SWT memberikan balasan
kebaikan dan barakah kepada pihak-pihak tersebut.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini,
namun penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan pengetahuan
sehingga skripsi ini jauh dari sempurna. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu masukan berupa saran dan kritik
sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan dunia pendidikan pada khususnya.
Semarang, 25 Juni 2005

Dini Nurinda Hanggarani
RINGKASAN
Dini Nurinda Hanggarani. 2005. Pengaruh Penguasaan Materi Bilangan
Kompleks terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik
Arus Bolak-Balik pada Siswa Kelas I Program Keahlian Teknik Listrik Industri
Bidang Keahlian Teknik Elektro SMK N 7 (STM Pembangunan) Semarang
Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Semarang.

Rangkaian listrik arus bolak-balik merupakan salah satu pokok bahasan
yang diajarkan di SMK kelas I program keahlian teknik listrik industri pada mata
diklat penerapan konsep dasar listrik dan elektronika. Permasalahan pada
rangkaian listrik arus bolak-balik dapat diselesaikan dengan menggunakan operasi
bilangan kompleks, jadi materi tersebut merupakan prasyarat yang harus dikuasai
siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penguasaan
materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal
rangkaian listrik arus bolak-balik di SMK N 7 Semarang dan mengetahui
prosentase besarnya pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik di SMK N
7 Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas I program keahlian
teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro yang terbagi menjadi 2 kelas
yang berjumlah 70 siswa. Sampel penelitian ini 50 siswa yang diambil dengan
teknik random sampling. Variabel yang diteliti yaitu penguasaan materi bilangan
kompleks sebagai variabel bebas dan kemampuan menyelesaikan soal-soal
rangkaian listrik arus bolak-balik sebagai variabel terikat. Data primer diambil
dengan teknik tes dan dianalisis menggunakan analisis regresi.
Hasil penelitian menunjukkan diperoleh nilai F
hitung
= 36,882 > F
tabel
(4,043) pada taraf signifikansi 5%, sehingga hipotesis yang menyatakan ada
pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1
program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro SMKN 7
Semarang tahun pelajarn 2004/2005 diterima. Penguasaan materi bilangan
kompleks memberikan kontribusi sebesar 43,5% terhadap kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik.
Disarankan kepada guru untuk memberikan materi rangkaian listrik arus
bolak-balik dengan memberikan latihan soal-soal sehingga dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan siswa. Guru hendaknya dalam memberikan materi
bilangan kompleks dengan memberikan aplikasinya dalam soal-soal materi
bilangan kompleks sehingga siswa mampu menyelesaikan soal-soal dalam
rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik.




DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL.................................................................................................................... i
PENGESAHAN...................................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iv
ABSTRAK.............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI........................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Penegasan Istilah........................................................................................ 2
C. Identifikasi Masalah................................................................................... 5
D. Pembatasan Masalah.................................................................................. 5
E. Rumusan Masalah...................................................................................... 6
F. Tujuan Penelitian........................................................................................ 6
G. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
H. Sistematika Skripsi..................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Belajar............................................................................................... 9
B. Transfer Belajar.......................................................................................... 9


C. Pengertian belajar matematika, proses belajar matematika, dan
apersepsi dalam pengajaran matematika................................................... 12
1. Pengertian belajar mnatematika ............................................................ 12
2. Proses belajar matematika ..................................................................... 13
3. Apersepsi dalam pengajaran matematika.............................................. 13
D. Matematika Bilangan Kompleks............................................................... 15
1. Pengertian bilangan kompleks............................................................... 15
2. Bentuk-bentuk bilangan kompleks........................................................ 16
3. Operasi hitung bilangan kompleks........................................................ 19
4. Phasor ..................................................................................................... 22
5. Konversi bilangan kompleks ................................................................. 23
E. Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik.......................................................... 28
1. Pengertian rangkaian listrik arus bolak-balik........................................ 28
2. Materi pokok bahasan rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa
kelas 1 jurusan listrik menurut kurikulum 1999.................................. 35
3. Kemampuan penyelesaian rangkaian listrik arus bolak-balik.............. 37
F. Kerangka Berpikir...................................................................................... 38
G. Hipotesa Penelitian..................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 41
B. Penentuan Obyek Penelitian...................................................................... 41
1. Populasi dan sampel penelitian.............................................................. 41
2. Variabel penelitian................................................................................. 42
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 43
1. Metode dokumentasi.............................................................................. 43
2. Metode tes .............................................................................................. 43
D. Metode Analisis Data................................................................................. 43
1. Analisis data tahap awal......................................................................... 44
2. Analisis data tahap akhir........................................................................ 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................................ 61
1. Penguasaan materi bilangan kompleks ................................................. 61
2. Kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-
balik........................................................................................................ 63
B. Analisis Data .............................................................................................. 67
1. Uji Persyaratan hipotesis ...................................................................... 67
2. Uji hipotesis .......................................................................................... 70
C. Pembahasan................................................................................................ 72
D. Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 76
BAB V PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................................... 77
B. Saran........................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 78
LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik pada bidang kompleks................................................................... 15
Gambar 2. Titik bilangan kompleks pada bidang kompleks...................................... 16
Gambar 3. Grafik bilangan kompleks bentuk rektangular...................................... 16
Gambar 4. Grafik bilangan kompleks bentuk polar................................................. 17
Gambar 5. Grafik sinusoida......................................................................................... 22
Gambar 6. Gelombang sinusoida ................................................................................ 28
Gambar 7. Garis grafik/gelombang pada waktu sesaat .............................................. 29
Gambar 8. Vektor diagram tegangan dan segitiga daya............................................. 34
Gambar 9. Grafik Histogram Sebaran nilai Penguasan Materi Bilangan
Kompleks................................................................................................. 62
Gambar 10. Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Penguasan Materi
Bilangan Kompleks.......................................................................... 63
Gambar 11. Grafik Histogram Sebaran nilai Kemampuan Menyelesaikan
Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik................................... 64
Gambar 12. Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Kemampuan
Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik ....... 65






DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal.................................................................. 47
Tabel 2 Kriteria Daya Pembeda Soal................................................................... 49
Tabel 3. Kriteria Kecenderungan dari Variabel X dan Variabel Y...................... 53
Tabel 4. Rangkuman Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett ................................ 55
Tabel 5. Rangkuman Rumus Uji ANAVA Untuk Uji Linieritas......................... 57
Tabel 6. Rangkuman Rumus ANAVA untuk Uji Hipotesis ................................ 58
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Penguasaan Siswa tentang Bilangan Kompleks... 61
Tabel 8. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Bilangan
Kompleks ............................................................................................. 62
Tabel 9. Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal-
soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik............................................. 64
Tabel 10. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Kemam-
puan Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik .. 65
Tabel 11. Distribusi Frekuensi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-
soal rangkaian listrik arus bolak-balik................................................. 66
Tabel 12. Hasil uji Kenormalan Data .................................................................. 68
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Data................................................................ 69
Tabel 14. Hasil Uji Kelinieran Garis Regresi ...................................................... 69
Tabel 15. Hasil Uji Independent .......................................................................... 72



DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar nama siswa yang dijadikan sampel dan uji coba penelitian...... 80
Lampiran 2. Daftar nama siswa yang dijadikan subyek uji coba instrumen penelitian
................................................................................................................. 81
Lampiran 3. Daftar nama siswa yang dijadikan sampel penelitian ........................... 82
Lampiran 4. Hasil analisis uji coba soal materi bilangan kompleks.......................... 83
Lampiran 5. Perhitungan validitas butir soal materi bilangan kompleks .................. 86
Lampiran 6. Perhitungan tingkat kesukaran butir soal materi bilangan kompleks ... 88
Lampiran 7. Perhitungan daya pembeda soal materi bilangan kompleks ................. 89
Lampiran 8. Perhitungan reliabilitas instrumen materi bilangan kompleks.............. 90
Lampiran 9. Hasil analisis uji coba soal rangkaian listrik arus bolak-balik.............. 91
Lampiran 10. Perhitungan validitas butir rangkaian listrik arus bolak-balik ............ 94
Lampiran 11. Perhitungan tingkat kesukaran soal-soal rangkaian listrik arus
bolak-balik............................................................................................ 96
Lampiran 12 Perhitungan daya pembeda soal rangkaian listrik arus bolak-balik.... 97
Lampiran 13. Perhitungan reliabilitas instrumen rangkaian listrik arus bolak-balik 98
Lampiran 14. Kisi-kisi instrumen penguasaan materi bilangan kompleks................ 99
Lampiran 15. Instrumen penelitian penguasaan materi bilangan kompleks ............. 101
Lampiran 16. Kisi-kisi instrumen kemampuan menyelesaikan rangkaian listrik
arus bolak-balik ................................................................................... 113
Lampiran 17. Instrumen penelitian kemampuan menyelesaikan rangkaian
listrik arus bolak-balik........................................................................ 115
Lampiran 18. Lembar kunci jawaban instrumen penelitian....................................... 126
Lampiran19. Daftar distribusi bergolong nilai penguasaan materi bilangan
kompleks................................ ................................ ............................... 127
Lampiran 20. Daftar distribusi frekuensi bergolong nilai kemampuan
menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus bolak -balik ............... 129
Lampiran 21. Uji normalitas variabel X................................ ................................ ..... 131
Lampiran 22. Uji normalitas variabel Y ................................ ................................ ..... 132
Lampiran 23. Uji homogenitas varians kelompok Y untuk pengulangan
kelompok X ................................ ................................ ........................ 133
Lampiran 24. Analisis regresi ................................ ................................ ...................... 134
Lampiran 25. Data hasil penelitian ................................ ................................ .............. 138
Lampiran 26. Tabel nilai chi kuadrat ................................ ................................ .......... 139
Lampiran 27. Daftar kritik r product moment ................................ ........................... 140
Lampiran 28. Daftar kritik uji F ................................ ................................ .................. 141
Lampiran 29. Daftar hadir tes instrumen penelitian ................................ ...................142
Lampiran 30. Berita acara penelitian ................................ ................................ .......... 150
Lampiran 31. Usulan judul skripsi ................................ ................................ .............. 154
Lampiran 32 SK penetapan dosen pembi mbing................................ ......................... 155
Lampiran 33. Surat ijin penelitian pemkot Semarang ................................ ................ 156
Lampiran 34. Surat ijin penelitian Diknas kota Semarang ................................ ......... 157
Lampiran 35. Surat keterangan selesai penelitian ................................ .....................158
Lampiran 36. Surat pernyataan selesai bimbingan ................................ .....................159


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Rangkaian listrik adalah salah satu teori dasar dari ilmu listrik dan
merupakan salah satu mata pelajaran di bidang teknik yang paling banyak
digunakan dalam penerapan nyata. Teori rangkaian listrik bertujuan untuk
membuat prediksi kuantitatif dan kualitatif terhadap gejala listrik yang terjadi
pada rangkaian (Chua, 1986: 2). Rangkaian listrik yang menggunakan sumber
bolak-balik dapat berupa beban yang bersifat resistif, induktif, dan kapasitif.
Beban yang bersifat resistif, arusnya sefase terhadap tegangan dan mempunyai
sudut fasa sebesar 0. Beban yang bersifat kapasitif, arusnya bergeser fasa
terhadap tegangan atau arusnya mendahului tegangan, sedangkan beban yang
bersifat induktif arusnya bergeser fasa terhadap tegangan atau arusnya tertinggal
terhadap tegangan. Berbeda dengan rangkaian listrik arus searah yang tidak
mengandung frekuensi, pada rangkaian listrik arus bolak-balik mengandung
frekuensi sehingga pada beban kapasitif dan induktif mengandung bilangan riil
dan imajiner yang menggunakan bilangan kompleks. Berdasarkan uraian tersebut,
maka di dalam menganalisis beban pada rangkaian listrik arus bolak-balik
diperlukan aljabar vektor atau bilangan kompleks.
Kurikulum SMK tahun 1999 khususnya kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan 4 tahun terdapat materi pokok bahasan bilangan kompleks pada
pelajaran matematika dan pokok bahasan rangkaian arus listrik bolak-balik pada
mata pedidikan dan latihan (diklat) Penerapan Dasar Listrik dan
Elektronika (PKDLE) yang dipelajari di kelas 1. Materi pokok bahasan bilangan
kompleks pada pelajaran matematika diberikan pada siswa supaya siswa terampil
dalam menyelesaikan soal-soal rangkaian lisrik arus bolak-balik dalam
pengajaran mata diklat Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika
(PKDLE) di SMK . Maka dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara materi
bilangan kompleks dengan rangkaian listrik arus bolak-balik yang menunjukkan
bahwa penguasaan materi bilangan kompleks merupakan salah satu modal untuk
mempelajari rangkaian listrik arus bolak-balik. Oleh karena itu penguasaan
materi bilangan kompleks perlu diperkuat sebagai awal untuk memahami dan
menyelesaikan permasalahan pada rangkaian listrik arus bolak-balik yang
berkaitan dengan bilangan kompleks.
Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian
yang berjudul Pengaruh Penguasaan Materi Bilangan Kompleks Terhadap
Kemampuan Menyelesaikan Soal-Soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-Balik pada
Siswa Kelas 1 Program Keahlian Teknik Listrik Industri Bidang Keahlian Teknik
Elektro di SMKN 7 (STM Pembangunan) Semarang Tahun Pemelajaran
2004/2005.

B. Penegasan Istilah
Untuk memberikan kejelasan arti dan menghindari penafsiran yang salah
pada istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini maka diberikan batasan-
batasan istilah yang ada hubungannya dengan judul skripsi, yaitu :
1. Pengaruh
Pengaruh dapat diartikan sebagai daya yang timbul dari sesuatu
(orang/benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang ( KBBI, 1989:604) . Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah daya penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik .
2. Penguasaan
Penguasaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menguasai atau
mengusahakan (KBBI,1989:468) . Penguasaan yang dimaksud dalam penelitian
ini diartikan sebagai kesanggupan memahami, menguasai dan menerapkan
bilangan kompleks pada penyelesaian persoalan rangkaian listrik arus bolak-
balik.
3. Materi
Materi adalah sesuatu yang menjadi bahan (KBBI, 1989: 566) . Materi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bilangan kompleks dan rangkaian
listrik arus bolak-balik .
4. Bilangan kompleks
Bilangan kompleks adalah suatu bilangan berbentuk a + jb dengan a dan b
bilangan nyata dan j = -1 adalah bilangan imajiner dan tidak dapat dipandang
sebagai bilangan riil. (kamus matematika, 1999 : 18) .
5. Arus listrik bolak-balik
Arus listrik bolak-balik adalah arus yang besar dan arahnya senantiasa
berubah secara periodik (PT. PLN, 2001: 11)
6. Kemampuan menyelesaikan soal-soal pada rangkaian listrik arus bolak-balik
Kemampuan adalah seluruh atau sebagian tenaga dan daya yang
dikerahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kemampuan yang di maksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal pada rangkaian
listrik arus bolak-balik yang berkaitan dengan bilangan kompleks.
7. Tahun Pemelajaran
Pembelajaran berasal dari kata ajar dengan imbuhan pem-an. Arti dari
kata pembelajaran adalah suatu proses yang menyebabkan menjadi belajar dan
yang menjadi obyek adalah orang, dalam hal ini adalah siswa. Sedangkan
pemelajaran berasal dari kata ajar dengan imbuhan pe(n)-an. Arti dari kata
pemelajaran adalah proses mempelajari dan yang menjadi obyek adalah barang,
dalam hal ini adalah kompetensi yang ingin dicapai.
Dari uraian diatas, maka arti dari tahun pemelajaran ialah tahun dimana
berlangsung proses mempelajari pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks
dengan kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik
yang harus dicapai siswa dalam waktu ditentukan, dalam penelitian ini adalah
tahun pemelajaran 2004/2005.
Judul skripsi dimaksudkan daya yang timbul pada siswa kelas 1 (satu)
Program Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di
SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 dalam menguasai materi
bilangan kompleks untuk menyelesaikan soal-soal pada rangkaian listrik arus
bolak-balik sederhana.
1
C. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang judul yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi
beberapa masalah yaitu:
1. Penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik dapat diselesaikan
dengan operasi bilangan kompleks.
2. Operasi bilangan kompleks yang digunakan untuk menyelesaikan soal-soal
rangkaian listrik arus bolak-balik adalah operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian.
3. Penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus listrik bolak-balik dapat
dituliskan dalam bentuk polar maupun dalam bentuk kompleks.
4. Pada rangkaian listrik arus bolak-balik terdapat persamaan matematika yang
menerapkan konsep fasor untuk menghasilkan fungsi persamaan bilangan
kompleks.
Penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik dalam bentuk
kompleks adalah penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik yang
hasilnya dituliskan dalam bentuk a + jb. a dan b adalah bilangan nyata dan j
adalah bilangan imajiner yang besarnya dapat dituliskan j = -1. Sedangkan
penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik dalam bentuk polar
adalah penyelesaian rangkaian listrik arus bolak-balik yang hasilnya dalam
bentuk r dimana r =
2 2
b a + dan = arc tg
a
b


D. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Rangkaian listrik arus bolak-balik satu fasa.
1
2. Rangkaian listrik arus bolak-balik yang terdiri dari beban R, L, C seri dan
paralel.
3. Siswa kelas 1 Program Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian
Teknik Elektro di SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005.
4. Materi bilangan kompleks.

E. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh
penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-
soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1 (satu) Program
Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di SMKN 7
Semarang tahun pemelajaran 2004/2005? Dan seberapa besar pengaruh tersebut?

F. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini berutujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penguasaan
materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaaikan soal-soal
pada rangkaian listrik arus bolak-balik sederhana siswa kelas 1 Bidang
Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di SMK
Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang tahun pemelajaran 2004/2005
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosentase besarnya pengaruh
penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan
soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1 Bidang
Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di SMK
Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang tahun pemelajaran 2004/2005.

G. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi adanya pengaruh
penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan
soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sehingga dapat memberi masukan
sebagai umpan balik terhadap metode pembelajaran yang telah dilakukan dan
bahan pertimbangan bagi guru mata diklat Penerapan Konsep Dasar dan
Elektronika (PKDLE) maupun guru matematika, untuk meningkatkan mutu
pendidikan di SMK Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang.
2. Setelah mengetahui prosentase besarnya pengaruh penguasaan materi
bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian
listrik arus bolak-balik pada siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan pada guru mata diklat Penerapan Konsep Dasar dan
Elektronika (PKDLE) maupun guru matematika, bahwa penguasaan materi
bilangan kompleks yang baik akan mempermudah dan mempercepat
penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sehingga hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 7 (STM Pembangunan)
Semarang dengan memperdalam materi mata pelajaran matematika pokok
bahasan bilangan kompleks, khususnya pada aplikasi bilangan kompleks agar
siswa mampu menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik
dengan baik.


H. Sistematika Skripsi
Untuk mempermudah pemikiran dan penelusuran penelitian, perlu
diberikan gambaran isi dari skripsi secara keseluruhan. Sistematika skripsi dalam
penelitian ini terdiri dari tiga bagian awal, bagian isi dan bagian akhir skripsi.
Bagian awal terdiri dari halaman judul, abstraksi, halaman pengessahan,
halaman motto dan persembahan , kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, dan
daftar tabel.
Susunan isi skripsi terdiri atas lima bab yaitu pendahuluan, landasan teori,
dan hipotesis, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta penutup
Bab I pendahuluan yang berisi alasan pemilihan judul, permasalahan,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab II berisi landasan teori yang digunakan dalam penelitian meliputi ;
teori belajar, transfer belajar, pengajaran matematika, materi bilangan kompleks,
dan materi rangkaian listrik arus bolak-balik.. Selain itu pada bab kedua ini ada
kerangka berfikir dan diakhiri dengan hipotesis.
Bab III disajikan metode penelitian yang mencakup metode penentuan
obyek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi beberapa
tahap yaitu hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.
Bab terakhir yaitu bab V berisi simpulan dari seluruh hasil pembahasan dalam
penelitian.
Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Belajar
Menurut Mouly yang dikutip Nana Sudjana (1989 : 5) dinyatakan bahwa
belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat
adanya pengalaman. Pendapat tersebut diperkuat oleh Oemar Hamalik (1983 :
21) bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.
Disamping itu Moh. Uzer Uzman (1993: 6) menyatakan belajar adalah
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan antara individu dengan lingkungan. Definisi lain dari belajar
merupakan suatu aktivitas mental (psikis), yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap (Winkel, 1991: 36).
Dari keempat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku, pengalaman, dan pemahaman yang terjadi karena adanya
interaksi antara individu dengan individu dan interaksi antara individu dengan
lingkungan.

B. Transfer Belajar
Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang
diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke

kehidupan sehari - hari di luar lingkup pendidikan sekolah (Winkel,
1991: 301). Pemindahan atau pengalihan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa
hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi di luar
lingkup bidang studi di mana hasil itu mula-mula diperoleh. Misalnya hasil
belajar pada mata diklat matematika khususnya pada materi bilangan kompleks,
digunakan dalam mempelajari mata diklat Penerapan Konsep Dasar Listrik dan
Elektronika (PKDLE) khususnya pada sub pokok bahasan rangkaian listrik arus
bolak-balik. Berkat pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu, seseorang
memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian dalam mempelajari sesuatu di
mata diklat yang lain. Artinya belajar matematika bilangan kompleks
mempermudah siswa menyelesaikan perhitungan rangkaian listrik arus bolak-
balik
Dalam proses transfer belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu
transfer belajar positif dan negatif. Transfer positif adalah transfer belajar yang
memberi keuntungan. Artinya mempermudah belajar atau menyelesaikan tugas
belajar lain. Sebaliknya transfer negatif adalah transfer belajar yang mengalami
kerugian. Jadi transfer belajar dapat mempersukar atau mempermudah siswa
menghadapi tugas belajar lain.
Menurut Winkel, terdapat tiga jenis transfer belajar, yaitu teori disiplin
formal, teori elemen identik dan teori generalisasi (Winkel, 1991: 304). Dalam
teori belajar, yang disebut disiplin formal dinyatakan bahwa kemampuan berpikir
seperti mengingat, menduga, menganalisis, mensintesis dapat dilatih.
Pada teori elemen identik dinyatakan bahwa transfer belajar dari satu
bidang studi ke bidang studi yang lain, terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur

yang sama pada kedua mata diklat itu. Makin banyak unsur yang sama, makin
besar kemungkinan terjadi transfer belajar. Jadi, banyak sedikitnya transfer
belajar, tergantung dari banyak sedikitnya unsur-unsur yang sama antara kedua
bidang studi tersebut. Dengan demikian, penguasaan materi bilangan kompleks
akan membantu dalam mempelajari materi rangkaian listrik arus bolak-balik.
Akan ada transfer belajar positif dari mata diklat matematika ke mata diklat
Penerapan Kosep Dasar Listrik dan Elektronika (PKDLE). Maka, hakikat dari
transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur di bidang studi
yang satu ke unsur yang sama di bidang studi lain; makin banyak unsur yang
sama antara beberapa bidang studi, makin besar kemungkinan terjadi transfer
belajar positif.
Pengertian transfer belajar pada teori generalisasi lebih berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan prinsip-prinsip
umum. Apabila seorang siswa mampu mengembangkan konsep, kaidah, prinsip,
dan siasat-siasat untuk memecahkan persoalan, siswa itu mempunyai bekal yang
dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain di luar bidang studi di mana konsep,
kaidah, prinsip, dan siasat mula-mula diperoleh. Siswa itu mampu mengadakan
generalisasi, yaitu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat
dalam sejumlah hal yang khusus. Generalisasi semacam itu sudah terjadi bila
siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan siasat-
siasat memecahkan problem atau masalah (pengaturan kegiatan kognitif).
Seorang siswa yang telah mempelajari bilangan komplek, seharusnya tidak


mengalami kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan persoalan pada
rangkaian arus listrik bolak-balik.
Agar kegiatan mengajar belajar matematika di SMK Negeri 7 Semarang
memungkinkan terjadinya transfer belajar secara optimal dilakukan sebagai
berikut:
1. Mengajar haruslah memberikan pengertian terhadap konsep atau teorema
matematika. Ini berarti metode penemuan dan teori pengorganisasian kembali
pengalaman harus digunakan. Dengan aktifnya siswa terlibat memahami
konsep atau teorema dapat diharapkan transfer belajar tercapai secara optimal.
2. Setelah pengertian diperoleh, siswa diberikan latihan yang cukup. Latihan ini
diperlukan agar siswa mendapat kesempatan mengorganisasikan kembali atau
menstruktur kembali pengalaman-pengalaman yang berhubungan tugas
belajar selanjutnya.
Untuk memahami konsep-konsep dalam belajar matematika, maka perlu
adanya keterampilan untuk menggunakan konsep itu. Ketrampilan dalam
matematika adalah kemampuan menjalankan prosedur-prosedur dan operasi-
operasi di dalam matematika secara tepat, cermat, dan benar.

C. Pengertian belajar matematika, Proses belajar matematika, dan
Apersepsi dalam pengajaran matematika
1. Pengertian belajar matematika
Menurut Sawyer yang dikutip Herman Hudoyo (1990: 18) dinyatakan
bahwa matematika adalah klasifikasi studi dari semua kemyngkinan pola
keteraturan yang dapat dimengerti oleh pikiran. Artinya belajar matematika
adalah proses untuk mengerti dan memahami pola keteraturan dan hubungan-
hubungan dari konsep-konsep, simbol-simbol yang berfungsi sebagai penerjemah
ide-ide dari situasi-situasi.
2. Proses belajar matematika
Proses belajar matematika akan berjalan dengan lancar apabila belajar itu
dilakukan secara kontinyu (Herman, 1990: 22). Di dalam proses belajar mengajar
matematika, terjadi juga proses berpikir, sebab siswa dikatakan berpikir bila
peserta didik melakukan kegiatan mental. Kegiatan berpikir meliputi kegiatan
siswa menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah
direkam di dalam pikiran peserta didik itu sebagai pengertian-penngertian.
Apabila terjadinya proses belajar mengajar matematika itu baik, dapat
diharapkan hasil belajar peserta didik akan baik pula. Dengan proses belajar
matematika yang baik, siswa yang belajar akan memahami matematika dengan
baik pula dan dapat dengan mudah mengaplikasikannya ke situasi baru, artinya
siswa dapat menyelesaikan masalah baik dalam matematika itu sendiri maupun
ilmu lainnya. Proses belajar matematika akan berjalan dengan baik apabila guru
dan siswa mengetahui obyek-obyek dalam belajar matematika.
3. Apersepsi dalam pengajaran matematika
Dalam pengajaran matematika perlu adanya pemberian apersepsi.
Apersepsi merupakan pengorganisasian pengetahuan atau pengalaman yang telah
dimiliki siswa dengan ide-ide atau konsep-konsep baru dalam ilmu pendidikan.
Apersepsi akan terjadi apabila konsep-konsep atau pengetahuan baru masuk

dalam kesadaran proses berpikir siswa dan bertautan dengan konsep-konsep atau
pengalaman lama yang telah dimiliki oleh siswa sebagai bahan apersepsi
memegang peranan penting dalam suatu pelajaran.
Pelajaran akan lebih efektif bila guru pandai menggunakan bahan
apersepsi dalam proses belajar-mengajar. Oemar Hamalik (1983: 132)
mengemukakan beberapa keuntungan dari penggunaan apersepsi dalam belajar:
a. Apersepsi dapat dianggap sebagai penerima. Dengan diungkapkannya lebih
dulu bahan apersepsi yang telah dimiliki suswa, siswa akan lebih mudah
menerima pengalaman-pengalaman baru yang disampaiakan oleh guru.
b. Pengalaman apersepsi mewarnai pengalaman baru. Antara pengalaman yang
telah dimiliki dengan pengalaman yang baru terjadi ikatan asosiasi.
c. Pengalaman apersepsi menimbulkan motivasi belajar. Bila ada pertanyaan
atau masalah yang dimaksudkan untuk mengungkapkan apersepsi, maka
siswa akan memusatkan perhatiannya untuk menjawab atau memecahkan
masalah itu.
d. Pengalaman apersepsi mendorong berbuat belajar. Bila siswa berhasil
menjawab pertanyaan guru atau berhasil memecahkan masalah yang
diajukan, maka siswa akan merasa puas. Dengan demikian timbul keinginan
untuk mengetahui sesuatu yang baru.
Dari keterangan di atas sebaiknya sebelum memberikan pengajaran materi
rangkaian listrik arus bolak-balik, perlu adanya pemberian apersepsi mengenai
operasi pada bilangan kompleks, karena operasi bilangan kompleks akan
digunakan pada penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik.



D. Matematika Bilangan kompleks
1. Pengertian materi bilangan kompleks
Bilangan kompleks adalah gabungan antara bilangan nyata (riil) dengan
bilangan imajiner (Karmon, 1994: 112). Bentuk umum penulisan bilangan
kompleks adalah jb a + . Dimana a dan b adalah bilangan nyata, dan j adalah
bilangan imajiner (tidak nyata) dengan syarat bahwa b tidak sama dengan nol.
Nilai bilangan imajiner j = 1 .
Bentuk dari bilangan kompleks adalah serupa dengan penyususnan notasi
(r, q) yang digunakan sebagai koordinat, sehingga dari keserupaan ini dapat
diambil keuntungannya yaitu membuat grafik pada bidang kompleks seperti
gambar (1). Dengan menggunakan bagian real dari bilangan kompleks sebagai
absis dan bagian imaginer sebagai ordinat, titik bilangan kopleks dapat ditentukan
pada bidang kompleks (lihat gambar 2). Pada gambar 2, bilangan riil dari titik A
adalah 4 dan bilangan bilangan imajiner dari titik A adalah 3 atau A (-4, j3)
1
2
3
4
1 2 3 4 - 1 - 2 - 3 - 4
- 1
- 2
- 3
- 4
0
Riil
J (Imajiner)

Gambar 1. Grafik pada bidang kompleks

1
2
3
4
1 2 3 4 - 1 - 2 - 3 - 4
- 1
- 2
- 3
- 4
0
Ri i l
J ( I maj i ner )
A ( - 4, 3)
-
4

+

J
3

Gambar 2. Titik bilangan kompleks pada bidang kompleks

2. Bentuk-bentuk bilangan kompleks
a. Bentuk Rektangular
Bentuk bilangan kompleks a + jb disebut juga bilangan kompleks bentuk
rektangular
Riil
J (Imajiner)
b
a
0
A (a, jb)

Gambar 3. Grafik bilangan kompleks bentuk rektangular

Dari gambar di atas titik A mempunyai koordinat ( a, jb). Artinya titik A
mempunyai ansis a dan ordinat b.
b. Bentuk polar
Bilangan kompleks bentuk rektangular a+ jb dapat juga dinyatakan dalam
bentuk polar, dengan menggunakan suatu jarak (r) terhadap suatu titik polar 0
dengan sudut yang dibentuk dengan sumbu polar. Pengertian sumbu polar di sini
adalah untuk tempat kedudukan titik-titik yang bergerak. Hal ini banyak dijumpai
pada besaran-besaran listrik baik berupa vektor, phasor, arus, dan sebagainya.
Sumbu-sumbu (salib sumbu) pada bidang Cartesian umumnya untuk tempat
kedudukan titik yang statis.
Ri i l
J ( I maj i ner )
b
a
0
A ( a, j b)
Ti t i k Pol ar


Gambar 4. Grafik bilangan kompleks bentuk polar
Jika OA = r, maka letak (kedudukan) titik A dapat ditentukan terhadap r
dan .
Cos =
r
a
a = r Cos
Sin

=
r
b
b = r Sin


a + jb = r (Cos + j Sin ) = r
Keterangan:
a + jb adalah bilangan kompleks bentuk rektangular
r

adalah bilangan kompleks dalam bentuk polar



Sehingga rumus yang didapatkan untuk mengubah suatu bilangan
kompleks dari bentuk rektangular ke bentuk polar adalah:

Dengan
2 2
b a r + dan = tg
-1
a
b

c. Bentuk Eksponensial
Bilangan kompleks bentuk eksponensial dapat diperoleh dengan cara
berikut:
Suatu fungsi dapat dinyatakan sebagai deret, misalnya,
. ..........
! 5 ! 4 ! 3 ! 2
1
5 4 3 2
+ + + + + +
x x x x
x e
x

Sin ... ..........
! 9 ! 7 ! 5 ! 3
9 7 5 3
+ +
x x x x
x x
Cos
+ +
! 6 ! 4 ! 2
1
6 4 2
x x x
x

Jika bilangan x pada deret e
x
diganti dengan bilangan j

, maka akan
diperoleh:

+ + + + +
! 4
) (
! 3
) (
! 2
) (
1
4 3 2

j j j
j e
j

= + + + + +
! 4 ! 3 ! 2
1
4 4 3 3 2 2

j j j
j ..
= + + +
! 4 ! 3 ! 2
1
4 3 3 2

j
j .
= +
! 4 ! 2
1 (
4 2

..) + +
! 5 ! 3
(
5 3

j )
= Cos + j Sin
a + jb = r (Cos + j Sin ) = r

Maka r (Cos + j Sin ) dapat dituliskan sebagai r
j
. Bentuk ini
dikenal sebagai bilangan kompleks bentuk eksponensial.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bilangan kompleks
dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu:
a. z = a + jb.Bentuk rektangular
b.
z
= r (Cos + j Sin ).Bentuk polar
c.
z
= r . e
j
.Bentuk eksponensial
Bentuk eksponensial diperoleh dari bentuk polar.Harga r dalam kedua
bentuk itu sama dan sudut dalam kedua bentuk itu juga sama, tetapi untuk bentuk
eksponensial harus dinyatakan dalam radian.
3. Operasi Hitung Bilangan Kompleks
a. Bentuk Rektanguler
1) Penjumlahan :
(a
1
+ jb
1
) + (a
2
+ jb
2
) = (a
1
+ a
2
) + j (b
1
+ b
2
)

2) Pengurangan:
(a
1
+ jb
1
) - (a
2
+ jb
2
) = (a
1
- a
2
) + j (b
1
- b
2
)

3) Perkalian:
(a
1
+ jb
1
) (a
2
+ jb
2
) = a
1
a
2
+ ja
1
b
2
+ ja
2
b
1
+ j
2
b
1
b
2

(a
1
+ jb
1
) (a
2
+ jb
2
) = a
1
a
2
+ ja
1
b
2
+ ja
2
b
1
- b
1
b
2



4) Pembagian:

2 2
2 2
2 2
1 1
2 2
1 1
jb a
jb a
jb a
jb a
jb a
jb a

+
+

+
+

=
2
2
2
2 2 2 2
2
2
2 1
2
1 2 2 1 2 1
b j b ja b ja a
b b j b ja b ja a a
+
+


2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
2 2
1 1
) (
b a
b b b a b a j a a
jb a
jb a
+
+

+
+


b. Bentuk Polar
1) Penjumlahan: A
1
+ B
2
= (A+B)
1
= (A+B)
2

2) Pengurangan: A
1
- B
2
= (A-B)
1
= (A-B)
2

3) Perkalian : A
1
x B
2
= (Ax B) (
1
+
2
)
4) Pembagian : A
1
: B
2
= (A:B) (
1
-
2
)
Untuk operasi penjumlahan dan pengurangan rumus bentuk polar di atas
berlaku hanya jika nilai sudut A dan sudut B besarnya sama (artinya
1
=
2
).
Jika sudutnya tidak sama maka operasi penjumlahan dan pengurangan dilakukan
dengan mengubah bentuk polar ke bentuk rektangular. Setelah selesai
dikembalikan lagi ke dalam bentuk polar.
Contoh soal:
Selesaikanlah operasi bilangan kompleks berikut ini:
1) 2 + j6 + 4 j3 =
2) (2 + j3) (4 j2) =
3) 4 30 + 5 30 =
4) (3 30) (5 30) =
5) 2 30 + 4 60 =
6) 10 45 - 10 30 =
Penyelesaian:
1) 2 + j6 + 4 j3 = 6 + j3
2) (2 + j3) (4 j2) = 8 j4 + j12 j26 = 14 + j8
3) 4 30 + 5 30 = (4 + 5) 30 = 9 30
4) (3 30) (5 30) = 3 x 3 (40 + 60) = 9 100
5) 2 30 + 4 60 =
Di sini sudutnya tidak sama, sehingga penjumlahan dilakukan dalam bentuk
rektangular, kemudian diubah kembali ke dalam bentuk polar.
2 30 = 2 (Cos 30 + j Sin 30) = 2 (0,866 + j0,5) = 1,732 + j
4 60 = 4 (Cos 60 + j Sin 60) = 4 (0,5 + j0,5) = 2 + j3,464
+
2 30 + 4 60 = 3,732 + j3,464
=
732 , 3
464 , 3
) 464 , 3 ( ) 732 , 3 (
1 2 2
+ tg
= 196 , 1 84 , 33
1
tg
Maka 2 30 + 4 60 = 5,81 50,1
6) 10 45 - 10 30 =
Sudut pada pengurangan di atas tidak sama, sehinga pengurangan dilakukan
dalam bentuk rektangular kemudian diubah kembali dalam bentuk polar.
10 45 = 10 (Cos 45 + j Sin 45) = 7,07 + j 7,07
10 30 = 10 (Cos 30 + j Sin 30) = 8,66 + j 5

10 45 - 10 30 = -1,59 + j2,07





10 45 - 10 30 = -1,59 + j2,07
=
59 , 1
07 , 2
) 07 , 2 ( ) 59 , 1 (
1 2 2
+ tg

=
3 , 1 285 , 4 258 , 2
1
+ tg

Maka 10 45 - 10 30 = 2,610 52,43
4. Phasor
Phasor adalah vektor yang berputar (Karmon, 1994: 121). Phasor
mempunyai besar (panjang) yang ditunjukkan dengan panjang ruas garis dan arah
yang ditunjukkan oleh besar sudut yang dibentuk terhadap garis acuannya.
Gambar berikut melukiskan grafik sinusoida dari salah satu besaran listrik arus
bolak-balik.

Gambar 5. Grafik sinusoida
Perputaran vektor akan menghasilkan perubahan besar sudut. Kedudukan
dari vektor pada permukaan bidang datar dapat dinyatakan dengan besar
(panjang) vektor dengan sudut yang dibentuknya. Secara umum vektor yang
berputar atau phasor dinyatakan dengan notasi:




r
Keterangan:
r = besar (panjang phasor)
= sudut yang ditempuh merupakan fungsi dari t atau = t
(Karmon, 1994: 122)

Dapat dikatakan bahwa phasor boleh berbentuk polar maupun bentuk
gelombang perputaran vektor, yaitu bentuk gelombang sinusoida (Karmon, 1994:
122). Semua operasi phasor penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun
pembagian dapat dilakukan dalam bentuk polar tanpa memperhitungkan sudut
perputaran yang konstan (kecepatan sudut yang tetap).
5. Konversi Bilangan Kompleks
a. Dari Bentuk Rektangular ke Polar
Pedoman untuk merubah bilangan kompleks dari bentuk rektangular ke
bentuk polar (dari a + jb ke r )adalah sebagai berikut:

2 2
b a r + dan
= arc. tg
a
b
atau = tg
-1
a
b

(Karmon, 1994: 122)
Contoh:
Ubahlah bilangan kompleks bentuk rektangular 3 + j4 ke bentuk polar.
Penyelesaian:
3 + j4
2 2
4 3 + r
= 16 9 +
= 5


= tg
-1
3
4

= tg
-1
1,333
= 53,13
Sehingga 3 + j4 = 5 53,13
a. Dari Bentuk Polar ke Rektangular
Pedoman untuk mengubah bilangan kompleks dari bentuk polar ke bentuk
rektangular (r ke a + jb) adalah sebagai berikut:
a = r Cos
b = r Sin
Contoh:
Ubahlah bilangan kompleks bentuk 5 36,87 ke bentuk rektangular.
Penyelesaian:
a = 5 Cos 36,87 = 5 x 0,8 = 4
b = 5 Sin 36,87 = 5 x 0,6 = 3
Sehingga: 5 36,87 = 4 + j3
Bentuk bilangan kompleks a + jb apabila kita rubah ke dalam bentuk
polar, maka harus diperhatikan letak kuadran a + jb tersebut. untuk:
1. a + jb maka sudut tetap
2. a + jb maka sudut ditambah 180 (berada pada kuadran II).
3. a jb maka sudut dikurangi 180 (berada pada kuadran III).
4. a jb maka sudut ditambah 360 (berada pada kuadran IV).
Contoh soal:
Ubahlah bilangan kompleks bentuk rektangular berikut ke bentuk polar.
a) 3 + j4
b) 3 + j4
c) 3 j4
d) 3 j4
Penyelesaian:
a) 3 + j4 =
3
4
4 3
1 2 2
+ tg
= 5 53, 13
b) -3 + j4 =
3
4
4 ) 3 (
1 2 2

+

tg
= 5 -53, 13 (kuadran II ditamb ah 180)
c) -3 - j4 =
3
4
) 4 ( ) 3 (
1 2 2

+

tg
= 5 - 126, 87 (di kuadran III dikurangi 180 )
d) 3 - j4 =
3
4
4 3
1 2 2

+

tg
= 5 -53, 13(di kuadran IV ditambah 360 )
= 5 306, 87
Pada umumnya arus dan tegangan bolak -balik adalah merupakan fasor
karena timbulnya arus dan tegangan sebenarnya adalah akibat perputaran vektor.
Di dalam operasi perhitungan -perhitungan fasor umumnya fasor ini diubah
dahulu ke dalam bentuk polar, sehingga digunakan semua sifat -sifat yang berlaku


pada operasi polar. Hasil akhir tentunya bentuk polar tersebut dikembalikan lagi
ke bentuk semula (fasor). Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:
Contoh soal:
Dua buah phasor
1

I = 2 Sin (t+30) dengan


2

I = 2 Sin (t+60).
Tentukanlah:
a) Penjumlahan phasor
1

I +
2

I

b) diagram vektornya
c) gambar phasornya
Penyelesaian:
1

I = 2 Sin (t + 30)
2

I
= 2 Sin (t + 60)
Kedua persamaan di atas berbentuk phasor, karena wt dianggap perputaraanya
konstan, maka yang diperhatikan hanya beda phasa atau sudut phasor tersebut.
1

I
= 2 Sin (t + 30) dapat dituliskan dalam bentuk polar yaitu
1

I = 2 30
sehingga:
1

I = 2 Sin (t + 30) = 2 30 = 2 (cos 30 + jSin 30)


= 2 (0,866 + j 0,5) = 1,732 + j
1

I = 2 Sin (t + 60) = 2 60
= 2 (Cos 60 + j Sin 60) = 1 + j 1,732
Jadi:
a)
1

I +
2

I = 1,732 + j + 1 + j 1,732



= 2, 732 + j 2,732
=
732 , 2
732 , 2
732 , 2 732 , 2
1 2 2
+ tg
= 1 83 , 14
1
tg
= 3,85145 (hasil ini dikembalikan ke phasor) maka didapatkan
1

I +
2

I = 3,851 Sin (t +45) atau


2 Sin (t + 30) + 2 Sin (t + 60) = 3,851 Sin (t + 45)
b) Diagram vektornya
1

I = 2 Sin (t + 30) = 2 30
2

I = 2 Sin (t + 60) = 2 60
1

I +
2

I = 3,851 Sin (t + 45) = 3,851 45


Sehingga dapat digambarkan adalah vektornya yang dalam hal ini berbentuk
polar

2 2 Sin (t + 60 )
1+ 2 3,851 Sin (t + 45 )
1 2 Sin (t + 30 )
30

45

60
0
0
0
0
0
I
t



c) Gambar phasor

E. Rangkaian Arus Listrik Arus Bolak-Balik
1. Pengertian rangkaian listrik arus bolak -balik
Rangkaian listrik arus bolak-balik adalah arus yang besar dan arahnya
senantiasa berubah secara periodik (PT. PLN, 2001: 11). Apabila arus atau
tegangan bolak-balik dilukiskan sebagai fungsi waktu, maka akan didapatkan
bentuk gelombang arus atau tegangan seperti gambar 6.

Gambar 6. Gelombang sinusoida

Waktu yang diperlukan oleh arus atau tegangan untuk membentuk satu
bagian positif dan satu bagian negatif dari siklusnya disebut periode ( cycle).
Dengan kata lain periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan satu
gelombang penuh. Sedangkan jumla h gelombang per detik ( cycle per second)
disebut frekuensi. Oleh karena T adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu
gelombang penuh maka:

T
f
1

Keterangan:
f = frekuensi, satuannya Hertz (Hz)
T = waktu periode, satuannya d etik
Penggambaran gelombang sebagai fungsi akan diperoleh:
f
T

2
2

Keterangan:
= kecepatan sudut perputaran dalam satuan radial perdetik
f = frekuensi, satuannya Hertz (Hz)
T = waktu periode, satuannya detik
Nilai sesaat dari arus dan tegangan bolak-balik adalah nilai arus/ tegangan
yang ditunjukkan oleh garis grafik/ gelombang pada waktu sesaat (PT. PLN,
2001: 11).

Gambar 7. Garis grafik/ gelombang pada waktu sesaat
Sebuah vektor yang berputar dapat dilihat pada gambar 7. Sudut fase dari
suatu gelombang ialah besarnya sudut yang dihitung mulai dari titik nol
gelombang tersebut ke titik dimana titik acuan waktu (t = 0) mulai dilakukan.
Pada gambar 6, yang merupakan sudut fase ialah mulai dari A sampai ke O. Pada
saat t= 0, i berada di . Maka besarnya nilai sesaat dari arus:
Sin =
Im
i

i = I
m
Sin = I
m
Sin t
Keterangan:

I
m
= arus maksimum, satuannya Ampere
I = arus listrik, satuannya Ampere
(PT. PLN, 2001: 12).
Suatu arus bolak-balik mempunyai nilai rata-rata dan nilai efektif. Nilai
rata-rata dari arus bolak-balik, I
rata
= 0,636 I
m
. Demikian juga untuk tegangan
bolak-balik, V
rata
= 0,636 V
m
. Sedangkan nilai efektif dari arus bolak-balik, I
efektif

= 0,707 I
m
. Demikian juga nilai efektif untuk tegangan bolak-balik, V
efektif
=
0,707V
m
.
Perbandingan antara tegangan listrik bolak-balik dengan arus listrik yang
melaluinya disebut impedansi. Adapun rumus impedansi adalah sebagai berikut:

I
V
Z


Keterangan:
Z

= impedansi, satuannya Ohm



V

= tegangan, satuannya Volt



I

= arus, satuannya Ampere


(PT. PLN, 2001: 2)
Impedansi juga merupakan suatu operator vektor yang dioperasikan pada
tegangan listrik arus bolak-balik dan impedansi bukan vektor sebab impedansi
bukan besaran yang berubah secara periode. Dengan bilangan kompleks atau
polar suatu impedansi dapat dituliskan sebagai berikut:

a.
R
Z

= R + j 0 atau Z

= R 0

b.
L
Z

= 0 + j X
L
atau Z

= X
L
90

c.
C
Z

= 0 - j X
C
atau Z

= X
C
-90


d.
R L
Z

= R + j X
L
atau
Z

=
2 2
L
X R + arc tg
R
X
L


e
R C

Z

= R - j XC atau
Z

=
2 2
C
X R + arc tg
R
X
C



f.
R L
C
Z

= R + j (X
L
X
C
) atau
Z

=
2 2
) (
C L
X X R + arctg
R
X X
C L



Kebalikan dari impedansi adalah admitansi, dengan rumus sebagai berikut:

V
I
Z
Y


Keterangan:
Y

= Admitansi dinyatakan dengan siemens (S) atau mho



Z

= Impedansi, satuannya Ohm



V

= Tegangan, satuannya Volt



I

= Arus, satuannya Ampere


(PT. PLN, 2001: 2)
Dari bentuk Z

= R t X dimana X dapat berupa reaktansi induktif X


L
= L
dan reaktansi kapasitif X
C
=
C
1
, maka admitansinya:
Y

= G t jB
Keterangan:
Y

= Admitansi satuannya siemens (S) atau mho


G= Konduktansi satuannya siemens (S)
B = Susceptansi satuannya siemens (S)
(PT. PLN, 2001: 2)
Tanda positif menunjukkan susceptansi kapasitif B
C
, dan tanda negatif
untuk susceptansi induktif B
L
.


C

Sedangkan untuk menentukan kuat arus (I), dianggap bahwa tegangan yang
dipasang yaitu V

= V0 atau V

= V + j0. adapun rumus yang digunakan adalah:


a.
L
jX
V
R
V
I

(riil)

I V I sefase dengan V

b.


dikalikan dengan j, maka:

90 V


L l
X
V
j
X j
jV
I
2

= - j
L
X
V
| I | =
L
X
V

I tertinggal sebesar 90 terhadap V.

c.

V
dikalikan dengan j, maka:

C
X
V
j I


C C
X
V
j
X j
jV
I


Jadi I mendahului V sebesar 90
90 V


(PT. PLN, 2001: 33).

R
V
L
V
I
L
jX
V
Z
V
I

C
jX
V
Z
V
I

Apabila vektor diagram tegangan pada gambar 9.a masing-masing


dikalikan dengan arus, maka akan diperoleh segi tiga daya gambar 9.b.

V
Vx
V R

Gambar 9.a Vektor diagram tegangan

I . V
I . V x
I . V R

Gambar 9.b. Segi tiga daya
Sisi segi tiga daya V

R.
I

disebut daya aktif (P) :




Sisi tegaknya adalah V

X.

I

disebut daya rektif (Q):



Sisi miring, V.I disebut daya semu (S). Jadi persamaan daya untuk arus
bolak-balik adalah:


Faktor Cos sering disebut faktor kerja (power factor).

Keterangan:
S = Daya semu satuannya VA; KVA; MVA
P = Daya aktif satuannya Watt; KW; MW
Q = Daya reaktif satuannya VAR
(PT. PLN, 2001: 42)
P = V

R.

I

= V

.
I

Cos
Q = V

X.

I

= V

.
I

Sin
S = V

.
I

=
2 2
Q P +

2. Materi pokok bahasan rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa tingkat I
jurusan Listrik menurut kurikulum 1999 adalah sebagai berikut:
a. Rangkaian listrik arus bolak-balik dengan resistor, induktor dan kapasitor
murni
1) Menghitung besarnya impedansi pada rangkaian resistor dengan
menggunakan operasi bilangan kompleks yang hasilnya ditulis dalam bentuk
kompleks dan bentuk polar.
2) Menghitung besar arus yang melewati resistor.
3) Menghitung besarnya impedansi induktansi dengan menggunakan operasi
bilangan kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan
bentuk polar.
4) Menghitung besarnya arus yang melewati induktansi dengan menggunakan
operasi bilangan kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks
dan bentuk polar.
5) Menghitung impedansi kapasitor dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar.
6) Menghitung besarnya arus yang melewati kapasitor dengan menggunakan
operasi bilangan kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks
dan bentuk polar.
b. Rangkaian seri arus bolak-balik
1) Menghitung besarnya impedansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bentuk




polar pada rangkaian seri Resistor -Induktor (RL), Resistor -Kapasitor (RC),
dan Resistor -Induktor -Kapasitor (RLC).
2) Menghitung besarnya tegangan total dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bent uk
polar pada rangkaian seri RL, RC, dan RLC.
3) Menghitung besarnya daya dengan menggunakan operasi bilangan kompleks
yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bentuk polar pada
rangkaian seri RL, RC, dan RLC.
4) Menghitung besarnya admitansi den gan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bentuk
polar.
5) Menghitung besarnya faktor daya dan sudut fase pada rangkaian seri RL, RC,
dan RLC.
c. Rangkaian paralel arus bolak-balik
1) Menghitung besarnya impe dansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar
pada rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.
2) Menghitung besarnya arus dengan menggunakan operasi bilangan kompleks
yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar pada
rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.
3) Menghitung besarnya daya dengan menggunakan operasi bilangan kompleks
yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar pada
rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.




4) Menghitung faktor daya pada rangkaian paralel RL, RC, dan RLC.
5) Menghitung besarnya admitansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar
pada rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.
d. Rangkaian campuran arus bolak-balik
1) Menghitung besarnya impedansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks dan hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks pada rangakaian
campuran RLC.
2) Menghitung besarnya admitansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks.
3. Kemampuan penyelesaian rangkaian listrik aris bolak-balik
Kemampuan adalah seluruh atau sebagian tenaga dan daya yang
dikerahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kemampuan penyelesaian soal-soal
pada rangkaian listrik arus bolak-balik berupa perhitungan. Perhitungan-
perhitungan itu diantaranya adalah perhitungan besar arus, tegangan, daya,
reaktansi induktif, reaktansi kapasitif, impedansi, admitansi, faktor daya, sudut
fase dan lain-lain.
Contoh penyelesaian persoalan pada rangkaian listrik arus bolak-balik
Sebuah rangkaian listrik seri terdiri dari resistansi 20 Ohm dan induktansi
20mH dihubungkan dengan tegangan listrik bolak-balik 230 V, 50 Hz. Hitunglah
impedansi rangkaian dalam bentuk kompleks!



Penyelesaian
Diketahui: R = 20 ohm
L = 20 mH
V = 230 V
F = 50 Hz
Ditanya: besarnya impedansi dalam bentuk kompleks pada rangkaian.
Dijawab: Z

= R + jL
Z

= 20 + j 2 . 3,14.50.20.10
3

Z

= 20 + j 6,28 ohm

F. Kerangka Berpikir
Rangkaian listrik arus bolak-balik mengandung frekuensi sehingga
diperlukan aljabar vektor atau dalam listrik arus bolak-balik dikenal dengan fasor,
dimana pada konsep fasor tersebut akan menerapkan sistem bilangan kompleks
yang secara matematis dapat menyelesaikan persoalan rangkaian listrik arus
listrik bolak-balik. Maka dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara materi
bilangan kompleks dengan rangkaian listrik arus bolak-balik yang menunjukkan
bahwa penguasaan materi bilangan kompleks merupakan salah satu modal untuk
mempelajari rangkaian listrik arus bolak-balik. Maka di dalam menyelesaikan
persoalan rangkaian listrik arus bolak-balik yang berkaitan dengan bilangan
kompleks, diharapkan siswa menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan
bilangan kompleks. Hal ini berguna untuk membantu menyelesaikan persoalan
pada rangkaian listrik arus bolak-balik dan menghindari kesalahan sewaktu

bekerja dalam menyelesaikan suatu persoalan pada rangkaian listrik arus bolak-
balik. Oleh karena itu siswa perlu mempelajari matematika bilangan kompleks
sebelum mepelajari rangkaian listrik arus bolak-balik.
Penguasaan materi bilangan kompleks akan membuat siswa memiliki
kesiapan dalam menyelesaikan persoalan rangkaian listrik arus bolak-balik.
Penguasaan materi bilangan kompleks diduga dapat mempermudah siswa
menghadapi tugas belajar rangkaian listrik arus bolak-balik. Apabila siswa
kurang lancar dalam menyelesaikan persoalan matematika bilangan kompleks,
siswa akan mendapat nilai rendah. Sebaliknya jika siswa menguasai pengetahuan
materi bilangan kompleks, siswa akan dapat menyelesaikan persoalan pada
rangkaian listrik arus bolak-balik, dan siswa akan memperoleh nilai tinggi
Dari uraian di atas tampak adanya dugaan pengaruh positif antara
penguasaan materi bilangan kompleks dengan penyelesaian soal-soal pada
rangkaian listrik arus bolak-balik.

G. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat di susun hipotesis sebagai
berikut:
a. Hipotesis alternatif (Ha), ada pengaruh antara penguasaan materi bilangan
kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik
arus bolak-balik siswa kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Listrik Industri
Program Keahlian Teknik Elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun
pemelajaran 2004/2005.



b. Hipotesis nihil (Ho), tidak ada pengaruh antara penguasaan materi bilangan
kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik
arus bolak-balik siswa kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Listrik Industri
Program Keahlian Teknik Elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun
pemelajaran 2004/2005.



41
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMK Negeri 7 Semarang, Jalan
Simpang Lima Semarang. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Mei s/d 9 Juni
2005.

B. Penentuan Obyek Penelitian
1. Populasi dan sampel penelitian
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992: 6). Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto dinyatakan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (1993: 102)
Dari kedua definisi di atas memberi arti populasi adalah semua subyek
yang akan diteliti atau diselidiki karakteristik-karakteristik tertentunya yang ingin
dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas 1 Bidang
Keahlian Teknik Listrik Industri Program Keahlian Teknik elektro di SMK
Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 yang
berjumlah 70 siswa.
Sampel menurut Suharsimi Arikunto (1996: 117) adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Sedangkan Sudjana (1992: 6), sampel adalah
sebagian yang diambil dari populasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50
siswa kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Listrik Industri Program Keahlian
Teknik Elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pelajaran 2004/2005 yang
terdiri dari 2 kelas dan merupakan sisa dari populasi yang telah diambil untuk uji
coba instrumen penelitian.
Pengambilan sampel dengan cara sampel random yang dilakukan dengan
cara undian. Sebelum dilakukan undian terlebih dahulu dituliskan nomor subyek,
satu nomor untuk setiap kertas. Kemudian kertas tersebut digulung. Dengan tanpa
prasangka, diambil 50 gulungan kertas, sehingga nomor-nomor yang tertera pada
gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subyek sampel
penelitian. Sedangkan nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang tidak
terambil dijadikan sebagai subyek uji coba.
2. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002;96), variabel adalah objek penelitian,
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada
dua variabel, yaitu:
a. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi terhadap suatu gejala.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai penguasaan materi bilangan
kompleks. Variabel bebas sebagai variabel (X).
b. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat disebut variabel yang dipengaruhi oleh suatu gejala. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah nilai kemampuan menyelesaikan soal-soal
pada rangkaian listrik arus bolak-balik. Variabel terikat sebagai variabel (Y).
C. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan alat pengumpul data yang diperoleh dari sumber
yang ada atau dokumen resmi. Pengumpulan data melalui dokumen resmi ini
untuk memperoleh data tentang nama dan jumlah seluruh siswa kelas 1 Bidang
Keahlian Teknik Listrik Industri Program Keahlian Teknik Elektro SMKN 7
Semarang.
2. Metode tes
Metode tes dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau acievement test,
yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah
mempelajari sesuatu. Tes prestasi digunakan untuk mendapatkan data penguasaan
materi bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian
listrik arus bolak-balik. Tes yang digunakan berbentuk obyektif, dengan masing-
masing butir soal mempunyai empat alternatif jawaban dengan satu jawaban
benar.

D. Metode Analisis Data
Sebelum instrumen dipergunakan untuk mengungkap data yang
sebenarnya, maka instrumen di uji cobakan terlebih dahulu. Adapun langkah-
langkah uji coba instrumen adalah: menentukan subyek dan banyaknya subyek
yang akan di uji coba, melaksanakan uji coba, dan menganalisis data hasil uji
coba. Instrumen Pengambilan subyek uji coba adalah semua subyek dengan
nomor-nomor tertera pada gulungan kertas yang tidak terambil pada waktu
pengundian pengambilan sampel.
Maksud diadakan uji coba instrumen penelitian adalah menghindari butir
soal yang dirasa kurang jelas, menghindari kata -kata yang dirasa asing oleh
siswa, memperbaiki kalimat yang tidak dapat dipahami oleh siswa dan ditambah
atau dikurangi bila diperlukan.
1. Analisis data tahap awal
Analisis data tahap awal dilakukan setelah melaksanakan uji coba
instrumen penelitian. Analisis hasil uji coba instrumen peneli tian meliputi uji
validitas, uji tingkat kesukaran, uji daya pembeda dan uji reabilitas.
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat -tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 1996: 158). Suatu
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkapkan data dari variabel
yang diteliti secara tepat.
r
pbis
=
q
p
S
t
t
p


Keterangan:
r
pbis
= koefisien korelasi biserial
M
p
= rata-rata skor dari subyek yang menjawab benar
M
t
= rata-rata skor tot al
St = standart deviasi dari skor total
P = proporsi siswa yang menjawab benar

,
_

siswa seluruh jumlah


benar menjawab yang siswa banyaknya
p

q = proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1 p)
Sebuah butir soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada butir soal
mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan
korelasi, sehingga untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini
digunakan rumus point biserial, sebab penskoran dalam setiap butirnya bersifat
dikotomi yaitu skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah.
Apabila di dalam perhitungan didapat r
hitung
> r
tabel
pada signifikansi 5%,
maka butir soal tersebut valid (Suharsimi, 2002: 252).
Uji coba validitas hitung diberikan pada siswa subyek uji coba 20 orang
yang yang tidak terambil pada waktu pengundian pengambilan sampel yaitu no.
siswa 2, 10, 12, 14, 23, 27, 30, 36, 41, 44, 47, 49, 52, 54, 56, 58, 61, 68. Daftar
responden uji coba instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.
Hasil butir soal dikatakan valid jika r
hitung
> r
tabel
= 0.444 pada taraf
signifikansi 5%. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil
uji coba untuk penguasaan materi bilangan kompleks sebanyak 40 soal, diperoleh
30 soal yang valid yaitu soal no. 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 17, 18, 19,
20, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 38, 39, 40. Dan 10 soal yang
tidak valid yaitu soal no 5, 12, 13, 16, 21, 26, 27, 29, 33 dan 37. Hasil analisis
tiap butir soal dapat selengkapnya terdapat pada lampiran 5. Pada ujicoba soal
rangkaian arus bolak-balik diperoleh sebanyak 35 soal, 27 soal yang valid yaitu
soal no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
27, 30, 33, 34, 35. Sedangkan 8 soal yang butir soal yang tidak valid yaitu 10, 12,
14, 16, 28, 29, 31, 32. Hasil analisis uji validitas tiap butir soal selengkapnya
terdapat pada lampiran 10. Pengambilan data penguasaan materi bilangan
kompleks dan data kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian lilstrik arus
bolak-balik menggunakan butir soal yang valid, dan butir soal yang tidak valid
tidak dipakai mengambil data.
b. Reliabilitas
Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat dipercaya dan
konsisten (ajeg). Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kuder and
Richardson (K-R 21) seperti yang tercantum dalam Suharsimi Arikunto (2002:
164) sebagai berikut:

( )

,
_

,
_

V
r
t
k
M k M
k
k
1
1
1 1

Keterangan:
r
11
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
M = skor rata-rata
Vt= varians total

Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut:
0.800 1.000 tinggi
0.600 0.799 cukup
0.400 0.599 agak rendah
0.200 0.399 rendah
0.000 0.200 sangat rendah
(Suharsimi, 2002: 245).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r
11
= 0.9052 untuk tes bilangan
kompleks dan 0.8692 untuk soal rangkaian listrik arus bolak-balik. Setelah
dikonsultasikan dengan derajat reliabilitas ternyata instrumen penguasaan materi
bilangan kompleks dan instrumen kemampuan menyelesaikan soal-soal
rangkaian arus listrik bolak-balik menunjukkan bahwa instrumen reliabel dan
termasuk dalam kategori tinggi dengan taraf signifikan 5% dan N = 20.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan lampiran 13.
c. Tingkat Kesukaran
Perangkat tes yang baik adalah perangkat tes yang memiliki tingkat
kesukaran seimbang, artinya perangkat tes tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal (Suharsimi, 2002: 207).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
IK =
B A
B A
JS JS
JB JB
+
+

Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
JB
A
= Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JB
B
= Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JS
A
= Banyaknya siswa pada kelompok atas
JS
B
= Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria taraf kesukaran dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Interval IK Kriteria
IK = 0.00
0.00 < IK 0.30
0.30 < IK 0.70
0.70 < IK < 1.00
IK = 1.00
Terlalu sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Terlalu mudah
(Suherman, 1990: 213)
Berdasarkan hasil uji coba dari 40 soal bilangan kompleks diperoleh soal
22 soal yang mudah yaitu soal no. 2, 3, 5, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20,
21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 33, 34. 16 soal sedang yaitu soal no. 1, 4, 6, 7, 8, 10,
19, 23, 28, 30, 32, 35, 36, 37, 39, 40. Dan 2 soal sukar yaitu soal no. 31, 38.
Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen penelitian terdapat 55%
soal yang mudah, 40% soal sedang, dan 5% soal yang sukar. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 dan analisis perhitungan tiap butir
soal dapat dilihat pada lampiran 6.
Pada soal rangkaian arus bolak-balik terdapat 8 soal mudah yaitu soal no.
1, 2, 3, 10, 16, 26, 27, 30. 21 soal sedang yaitu soal no. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13,
14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 35. Dan 6 soal sukar yaitu soal no. 28,
29, 31, 32, 33, 34. Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen
penelitian terdapat 22,86%, 60% soal sedang, dan 17,14% soal yang sukar. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 dan analisis perhitungan
tiap butir soal dapat dilihat pada lampiran 11. Dari hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa soal-soal tersebut, tingkat kesukaranya dalam kategori
sedang.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah) (Suharsimi, 2002: 211).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
DP =
A
B A
JS
JB JB

Keterangan :
DP = Daya pembeda soal
JB
A
= Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JB
B
= Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JS
A
= Banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria yang digunakan seperti pada tabel 2 berikut.
Tabel 2 Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval DP Kriteria
DP 0.00
0.0 < DP 0.20
0.20 < DP 0.40
0.40 < DP 0.70
0.70 < DP 1.00
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
(Suherman, 1990: 201)
Berdasarkan hasil uji coba dari 40 soal bilangan kompleks terdapat 15
soal yang mempunyai daya pembeda baik yaitu soal no 1, 2, 3,4, 6, 7, 8, 17, 18,
19, 28, 31, 35, 36, 39, terdapat 17 soal yang mempunyai daya pembeda cukup
yaitu soal no 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 20, 22, 23, 24, 25, 30, 32, 34, 38, 40 dan 6
soal yang mempunyai daya pembeda jelek yaitu soal no 5, 12, 27, 29, 33, 37,
serta 2 soal yang mempunyai daya pembeda sangat jelek yaitu soal no 21 dan 26.
Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen penelitian penguasaan
materi bilangan kompleks terdapat 37,5% soal yang mempunyai daya pembeda
baik, 42,5%17 soal yang mempunyai daya pembeda cukup, 15% soal yang
mempunyai daya pembeda jelek, serta 5% soal yang mempunyai daya pembeda
sangat jelek. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 dan
perhitungan daya pembedanya dapat dilihat pada lampiran 7.
Hasil analisis daya pembeda untuk soal rangkaian listrik arus bolak-balik
terdapat 1 soal yang baik sekali yaitu soal no. 11, terdapat 18 soal yang baik
yaitu soal no. 3, 4, 5, 6, 7, 8, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 30, 34. 8 Soal
yang mempunyai daya pembeda cukup yaitu soal no. 1, 2, 9, 23, 26, 27, 33 dan
35. 1 Soal yang daya pembedanya jelek yaitu nomor 10, sedangkan 7 soal yang
mempunyai daya pembeda sangat jelek yaitu nomor 12, 14, 16, 28, 29, 31 dan
32. Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen penelitian
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik terdapat
2,86% soal yang mempunyai daya pembeda yang baik sekali, 51,43% soal yang
mempunyai daya pembeda baik, 22,86% soal yang mempunyai daya pembeda
cukup, 2,86% Soal yang daya pembedanya jelek, serta 20% soal yang
mempunyai daya pembeda sangat jelek. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 9 dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 12.
2. Analisis data tahap akhir.
Analisis data tahap akhir dilakukan untuk memenuhi tujuan penelitian dan
untuk memproses data penelitian agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Analisis data tahap akhir meliputi deskripsi data, uji persyaratan
hipotesis dan analisis uji hipotesis.
a. Deskripsi data
Data hasil tes instrumen yang sudah terkumpul ditabulasikan dengan cara
membuat rentang kelas dan distribusi frekuensi. Alasan penelitian menggunakan
deskripsi data untuk menggambarkan data hasil tes insrumen penelitian
penguasaan materi bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal-soal
rangkaian listrik arus bolak -balik. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif yang meliputi mean, median, dan modus.
1) Mean
Mean dari nilai data dihitung dengan menggunakan rumus:

i
i i
f
x f
x
Keterangan:
x = mean (nilai rata-rata) yang dicari

i i
x f = jumlah hasil kali frekuensi dengan nilai data
f
i
= jumlah frekuensi
(Sudjana, 1996: 69)

2) Median
Median dari nilai data dihitung dengan menggunakan rumus:
Me = b + p
1
]
1


f
F N 2 / 1

Keterangan:
Me = median yang dicari
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas median
N = ukuran sampel atau banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari
tanda kelas median
f = frekuensi kelas median
(Sudjana, 1996: 78)
3) Modus
Modus atau nilai yang banyak diperoleh siswa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

Mo = b + p
1
]
1

+
2 1
1
b b
b

Keterangan:
Mo = modus yang dicari
p = panjang kelas modal
b = batas bawah kelas modal, ialah kelas interval dengan frekuensi
terbanyak
b
1
= frekuensi kelas modal dikurangi frekensi kelas interval dengan
tanda kelas modal
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas modal interval
dengan tanda kelas yang lebih besar sesudah kelas modal

(Sudjana, 1996: 77)

4) Menghitung besarnya nilai standar deviasi

) 1 (
2
2

N N
NfiXi
s
Keterangan:
S
2
= standar deviasi
Xi = tanda kelas
fi frekuensi yang sesuai
N = fi
(Sudjana, 1996: 95)

5) Menentukan Kriteria Kecenderungan nilai hasil belajar dengan
membandingkan dengan rerata ideal, yang dibedakan menjadi 4 kriteria.
Lebih dari Mi + 1,5 SDi = sangat baik
Mi + 0,75 SDi sampai dengan Mi + 1,5 SDi = baik
Mi sampai dengan Mi + 0,75 SDi = cukup
Kurang dari Mi = kurang
Penentuan jarak 0,75 SD untuk kategori ini didasarkan pada distribusi
normal secara teoritik berjarak 6 SD dengan batas lulus = rerata ideal (Ngalim,

1990: 91). Untuk menghitung besarnya rerata ideal (Mi) dan simpangan baku
ideal (SDi) digunakan rumus:
Mi =
2
1
nilai ideal tertinggi
SDi =
3
1
Mi
Berdasarkan pedoman di atas, dan untuk variabel X maupun variab el Y
nilai ideal tertinggi 120 dan nilai ideal terendah 0, maka dapat ditentukan kriteria
sebagai berikut.
Mi = 120
2
1
= 60
SDi = 60
3
1
= 20
Batas lulus = Mi = 60
Mi + 0,75 SDi = 60 + 0,75 (20) = 75
Mi + 1,5 SDi = 60 + 1,5 (20) = 90
Tabel 3. Kriteria Kecenderungan dari Variabel X dan Variabel Y disesuaikan
dengan kriteria penilaian tingkat SMK

No Interval Kriteria
1 < Mi < 60 Kurang
2 Mi- Mi + 0,75 SDi 60 - 75 Cukup
3 Mi + 0,75 SDi - Mi + 1,5 SDi 76-89 Baik
4 > Mi + 1,5 SDi >90 Sangat baik
b. Pengujian Persyaratan hipotesis
Sebelum mengadakan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan
pengujian persyaratan hipotesis. Pengujian persyaratan hipotesis meliputi uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas.
1) Uji normalitas
Untuk mengetahui apakah data variabel penelitian berdistribusi normal atau
tidak normal maka dilakukan uji normalitas. Data variabel penelitian diuji
normalitasnya adalah data variabel bebas yaitu penguasaan materi bilangan
kompleks dan data variabel terikat yaitu kemampuan menyelesaikan soal-soal
pada rangkaian listrik arus bolak-balik. Untuk menguji normalitas sampel dengan
menggunakan rumus uji Chi kuadrat. Adapun rumus yang digunakan adalah

k
i
Ei
Ei Oi
1
2
2
) (

Keterangan:

2
= harga chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan

Jika
2
data <
2
tabel dengan derajat kebebasan dk = k 3 dan taraf
signifikan 5%, maka data yang diperoleh berdistribusi normal (Sudjana, 1996:
273)
2) Uji homogenitas
Pengujian homogenitas data penelitian digunakan untuk memenuhi sampel
penelitian dari titik tolak yang sama atau tidak sama. Uji homogenitas sampel
menggunakan uji Bartlett (uji B) yaitu untuk menguji kesamaan k buah (k 2)
varians yang berdistribusi normal. Harga-harga yang perlu untuk uji bartlett
terdapat pada tabel 4.
Kemudian mencari varians gabungan dari semua sampel dengan
menggunakan rumus:
S
2
= ((n - 1)
2
1
S /(n
2
- 1)) dan mencari harga satuan B = (log S
2
i
)(n
i
- 1).
Sedangkan rumus uji Bartlett menggunakan statistik Chi -kuadrat sebagai
berikut:

2
= (ln 10){B - (n
1
- 1)log
2
1
S }
Keterangan:

2
= harga chi kuadrat yang dicari
B = harga satuan bartlett
n
i
= jumlah harga yang digun akan sebagai sampel

2
i
S = varians tiap sampel
Tabel 4 Rangkuman Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett
Sampel dk 1/dk
2
i
S
log
2
i
S
dk log
2
i
S

1
2
.
.
.
k
N
1
- 1
n
2
2
.
.
.
n
k
- 1
1/(n
1
- 1)
1/(n
1
- 1)
.
.
.
1/(n
k
- 1)
2
i
S
2
2
S
.
.
.
2
k
S
log
2
i
S
log
2
2
S
.
.
.
log
2
k
S
(n
1
- 1) log
2
i
S

(n
1
- 1) log
2
2
S
..
.
.
(n
k
- 1) log
2
k
S
Jumlah
(n
i
- 1)

,
_

1
1
i
n


(n
i
- 1) log
2
k
S
(Sudjana, 1996: 256)
Dengan ln 10 = 2, 3026 disebut log asli dari bilangan 10. pada taraf nyata
, hipotesis tidak teruji jika
2

2
) 1 )( 1 ( k
, dimana
2
) 1 )( 1 ( k
, didapat dari daftar
Chi-kuadrat peluang (1-) dan daftar dk = (k - 1) (Sudjana, 1996: 263).
3) Uji linearitas
Untuk mengetahui data yang akan dianalisis memenuhi syarat linier, maka
data dianalisis linieritasnya terlebih dahulu. Jika hasil uji menunjukkan model
linier tidak cocok, maka data dianalisis dengan regresi non linier. Uji linieritas
menggunakan uji statisik F, dengan metode analisis varians dengan menggunakan
rumus:
F
hitung
=
2
2
E
TC
S
S

Keterangan:
F = analisis varians uji linieritas

2
TC
S = varians dari faktor ketidakocokan

2
E
S = varians dari faktor kekeliruan
(Sudjana, 1996: 332)
Untuk mencari varians ketidakcocokan dan kekeliruan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

2
TC
S =
2
) (
K
TC JK
dan

2
E
S =
k N
E JK

) (

Keterangan:
JK (TC) = jumlah kuadrat faktor ketidakcocokan
JK (E) = jumlah kuadrat kekeliruan
k = jumlah cacah kasus yang berbeda-beda dari prediktor
N = jumlah cacah kasus responden
Jumlah kuadrat faktor ketidakcocokan dan jumlah kuadrat kekeliruan
dihitung dengan menggunakan rumus:
JK (TC) = JK res JK (E) dan JK (E) =
1
]
1


x
n
Yi
Yi
2
) (

Jumlah kuadrat residu dapat dihitung dengan rumus:
JK
res
= JK(T) JK(a) JK(b/a)
Rangkuman rumus uji ANAVA untuk uji linieritas dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Rangkuman Rumus Uji ANAVA Untuk Uji Linieritas
Sumber variasi dk JK RJK F
Tuna cocok


Kekeliruan
K 2


N k
JK(TC)


JK(E)
2
) (
2

k
TC JK
S
TC


k N
E JK
S
E

) (
2


E S
TC S
2
2


Syarat nilai F linier jika F
hitung
< F
(1-)(k-2)(N-k)

(Sudjana, 1996: 332)
c. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis meliputi: uji regresi satu predictor, uji independen dan
uji sumbangan relatif dan uji sumbangan efekif.
1) Uji regresi satu prediktor
Uji regresi satu prediktor dilakukan untuk mendapatka n persamaan
Y = a +bX, dengan
a =
2 2
2
) (
) )( ( ) )( (
Xi Xi N
XiYi Xi Xi Yi



b =
2 2
) (
) )( (
Xi Xi N
XiYi Xi XiYi N



Keterangan
Xi = variabel bebas
Yi = variabel terikat
(Sudjana, 1996: 312 -315)




2) Uji independen
Untuk keperluan uji hipotesis dengan menggunakan uji independen
dengan rumus:
F =
res S
reg S
2
2

Keterangan:
F = analisis varians
S2reg = varians dari faktor regresi
S2res = varians dari faktor residu
(Sudjana, 1996: 332)
Untuk mencari varians regresi dan varians residu dengan menggunakan
rumus:
S2reg = JK(b/a) = Jkreg = b

,
_



N
Yi Xi
XiYi
) )( (
dan
S2res =
2 N
JKres

Rangkuman rumus ANAVA untuk pengujian independen dilihat pada
tabel 6.
Tabel 6 Rangkuman Rumus ANAVA untuk Uji Hipotesis

Sumber Variasi dk JK KT F
Regresi (a)



Regresi (b/a)


Residu
1



1


n-2
n
Y
i
2
) (



JK
reg
= JK(b/a)


JK
res
(Y
i
- Y
1
)
2


n
Y
2
1
) (



2
reg
S = JK(b/a)

2
res
S =
( )
2
1


n
Y Y
i




2
2
res
reg
S
S

Jumlah N Y
i
2


Setelah harga F didapatkan, kriteria pengujian hipotesisnya adalah Ho
tidak teruji jika F
hitung
F
(1-)(1, N-2),
Ho teruji dalam hal yang lainnya (Sudjana,
1996: 332).
3) Menghitung sumbangan efektif (SE)
Sumbangan efektif digunakan untuk mencari besarnya pengaruh
penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-
soal rangkaian listrik arus bolak-balik. sumbangan efektif (SE) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
Untuk sumbangan efektif (SE%) = r
2
x 100%
Keterangan:
SE = sumbangan efektif
r
2
= korelasi X dan Y
Untuk mencari harga korelasi antara kriterium dan predictor dihitung
dengan rumus:
r =
} ) ( }{ 2 ) ( {
) )( (
2 2 2
Y Y n X X n
Y X XY n



Keterangan:
N = jumlah responden
X = jumlah skor variabel X
Y = jumlah skor variabel Y
X
2
= jumlah kuadrat skor variable X
Y
2
= jumlah kuadrat skor variabel Y
(Sudjana, 1999: 369)
4) Uji Keberatian Koefisien Korelasi
Untuk menguji keberartian koefisien korelasi antara variabel X dan
variabel Y digunakan uji t dengan rumus:
t =
2
xy
r 1
2 n r
xy



Keterangan:
t = hasil uji t
r
xy
= koefisien korelasi antara X dan Y
n = Jumlah responden yang diteliti.
(Sudjana. 1996: 377)
Hasil perhitungan statistik t tersebut dibandingkan nilai kritik uji t dengan
dk = n 2, apabila t
hitung
>t
tabel
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara variabel X dan variabel Y.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data
1. Penguasan materi bilangan kompleks
Rata-rata penguasaan siswa pada materi bilangan kompleks mencapai
82,09 dengan median 77,46, modus 82,83 dan standar deviasi 7,04 (lihat lampiran
19). Ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa pada materi bilangan kompleks
dalam kategori baik yaitu pada interval 76 < N <90. Dilihat dari standar
deviasinya menunjukkan bahwa sebaran nilai-nilai tersebut relatif menyebar yang
berkisar antara 61,29 sampai 93,55 dalam kategori cukup sampai kategori baik
sekali. pensebaran nilai dapat dilihat melalui tabel 7 berikut.
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Penguasaan Siswa tentang Bilangan Kompleks

Frekuensi
Interval
Absolut Relatif (%) Komulatif (%)
61.29 - 66.67 2 4 4
66.68 - 72.06 3 6 10
72.07 - 77.45 5 10 20
77.46 - 82.84 15 30 50
82.85 - 88.23 15 30 80
88.24 - 93.62 10 20 100
Jumlah 50 100
Sebaran nilai-nilai penguasan materi bilangan kompleks dapat dilihat
pada grafik histogram berikut.
















Gambar 9.
Grafik Histogram Sebaran nilai Penguasan Materi Bilangan Kompleks
Selanjutnya untuk melihat kecenderungan hasil nilai penguasan materi bilangan
kompleks digunakan rerata ideal sebagai kriteria bandingan seperti dijelaskan di Bab
III. rentangan skor yang ditetapkan adalah 0 120. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa dari 50 responden penelitian terdapat 10 siswa (20%) mempunyai pengusaan
yang sangat baik pada interval nilai 90 < N < 100, 35 siswa (70%) mempunyai
penguasaan yang baik pada interval nilai 75 < N < 90 selebihnya hanya 5 siswa (10%)
pada interval nilai 60 < N < 75 dalam kategori cukup (lihat tabel 8).
Tabel 8. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Bilangan Kompleks

Interval Kriteria Frekuensi
absolut
Frekuensi relatif
(%)
Frekuensi Kumulatif
(%)
< 60 Kurang 0 0 0
60 - 75 Cukup 5 10 10
76-89 Baik 35 70 80
>90 Sangat baik 10 20 100
Jumlah 50 100
0
2
4
6
8
10
12
14
16
63.98 69.37 74.76 80.15 85.54 90.93
Nilai
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Penguasaan Materi Bilangan
Kompleks
70%
10%
20%
< 60 Kurang
60 - 75 Cukup
76-89 Baik
>90 Sangat baik


Gambar 10.
Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Penguasan Materi
Bilangan Kompleks
2. Kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik
Berdasarkan lampiran 20 tampak bahwa rata-rata kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik mencapai 65,71
dengan median 54,34, modus 60,51 dan standar deviasi 15,86 (lihat lampiran 20).
Ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal rangkaian
listrik arus bolak-balik dalam kategori cukup yaitu pada interval 60 < N < 75.
Dilihat dari standar deviasinya menunjukkan bahwa sebaran nilai-nilai tersebut
relatif menyebar yang berkisar antara 37,04 sampai 96,30 dalam kategori kurang
sampai kategori sangat baik. Pensebaran nilai dapat dilihat melalui tabel 9
berikut.


Tabel 9. Distribusi Frekuensi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal -soal
rangkaian listrik arus bolak -balik

Frekuensi
Interval
Absolut Relatif (%) Komulatif (%)
37.03 - 46.91 7 14 14
46.92 - 56.80 9 18 32
56.81 - 66.69 12 24 56
66.70 - 76.58 7 14 70
76.59 - 86.47 9 18 88
86.48 - 96.36 6 12 100
Jumlah 50 100

Sebaran nilai -nilai kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik
arus bolak-balik dapat dilihat pada grafik histogram berikut.















Gambar 11.
Grafik Histogram Sebaran nilai Kemampuan
Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian Listrik Arus Bolak -balik
Dilihat dari histogram tersebut tampak bahwa nilai siswa dalam
menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus bolak -balik pada mata diklat
0
2
4
6
8
10
12
14
41.91 51,86 61.75 71.64 81.53 81.53
Nilai
F
r
e
k
u
e
n
s
i
penerapan konsep dasar listik dan elektronika (PKDLE) cenderung berkisar antara
61,75 dalam kategori cukup.
Untuk mengetahui kecenderungan nilai kemampuan menyelesaikan soal -
soal rangkaian listrik arus bolak -balik, digunakan rerata ideal sebagai kriteria
bandingan seperti dijelaskan pada Bab III. Berdasarkan penelitian dari 50
responden terdapat 13 siswa (26%) mempunyai kemampuan yang baik, 12 siswa
(24%) dalam kategori cukup, 23 siswa (46%) dalam kategori kurang dan hanya 2
siswa (4%) dalam kategori sangat baik.
Tabel 10. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Kemampuan
Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian Listrik Arus Bolak -balik

Interval Kriteria
Frekuensi
absolut
Frekuensi relatif
(%)
Frekuensi Kumulatif
(%)
< 60 Kurang 23 46 46
60 - 75 Cukup 12 24 70
76-89 Baik 13 26 96
>90 Sangat baik 2 4 100
Jumlah 50 100

Kemampuan Menyelesaikan Soal-Soal
Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik
46%
4%
26%
24%
< 60 Kurang
60 - 75 Cukup
76-89 Bai k
>90 Sangat bai k


Gambar 12.
Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal -soal
Rangkaian Listrik Arus Bolak -balik
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Bilangan Kompleks dan
Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian Listrik Arus
Bolak-balik

Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian
Listrik Arus Bolak-balik
Penguasaan Materi
Bilangan Kompleks
Kurang Cukup Baik
Sangat
Baik
Total
Frekuensi 5 5
Cukup
Prosentase 100% 100%
Frekuensi 18 9 7 1 35
Baik
Prosentase 51,4% 25,7% 20% 2,9% 100%
Frekuensi 3 6 1 10
Sangat baik
Prosentase 30% 60% 10% 100%
Frekuensi 23 12 13 2 50
Total
Prosentase 46% 24% 26% 4% 100%

Dilihat dari hubungan nilai -nilai siswa dalam menguasai pokok bahasan
bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik
arus bolak-balik pada tabel 11, ternyata dari 5 siswa yang mempu nyai
penguasaan materi bilangan kompleks dalam kategori cukup, semuanya
mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus
bolak-balik yang kurang. Dari 35 siswa yang mempunyai penguasaan materi
bilangan kompleks dengan baik, ternyata 51,4% mampu menyelesaikan soal -
soal rangkaian listrik arus bolak-balik dalam kategori kurang, selebihnya 25,7%
dalam kategori cukup, 20% dalam kategori baik dan hanya 2,9% dalam kategori
sangat baik. Dari 10 siswa yang mempunyai penguasaan materi bilangan
kompleks dalam kategori sangat baik, ternyata 60% mapu menyelesaikan soal-
soal rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik, selebihnya 30% dalam
kategori cukup dan hanya 10% dengan kempuan yang sangat baik. Data ini
menunjukkan bahwa untuk menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-
balik dengan baik diperlukan penguasaan yang sangat baik pada materi bilangan
kompleks. Untuk mengetahui pengaruhnya dapat dilihat dari hasil analisis data
menggunakan regresi sederhana.
B. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yaitu
untuk pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh penguasaan materi
bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal ranngkaian
listrik arus bolak-balik pada siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri
bidang keahlian teknik elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran
2004/2005. Analisis regresi tersebut mensyaratkan adanya kenormalan data,
homogenitas dan kelinieran dari garis regresi.
1. Uji Persyaratan Hipotesis
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji chi kuadrat,
dengan banyak kelas interval 6. Pada taraf signifikansi 5%, dengan dk = k-3 = 6-
3 = 3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81, sehingga data terdistribusi normal
apabila diperoleh nilai chi kuadrat dari perhitungan kurang dari 7,81.
Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas data, seperti tersaji pada tabel 12.
Tabel 12. Hasil uji Kenormalan Data

No Sumber variasi
Penguasan materi
bilangan kompleks
Kemampuan menyelesaikan
soal-soal rangkaian listrik
arus bolak-balik
1
2
hitung
6,0692 5,9696
2 dk 3 3
3
2
tabel
, = 5% 7,81 7,81
4 Kriteria Normal Normal

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai
2

hitung
untuk variabel
penguasan materi bilangan kompleks sebesar 6,0692 dan untuk variabel
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sebesar
5,9696. Kedua nilai perhitungan tersebut kurang dari chi kuadrat tabel, yang
berarti secara nyata data dari kedua variabel tersebut terdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22.
b. Uji Homogenitas
Homogenitas data dapat dilihat dari hasil uji bartlet. Dalam pengujian
tersebut apabila diperoleh nilai
2

hitung
<
2

tabel
dapat disimpulkan bahwa data
yang diperoleh bersifat homogen. Pengujian selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 13.

Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Data

No Sumber variasi Nilai
1
2
hitung
13,919
2 dk 8
3
2
tabel
, = 5% 15,51
4 Kriteria Homogen

Berdasarkan hasil uji Bartlet diperoleh chi kuadrat hitung sebesar 13,919
kurang dari chi kudrat tabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk =8 yaitu 15,51,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data bersifat homogen. Perhitungan
selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 23.
c. Uji Linieritas
Uji linieritas garis regresi yang diperoleh, diuji menggunakan test Fisher
(Uji F). Apabila hasil pengujian kurang dari F tabel, dapat disimpulkan bahwa
garis regresi bersifat linier. Hasil uji kelinieran tersebut diperoleh Fhitung sebesar
0,337 < Ftabel=2,243 dengan dk (7:41) pada taraf signifikansi 5%, sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diperoleh secara nyata berbentuk
linier. Pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 dan terangkum
pada tabel 14.
Tabel 14. Hasil Uji Kelinieran Garis Regresi
Sumber Variasi dk JK RK F F tabel Kriteria
Tuna Cocok (TC) 7 475.784 67.969
Galat (E) 41 7389.880 180.241
0.377 2.243 Linier
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan analisis regresi linier sederhana.
Dalam analisis tersebut diperoleh koefisien korelasi, model regresi, uji
independent, dan determinasi atau sumbangan efektif.
a. Koefisien Korelasi
Melalui rumus product moment pada lampiran 24 diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,66. Koefisien korelasi ini diuji keberartiannya menggunakan
uji t dan diperoleh t
hitung

sebesar 6,073. Pada taraf signifikansi 5% dan dk = 48
diperoleh t
tabel
= 2,01. Tampak bahwa t
hitung
> t
tabel
, yang berarti secara nyata ada
hubungan yang signifikan antara penguasaan materi bilangan kompleks dengan
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada
siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik
elektro SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005.
b. Model Regresi
Berdasarkan hasil analisis regresi pada lampiran 24 diperoleh koefisien
regresi sebesar 1,478 dan konstanta 56,246, sehingga untuk menyatakan
pengaruh penguasaan siswa pada bilangan kompleks (X) terhadap kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik (Y) digunakan model
regresi:
Y = a +bX
Y = 56,246 + 1,478X

Dari persamaan di atas diketahui bahwa koefisien regresi a = -56,246. Jadi
untuk X=0 maka Y0 dan hasilnya negatif, artinya untuk masing-masing harga Y
tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh X, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi
Y. Berarti selain penguasaan materi bilangan kompleks masih ada faktor lain
yang mempengaruhi kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus
bolak-balik.
Selanjutnya perhatikan harga koefisien regresi b = 1,478. Harga koefisien
regresi b bernilai positif berarti setiap terjadi kenaikan satu nilai pada penguasan
bilangan kompleks akan diikuti kenaikan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sebesar 1,478.
Sehingga semakin baik siswa menguasai materi bilangan kompleks, maka
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik akan
semakin baik pula
Model regresi yang diperoleh diuji keberartiannya menggunakan uji F,
apabila diperoleh F
hitung
> F
tabel
dengan dk = n-2 dan taraf signifikansi 5%, maka
secara nyata model regresi tersebut signifikan.
a. Uji independent
Hasil uji independent selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 dan
terangkum pada tabel 16 dan perhitungan selangkapnya pada lampiran 24.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh F
hitung
sebesar 36,882 >
F
tabel
(4,043) dengan dk (1:48) dan taraf signifikansi 5%, sehingga hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap
kemampuan menyelesaikan soal-soal ranngkaian listrik arus bolak-balik pada
siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik
elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 diterima.
Tabel 15. Hasil Uji Independent

Sumber Variasi dk JK RK F F
tabel
Kriteria
Total 50 231220.850
Regresi (a) 1 217311.385 217311.385
Reresi (b|a) 1 6043.801 6043.801
Residu (S) 48 7865.664 163.868
36.882 4.043 Signifikan

b. Koefisien Determinasi atau Sumbangan Efektif
Sumbangan efektif merupakan kuadrat dari koefisien korelasi dikalikan
100%, yang merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel
terikat. Hasil analisis data seperti pada lampiran diperoleh sumbangan efektif
sebesar 43,5%, yang berarti kontribusi penguasaan materi bilangan kompleks
terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal ranngkaian listrik arus bolak-balik
pada siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik
elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 sebesar 43,5%,
selebihnya 56,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model regresi ini.

C. Pembahasan
Tingkat penguasaan materi bilangan kompleks dan kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1
program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro di SMKN
7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 ditunjukkan oleh besarnya nilai yang
dicapai oleh siswa. Dari sampel 50 siswa rata-rata nilai yang dicapai adalah
82,09 dan 65,71. Dari kriteria penilaian SMK nilai rata-rata penguasaan materi
bilangan kompleks termasuk dalam kriteria baik dan kemampuan menyelesaikan
soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik termasuk dalam kriteria cukup. Jadi
nilai rata-rata penguasaan materi bilangan kompleks pada siswa kelas 1 program
keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro di SMKN 7
Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 berkisar antara 75,1-89,9. Dalam kriteria
yang baik ini berarti sebagian besar siswa telah menguasai materi bilangan
kompleks dengan baik dan benar. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan siswa
daalam menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa
kelas 1 program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro di
SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 berkisar antara 60,0 75,0.
Dalam kriteria yang cukup ini berarti ada materi tertentu yang sebagian besar
siswa telah menguasai dengan baik dan benar dan sebagian siswa ada yang tidak
menguasai dengan baik dan benar. Data ini menunjukkan bahwa untuk
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik
diperlukan penguasaan yang sangat baik pada materi bilangan kompleks.
Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh Fhitung = 36,882 >Ftabel = 4,043
(pada taraf signifikan 5% dan dk 1:48). Jadi hipotesis dinyatakan Ada pengaruh
penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-
soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1 program keahlian teknik
listrik industri bidang keahlian teknik elektro SMKN 7 Semarang tahun
pemelajaran 2004/2005 diterima. Besar kontribusi penguasaan materi bilangan
kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus
bolak-balik sebesar 43,5%, artinya masih 56,5% kemampuan menyelesaikan soal
rangkaian listrik arus bolak balik dipengaruhi faktor lain
Hasil analisis ini menunjukkan adanya keterkaitan antara materi bilangan
kompleks dengan rangkaian listrik arus bolak -balik, yaitu terletak pada
penyelesaian soal -soal rangkaian listrik arus bolak -balik yang dapat
menggunakan konversi bilangan kompleks dari bentuk polar ke bentuk
rektangular dan dari bentuk rektangular ke bentuk polar dan operasi perhitungan
pada bilangan kompleks yang berupa operasi operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian yang hasilnya dap at dituliskan dalam bentuk
rektangular maupun dalam bentuk polar.
Rangkaian listrik arus bolak -balik merupakan salah satu pokok bahasan
yang diajarkan di SMK kelas 1 program keahlian teknik listrik industri bidang
keahlian teknik elektro pada mata diklat P enerapan Konsep Dasar Listrik dan
Elektronika (PKDLE). Permasalahan pada rangkaian arus listrik bolak -balik
dapat diselesaikan dengan menggunakan bilangan kompleks karena pada
rangkaian listrik arus bolak -balik mengandung frekuensi sehingga diperlukan
aljabar vektor atau dalam listrik arus bolak -balik dikenal dengan phasor, dimana
pada konsep phasor akan menerapkan sistem bilangan kompleks yang secara
matematis dapat menyelesaikan persoalan rangkaian listrik arus bolak -balik.
Penggunaan kuantitas kompleks dalam keadaan mantap rangkaian
sinusoida pada rangkaian listrik arus bolak-balik akan menghasilkan metode yang
lebih sederhana jika dibandingkan dengan penggunaan kuantitas riil. Hal ini
dapat dipahami mengingat bentuk umum rangkaian listrik arus bolak-balik
merupakan persamaan sinusoida yang melibatkan fungsi cosinus. Sedangkan
fungsi cosinus itu sendiri adalah salah satu suku pembentuk bilangan kompleks,
tepatnya suku bilangan kompleks pada bagian riil (Zainudin Zukhri, 2000: 116).
Margunadi (1986: 40), juga mengatakan bahwa dengan mempergunakan
bilangan kompleks untuk mewakili fungsi-fungsi harmonis pada soal-soal
rangkaian listrik arus bolak-balik, perhitungan akan jauh lebih cepat dikerjakan.
Berdasarkan kedua pendapat yang telah dikemukakan di atas maka di dalam
mempelajari materi rangkaian arus listrik bolak-balik, sebagai prasyarat harus
menguasai materi bilangan kompleks terlebih dahulu, karena pada rangkaian
listrik arus bolak-balik, hubungan arus dan tegangan listrik selalu dinyatakan
dalam bilangan kompleks apabila impedansinya berbentuk kompleks. Jadi materi
bilangan kompleks merupakan salah satu prasyarat untuk menyelesaikan
permasalahan pada rangkaian listrik arus bolak-balik. Faktor lain yang besar
kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaikan soal
adalah penguasaan dan pemahaman siswa tentang rumus-rumus yang digunakan
pada analisis rangkaian listrik arus bolak-balik tersebut di luar materi bilangan
kompleks. Matematika merupakan pelajaran yang tersusun secara logis, sehingga
untuk menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik diperlukan
penguasaan materi bilangan kompleks yang merupakan pokok bahasan dari
matematika.

D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya sebatas mengkaji pengaruh penguasan materi
bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik
arus bolak-balik pada siswa kelas 1 program keahlian teknik listrik industri
bidang keahlian teknik elektro di SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran
2004/2005, sedangkan variabel-variabel lainnya seperti penguasaan konsep fisika
belum diteliti. Kelemahan lainnya yaitu terbatasnya populasi, sehingga hanya
dapat digeneralisasikan untuk siswa program keahlian teknik listrik industri
bidang keahlian teknik elektro di SMK Negeri 7 Semarang, sehingga untuk
memperoleh kesimpulan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan lebih akurat
apabila dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih besar.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh Fhitung = 36,882 >Ftabel = 4,043
(pada taraf signifikan 5% dan dk 1:48). Jadi hipotesis dinyatakan Ada
pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1
program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro SMKN
7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 diterima.
2. Penguasaan materi bilangan kompleks memberikan kontribusi sebesar 43,5%
terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-
balik, artinya masih 56,5% kemampuan menyelesaikan soal rangkaian listrik
arus bolak balik dipengaruhi faktor lain di luar model regresi ini.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran pada guru
matematika maupun guru mata diklat PKDLE hendaknya dalam memberikan
materi bilangan kompleks dengan memberikan aplikasinya dalam soal-soal
materi bilangan kompleks, sehingga siswa mampu menyelesaikan soal-soal
dalam rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA


Chua. 1987. Linear And Nonlinear Circuit. Singapore: McGraw HillBook Co

Herman Hudoyo. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Karmon Sigalingging. 1994. Matematika Teknik Listrik I. Bandung: Tarsito.

Lee & Muslimin,. 1983. Rangkaian Listrik. Bandung: Amico

Margunadi, A. R. 1986. Pengantar Umum Elektroteknik. Jakarta: P.T Dian
Rakyat

Muhammad & Susanto. 2000. Diktat Soal dan Penyelesaian Arus Bolak-balik I.
Jakarta: Delta Teknik Group.

Nana Sudjana. 1989 Cara Belajar Siswa Aktif dalam Belajar Mengajar.
Bandung: IKIP Bandung.

Ngalim Purwanto. 2000. Prinsip-prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito.

Purwadarminta. 1989 Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rosa, G. dkk. 1995. Matematika Modul 3 Vektor dan Phasor. Bandung: Pusat
Pengembangan Guru Teknologi

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (edisi
revisi V). Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Suherman. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan
Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157

Tim Penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Uzer Usman. 1993. Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rasdakarya.

Winkel W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo


Zainudin Zukhri. 2000. Analisis Rangkaian. Yogyakarta: J&J Learning
___________________. 1999. Kurikulum SMK Garis -garis Besar Program
Pendidikan dan Pelatihan Bidang Keahlian Teknik Elektro Program
Keahlian Listrik Tenaga edisi 1999 . Jakarta; Depdikbud .

___________________. 1999. Kurikulum SMK Edisi 1999 Bidang Keahlian
Teknik Elektro Program Keahlian Teknik Listrik Industri. Jakarta;
Depdikbud

__________________. 2001. S ingle And Three Phase Ciecuit . Semarang; PT.
PLN (Persero) Udiklat

Daftar Nama Siswa yang Dijadikan Sampel dan Uji Coba Penelitian



No Nama Kelas Keterangan No. Nama Kelas Keterangan
1 Adi Kurniawan 1LI-1 Terambil 36 Agung Nade K. 1LI-2 Tdk Terambil
2 Agus Winarti 1LI-1 Tidak terambil 37 Arif Wicaksono YS 1LI-2 Terambil
3 Angga Nur Wibawanto 1LI-1 Terambil 38 Bry Adi Nugroho 1LI-2 Terambil
4 Beni Ismawan 1LI-1 Terambil 39 Bramasta Surya P. 1LI-2 Terambil
5 Catur Ariawan Prakosa 1LI-1 Terambil 40 Catur Wahyu W. 1LI-2 Terambil
6 David Komarudin 1LI-1 Terambil 41 Cholid Anwar 1LI-2 Tdk Terambil
7 Dhuka Khabibul Amin 1LI-1 Terambil 42 Deni Kristanto 1LI-2 Terambil
8 Dwi Untoro 1LI-1 Terambil 43 Dewi Agustina 1LI-2 Terambil
9 Eka Putra Prasetya 1LI-1 Terambil 44 Edho Radiana A. 1LI-2 Tdk Terambil
10 Fhaisol Amin 1LI-1 Tdk terambil 45 Eko Prihartanto 1LI-2 Terambil
11 Fajar Arianto 1LI-1 Terambil 46 Esty Kumalasari 1LI-2 Terambil
12 Faris Nur Widianto 1LI-1 Tdk terambil 47 Feri Ardian 1LI-2 Tdk Terambil
13 Haryanto 1LI-1 Terambil 48 Fery Hardian 1LI-2 Terambil
14 Hasan Rofii 1LI-1 Tdk terambil 49 Feryawan Bagus W. 1LI-2 Tdk Terambil
15 Heny Erfianti 1LI-1 Terambil 50 Haryo Soko Negoro 1LI-2 Terambil
16 Heri Dwi Sulistiono 1LI-1 Terambil 51 Hety Ratna Sanjaya 1LI-2 Terambil
17 Himawan Jatmiko 1LI-1 Terambil 52 Ibnu Arzis Kurnia 1LI-2 Tdk Terambil
18 Khoirudin 1LI-1 Tdk terambil 53 Indra Oktavianto 1LI-2 Terambil
19 Kurniawan Hidayat 1LI-1 Terambil 54 Isnandar Setyono 1LI-2 Tdk Terambil
20 Lilik Darmanto 1LI-1 Tdk terambil 55 Lutfiatulloh 1LI-2 Terambil
21 Luluk Yuga Nugraha 1LI-1 Terambil 56 M. Muchlisin 1LI-2 Tdk Terambil
22 Luthfi Panji Fauzi 1LI-1 Terambil 57 M. Solichin 1LI-2 Terambil
23 M. Suryanto 1LI-1 Tdk terambil 58 Netty Setyorini 1LI-2 Tdk Terambil
24 M. Fauzi 1LI-1 Terambil 59 Ria Purnamasari 1LI-2 Terambil
25 M. Nur Prasetyo 1LI-1 Terambil 60 Robby Rahmad F. 1LI-2 Terambil
26 M. Nur Rofii 1LI-1 Terambil 61 Rochmat Nursyamsi 1LI-2 Tdk Terambil
27 Reza Nur Rusyid 1LI-1 Tdk terambil 62 Roni Susanto 1LI-2 Terambil
28 Rudi Setiawan 1LI-1 Terambil 63 Satria Sejati 1LI-2 Terambil
29 Rian Fariestya 1LI-1 Terambil 64 Septian Agus P. 1LI-2 Terambil
30 Seto Rudin 1LI-1 Tdk terambil 65 Tahif Mustabiq Sufi 1LI-2 Terambil
31 Sopian Pamuji 1LI-1 Terambil 66 Tito Arbiyanto 1LI-2 Terambil
32 Subhan Khaliqu 1LI-1 Terambil 67 Ulil amrie Z.A 1LI-2 Terambil
33 Veriana Noviani 1LI-1 Terambil 68 Wimpy Ristanto 1LI-2 Tdk Terambil
34 Yuni Rahmawaty 1LI-1 Terambil 69 Windu karyo Utama 1LI-2 Terambil
35 Adi Dwi Irawan 1LI-2 Terambil 70 Yusuf Maulana A. 1LI-2 Terambil

Keterangan:
Tdk = Tidak
Nama siswa yang terambil dijadikan sampel penelitian sedangkan nama siswa yang tidak
terambil dijadikan subyek ujicoba penelitian


DAFTAR NAMA SISWA YANG DIJADIKAN SUBYEK UJICOBA
INSTRUMEN PENELITIAN







No Nama Kode
1
Agus Winarti
UC-01
2
Fhaisol Amin
UC-02
3
Faris Nur Widianto
UC-03
4
Hasan Rofii
UC-04
5
Khoirudin
UC-05
6
Lilik Darmanto
UC-06
7
M. Suryanto
UC-07
8
Reza Nur Rusyid
UC-08
9
Seto Rudin
UC-09
10
Agung Nade K.
UC-10
11
Cholid Anwar
UC-11
12
Edho Radiana A.
UC-12
13
Feri Ardian
UC-13
14
Feryawan Bagus W.
UC-14
15
Ibnu Arzis Kurnia
UC-15
16
Isnandar Setyono
UC-16
17
M. Muchlisin
UC-17
18
Netty Setyorini
UC-18
19
Rochmat Nursyamsi
UC-19
20
Wimpy Ristanto
UC-20
DAFTAR NAMA SISWA YANG DIJADIKAN
SAMPEL PENELITIAN



No. Nama Kode No. Nama Kode
1
Adi Kurniawan
R-01 26
Adi Dwi Irawan
R-26
2
Angga Nur Wibawanto
R-02 27
Arif Wicaksono YS
R-27
3
Beni Ismawan
R-03 28
Bry Adi Nugroho
R-28
4
Catur Ariawan Prakosa
R-04 29
Bramasta Surya P.
R-29
5
David Komarudin
R-05 30
Catur Wahyu W.
R-30
6
Dhuka Khabibul Amin
R-06 31
Deni Kristanto
R-31
7
Dwi Untoro
R-07 32
Dewi Agustina
R-32
8
Eka Putra Prasetya
R-08 33
Eko Prihartanto
R-33
9
Fajar Arianto
R-09 34
Esty Kumalasari
R-34
10
Haryanto
R-10 35
Fery Hardian
R-35
11
Heny Erfianti
R-11 36
Haryo Soko Negoro
R-36
12
Heri Dwi Sulistiono
R-12 37
Hety Ratna Sanjaya
R-37
13
Himawan Jatmiko
R-13 38
Indra Oktavianto
R-38
14
Kurniawan Hidayat
R-14 39
Lutfiatulloh
R-39
15
Luluk Yuga Nugraha
R-15 40
M. Solichin
R-40
16
Luthfi Panji Fauzi
R-16 41
Ria Purnamasari
R-41
17
M. Fauzi
R-17 42
Robby Rahmad F.
R-42
18
M. Nur Prasetyo
R-18 43
Roni Susanto
R-43
19
M. Nur Rofii
R-19 44
Satria Sejati
R-44
20
Rudi Setiawan
R-20 45
Septian Agus P.
R-45
21
Rian Fariestya
R-21 46
Tahif Mustabiq Sufi
R-46
22
Sopian Pamuji
R-22 47
Tito Arbiyanto
R-47
23
Subhan Khaliqu
R-23 48
Ulil amrie Z.A
R-48
24
Veriana Noviani
R-24 49
Windu karyo Utama
R-49
25
Yuni Rahmawaty
R-25 50
Yusuf Maulana A.
R-50

HASIL ANALISIS UJI COBA SOAL MATERI BILANGAN KOMPLEKS

No Soal
No Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 UC-06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
6 UC-03 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
7 UC-14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 UC-20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 UC-10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
10 UC-15 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 UC-17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 UC-04 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
13 UC-19 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
14 UC-05 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0
15 UC-08 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0
16 UC-11 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0
17 UC-16 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
18 UC-07 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
19 UC-12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
20 UC-09 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1
Jumlah 14 15 15 9 18 14 14 14 16 12 17 18 17 16
Mp 31,93 31,73 31,60 34,33 28,83 32,57 32,21 31,93 30,63 31,83 29,71 28,06 29,47 30,00
Mt 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90
p 0,70 0,75 0,75 0,45 0,90 0,70 0,70 0,70 0,80 0,60 0,85 0,90 0,85 0,80
q 0,30 0,25 0,25 0,55 0,10 0,30 0,30 0,30 0,20 0,40 0,15 0,10 0,15 0,20
pq 0,2100 0,1875 0,1875 0,2475 0,0900 0,2100 0,2100 0,2100 0,1600 0,2400 0,1275 0,0900 0,1275 0,1600
St 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48
rpbis 0,726 0,783 0,756 0,686 0,330 0,842 0,777 0,726 0,643 0,568 0,507 0,055 0,441 0,495
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s

Kriteria Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid
JBA 10 10 10 7 10 10 10 10 10 8 10 9 10 10
JBB 4 5 5 2 8 4 4 4 6 4 7 9 7 6
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,60 0,50 0,50 0,50 0,20 0,60 0,60 0,60 0,40 0,40 0,30 0,00 0,30 0,40
D
a
y
a

P
e
m
b
e
d
a

Kriteria Baik Baik Baik Baik Jelek Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Jelek Cukup Cukup
JBA +
JBB 14 15 15 9 18 14 14 14 16 12 17 18 17 16
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,70 0,75 0,75 0,45 0,90 0,70 0,70 0,70 0,80 0,60 0,85 0,90 0,85 0,80
T
i
n
g
k
a
t

K
e
s
u
k
a
r
a
n

Kriteria Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah
Kriteria soal Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai




No Soal
No Kode
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 UC-13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
3 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
4 UC-01 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 UC-06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 UC-03 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 UC-14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
8 UC-20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
9 UC-10 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
10 UC-15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
11 UC-17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
12 UC-04 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 UC-19 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0
14 UC-05 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0
15 UC-08 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
16 UC-11 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0
17 UC-16 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
18 UC-07 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0
19 UC-12 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1
20 UC-09 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0
Jumlah 16 15 15 15 11 16 19 16 14 16 17 16 19 11
Mp 30,38 29,93 31,60 31,13 32,36 30,31 27,37 30,88 30,93 30,25 29,71 26,94 28,32 31,82
Mt 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90
p 0,80 0,75 0,75 0,75 0,55 0,80 0,95 0,80 0,70 0,80 0,85 0,80 0,95 0,55
q 0,20 0,25 0,25 0,25 0,45 0,20 0,05 0,20 0,30 0,20 0,15 0,20 0,05 0,45
pq 0,1600 0,1875 0,1875 0,1875 0,2475 0,1600 0,0475 0,1600 0,2100 0,1600 0,1275 0,1600 0,0475 0,2475
St 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48
rpbis 0,584 0,415 0,756 0,661 0,582 0,569 -0,273 0,702 0,546 0,554 0,507 -0,227 0,214 0,511
r
tabel
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s

Kriteria Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid
JBA 10 9 10 10 8 10 9 10 9 10 10 7 10 8
JBB 6 6 5 5 3 6 10 6 5 6 7 9 9 3
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,40 0,30 0,50 0,50 0,50 0,40 -0,10 0,40 0,40 0,40 0,30 -0,20 0,10 0,50
D
a
y
a

P
e
m
b
e
d
a

Kriteria Cukup Cukup Baik Baik Baik Cukup Sangat jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Sangat jelek Jelek Baik
JBA+
JB
B
16 15 15 15 11 16 19 16 14 16 17 16 19 11
JSA+
JS
B
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,80 0,75 0,75 0,75 0,55 0,80 0,95 0,80 0,70 0,80 0,85 0,80 0,95 0,55
T
i
n
g
k
a
t

K
e
s
u
k
a
r
a
n

Kriteria Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang
Kriteria soal Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai


No
Soal No Soal No Kode
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Y Y
2

1 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40 1600
2 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 38 1444
3 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 38 1444
4 UC-01 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 36 1296
5 UC-06 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 36 1296
6 UC-03 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 33 1089
7 UC-14 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 33 1089
8 UC-20 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 33 1089
9 UC-10 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 32 1024
10 UC-15 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 32 1024
11 UC-17 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 32 1024
12 UC-04 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 29 841
13 UC-19 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 24 576
14 UC-05 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 20 400
15 UC-08 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 20 400
16 UC-11 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 20 400
17 UC-16 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 18 324
18 UC-07 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 15 225
19 UC-12 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 15 225
20 UC-09 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 14 196
Jumlah 19 14 5 11 16 17 9 7 8 6 7 14 558 17006
Mp 27,84 30,93 36,80 31,45 27,75 30,06 33,56 34,29 27,63 34,17 34,86 30,93
Mt 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90
p 0,95 0,70 0,25 0,55 0,80 0,85 0,45 0,35 0,40 0,30 0,35 0,70
q 0,05 0,30 0,75 0,45 0,20 0,15 0,55 0,65 0,60 0,70 0,65 0,30
pq 0,0475 0,2100 0,1875 0,2475 0,1600 0,1275 0,2475 0,2275 0,2400 0,2100 0,2275 0,2100
St 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48
rpbis -0,030 0,546 0,606 0,463 -0,035 0,606 0,603 0,553 -0,026 0,484 0,602 0,546
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s

Kriteria Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
JBA 10 9 5 7 8 10 7 6 5 5 6 9
JBB 9 5 0 4 8 7 2 1 3 1 1 5
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,10 0,40 0,50 0,30 0,00 0,30 0,50 0,50 0,20 0,40 0,50 0,40
D
a
y
a

P
e
m
b
e
d
a

Kriteria Cukup Jelek Cukup Baik Cukup Jelek Cukup Baik Baik Jelek Cukup Baik Cukup
JBA +
JBB 19 14 5 11 16 17 9 7 8 6 7 14
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 k = 40
IK 0,95 0,70 0,25 0,55 0,80 0,85 0,45 0,35 0,40 0,30 0,35 0,70 M = 27,9000
T
i
n
g
k
a
t

K
e
s
u
k
a
r
a
n

Kriteri a Mudah Mudah Sedang Sukar Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Vt = 71,8900
Kriteria soal Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai r11 = 0,9052


Perhitungan Validitas Butir
Instrumen Penguasaan Materi Bilangan Kompleks


Rumus




Keterangan:
M
p
= Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
M
t
= Rata-rata skor total
S
t
= Standart deviasi skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal

Kriteria
Apabila r
pbis
> r
tabel
, maka butir soal valid.
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
No Kode
Butir soal
no 1 (X)
Skor
Total (Y)
Y
2
XY
1 UC-18 1 40 1600 40
2 UC-13 1 38 1444 38
3 UC-02 1 38 1444 38
4 UC-01 1 36 1296 36
5 UC-06 1 36 1296 36
6 UC-03 1 33 1089 33
7 UC-14 1 33 1089 33
8 UC-20 1 33 1089 33
9 UC-10 1 32 1024 32
10 UC-15 1 32 1024 32
11 UC-17 1 32 1024 32
12 UC-04 0 29 841 0
13 UC-19 1 24 576 24
14 UC-05 1 20 400 20
15 UC-08 0 20 400 0
16 UC-11 1 20 400 20
17 UC-16 0 18 324 0
18 UC-07 0 15 225 0
19 UC-12 0 15 225 0
20 UC-09 0 14 196 0
Jumlah 14 558 17006 447


q
p

S
M M
r
t
t p
pbis

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh:


= 1 p = =
2
Pada = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444
Karena rpbis > r tabel, maka soal no 1 valid.
0,70
0,30
= 0,726
r
pbis
=
31,93 27,90
8,48
0,30
S
t
=
17006
558
20
20
= 8,48
0,70
= 0,70
=
=
27,90 =
=
558
20
q 1
=
14
20
p
Jumlah skor yang menjawab benar pada no 1
Banyaknya siswa
M
p
=
M
t
=
= 31,93
Banyaknya siswa yang menjawab benar pada no 1
Jumlah skor total
Banyaknya siswa
447
14
Jumlah skor total yang menjawab benar pada no 1
Rumus
Keterangan:
: Indeks kesukaran
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
: Banyaknya siswa pada kelompok atas
: Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria
=
< <
< <
< <
=
+
=
10 Jumlah 4
0,70
Jumlah
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai tingkat kesukaran
yang sedang
IK =
10 4
20
UC-15 1 10 UC-09
UC-16 UC-14 1 7
0
0
UC-12 0
UC-07
0
UC-11 1
5
6 UC-03 1 6
5 UC-06
3
UC-08 0
4 UC-05 1
UC-19 1
4
UC-02
UC-17 1
2 UC-04 0
1 UC-18
UC-13 1
1 1
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
No Kode Skor No Kode Skor
Mudah
IK 1,00 Terlalu mudah
1,00
IK
JB
A
JB
B
0,00
JS
B
Kriteria
IK Terlalu sukar
Sukar
0,30 IK 0,70 Sedang
1
10
8
JS
A
Interval IK
0,00 IK 0,30
0,70 IK
UC-10
UC-20
1
1
Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Materi Bilangan
Kompleks
9
2
1 3
8
UC-01 1
7
9
B A
B A
JS JS
JB JB
IK
+
+

Rumus
Keterangan:
: Daya Pembeda
: Juml ah yang benar pada buti r soal pada kel ompok atas
: Juml ah yang benar pada buti r soal pada kel ompok bawah
: Banyaknya si swa pada kel ompok at as
Kriteria
<
< <
< <
< <
< <
Perhi t ungan
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai daya pembeda
baik
4 Juml ah Juml ah 10
= 0,60
DP =
10
3
4
5
6
7
8
9
10
10 4
UC-09 0 UC-15 1 10
UC-07 0
UC-10 1 9 UC-12 0
UC-20 1 8
UC-11 1
UC-14 1 7 UC-16 0
UC-03 1 6
UC-05 1
UC-06 1 5 UC-08 0
UC-01 1 4
1
UC-04 0
UC-02 1 3 UC-19 1
UC-13 1
Interval DP
2 2
Kode
1 UC-18 1 1 UC-17
Beri kut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, sel anj utnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
di perol eh seperti pada tabel anal i si s buti r soal .
No Kode Skor
Kel ompok At as Kel ompok Bawah
No Skor
Kriteria
Sangat j el ek
Jelek
Cukup
0,40 Bai k
Sangat Bai k
0,00
0,20
0,40
0,70
1,00
JS
A
0,70
DP
DP
DP
DP
DP
0,00
0,20
Per hi t ungan Daya Pembeda Soal Mat er i Bi l angan Kompl eks
DP
JB
A
JB
B
A
B A
JS
JB JB
DP

Rumus:
Keterangan:
: Banyaknya butir soal
: Rata-rata skor total
: Varians total
Kriteria
Apabila r
11
> r
tabel
, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:
2
40
40 1 40 x
Pada = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444
Karena r
11
> r
tabel
, maka soal tersebut reliabel
Perhitungan Reliabilitas Instrumen Materi Bilangan Kompleks
k
M
Vt
Vt =
17006
558
= 71,890
20
20
M =
Y
=
558
= 27,90
N 20
r
11
=
40
1
27,90 27,90
71,890
= 0,905

,
_

,
_

Vt k
M) - M(k
- 1
1 - k
k
r
11
HASIL ANALISIS UJI COBA SOAL RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK

No Soal
No Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1
2 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 UC-03 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
4 UC-08 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1
6 UC-04 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
7 UC-10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
8 UC-05 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
9 UC-11 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0
10 UC-09 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1
11 UC-06 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
12 UC-15 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1
13 UC-19 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
14 UC-13 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1
15 UC-14 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1
16 UC-17 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
17 UC-18 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
18 UC-20 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
19 UC-12 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0
20 UC-16 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
Jumlah 16 16 15 12 11 9 9 9 14 18 9 9 8 12
Mp 21,31 21,19 21,60 22,67 23,09 25,67 24,67 24,00 21,43 19,39 26,22 18,56 23,75 18,08
Mt 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95
p 0,80 0,80 0,75 0,60 0,55 0,45 0,45 0,45 0,70 0,90 0,45 0,45 0,40 0,60
q 0,20 0,20 0,25 0,40 0,45 0,55 0,55 0,55 0,30 0,10 0,55 0,55 0,60 0,40
pq 0,1600 0,1600 0,1875 0,2400 0,2475 0,2475 0,2475 0,2475 0,2100 0,0900 0,2475 0,2475 0,2400 0,2400
St 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47
rpbis 0,632 0,599 0,614 0,609 0,613 0,813 0,692 0,611 0,507 0,176 0,880 -0,048 0,524 -0,142
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s

Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak
JBA 10 10 10 9 9 8 8 8 9 9 9 4 7 5
JBB 6 6 5 3 2 1 1 1 5 9 0 5 1 7
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,40 0,40 0,50 0,60 0,70 0,70 0,70 0,70 0,40 0,00 0,90 -0,10 0,60 -0,20
D
a
y
a

P
e
m
b
e
d
a

Kriteria Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Jelek Baik sekali
Sangat
jelek Baik
Sangat
jelek
JBA +
JBB 16 16 15 12 11 9 9 9 14 18 9 9 8 12
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,80 0,80 0,75 0,60 0,55 0,45 0,45 0,45 0,70 0,90 0,45 0,45 0,40 0,60
T
i
n
g
k
a
t

K
e
s
u
k
a
r
a
n

Kriteria Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang
Kriteria soal Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang

No Soal
No Kode
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 UC-02 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 UC-03 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
4 UC-08 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
5 UC-07 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
6 UC-04 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
7 UC-10 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
8 UC-05 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
9 UC-11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
10 UC-09 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0
11 UC-06 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0
12 UC-15 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0
13 UC-19 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0
14 UC-13 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0
15 UC-14 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
16 UC-17 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0
17 UC-18 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
18 UC-20 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
19 UC-12 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0
20 UC-16 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
Jumlah 8 17 7 9 11 11 11 13 14 13 13 16 16 1
Mp 25,25 18,76 26,00 25,33 22,82 22,45 23,64 22,92 21,57 22,15 22,85 21,25 21,06 8,00
Mt 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95
p 0,40 0,85 0,35 0,45 0,55 0,55 0,55 0,65 0,70 0,65 0,65 0,80 0,80 0,05
q 0,60 0,15 0,65 0,55 0,45 0,45 0,45 0,35 0,30 0,35 0,35 0,20 0,20 0,95
pq 0,2400 0,1275 0,2275 0,2475 0,2475 0,2475 0,2475 0,2275 0,2100 0,2275 0,2275 0,1600 0,1600 0,0475
St 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47
rpbis 0,688 -0,059 0,692 0,773 0,572 0,518 0,693 0,725 0,536 0,584 0,710 0,616 0,565 -0,336
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s

Kriteria Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak
JBA 7 8 7 8 8 8 9 10 9 9 9 10 10 0
JBB 1 9 0 1 3 3 2 3 5 4 4 6 6 1
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,60 -0,10 0,70 0,70 0,50 0,50 0,70 0,70 0,40 0,50 0,50 0,40 0,40 -0,10
D
a
y
a

P
e
m
b
e
d
a

Kriteria Baik
Sangat
jelek Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Cukup
Sangat
jelek
JBA +
JBB 8 17 7 9 11 11 11 13 14 13 13 16 16 1
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,40 0,85 0,35 0,45 0,55 0,55 0,55 0,65 0,70 0,65 0,65 0,80 0,80 0,05
T
i
n
g
k
a
t

K
e
s
u
k
a
r
a
n

Kriteria Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sukar
Kriteria soal Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang

No Soal
No Kode
29 30 31 32 33 34 35
Y Y
2

1 UC-01 0 1 0 0 1 1 1 28 784
2 UC-02 0 1 0 0 1 1 1 29 841
3 UC-03 0 1 0 0 1 0 1 28 784
4 UC-08 0 1 1 0 1 1 1 31 961
5 UC-07 0 1 1 0 1 0 1 26 676
6 UC-04 0 1 0 0 0 1 1 24 576
7 UC-10 0 1 0 0 0 0 1 25 625
8 UC-05 0 1 0 0 0 1 1 23 529
9 UC-11 0 1 0 0 0 1 0 22 484
10 UC-09 0 1 0 0 0 0 0 22 484
11 UC-06 0 1 0 0 0 0 1 17 289
12 UC-15 0 1 0 0 0 0 1 17 289
13 UC-19 0 1 1 0 0 0 1 15 225
14 UC-13 0 1 0 0 0 0 1 12 144
15 UC-14 1 0 1 0 0 0 0 11 121
16 UC-17 0 1 1 0 0 0 0 11 121
17 UC-18 1 0 0 1 1 0 0 8 64
18 UC-20 0 0 1 0 0 0 1 10 100
19 UC-12 1 0 0 0 0 0 0 11 121
20 UC-16 1 0 0 1 0 0 0 9 81
Jumlah 4 15 6 2 6 6 13 379 8299
Mp 9,75 22,00 17,33 8,50 25,00 26,17 21,92
Mt 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95
p 0,20 0,75 0,30 0,10 0,30 0,30 0,65
q 0,80 0,25 0,70 0,90 0,70 0,70 0,35
pq 0,1600 0,1875 0,2100 0,0900 0,2100 0,2100 0,2275
St 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47
rpbis -0,616 0,707 -0,142 -0,466 0,530 0,632 0,542
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s

Kriteria Tidak Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid
JBA 0 10 2 0 5 6 8
JBB 4 5 4 2 1 0 5
JSA 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10
DP -0,40 0,50 -0,20 -0,20 0,40 0,60 0,30
D
a
y
a

P
e
m
b
e
d
a

Kriteria Sangat jelek Baik Sangat jelek Sangat jelek Cukup Baik Cukup
JBA +
JBB 4 15 6 2 6 6 13
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 k = 35
IK 0,20 0,75 0,30 0,10 0,30 0,30 0,65 M = 18,9500
T
i
n
g
k
a
t

K
e
s
u
k
a
r
a
n

Kriteria Sukar Mudah Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang Vt = 55,8475
Kriteria soal Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai r11 = 0,8692

Rumus
Keterangan:
= Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
= Rata-rata skor total
= Standart deviasi skor total
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
= Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Kriteria
Apabila r
pbis
> r
tabel
, maka butir soal valid.
Perhitungan
Perhitungan Validitas Butir Rangkaian Listrik Arus Bolak-Balik
0
Y
2
1
M
p
M
t
S
t
p
Kode
20 UC-16 0
16 Jumlah
1
UC-20 0 10
0 UC-18
9 81
0
XY
23 529
841
784 28
24
625 25
100
22
484
11
17
15
289
0
22
484
0
31
26 676
576
289 17
144
17
12
121
15
1 22
0 11
1 12
2
1 UC-01
10
UC-04
UC-10
UC-05
UC-11
UC-09
1
1
1 29
1
22
24
1 26
23
q
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk
butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh
seperti pada tabel analisis butir soal.
1
No
Butir soal
no 1 (X)
Skor Total
(Y)
6
7 25
28
UC-19
14
UC-14
19
15
16
17
18
UC-17
11
8
11 121 UC-12 1
11 121
64
379 8299 341
1 225
17
1
1
28 28 784
31 961
29
3
4
5
1
1
UC-02
UC-03
UC-08
UC-07
UC-13
8
9
13
12 UC-15
11 UC-06
q
p

S
M M
r
t
t p
pbis

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh:


= 1 p = =
2
Pada = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444
Karena rpbis > r tabel, maka soal no 1 valid.
Banyaknya siswa yang menjawab benar pada no 1
Jumlah skor total
Banyaknya siswa
341
16
Jumlah skor total yang menjawab benar pada no 1
M
t
=
= 21,31
M
p
=
Banyaknya siswa
20
q 1
=
16
20
p
Jumlah skor yang menjawab benar pada no 1
0,20
S
t
=
8299
379
20
20
= 7,47
0,80
r
pbis
=
21,31 18,95
7,47
0,80
0,20
= 0,632
= 0,80
=
=
18,95 =
=
379
Rumus
Keterangan:
: Indeks kesukaran
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
: Banyaknya siswa pada kelompok atas
: Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria
=
< <
< <
< <
=
+
=
Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Rangkaian Listrik Arus
Bolak-Balik
9
2
1 3
8
UC-08 1
7
9 UC-11
UC-05
1
1
1
10
8
JS
A
Interval IK
0,00 IK 0,30
0,70 IK
Sukar
0,30 IK 0,70 Sedang
Kriteria
IK Terlalu sukar
IK
JB
A
JB
B
0,00
JS
B
Mudah
IK 1,00 Terlalu mudah
1,00
1
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
No Kode Skor No Kode Skor
UC-06 1
2 UC-15 1
1 UC-01
UC-02 1
1
3
UC-14 0
4 UC-13 1
UC-19 1
4
UC-03
0
UC-17 1
5
6 UC-04 1 6
5 UC-07
0
0
UC-12 1
UC-20
UC-18 UC-10 1 7
UC-09 1 10 UC-16
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai tingkat kesukaran
yang mudah
IK =
10 6
20
10 Jumlah 6
0,80
Jumlah
B A
B A
JS JS
JB JB
IK
+
+

Rumus
Keterangan:
: Daya Pembeda
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
: Banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria
<
< <
< <
< <
< <
Perhitungan
Perhitungan Daya Pembeda Soal Rangkaian Listrik Arus
Bolak-Balik
DP
JB
A
JB
B
JS
A
0,70
DP
DP
DP
DP
DP
0,00
0,20
0,40 Baik
Sangat Baik
0,00
0,20
0,40
0,70
1,00
Kelompok Bawah
No Skor
Kriteria
Sangat jelek
Jelek
Cukup
No Kode Skor
Kelompok Atas
Interval DP
2 2
Kode
1 UC-01 1 1 UC-06
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
1
UC-15 1
UC-03 1 3 UC-19 1
UC-02 1
UC-13 1
UC-07 1 5 UC-14 0
UC-08 1 4
UC-17 1
UC-10 1 7 UC-18 0
UC-04 1 6
UC-20 0
UC-11 1 9 UC-12 1
UC-05 1 8
10 6
UC-16 0 UC-09 1 10
7
8
9
10
3
4
5
6
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai daya pembeda
cukup
6 Jumlah Jumlah 10
= 0,40
DP =
10
A
B A
JS
JB JB
DP

Rumus:
Keterangan:
: Banyaknya butir soal
: Rata-rata skor total
: Varians total
Kriteria
Apabila r
11
> r
tabel
, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:
2
40
40 1 40 x
Pada = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444
Karena r
11
> r
tabel
, maka soal tersebut reliabel
k
M
Vt
Perhitungan Reliabilitas Instrumen Rangkaian Listrik Arus
Bolak-Balik
Vt =
8299
379
= 55,848
20
20
M =
Y
=
379
= 18,95
N 20
r
11
=
40
1
18,95 18,95
55,848
= 0,842

,
_

,
_

Vt k
M) - M(k
- 1
1 - k
k
r
11
KISI-KISI INSTRUMEN PENGUASAAN
MATERI BILANGAN KOMPLEKS BENTUK OBYEKTIF
P
E
N
G
E
T
A
H
U
A
N


P
E
M
A
H
A
M
A
N


A
P
L
I
K
A
S
I

D
A
R
I

P
E
M
A
H
A
M
A
N

NO

MATERI BILANGAN
KOMPLEKS
N
o
.

S
o
a
l

y
a
n
g

d
i
p
a
k
a
i

N
o
.

S
o
a
l

y
a
n
g

d
i
b
u
a
n
g

N
o
.

S
o
a
l

y
a
n
g

d
i
p
a
k
a
i

N
o
.

S
o
a
l

y
a
n
g

d
i
b
u
a
n
g


N
o
.

S
o
a
l

y
a
n
g

d
i
p
a
k
a
i

N
o
.

S
o
a
l

y
a
n
g

d
i
b
u
a
n
g

JMLH
SOAL
1.



2.




3.




4.

Siswa dapat menyebutkan
pengertian bilangan
kompleks.

Siswa dapat mengubah
bilangan kompleks
rektangular ke dalam
bentuk polar.

Siswa dapat mengubah
bilangan kompleks dari
bentuk polar ke bentuk
rektangular.

Siswa dapat menjumlahkan
2 phasor dalam bentuk
1,2
, 3




















4





6, 7






14







17,
35


5












12,
13
















8 9
10,
11




15







18,
19,















16,











5





6






5







4






5.





6.





7.





kompleks rektangular, dan
dalam bentuk polar.

Siswa dapat menyelesaikan
pengurangan 2 phasor
dalam bentuk kompleks
rektangular, dan dalam
bentuk polar.

Siswa dapat menyelesaikan
perkalian 2 phasor dalam
bentuk kompleks
rektangular, dan dalam
bentuk polar.

Siswa dapat menyelesaikan
pembagian 2 phasor dalam
bentuk kompleks
rektangular, dan dalam
bentuk polar.



























20,
24,
36






38








39











21,
37







26,
27







33





22,
23,
25






28,
30







32,
34,
40














29






8








6








5
Jumlah Soal
3 0 12 8 15 2 40
Persentase
7
,
5
%

0

%

3
0
%

2
0
%

3
7
,
5
%

5
%

100%







DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
Kampus Sekaran GunungPati Semarang 50229
TES PENELITIAN

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN
Mata Diklat : PKDLE
Pokok Bahasan : Materi Bilangan Kompleks
Tingkat/ Jurusan : I/Listrik Industri
Hari, Tanggal : Rabu, 8 Juni 2005
Waktu : 120 menit


PETUNJUK:
1. Jumlah soal sebanyak 40 butir terdiri dari soal obyektif.
2. Tulislah nama, kelas, jurusan, dan nomor absen anda pada tempat yang telah
disediakan.
3. Cara menjawab soal dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu huruf a,
b, c, atau d yang dianggap benar pada lembar jawaban yang telah disediakan.
4. jika terjadi kesalahan dan Anda ingin melakukan pembetulan berilah tanda
= pada huruf pilihan Anda yang salah, kemudian silanglah pada huruf yang
benar.
5. Laporkan pada pengawas jika terdapat tulisan yang kurang jelas atau rusak.
6. Sebelum hasil pekerjaan diserahkan kepada pengawas teliti kembali pekerjaan
Anda tersebut.


SELAMAT MENGERJAKAN

1. Apabila a adalah bilangan real dan b adalah bilangan imajiner, maka penulisan
bilangan kompleks yang benar adalah..
a. a + jb c. a + b
b. ja + b d. ja + jb

2. Notasi dari bilangan imajiner adalah..
a. -a c.
b. j d. r

3. Satuan dari bilangan imajiner adalah..
a. 1 c. 1
b. 1 d. 1

4. Nilai dari j
5
adalah..
a. -1 c. 1
b. j d. j

5. Apabila x = -3 dan y = 4 atau titik A (-3, 4) seperti
tampak gambar disamping, maka penulisan bentuk
bilangan kompleksnya adalah
a. A

= 4 j3 c. A

= 3 j4
b. A

= 4 + j3 d. A

= 3 + j4
A (-3, 4)
4
-3
0
y
x

6. Dalam bentuk polar, bilangan kompleks A

= a + jb dapat dinyatakan..
a.
b
a
b a A
1 2 2
tan


+
b.
b
a
b a A
1 2 2
tan



c.
a
b
b a A
1 2 2
tan



d.
a
b
b a A
1 2 2
tan


+

7. Diketahui sebuah diagram cartesius seperti
tampak pada gambar disamping dengan
titik A

= (a + jb), maka nilai sudut


adalah..

a. = arc tg
a
b
c. = arc tg
b
a

b. = tg
a
b
d. = tg
b
a


8. Bentuk kompleks A

= 53 j53 akan mempunyai bentuk polar ..


a. A

= 12,2545
b. A

= 12,25-45
c. A

= 83,66 -45
d. A

= 83,6645
r

a
b
y
x
A (a + jb)


9. Diketahui bilangan kompleks pada titik A

= 4 + j3
seperti tampak pada gambar disamping, maka nilai r
adalah..

a. r =
2 2
3 4 + c. r = 3 4 +
b. r =
2 2
) 3 ( 4 d. r =
2 2
) 4 ( 3

10. Bentuk kompleks A

= 123 j12 akan mempunyai bentuk polar yang


nilainya..
a. A

= 24 120 c. A

= 24 330
b. A

= 12 330 d. A

= 12 120

11. Diketahui bilangan kompleks A

= 3 + j4, bentuk polar dari A

adalah..
a. A

= 5 -53,13 c. A

= 12 -53,13
b. A

= 5 53,13 d. A

= 12 53,13

12. Diketahui bilangan polar A

= r, bentuk bilangan kompleks dari A

adalah..
a. A

= r (cos + j sin ) c. A

= r (sin + j sin )
b. A

= r (sin + j cos ) d. A

= r (cos + jcos )

r

y
x
A (4 + j3)

13. Nilai bentuk bilangan polar A

= r, akan diubah menjadi bilangan


kompleks bentuk rektangular dengan notasi A

= a + jb. Maka nilai b


adalah..
a. b = tan
-1

r

c. b = r cos
b. b = r sin d. b = tan
-1
r



14. Diketahui bilangan polar A

= r, akan diubah menjadi bilangan kompleks


bentuk rektangular dengan notasi A

= a + jb. Maka nilai a adalah..


a. a = r sin c. a = tan
-1

r

b. a = tan
-1
r

d. a = r cos

15. Nilai bilangan kompleks dari A

= 24 315 adalah..
a. A

= 122 - j122 c. A

= -122 + j12
b. A

= 122 + j12 d. A

= 122 + j122

16. Diketahui r = 10 dengan sudut = 135 yang terletak pada diagram cartesius
di bawah ini. Maka bentuk kompleksnya adalah..
a. - 53 + j5 c. -52 + j52
b. 52 + j52 d. 53 + j5

r

y
x

17. Diketahui dua phasor bentuk kompleks A

= a
1
+ jb
1
dan B

= a
2
+ jb
2.
Apabila
keduanya dijumlahkan nilai bilangan kompleks C

adalah..
a. C

= (a
1
+ b
1
) + j (a
2
+ b
2
) c. C

= (a
1
+ a
2
) + j (b
1
+ b
2
)
b. C

= (a
1
+ b
2
) + j (a
2
+ b
1
) d. C

= (a
2
+ b
2
) + j (a
1
+ b
1
)

18. Apabila nilai phasor C

= A

+ B

dan nilai phasor A

= 3 - j2 dan B

= -5 +
j6, maka nilai phasor C

adalah..
a. C

= 2 + j4 c. C

= -2 + j4
b. C

= -8 + j8 d. C

= 8 + j8

19. Hasil penjumlahan fasor bentuk bilangan kompleks dari dua fasor bentuk
bilangan polar A

= 70 30 dan B

= 40 45 adalah..
a. C

= 88,91 + j63,28 c. C

= -88,91 + j63,28
b. C

= 88,91 - j63,28 d. C

= -88,91 - j63,28

20. Diketahui nilai fasor A

= -a
1
+ jb
1,
B

= a
2
+ jb
2,
dan

C

= B

- A

. Maka nilai
fasor

C

adalah..
a. C

= (a
2
a
1
) + j (b
1
b
2
)
b. C

= (a
2
+a
1
) + j (b
2
b
1
)
c. C

= (a
2
+ a
1
) - j (b
2
b
1
)
d. C

= (a
1
a
2
) - j (b
1
b
2
)
21. Apabila nilai phasor A

= a
1
+ jb
1
dan nilai phasor B

= a
2
+ jb
2.
Maka nilai
phasor A

- B

sama dengan..
a. A

- B

= (a
2
a
1
) + j (b
2
b
1
) c. A

- B

= (a
1
a
2
)+ j (b
2
b
1
)
b. A

- B

= (a
2
a
1
) + j (b
1
b
2
) d. A

- B

= (a
1
a
2
) + j (b
1
b
2
)

22. Diketahui phasor bilangan kompleks A

= (5 - j2) dan phasor bilangan


kompleks B

= (7 + j9). Hasil pengurangan dari phasor A

dikurangi phasor
B

adalah C

yang nilainya..
a. C

= (-2 j11) c. C

= (2 + j16)
b. C

= (-2 - j7) d. C

= (2 + j7)

23. Bilangan phasor A

adalah hasil pengurangan dari bilangan polar 630-


230. Maka nilai phasor A

dalam bentuk bilangan kompleks adalah..


a. A

= 2,52 + j2,5 c. A

= 2,53 + j2,5
b. A

= 2,5 + j2,53 d. A

= 2,5 + j2,52

24. Diketahui dua phasor bilangan kompleks A

= (m
1
+ jn
1
) dan B

= (m
2
+

jn
2
).
Jika nilai phasor C

= A

- B

, maka nilai phasor C

adalah..
a. C

= (m
1
m
2
) + j(n
2
n
1
) c. C

= (m
1
m
2
) + j(n
1
n
2
)
b. C

= (m
2
m
1
) + j(n
1
n
2
) d. C

= (m
2
m
1
) + j(n
2
n
1
)


25. Diketahui phasor bentuk bilangan polar A

=10 60 dan phasor bentuk


bilangan kompleks B

= -5 - j 2,2. Hasil pengurangan dalam bentuk bilangan


kompleks dari B

- A

adalah..
a. B

- A

= 5 j10, 86
b. B

- A

= -5 j10, 86
c. B

- A

= 10 + j6,46
d. B

- A

= -10 + j6,46

26. Diketahui dua phasor bilangan kompleks bentuk rektangular A

= a
1
+ jb
1
dan
B

= a
2
+ jb
2.
Hasil perkalian dari dua phasor tersebut sama dengan C

. Maka
nilai phasor C

adalah..
a. C

= (a
1
a
2
b
1
b
2
) + j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
)
b. C

= (a
1
b
1
a
2
b
2
)+ j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
)
c. C

= (a
1
b
2
a
2
b
1
)+ j(a
1
b
2
- a
2
b
1
)
d. C

= (a
2
b
1
a
1
b
2
)+ j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
)

27. Dibawah ini cara perkalian yang benar adalah..
a. a x b = (a x b)
b. a x b = (a + b)
c. a x b = (a x b) (x)
d. a x b = (a x b) (+)


28. Diketahui phasor bilangan kompleks A

= 3 + j4 dan phasor bilangan


kompleks B

= 2 + j3. Jika nilai phasor C

adalah hasil kali dari A

dan B

,
maka nilai nilai C

dalam bentuk kompleks adalah..


a. C

= 2 + j1 c. C

= 6 + j17
b. C

= 2 + j17 d. C

= 6 j1

29. Diketahui dua phasor bilangan bentuk polar masing-masing A

= 6 10dan
B

= 210. Hasil kali dari dua bilangan polar tersebut C

adalah
a. C

= 820 c. C

= 12100
b. C

= 8100 d. C

= 1220

30. Hasil kali dalam bentuk polar dari phasor bilangan kompleks A

= 5 + j3,2 dan
phasor bilangan polar B

= 830 adalah C

. Nilai phasor C

adalah..
a. C

= 5,9-62,6 c. C

= -5,962,6
b. C

= 5,962,6 d. C

= -5,9-62,6
31. Cara pembagian dua phasor bilangan kompleks
B

=
jb a
jb a
2 2
1 1
+
+
adalah..
a.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a - b j(a a a
B

+
+
c.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a b j(a a a
B

+
+ +

b.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a - b j(a a a
B

+
+ +
d.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b - ) b a - b j(a a a
B




32. Diketahui dua bilangan kompleks masing -masing A

= 4 + j5 dan B

=1- j2
Hasil bagi dari bilangan kompleks
B

adalah
a.
B

= 1,2 + j2,6 c.
B

=1,2 j2,6
b.
B

=1,2 j2,6 d.
B

=1,2 + j2,6

33. Dibawah ini cara pembagian yang benar adalah..
a. a : b = (a + b) (- )
b. a : b= (a - b) (- )
c. a : b = (a : b) (- )
d. a : b = (a : b) (- )

34. Diketahui phasor bilangan kompleks bentuk rektangular A

= 2 + j5 dan
phasor bilangan kompleks bentuk polar B

=2 30. Hasil bagi dari


B

dalam bentuk polar adalah ..


a.
B

= 2,7 38,2 c.
B

= 5,38 38,2
b.
B

= 5,38 8,2 d.
B

= 2,7 8,2


35. Diketahui dua phasor bilangan A

= a
1
- jb
1
dan B

= -a
2
+ jb
2.
Maka
nilai phasor A

+B

adalah..
a. A

+B

= (a
2
a
1
) + j (b
2
b
1
)
b. A

+B

= (a
2
a
1
) + j (b
1
b
2
)
c. A

+B

= (a
1
a
2
) + j (b
2
b
1
)
d. A

+B

= (a
1
a
2
) + j (b
1
b
2
)

36. Diketahui phasor bilangan kompleks A

= -a
1
jb
1
dan phasor
bilangan kompleks B

= a
2
jb
2.
Maka nilai phasor bilangan A

dikurangi phasor bilangan B

adalah..
a. C

= (a
2
a
1
) + j (b
2
+ b
1
)
b. C

= (a
2
a
1
) + j (b
1
b
2
)
c. C

= (a
1
a
2
) - j (b
2
b
1
)
d. C

= (a
1
+ a
2
) - j (b
1
+ b
2
)

37. Diketahui tiga phasor bilangan A


1
r
;
B


2
r ; C

= A

-
B

.
Jika sudut dalam phasor bilangan A

dan B

tersebut besarnya
sama, maka nilai phasor C

adalah..
a. C

= (r
1
: r
2
) c. C

= (r
1
: r
2
)
( - )

38. Diketahui phasor bilangan kompleks A

= a
1
+ jb
1
dan phasor bilangan
kompleks B

= a
2
jb
2,
jika nilai phasor C

adalah hasil kali dari dua phasor


A

dan B

, maka nilai phasor C

dalam bentuk kompleks adalah..


a. C

= (a
1
a
2
+ b
1
b
2
) + j(a
2
b
1 -
a
1
b
2
) c. C

= (a
1
b
2
a
2
b
1
)+ j(a
1
b
2
- a
2
b
1
)
b. C

= (a
1
a
2
- b
1
b
2
) + j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
) d. C

= (a
2
b
1
a
1
b
2
)+ j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
)

39. Nilai phasor bilangan C

adalah hasil pembagian dari phasor bilangan


kompleks A

= -a
1
+ jb
1
dibagi phasor bilangan kompleks B

= -a
2
jb
2.
Maka nilai phasor C

adalah..
a.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a - b j(a a a
C

+
+

b.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a - b j(a a a
C

+
+ +

c.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a b j(a a a
C

+
+

d.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b - ) b a - b j(a a a
C



40. Diketahui phasor bilangan kompleks A

= 3 + j4 dan phasor bilangan polar


B

=230,
.
jika nilai phasor C

adalah hasil bagi dari A

dibagi B

, maka nilai
phasor C

dalam bentuk bilangan polar adalah..


a. C

= 10 23, 13 c. C

= 2 23, 13
b. C

= 10 83, 13 d. C

= 2 83, 13

KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL-SOAL RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK BENTUK
OBYEKTIF


A
P
L
I
K
A
S
I

D
A
R
I

P
E
M
A
H
A
M
A
N

No
MATERI RANGKAIAN
LISTRIK ARUS BOLAK-
BALIK No. Soal yang
dipakai
No. soal
yang
dibuang
JML
SOAL
1.





2.








3.
Siswa dapat menghitung
impedansi, tegangan, arus,
faktor daya, dan besarnya daya
pada rangkaian R, L, dan C.

Siswa dapat menghitung
impedansi, tegangan total, arus,
daya, faktor daya dan admitansi
rangkaian pada rangkaian seri
RL, RC dan RLC.

Siswa dapat menghitung
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7




8, 9, 11, 13, 15, 17,
18, 19, 20, 21, 22,
23



24, 25, 26, 27, 30,





10, 12, 14,
16,




28, 29, 31,
7




16





11














4.
impedansi, arus, admitansi,
daya dalam bentuk polar dan
bentuk kompleks pada
rangkaian paralel RL, RC, dan
RLC.

Siswa dapat menghitung
impedansi dan admitansi dalam
bentuk kompleks pada
rangkaian campuran RLC.
33, 34





35
32












1

JUMLAH SOAL 27 8 35
PRESENTASE 77,14% 22,86% 100%










DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
Kampus Sekaran GunungPati Semarang 50229

TES PENELITIAN

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN
Mata Diklat : PKDLE
Pokok Bahasan : Rangkaian Listrik arus bolak-balik
Tingkat/ Jurusan : I/Listrik Industri
Hari, Tanggal : Rabu, 8 Juni 2005
Waktu : 120 menit

PETUNJUK:
1. Jumlah soal sebanyak 35 butir terdiri dari soal obyektif.
2. Tulislah nama, kelas, jurusan, dan nomor absen anda pada tempat yang telah
disediakan.
3. Cara menjawab soal dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu huruf a,
b, c, atau d yang dianggap benar pada lembar jawaban yang telah disediakan.
4. jika terjadi kesalahan dan Anda ingin melakukan pembetulan berilah tanda
= pada huruf pilihan Anda yang salah, kemudian silanglah pada huruf yang
benar.
5. Laporkan pada pengawas jika terdapat tulisan yang kurang jelas atau rusak.
6. Sebelum hasil pekerjaan diserahkan kepada pengawas teliti kembali pekerjaan
Anda tersebut.
7. Setelah pekerjaan selesai, kumpulkan lembar soal dan lembar jawaban anda
kepada pengawas

SELAMAT MENGERJAKAN
1. Suatu rangkaian listrik arus bolak-balik dengan beban hambatan 15 ohm diberi
tegangan sebesar 50 volt dan mempunyai frekuensi 50 Hz. Dalam bentuk
bilangan kompleks, impedansi rangkaian dapat dinyatakan dengan..
a.
R

= 21,2 + j15 ohm c.


R

= 15 + j0 ohm
b.
R

= 15 + j15 ohm d.
R

= 21,2 + j0 ohm

2. Pada soal no. 1, besarnya arus yang melewati hambatan dalam bentuk polar
adalah..
a.

= 3,330 A c.

= 3,3345 A
b.

= 3,33 90 A d.

= 3,33-90 A


3. Besarnya daya sesungguhnya yang diberikan pada soal no. 1 adalah.
a. P = 16,65 Watt c. P = 15,01 Watt
b. P = 166,5 Watt d. P = 150,1 Watt


4. Induktor murni memiliki induktansi 20 mH dipasang pada tegangan lisrik arus
bolak-balik 120V0 dengan frekuensinya 50 Hz . Dalam bentuk polar
impedansi rangkaian dapat dituliskan sebagai..
a.
L

= 6,2890 Ohm c.
L

= 6,280 Ohm
b.
L

= 6,28-90 Ohm d.
L

= 6,28 -80,95 Ohm




5. Besarnya arus yang melewati induktor dalam bentuk polar adalah..
a.

= 19,1-80.95 A c.

= 19,190 A
b.

= 19,1 0 A d.

= 19,1-90 A

6. Nilai impedansi dalam bentuk bilangan
kompleks impedansi rangkaian pada gambar
samping soal no.6 adalah..
a.
C

= 0-j159,24 Ohm c.
C

= 0+j0,0063 Ohm
b.
C

= 0+j159,24 Ohm d.
C

= 0-j0,0063 Ohm

7. Besarnya arus yang melewati kapasitor dalam bentuk polar adalah..
a.

= 0,1390 A c.

= 7,96-90 A
b.

= 0,13 -90 A d.

= 7,9690 A


8. Suatu rangkaian listrik mempunyai hambatan 10 ohm dan induktor 25 mH
yang dihubungkan secara seri. Jika arus sumber nilainya 2 + j2,2 A dan pada
frekuensi 50 Hz, maka nilai impedansi rangkaian dalam bentuk bilangan
kompleks adalah..
a. Z

= 7,85 + j10 ohm c. Z

= 10 + j 7,85 ohm
b. Z

= 7,85 + j10 ohm d. Z

= 10 + j 7,85 ohm

C = 20uF
20 0

9. Dalam bentuk bilangan polar impedansi rangkaian seri soal no. 8 adalah..
a. Z

= 12,7-38, 1 ohm c. Z

= 12,70 ohm
b. Z

= 12,7 38,1 ohm d. Z

= 12,790 ohm


10. Besarnya tegangan yang diberikan pada rangkaian soal no. 8 adalah..
a. V

= 37,98-38, 1 ohm c. V

= 37,9885,86 ohm
b. V

= 37,98-85,86 ohm d. V

= 37,9838,1 ohm


11. Besarnya daya nyata pada rangkaian soal nomor 8 adalah..
a. P = 8,1 watt c. P = 88,31 watt
b. P = 75,8 watt d. P = 7,5 watt


12. Besarnya faktor daya pada rangkaian soal nomor 8 adalah..
a. faktor daya = 0,072 c. faktor daya =18,44
b. faktor daya = 0,79 d. faktor daya = 0,67

13. Dalam bentuk bilangan kompleks besarnya admitansi rangkaian pada soal
nomor 8 adalah
a. Y

= 0,06 + j0,048 mho c. Y

= 0,048 + j0,06 mho


b. Y

= 0,06 - j0,048 mho d. Y

= 0,048 - j0,06 mho


14. Besarnya impedansi total rangkaian
listrik pada gambar soal no. 14
adalah..

a. Z

= 40 0 ohm c. Z

= 6 0 ohm
b. Z

= 10 -53,13 ohm d. Z

= 8 90 ohm

15. Arus rangkaian dalam bentuk bilangan polar pada rangkaian soal no. 14
adalah..
a.

= 0,25-53,13 A c.

= 453,13 A
b.

= 4-53,13 A d.

= 0,2553,13 A

16. Besarnya daya semu pada rangkaian soal nomor 14 adalah..
a. S = 12,77 KVAR c. S = 159,82 KVAR
b. S = 96 KVAR d.S= 127,78 KVAR

17. Besarnya faktor daya pada rangkaian so al nomor 14 adalah..
a. faktor daya = 60,0 c. faktor daya = 18,44
b. faktor daya =0,60 d. faktor daya = 0,18




XC=8ohm
R= 6ohm
40 0

18. Suatu rangkaian arus bolak-balik, terdiri dari hambatan (R) 10 ohm,
Reaktansi induktif (X
L
) 4 ohm, dan reaktansi kapasitif (X
C
) 0,1 ohm dipasang
secara seri diberi pasokan tegangan 405. Besarnya Impedansi total pada
rangkaian tersebut dalam bentuk bilangan kompleks adalah..
a. Z

= 10 - j 4,1 ohm c. Z

= 10 + j 4,1 ohm
b. Z

= 10 + j3,9ohm d. Z

= 10- j 3,9 ohm



19. Bentuk polar admitansi rangkaian listrik bolak-balik soal nomor 18 adalah..
a. Y

= 0,09-21,3 mho c. Y

= 0,09-16,3 mho
b. Y

= 0,0921,3 mho d. Y

= 0,0916,3 mho

20. Besarnya arus yang melalui rangkaian listrik arus bolak-balik pada soal no.18
dalam bentuk bilangan polar adalah..
a.

= 3,7226,3 A c.

= 3,7216,3 A
b.

= 3,72-26,3 A d.

= 3,72-16,3 A

21. Besarnya daya reaktif pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 18
adalah..
a. Q = -3, 67 VAR c. Q = 142,32 VAR
b. Q = 3, 67 VAR d. Q = 142,27 VAR



22. Besarnya daya semu pada rangkaian listrik bolak-balik soal nomor 18
adalah..
a. S = -3, 67 Watt c. S = 142,32 Watt
b. S = 3, 67 Watt d. S = 142,27 Watt

23. Besarnya faktor daya pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 18
adalah..
a. faktor daya = 0,28 c. faktor daya = 0,30
b. faktor daya = 0,96 d. faktor daya = 0,72


24. Besarnya impedansi yang melalui hambatan ( Z

R
)
dalam bentuk polar dari rangkaian listrik soal no.
24 adalah


a. Z

R
= 3,3390 ohm c. Z

R
= 3,33-90 ohm
b. Z

R
= 3,330 ohm d. Z

R
= 3,3345 ohm

25. Bentuk kompleks impedansi total rangkaian gambar soal nomor 24 adalah.
a. Z

T
= 1,46 + j1,37 ohm c. Z

T
= 1,46 j1,37ohm
b. Z

T
= 1,37 + j1,46ohm d. Z

T
= 1,37 j1,46ohm

AC R= 3,33ohm
20 53,3
XL=2,5 ohm

26. Besarnya konduktansi pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24
dalam bentuk polar adalah..
a. G

= 0,3-90 S c. G

= 0,4-90 S
b. G

= 0,30 S d. G

= 0,40 S

27. Besarnya susceptansi pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24
dalam bentuk polar adalah..
a. B

= 0,3-90 S c. B

= 0,4-90 S
b. B

= 0,30 S d. B

= 0,40 S

28. Besarnya Arus yang melalui induktor pada rangkaian listrik arus bolak-balik
soal nomor 36 dalam bentuk polar adalah..
a.

L
= 653,3 A c.

L
= 6-53,3A
b.

L
= 8-36,7 A d.

L
= 836,7 A

29. Besarnya arus total pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24
dalam bentuk polar adalah..
a.


T
= 10,210 A c.

T
= 1010,2 A
b.

T
= 10,2-10 A d.

T
= 10-10,2 A




30. Besarnya daya semu pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24
adalah..
a. S = 28,4 KVAR c. S = 121 KVAR
b. S = 43,5 K VAR d. S = 117,63 KVAR

31. Rangkaian listrik arus bolak-balik terdiri dari tahanan 2 ohm dan kapasitor
750 F dihubungkan seri kemudian diberi tegangan sumber dan mengalirkan
arus ke beban sebesar

= 2,4 + j3. Impedansi total rangkaian tersebut


adalah..
a. Z

= 0,5525,64 ohm c. Z

= 4,966,7 ohm
b. Z

= 0,55 -25, 64 ohm d. Z

= 4,96-6,7 ohm

32. Besarnya daya nyata pada rangkaian gambar soal nomor 48 adalah.

a. P = 6, 33 watt c. P = 50, 7 watt
b. P = 5,07 watt d. P = 63,3 watt


33. Gambar soal no. 51 disamping dalam
bentuk kompleks mempunyai impedansi
rangkaian yang nilainya..

a. Z

= 0,1 j0,9 ohm c. Z

= 0,1 + j0,0098 ohm


b. Z

= 0,1 + j0,009 ohm d. Z

= 0,1 + j0,0009 ohm



AC
R=10ohm
L=60mH
C=200uF
120 90


34. Dalam bentuk bilangan polar admitansi rangkaian gambar soal nomor 33
adalah..
a. Y

= 10 90,5 mho c. Y

= 10 -180,5 mho
b. Y

= 0,1 90,5 mho d. Y

= 10 180,5 mho


35. Diketahui rangkaian seperti gambar
disamping, dimana C = 150 F, L = 20 mH,
dan R = 10 ohm. Dalam bentuk kompleks
admitansi rangkaian gambar soal nom or 62 adalah.
a. Y

= 0,12 + j0,02 mho c. Y

= 0,02 + j0,2 mho


b. Y

= 0,09 - j0,15 mho d. Y

= 0,02 - j0,12 mho



AC
L=20mH
R=10ohm
C = 150 uF
LEMBAR KUNCI JAWABAN
PENGUASAAN MATERI BILANGAN KOMPLEKS



1. A
2. B
3. B
4. D
5. D
6. D
7. A
8. B
9. A
10. C
11. A
12. A
13. B
14. D
15. A
16. C
17. C
18. C
19. A
20. B
21. D
22. A
23. C
24. C
25. D
26. A
27. D
28. C
29. D
30. B
31. A
32. A
33. D
34. A
35. C
36. C
37. B
38. A
39. C
40. B

LEMBAR KUNCI JAWABAN
KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL
RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK



1. C
2. B
3. A
4. B
5. A
6. D
7. A
8. D
9. D
10. B
11. C
12. C
13. D
14. B
15. A
16. B
17. C
18. A
19. B
20. C
21. D
22. B
23. C
24. B
25. B
26. C
27. A
28. D
29. B
30. A
31. D
32. D
33. A
34. C
35. B


Nilai maksimal =
Nilai minimal =
Rentang =
Banyak kelas =
Interval =
-
-
-
-
-
-
Penentuan Mean
Penentuan median
b =
p =
N =
F =
f =
1/2 n F
25
Penentuan Modus
b =
p =
b
1
=
b
2
=
Menghitung besarnya standar deviasi
49,519 =
121321,5696
2450
=
= 82,83
S
2
=
N fiX
i
2
- (fiXi)
2
N(N-1)
10
77,455
5,38
10
0
10
= 77,455 + 5,38
15
25
= 77,455
= 77,455 + 5,38
+ p
f
Modus = b + p
b
1
+ b
2
b
1
Median
Mean
=
50
25
15
77,455
5,38
b
82,09
Daftar Distribusi Frekuensi Bergolong Nilai Penguasaan Materi
Bilangan Kompleks
93,55
61,29
32,26
Xi Rentang kelas
6
4104,54
50
=
82,85 88,23
88,24 93,62 10
72,07 77,45
77,46 82,84
36504,37 339370,77 Jumlah
=
fiXi
fi
=
50 4104,54
5,38
72,06
6424,07
7317,15
4812,24
5589,11
15
15
127,96
208,11
96361,11
109757,20
82683,24
Xi
2
4093,48
fiXi
2
8186,96
14436,72
27945,53
1202,25
1283,10
909,30 8268,32
fiXi
2
3
5
fi
373,80 74,76
80,15
85,54
90,93
63,98
69,37
61,29 66,67
66,68
2
3
5
15
15
10
63.98
80.15
85.54
90.93
69.37
74.76
0
2
4
6
8
10
12
14
16
63.98 69.37 74.76 80.15 85.54 90.93
Nilai
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika
2
<
2

tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = Panjang Kelas =
Nilai minimal = Rata-rata ( x ) =
Rentang = s =
Banyak kelas = n =
-
-

-
-
-

Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh tabel =


Karena berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
UJI NORMALITAS VARIABEL X
93,55 5,38
61,29 82,09
32,26 7,04
6 50
Kelas Interval
Batas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk Z
Ei Oi
(Oi-Ei)
Ei
61,29 66,67 61,285 -2,96 0,4985 0,0127 0,6362 2 2,9236
66,68 72,06 66,675 -2,19 0,4857 0,0635 3,1771 3 0,0099
72,07 77,45 72,065 -1,42 0,4222 0,1768 8,8411 5 1,6688
77,46 82,84 77,455 -0,66 0,2454 0,2892 14,4584 15 0,0203
82,85 88,23 82,845 0,11 0,0438 0,2641 13,2027 15 0,2447
88,24 93,62 88,235 0,87 0,3078 0,1416 7,0824 10 1,2019
93,625 1,64 0,4495
= 6,0692
7,81
6,0692 7,81
Daerah
penerimaan Ho
Daerah penolakan
Ho
( )

k
1 i
2
i 2
O

i
i
E
E

Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:


=
Harga satuan B
= (Log S
2
) (n
i
- 1) = x =
= (Ln 10) { B - (n
i
-1) log S
i
2
}
= =
Untuk = 5% dengan dk = k - 1 = 9 - 1 = 8 diperoleh
2

tabel
=
Karena
2

hitung
<
2

tabel
maka data tersebut homogen
UJI HOMOGENITAS VARIANS KELOMPOK Y UNTUK PENGULANGAN
KELOMPOK X
No Kode X Y n
i
dk = n
i
-1 si
2
log si
2
(ni-1)si
2
(ni-1) logsi
2
1 R-44 61,29 37,04 2 1 61,728 1,790 61,728
1 61,728
1,790
2
1,790
4 51,85
3 2
0,000 0,000
1,790 61,728
2,638 1739,369

5 R-31 70,97 51,85 1 0 0,000

0,000
6 R-25 77,42 88,89 5 4 434,842

10,553
7 R-40 77,42 40,74


8 R-30 77,42 40,74


9 R-35 77,42 51,85
2,428 3753,086

10 R-29 77,42 40,74


11 R-37 80,65 59,26 15 14 268,078

33,996
12 R-26 80,65 48,15


13 R-28 80,65 44,44


14 R-02 80,65 88,89


15 R-12 80,65 85,19
87,10 74,07

R-16 80,65 85,19

34 R-19 87,10 74,07
35 R-47 87,10 66,67
36 R-07 87,10 66,67
37 R-04 87,10 74,07
38 R-08 87,10 88,89
39 R-10 87,10 88,89
40 R-33 87,10 62,96
41 R-13 90,32 77,78 5 4 23,320 1,368 93,278 5,471
42 R-21 90,32 74,07
43 R-23 90,32 74,07
44 R-22 90,32 74,07
45 R-06 90,32 85,19
46 R-24 93,55 81,48 5 4 37,037 1,569 148,148 6,275
49 R-05 93,55 85,19
50 R-09 93,55 96,30
50 41 1142,944 15,744 7389,880 86,445
S
2
=
(ni-1) Si
2
=
7389,880
= 180,241
(ni-1) 41
Log S
2
2,256
B 2,256 92,490

2
2,303 92,490 86,445 13,919
15,51
R-17 80,65 85,19
41

R-38 80,65 59,26
R-41 80,65 51,85
R-45 80,65 48,15
R-46 80,65 55,56
R-36 80,65 51,85
R-34 80,65 59,26


80,65 59,26

R-42 80,65 40,74

26 R-15 83,87 62,96 6 5 172,382 2,236 861,911 11,182
27 R-32 83,87 62,96
28 R-01 83,87 92,59
29 R-48 83,87 59,26
30 R-43 83,87 59,26
31 R-50 83,87 59,26
32 R-20 87,10 74,07 9 8 83,829 1,923 670,629 15,387
16
17
18
19
20
21
22
23
24
47
48
R-14
R-03
25 R-39
33 R-18
93,55 81,48
93,55 85,19
R-11 67,74
48,15
R-27 67,74 40,74
R-49 61,29
48
49
50
44
45
46
47
40
41
42
43
ANALISIS REGRESI
No Kode X Y X
2
Y
2
XY JKE
61,73 1 R-44 61,29 37,04
2
3756,5036 1371,7421 2270,0119
3756,5036 2318,2442 2951,0155
1659,8080 2759,8566 61,73 3
4 67,74 51,85
4588,9698
4588,9698 2688,6145 3512,5448
5 R-31 70,97 51,85 5036,4204 2688,6145 3679,8088 0,00
6 R-25 77,42 88,89 5993,7565 7901,2346 6881,7204 1739,37
7 R-40 77,42 40,74 5993,7565 1659,8080 3154,1219
8 R-30 77,42 40,74 5993,7565 1659,8080 3154,1219
9 R-35 77,42 51,85 5993,7565 2688,6145 4014,3369
10 R-29 77,42 40,74 5993,7565 1659,8080 3154,1219
11 R-37 80,65 59,26 6503,6420 3511,6598 4778,9725 3753,09
12 R-26 80,65 48,15 6503,6420 2318,2442 3882,9152
13 R-28 80,65 44,44 6503,6420 1975,3086 3584,2294
14 R-02 80,65 88,89 6503,6420 7901,2346 7168,4588
15 R-12 80,65 85,19 6503,6420 7256,5158 6869,7730
16 R-16 80,65 85,19 6503,6420 7256,5158 6869,7730
17 R-17 80,65 85,19 6503,6420 7256,5158 6869,7730
18 R-38 80,65 59,26 6503,6420 3511,6598 4778,9725
19 R-41 80,65 51,85 6503,6420 2688,6145 4181,6010
20 R-45 80,65 48,15 6503,6420 2318,2442 3882,9152
21 R-46 80,65 55,56 6503,6420 3086,4198 4480,2867
22 R-36 80,65 51,85 6503,6420 2688,6145 4181,6010
23 R-34 80,65 59,26 6503,6420 3511,6598 4778,9725
24 R-42 80,65 40,74 6503,6420 1659,8080 3285,5436
25 R-39 80,65 59,26 6503,6420 3511,6598 4778,9725
26 R-15 83,87 62,96 7034,3392 3964,3347 5280,7646 861,91
27 R-32 83,87 62,96 7034,3392 3964,3347 5280,7646
28 R-01 83,87 92,59 7034,3392 8573,3882 7765,8303
29 R-48 83,87 59,26 7034,3392 3511,6598 4970,1314
30 R-43 83,87 59,26 7034,3392 3511,6598 4970,1314
31 R-50 83,87 59,26 7034,3392 3511,6598 4970,1314
4132,3 3296,3 344276,7950 231220,8505 276511,3501 7389,88
32
33
34
35
36
37
38
39
R-20 87,10 74,07 7585,8481 5486,9684 6451,6129 670,63
R-18 87,10 74,07 7585,8481 5486,9684 6451,6129
R-19 87,10 74,07 7585,8481 5486,9684 6451,6129
R-47 87,10 66,67 7585,8481 4444,4444 5806,4516
R-07 87,10 66,67 7585,8481 4444,4444 5806,4516
R-04 87,10 74,07 7585,8481 5486,9684 6451,6129
R-08 87,10 88,89 7585,8481 7901,2346 7741,9355
R-10 87,10 88,89 7585,8481 7901,2346 7741,9355
R-33 87,10 62,96 7585,8481 3964,3347 5483,8710
R-13 90,32 77,78 8158,1686 6049,3827 7025,0896 93,28
R-21 90,32 74,07 8158,1686 5486,9684 6690,5615
R-23 90,32 74,07 8158,1686 5486,9684 6690,5615
R-22 90,32 74,07 8158,1686 5486,9684 6690,5615
R-06 90,32 85,19 8158,1686 7256,5158 7694,1458
R-24 93,55 81,48 8751,3007 6639,2318 7622,4612 148,15
R-14 93,55 81,48 8751,3007 6639,2318 7622,4612
R-03 93,55 85,19 8751,3007 7256,5158 7968,9367
R-05 93,55 85,19 8751,3007 7256,5158 7968,9367
R-09 93,55 96,30 8751,3007 9272,9767 9008,3632
R-49 61,29 48,15
R-27 67,74 40,74
R-11
Berdasarkan tabel persiapan diperoleh:
= =
= =
= =
Persamaan Regresi
Persamaan regresi yang diprediksi dalam bentuk:
Untuk memperoleh koefisien a dan koefisien b digunakan rumus:
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh:
=
50
=
Sehingga persamaan regresinya adalah:
Secara grafik persamaan tersebut dapat dilihat pada diagram pencar berikut ini.
Uji Keberartian Persamaan Regresi
Jumlah Kuadrat
= =
2
N 50 X
2
344276,7950
X 4132,26 Y
2
231220,8505
Y 3296,30 XY 276511,3501
a =
3296,30 344276,7950 4132,26 276511,35
50 344276,7950 4132,26
-56,246
b =
276511,3501 4132,26 3296,30
50 344276,7950 4132,26
1,478
Y = -56,246 + 1,478 X
JK (T) Y
2
231220,8505
JK (a) =
(Y)
2
=
3296,30
= 217311,385
N 50
bX a Y
^
+
( )
2 2
2
X X N
XY X X Y
a

( )
2 2
X X N
Y X - XY N
b

2
2
Diagram Pencar dan garis persamaan regresi
y = 1,478x - 56,246
R
2
= 0,435
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
= JK (T) - JK(a) - JK (b|a)
= =
(Y
i
)
2
=
= JK (S) - JK(E)
= =
Derajat Kebebasan (dk)
dk (a) = 1
dk (b|a) = 1
dk (S) = n - 2 = 2 =
dk (TC) = k - 2 = 2 =
dk (E) = n - k = 9 =
Rerata Kuadrat (RK)
++
15
96,30
5
+
+
2
51,85
+
37,04 48,15
1659,8080 2688,6145 -
40,74
2
0,377 2,243 Linier
Galat (E) 41 7389,880 180,2410
163,868
Tuna Cocok (TC) 7 475,784 67,9691
36,882 4,043 Signifikan Reresi (b|a) 1 6043,801 6043,801
Residu (S) 48 7865,664
Regresi (a) 1 217311,385 217311,385
F F tabel Kriteria
Total 50 231220,850
Sumber Variasi dk JK RK
7389,880
= 180,241
dk(E) 41
RK (E) =
JK (E)
=
475,784
= 67,969
dk(TC) 7
RK (TC) =
JK (TC)
=
7865,664
= 163,868
dk(S) 48
RK (S) =
JK (S)
=
6043,801
= 6043,801
dk(b|a) 1
RK (b|a) =
JK (b|a)
=
217311,385
= 217311,385
dk(a) 1
RK (a) =
JK (a)
=
9 7
50 41
7389,880 475,784
50 48
JK(E) 7389,880
JK(TC)
7865,664
6639,2318 9272,9767 -
81,48
5
1
7901,2346 1659,8080
2688,6145 -
51,85
-
88,89 40,74
3511,6598 3511,6598 -
59,26 59,26
+
=
7865,664
JK(E) =

Y
i
2
n
i
1371,7421 2318,2442 -
JK(S)
231220,8505 217311,385 6043,801
4132,26 3296,30
= 6043,801
50
(X)(Y)
N
= 1,478 276511,3501
JK (b|a) = b XY
++
++
2
2
++
++
2
+
+
2
+
+
2
++
++
2
Koefisien korelasi dan Determinasi
Koefisien korelasi (rxy) dinyatakan dengan rumus:
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh:
50
50
2
50
2
=
Koefisien determinasi
50
50
2
=
Uji Keberartian Koefisien Korelasi
Untuk menguji keberartian koefisien korelasi digunakan uji t dengan rumus:
-t
(1-)(n- 2)
t
(1-)(n- 2)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh:
50 2
1 -
Pada = 5% dan dk = (50-2) = 48 diperoleh t
(0,975)(48)
=
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, berarti bahwa koefisien korelasi ini signifikan.
r
xy
=
276511,3501 4132,26 3296,30
344276,7950 4132,26 231220,8505 3296,3
0,66
r
2
=
1,478 276511,35 4132,3 3296,3
231220,85 3296,3
0,435
Apabila t berada pada daerah penerimaan Ho, yaitu -t
(1-1/2)(n-2)
< t < t
(1-1/2)(n-2)
, berarti bahwa
koefisien korelasi tidak signifikan.
t =
0,66
= 6,073
0,435
2,01
-2,01 2,01 6,073
( )( )
( ) { } ( ) { }
2 2 2 2
xy
Y Y N X X N
Y X - XY N
r

xy
2
xy
r 1
2 n r
t

Daerah
penerimaan
Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penerimaan
Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
{ }
( )
2 2
2
Y Y N
Y X - XY N b
r

Skor Nilai Skor Nilai


1 R-01 26 83,87 25 92,59
2 R-02 25 80,65 24 88,89
3 R-03 29 93,55 23 85,19
4 R-04 27 87,10 20 74,07
5 R-05 29 93,55 23 85,19
6 R-06 28 90,32 23 85,19
7 R-07 27 87,10 18 66,67
8 R-08 27 87,10 24 88,89
9 R-09 29 93,55 26 96,30
10 R-10 27 87,10 24 88,89
11 R-11 21 67,74 14 51,85
12 R-12 25 80,65 23 85,19
13 R-13 28 90,32 21 77,78
14 R-14 29 93,55 22 81,48
15 R-15 26 83,87 17 62,96
16 R-16 25 80,65 23 85,19
17 R-17 25 80,65 23 85,19
18 R-18 27 87,10 20 74,07
19 R-19 27 87,10 20 74,07
20 R-20 27 87,10 20 74,07
21 R-21 28 90,32 20 74,07
22 R-22 28 90,32 20 74,07
23 R-23 28 90,32 20 74,07
24 R-24 29 93,55 22 81,48
25 R-25 24 77,42 24 88,89
26 R-26 25 80,65 13 48,15
27 R-27 21 67,74 11 40,74
28 R-28 25 80,65 12 44,44
29 R-29 24 77,42 11 40,74
30 R-30 24 77,42 11 40,74
31 R-31 22 70,97 14 51,85
32 R-32 26 83,87 17 62,96
33 R-33 27 87,10 17 62,96
34 R-34 25 80,65 16 59,26
35 R-35 24 77,42 14 51,85
36 R-36 25 80,65 14 51,85
37 R-37 25 80,65 16 59,26
38 R-38 25 80,65 16 59,26
39 R-39 25 80,65 16 59,26
40 R-40 24 77,42 11 40,74
41 R-41 25 80,65 14 51,85
42 R-42 25 80,65 11 40,74
43 R-43 26 83,87 16 59,26
44 R-44 19 61,29 10 37,04
45 R-45 25 80,65 13 48,15
46 R-46 25 80,65 15 55,56
47 R-47 27 87,10 18 66,67
48 R-48 26 83,87 16 59,26
49 R-49 19 61,29 13 48,15
50 R-50 26 83,87 16 59,26
Kemampuan
menyelesaikan soal-soal
rangkaian listrik arus
bolak-balik
DATA HASIL PENELITIAN
No Kode
Penguasaan materi
bilangan kompleks

Anda mungkin juga menyukai