Bilangan Kompleks
Bilangan Kompleks
Gambar 4. Grafik bilangan kompleks bentuk polar
Jika OA = r, maka letak (kedudukan) titik A dapat ditentukan terhadap r
dan .
Cos =
r
a
a = r Cos
Sin
=
r
b
b = r Sin
a + jb = r (Cos + j Sin ) = r
Keterangan:
a + jb adalah bilangan kompleks bentuk rektangular
r
, maka akan
diperoleh:
+ + + + +
! 4
) (
! 3
) (
! 2
) (
1
4 3 2
j j j
j e
j
= + + + + +
! 4 ! 3 ! 2
1
4 4 3 3 2 2
j j j
j ..
= + + +
! 4 ! 3 ! 2
1
4 3 3 2
j
j .
= +
! 4 ! 2
1 (
4 2
..) + +
! 5 ! 3
(
5 3
j )
= Cos + j Sin
a + jb = r (Cos + j Sin ) = r
Maka r (Cos + j Sin ) dapat dituliskan sebagai r
j
. Bentuk ini
dikenal sebagai bilangan kompleks bentuk eksponensial.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bilangan kompleks
dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu:
a. z = a + jb.Bentuk rektangular
b.
z
= r (Cos + j Sin ).Bentuk polar
c.
z
= r . e
j
.Bentuk eksponensial
Bentuk eksponensial diperoleh dari bentuk polar.Harga r dalam kedua
bentuk itu sama dan sudut dalam kedua bentuk itu juga sama, tetapi untuk bentuk
eksponensial harus dinyatakan dalam radian.
3. Operasi Hitung Bilangan Kompleks
a. Bentuk Rektanguler
1) Penjumlahan :
(a
1
+ jb
1
) + (a
2
+ jb
2
) = (a
1
+ a
2
) + j (b
1
+ b
2
)
2) Pengurangan:
(a
1
+ jb
1
) - (a
2
+ jb
2
) = (a
1
- a
2
) + j (b
1
- b
2
)
3) Perkalian:
(a
1
+ jb
1
) (a
2
+ jb
2
) = a
1
a
2
+ ja
1
b
2
+ ja
2
b
1
+ j
2
b
1
b
2
(a
1
+ jb
1
) (a
2
+ jb
2
) = a
1
a
2
+ ja
1
b
2
+ ja
2
b
1
- b
1
b
2
4) Pembagian:
2 2
2 2
2 2
1 1
2 2
1 1
jb a
jb a
jb a
jb a
jb a
jb a
+
+
+
+
=
2
2
2
2 2 2 2
2
2
2 1
2
1 2 2 1 2 1
b j b ja b ja a
b b j b ja b ja a a
+
+
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
2 2
1 1
) (
b a
b b b a b a j a a
jb a
jb a
+
+
+
+
b. Bentuk Polar
1) Penjumlahan: A
1
+ B
2
= (A+B)
1
= (A+B)
2
2) Pengurangan: A
1
- B
2
= (A-B)
1
= (A-B)
2
3) Perkalian : A
1
x B
2
= (Ax B) (
1
+
2
)
4) Pembagian : A
1
: B
2
= (A:B) (
1
-
2
)
Untuk operasi penjumlahan dan pengurangan rumus bentuk polar di atas
berlaku hanya jika nilai sudut A dan sudut B besarnya sama (artinya
1
=
2
).
Jika sudutnya tidak sama maka operasi penjumlahan dan pengurangan dilakukan
dengan mengubah bentuk polar ke bentuk rektangular. Setelah selesai
dikembalikan lagi ke dalam bentuk polar.
Contoh soal:
Selesaikanlah operasi bilangan kompleks berikut ini:
1) 2 + j6 + 4 j3 =
2) (2 + j3) (4 j2) =
3) 4 30 + 5 30 =
4) (3 30) (5 30) =
5) 2 30 + 4 60 =
6) 10 45 - 10 30 =
Penyelesaian:
1) 2 + j6 + 4 j3 = 6 + j3
2) (2 + j3) (4 j2) = 8 j4 + j12 j26 = 14 + j8
3) 4 30 + 5 30 = (4 + 5) 30 = 9 30
4) (3 30) (5 30) = 3 x 3 (40 + 60) = 9 100
5) 2 30 + 4 60 =
Di sini sudutnya tidak sama, sehingga penjumlahan dilakukan dalam bentuk
rektangular, kemudian diubah kembali ke dalam bentuk polar.
2 30 = 2 (Cos 30 + j Sin 30) = 2 (0,866 + j0,5) = 1,732 + j
4 60 = 4 (Cos 60 + j Sin 60) = 4 (0,5 + j0,5) = 2 + j3,464
+
2 30 + 4 60 = 3,732 + j3,464
=
732 , 3
464 , 3
) 464 , 3 ( ) 732 , 3 (
1 2 2
+ tg
= 196 , 1 84 , 33
1
tg
Maka 2 30 + 4 60 = 5,81 50,1
6) 10 45 - 10 30 =
Sudut pada pengurangan di atas tidak sama, sehinga pengurangan dilakukan
dalam bentuk rektangular kemudian diubah kembali dalam bentuk polar.
10 45 = 10 (Cos 45 + j Sin 45) = 7,07 + j 7,07
10 30 = 10 (Cos 30 + j Sin 30) = 8,66 + j 5
10 45 - 10 30 = -1,59 + j2,07
10 45 - 10 30 = -1,59 + j2,07
=
59 , 1
07 , 2
) 07 , 2 ( ) 59 , 1 (
1 2 2
+ tg
=
3 , 1 285 , 4 258 , 2
1
+ tg
Maka 10 45 - 10 30 = 2,610 52,43
4. Phasor
Phasor adalah vektor yang berputar (Karmon, 1994: 121). Phasor
mempunyai besar (panjang) yang ditunjukkan dengan panjang ruas garis dan arah
yang ditunjukkan oleh besar sudut yang dibentuk terhadap garis acuannya.
Gambar berikut melukiskan grafik sinusoida dari salah satu besaran listrik arus
bolak-balik.
Gambar 5. Grafik sinusoida
Perputaran vektor akan menghasilkan perubahan besar sudut. Kedudukan
dari vektor pada permukaan bidang datar dapat dinyatakan dengan besar
(panjang) vektor dengan sudut yang dibentuknya. Secara umum vektor yang
berputar atau phasor dinyatakan dengan notasi:
r
Keterangan:
r = besar (panjang phasor)
= sudut yang ditempuh merupakan fungsi dari t atau = t
(Karmon, 1994: 122)
Dapat dikatakan bahwa phasor boleh berbentuk polar maupun bentuk
gelombang perputaran vektor, yaitu bentuk gelombang sinusoida (Karmon, 1994:
122). Semua operasi phasor penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun
pembagian dapat dilakukan dalam bentuk polar tanpa memperhitungkan sudut
perputaran yang konstan (kecepatan sudut yang tetap).
5. Konversi Bilangan Kompleks
a. Dari Bentuk Rektangular ke Polar
Pedoman untuk merubah bilangan kompleks dari bentuk rektangular ke
bentuk polar (dari a + jb ke r )adalah sebagai berikut:
2 2
b a r + dan
= arc. tg
a
b
atau = tg
-1
a
b
(Karmon, 1994: 122)
Contoh:
Ubahlah bilangan kompleks bentuk rektangular 3 + j4 ke bentuk polar.
Penyelesaian:
3 + j4
2 2
4 3 + r
= 16 9 +
= 5
= tg
-1
3
4
= tg
-1
1,333
= 53,13
Sehingga 3 + j4 = 5 53,13
a. Dari Bentuk Polar ke Rektangular
Pedoman untuk mengubah bilangan kompleks dari bentuk polar ke bentuk
rektangular (r ke a + jb) adalah sebagai berikut:
a = r Cos
b = r Sin
Contoh:
Ubahlah bilangan kompleks bentuk 5 36,87 ke bentuk rektangular.
Penyelesaian:
a = 5 Cos 36,87 = 5 x 0,8 = 4
b = 5 Sin 36,87 = 5 x 0,6 = 3
Sehingga: 5 36,87 = 4 + j3
Bentuk bilangan kompleks a + jb apabila kita rubah ke dalam bentuk
polar, maka harus diperhatikan letak kuadran a + jb tersebut. untuk:
1. a + jb maka sudut tetap
2. a + jb maka sudut ditambah 180 (berada pada kuadran II).
3. a jb maka sudut dikurangi 180 (berada pada kuadran III).
4. a jb maka sudut ditambah 360 (berada pada kuadran IV).
Contoh soal:
Ubahlah bilangan kompleks bentuk rektangular berikut ke bentuk polar.
a) 3 + j4
b) 3 + j4
c) 3 j4
d) 3 j4
Penyelesaian:
a) 3 + j4 =
3
4
4 3
1 2 2
+ tg
= 5 53, 13
b) -3 + j4 =
3
4
4 ) 3 (
1 2 2
+
tg
= 5 -53, 13 (kuadran II ditamb ah 180)
c) -3 - j4 =
3
4
) 4 ( ) 3 (
1 2 2
+
tg
= 5 - 126, 87 (di kuadran III dikurangi 180 )
d) 3 - j4 =
3
4
4 3
1 2 2
+
tg
= 5 -53, 13(di kuadran IV ditambah 360 )
= 5 306, 87
Pada umumnya arus dan tegangan bolak -balik adalah merupakan fasor
karena timbulnya arus dan tegangan sebenarnya adalah akibat perputaran vektor.
Di dalam operasi perhitungan -perhitungan fasor umumnya fasor ini diubah
dahulu ke dalam bentuk polar, sehingga digunakan semua sifat -sifat yang berlaku
pada operasi polar. Hasil akhir tentunya bentuk polar tersebut dikembalikan lagi
ke bentuk semula (fasor). Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:
Contoh soal:
Dua buah phasor
1
I = 2 Sin (t+60).
Tentukanlah:
a) Penjumlahan phasor
1
I +
2
I
b) diagram vektornya
c) gambar phasornya
Penyelesaian:
1
I = 2 Sin (t + 30)
2
I
= 2 Sin (t + 60)
Kedua persamaan di atas berbentuk phasor, karena wt dianggap perputaraanya
konstan, maka yang diperhatikan hanya beda phasa atau sudut phasor tersebut.
1
I
= 2 Sin (t + 30) dapat dituliskan dalam bentuk polar yaitu
1
I = 2 30
sehingga:
1
I = 2 Sin (t + 60) = 2 60
= 2 (Cos 60 + j Sin 60) = 1 + j 1,732
Jadi:
a)
1
I +
2
I = 1,732 + j + 1 + j 1,732
= 2, 732 + j 2,732
=
732 , 2
732 , 2
732 , 2 732 , 2
1 2 2
+ tg
= 1 83 , 14
1
tg
= 3,85145 (hasil ini dikembalikan ke phasor) maka didapatkan
1
I +
2
I = 2 Sin (t + 30) = 2 30
2
I = 2 Sin (t + 60) = 2 60
1
I +
2
45
60
0
0
0
0
0
I
t
c) Gambar phasor
E. Rangkaian Arus Listrik Arus Bolak-Balik
1. Pengertian rangkaian listrik arus bolak -balik
Rangkaian listrik arus bolak-balik adalah arus yang besar dan arahnya
senantiasa berubah secara periodik (PT. PLN, 2001: 11). Apabila arus atau
tegangan bolak-balik dilukiskan sebagai fungsi waktu, maka akan didapatkan
bentuk gelombang arus atau tegangan seperti gambar 6.
Gambar 6. Gelombang sinusoida
Waktu yang diperlukan oleh arus atau tegangan untuk membentuk satu
bagian positif dan satu bagian negatif dari siklusnya disebut periode ( cycle).
Dengan kata lain periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan satu
gelombang penuh. Sedangkan jumla h gelombang per detik ( cycle per second)
disebut frekuensi. Oleh karena T adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu
gelombang penuh maka:
T
f
1
Keterangan:
f = frekuensi, satuannya Hertz (Hz)
T = waktu periode, satuannya d etik
Penggambaran gelombang sebagai fungsi akan diperoleh:
f
T
2
2
Keterangan:
= kecepatan sudut perputaran dalam satuan radial perdetik
f = frekuensi, satuannya Hertz (Hz)
T = waktu periode, satuannya detik
Nilai sesaat dari arus dan tegangan bolak-balik adalah nilai arus/ tegangan
yang ditunjukkan oleh garis grafik/ gelombang pada waktu sesaat (PT. PLN,
2001: 11).
Gambar 7. Garis grafik/ gelombang pada waktu sesaat
Sebuah vektor yang berputar dapat dilihat pada gambar 7. Sudut fase dari
suatu gelombang ialah besarnya sudut yang dihitung mulai dari titik nol
gelombang tersebut ke titik dimana titik acuan waktu (t = 0) mulai dilakukan.
Pada gambar 6, yang merupakan sudut fase ialah mulai dari A sampai ke O. Pada
saat t= 0, i berada di . Maka besarnya nilai sesaat dari arus:
Sin =
Im
i
i = I
m
Sin = I
m
Sin t
Keterangan:
I
m
= arus maksimum, satuannya Ampere
I = arus listrik, satuannya Ampere
(PT. PLN, 2001: 12).
Suatu arus bolak-balik mempunyai nilai rata-rata dan nilai efektif. Nilai
rata-rata dari arus bolak-balik, I
rata
= 0,636 I
m
. Demikian juga untuk tegangan
bolak-balik, V
rata
= 0,636 V
m
. Sedangkan nilai efektif dari arus bolak-balik, I
efektif
= 0,707 I
m
. Demikian juga nilai efektif untuk tegangan bolak-balik, V
efektif
=
0,707V
m
.
Perbandingan antara tegangan listrik bolak-balik dengan arus listrik yang
melaluinya disebut impedansi. Adapun rumus impedansi adalah sebagai berikut:
I
V
Z
Keterangan:
Z
= R + j 0 atau Z
= R 0
b.
L
Z
= 0 + j X
L
atau Z
= X
L
90
c.
C
Z
= 0 - j X
C
atau Z
= X
C
-90
d.
R L
Z
= R + j X
L
atau
Z
=
2 2
L
X R + arc tg
R
X
L
e
R C
Z
= R - j XC atau
Z
=
2 2
C
X R + arc tg
R
X
C
f.
R L
C
Z
= R + j (X
L
X
C
) atau
Z
=
2 2
) (
C L
X X R + arctg
R
X X
C L
Kebalikan dari impedansi adalah admitansi, dengan rumus sebagai berikut:
V
I
Z
Y
Keterangan:
Y
= G t jB
Keterangan:
Y
= V0 atau V
(riil)
I V I sefase dengan V
b.
dikalikan dengan j, maka:
90 V
L l
X
V
j
X j
jV
I
2
= - j
L
X
V
| I | =
L
X
V
I tertinggal sebesar 90 terhadap V.
c.
V
dikalikan dengan j, maka:
C
X
V
j I
C C
X
V
j
X j
jV
I
Jadi I mendahului V sebesar 90
90 V
(PT. PLN, 2001: 33).
R
V
L
V
I
L
jX
V
Z
V
I
C
jX
V
Z
V
I
V
Vx
V R
Gambar 9.a Vektor diagram tegangan
I . V
I . V x
I . V R
Gambar 9.b. Segi tiga daya
Sisi segi tiga daya V
R.
I
X.
I
R.
I
= V
.
I
Cos
Q = V
X.
I
= V
.
I
Sin
S = V
.
I
=
2 2
Q P +
2. Materi pokok bahasan rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa tingkat I
jurusan Listrik menurut kurikulum 1999 adalah sebagai berikut:
a. Rangkaian listrik arus bolak-balik dengan resistor, induktor dan kapasitor
murni
1) Menghitung besarnya impedansi pada rangkaian resistor dengan
menggunakan operasi bilangan kompleks yang hasilnya ditulis dalam bentuk
kompleks dan bentuk polar.
2) Menghitung besar arus yang melewati resistor.
3) Menghitung besarnya impedansi induktansi dengan menggunakan operasi
bilangan kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan
bentuk polar.
4) Menghitung besarnya arus yang melewati induktansi dengan menggunakan
operasi bilangan kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks
dan bentuk polar.
5) Menghitung impedansi kapasitor dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar.
6) Menghitung besarnya arus yang melewati kapasitor dengan menggunakan
operasi bilangan kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks
dan bentuk polar.
b. Rangkaian seri arus bolak-balik
1) Menghitung besarnya impedansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bentuk
polar pada rangkaian seri Resistor -Induktor (RL), Resistor -Kapasitor (RC),
dan Resistor -Induktor -Kapasitor (RLC).
2) Menghitung besarnya tegangan total dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bent uk
polar pada rangkaian seri RL, RC, dan RLC.
3) Menghitung besarnya daya dengan menggunakan operasi bilangan kompleks
yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bentuk polar pada
rangkaian seri RL, RC, dan RLC.
4) Menghitung besarnya admitansi den gan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bentuk
polar.
5) Menghitung besarnya faktor daya dan sudut fase pada rangkaian seri RL, RC,
dan RLC.
c. Rangkaian paralel arus bolak-balik
1) Menghitung besarnya impe dansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar
pada rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.
2) Menghitung besarnya arus dengan menggunakan operasi bilangan kompleks
yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar pada
rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.
3) Menghitung besarnya daya dengan menggunakan operasi bilangan kompleks
yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar pada
rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.
4) Menghitung faktor daya pada rangkaian paralel RL, RC, dan RLC.
5) Menghitung besarnya admitansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar
pada rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.
d. Rangkaian campuran arus bolak-balik
1) Menghitung besarnya impedansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks dan hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks pada rangakaian
campuran RLC.
2) Menghitung besarnya admitansi dengan menggunakan operasi bilangan
kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks.
3. Kemampuan penyelesaian rangkaian listrik aris bolak-balik
Kemampuan adalah seluruh atau sebagian tenaga dan daya yang
dikerahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kemampuan penyelesaian soal-soal
pada rangkaian listrik arus bolak-balik berupa perhitungan. Perhitungan-
perhitungan itu diantaranya adalah perhitungan besar arus, tegangan, daya,
reaktansi induktif, reaktansi kapasitif, impedansi, admitansi, faktor daya, sudut
fase dan lain-lain.
Contoh penyelesaian persoalan pada rangkaian listrik arus bolak-balik
Sebuah rangkaian listrik seri terdiri dari resistansi 20 Ohm dan induktansi
20mH dihubungkan dengan tegangan listrik bolak-balik 230 V, 50 Hz. Hitunglah
impedansi rangkaian dalam bentuk kompleks!
Penyelesaian
Diketahui: R = 20 ohm
L = 20 mH
V = 230 V
F = 50 Hz
Ditanya: besarnya impedansi dalam bentuk kompleks pada rangkaian.
Dijawab: Z
= R + jL
Z
= 20 + j 2 . 3,14.50.20.10
3
Z
= 20 + j 6,28 ohm
F. Kerangka Berpikir
Rangkaian listrik arus bolak-balik mengandung frekuensi sehingga
diperlukan aljabar vektor atau dalam listrik arus bolak-balik dikenal dengan fasor,
dimana pada konsep fasor tersebut akan menerapkan sistem bilangan kompleks
yang secara matematis dapat menyelesaikan persoalan rangkaian listrik arus
listrik bolak-balik. Maka dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara materi
bilangan kompleks dengan rangkaian listrik arus bolak-balik yang menunjukkan
bahwa penguasaan materi bilangan kompleks merupakan salah satu modal untuk
mempelajari rangkaian listrik arus bolak-balik. Maka di dalam menyelesaikan
persoalan rangkaian listrik arus bolak-balik yang berkaitan dengan bilangan
kompleks, diharapkan siswa menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan
bilangan kompleks. Hal ini berguna untuk membantu menyelesaikan persoalan
pada rangkaian listrik arus bolak-balik dan menghindari kesalahan sewaktu
bekerja dalam menyelesaikan suatu persoalan pada rangkaian listrik arus bolak-
balik. Oleh karena itu siswa perlu mempelajari matematika bilangan kompleks
sebelum mepelajari rangkaian listrik arus bolak-balik.
Penguasaan materi bilangan kompleks akan membuat siswa memiliki
kesiapan dalam menyelesaikan persoalan rangkaian listrik arus bolak-balik.
Penguasaan materi bilangan kompleks diduga dapat mempermudah siswa
menghadapi tugas belajar rangkaian listrik arus bolak-balik. Apabila siswa
kurang lancar dalam menyelesaikan persoalan matematika bilangan kompleks,
siswa akan mendapat nilai rendah. Sebaliknya jika siswa menguasai pengetahuan
materi bilangan kompleks, siswa akan dapat menyelesaikan persoalan pada
rangkaian listrik arus bolak-balik, dan siswa akan memperoleh nilai tinggi
Dari uraian di atas tampak adanya dugaan pengaruh positif antara
penguasaan materi bilangan kompleks dengan penyelesaian soal-soal pada
rangkaian listrik arus bolak-balik.
G. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat di susun hipotesis sebagai
berikut:
a. Hipotesis alternatif (Ha), ada pengaruh antara penguasaan materi bilangan
kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik
arus bolak-balik siswa kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Listrik Industri
Program Keahlian Teknik Elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun
pemelajaran 2004/2005.
b. Hipotesis nihil (Ho), tidak ada pengaruh antara penguasaan materi bilangan
kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik
arus bolak-balik siswa kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Listrik Industri
Program Keahlian Teknik Elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun
pemelajaran 2004/2005.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMK Negeri 7 Semarang, Jalan
Simpang Lima Semarang. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Mei s/d 9 Juni
2005.
B. Penentuan Obyek Penelitian
1. Populasi dan sampel penelitian
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992: 6). Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto dinyatakan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (1993: 102)
Dari kedua definisi di atas memberi arti populasi adalah semua subyek
yang akan diteliti atau diselidiki karakteristik-karakteristik tertentunya yang ingin
dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas 1 Bidang
Keahlian Teknik Listrik Industri Program Keahlian Teknik elektro di SMK
Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 yang
berjumlah 70 siswa.
Sampel menurut Suharsimi Arikunto (1996: 117) adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Sedangkan Sudjana (1992: 6), sampel adalah
sebagian yang diambil dari populasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50
siswa kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Listrik Industri Program Keahlian
Teknik Elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pelajaran 2004/2005 yang
terdiri dari 2 kelas dan merupakan sisa dari populasi yang telah diambil untuk uji
coba instrumen penelitian.
Pengambilan sampel dengan cara sampel random yang dilakukan dengan
cara undian. Sebelum dilakukan undian terlebih dahulu dituliskan nomor subyek,
satu nomor untuk setiap kertas. Kemudian kertas tersebut digulung. Dengan tanpa
prasangka, diambil 50 gulungan kertas, sehingga nomor-nomor yang tertera pada
gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subyek sampel
penelitian. Sedangkan nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang tidak
terambil dijadikan sebagai subyek uji coba.
2. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002;96), variabel adalah objek penelitian,
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada
dua variabel, yaitu:
a. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi terhadap suatu gejala.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai penguasaan materi bilangan
kompleks. Variabel bebas sebagai variabel (X).
b. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat disebut variabel yang dipengaruhi oleh suatu gejala. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah nilai kemampuan menyelesaikan soal-soal
pada rangkaian listrik arus bolak-balik. Variabel terikat sebagai variabel (Y).
C. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan alat pengumpul data yang diperoleh dari sumber
yang ada atau dokumen resmi. Pengumpulan data melalui dokumen resmi ini
untuk memperoleh data tentang nama dan jumlah seluruh siswa kelas 1 Bidang
Keahlian Teknik Listrik Industri Program Keahlian Teknik Elektro SMKN 7
Semarang.
2. Metode tes
Metode tes dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau acievement test,
yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah
mempelajari sesuatu. Tes prestasi digunakan untuk mendapatkan data penguasaan
materi bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian
listrik arus bolak-balik. Tes yang digunakan berbentuk obyektif, dengan masing-
masing butir soal mempunyai empat alternatif jawaban dengan satu jawaban
benar.
D. Metode Analisis Data
Sebelum instrumen dipergunakan untuk mengungkap data yang
sebenarnya, maka instrumen di uji cobakan terlebih dahulu. Adapun langkah-
langkah uji coba instrumen adalah: menentukan subyek dan banyaknya subyek
yang akan di uji coba, melaksanakan uji coba, dan menganalisis data hasil uji
coba. Instrumen Pengambilan subyek uji coba adalah semua subyek dengan
nomor-nomor tertera pada gulungan kertas yang tidak terambil pada waktu
pengundian pengambilan sampel.
Maksud diadakan uji coba instrumen penelitian adalah menghindari butir
soal yang dirasa kurang jelas, menghindari kata -kata yang dirasa asing oleh
siswa, memperbaiki kalimat yang tidak dapat dipahami oleh siswa dan ditambah
atau dikurangi bila diperlukan.
1. Analisis data tahap awal
Analisis data tahap awal dilakukan setelah melaksanakan uji coba
instrumen penelitian. Analisis hasil uji coba instrumen peneli tian meliputi uji
validitas, uji tingkat kesukaran, uji daya pembeda dan uji reabilitas.
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat -tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 1996: 158). Suatu
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkapkan data dari variabel
yang diteliti secara tepat.
r
pbis
=
q
p
S
t
t
p
Keterangan:
r
pbis
= koefisien korelasi biserial
M
p
= rata-rata skor dari subyek yang menjawab benar
M
t
= rata-rata skor tot al
St = standart deviasi dari skor total
P = proporsi siswa yang menjawab benar
,
_
,
_
,
_
V
r
t
k
M k M
k
k
1
1
1 1
Keterangan:
r
11
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
M = skor rata-rata
Vt= varians total
Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut:
0.800 1.000 tinggi
0.600 0.799 cukup
0.400 0.599 agak rendah
0.200 0.399 rendah
0.000 0.200 sangat rendah
(Suharsimi, 2002: 245).
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r
11
= 0.9052 untuk tes bilangan
kompleks dan 0.8692 untuk soal rangkaian listrik arus bolak-balik. Setelah
dikonsultasikan dengan derajat reliabilitas ternyata instrumen penguasaan materi
bilangan kompleks dan instrumen kemampuan menyelesaikan soal-soal
rangkaian arus listrik bolak-balik menunjukkan bahwa instrumen reliabel dan
termasuk dalam kategori tinggi dengan taraf signifikan 5% dan N = 20.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan lampiran 13.
c. Tingkat Kesukaran
Perangkat tes yang baik adalah perangkat tes yang memiliki tingkat
kesukaran seimbang, artinya perangkat tes tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal (Suharsimi, 2002: 207).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
IK =
B A
B A
JS JS
JB JB
+
+
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
JB
A
= Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JB
B
= Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JS
A
= Banyaknya siswa pada kelompok atas
JS
B
= Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria taraf kesukaran dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Interval IK Kriteria
IK = 0.00
0.00 < IK 0.30
0.30 < IK 0.70
0.70 < IK < 1.00
IK = 1.00
Terlalu sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Terlalu mudah
(Suherman, 1990: 213)
Berdasarkan hasil uji coba dari 40 soal bilangan kompleks diperoleh soal
22 soal yang mudah yaitu soal no. 2, 3, 5, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20,
21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 33, 34. 16 soal sedang yaitu soal no. 1, 4, 6, 7, 8, 10,
19, 23, 28, 30, 32, 35, 36, 37, 39, 40. Dan 2 soal sukar yaitu soal no. 31, 38.
Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen penelitian terdapat 55%
soal yang mudah, 40% soal sedang, dan 5% soal yang sukar. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 dan analisis perhitungan tiap butir
soal dapat dilihat pada lampiran 6.
Pada soal rangkaian arus bolak-balik terdapat 8 soal mudah yaitu soal no.
1, 2, 3, 10, 16, 26, 27, 30. 21 soal sedang yaitu soal no. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13,
14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 35. Dan 6 soal sukar yaitu soal no. 28,
29, 31, 32, 33, 34. Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen
penelitian terdapat 22,86%, 60% soal sedang, dan 17,14% soal yang sukar. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 dan analisis perhitungan
tiap butir soal dapat dilihat pada lampiran 11. Dari hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa soal-soal tersebut, tingkat kesukaranya dalam kategori
sedang.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah) (Suharsimi, 2002: 211).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
DP =
A
B A
JS
JB JB
Keterangan :
DP = Daya pembeda soal
JB
A
= Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JB
B
= Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JS
A
= Banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria yang digunakan seperti pada tabel 2 berikut.
Tabel 2 Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval DP Kriteria
DP 0.00
0.0 < DP 0.20
0.20 < DP 0.40
0.40 < DP 0.70
0.70 < DP 1.00
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
(Suherman, 1990: 201)
Berdasarkan hasil uji coba dari 40 soal bilangan kompleks terdapat 15
soal yang mempunyai daya pembeda baik yaitu soal no 1, 2, 3,4, 6, 7, 8, 17, 18,
19, 28, 31, 35, 36, 39, terdapat 17 soal yang mempunyai daya pembeda cukup
yaitu soal no 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 20, 22, 23, 24, 25, 30, 32, 34, 38, 40 dan 6
soal yang mempunyai daya pembeda jelek yaitu soal no 5, 12, 27, 29, 33, 37,
serta 2 soal yang mempunyai daya pembeda sangat jelek yaitu soal no 21 dan 26.
Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen penelitian penguasaan
materi bilangan kompleks terdapat 37,5% soal yang mempunyai daya pembeda
baik, 42,5%17 soal yang mempunyai daya pembeda cukup, 15% soal yang
mempunyai daya pembeda jelek, serta 5% soal yang mempunyai daya pembeda
sangat jelek. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 dan
perhitungan daya pembedanya dapat dilihat pada lampiran 7.
Hasil analisis daya pembeda untuk soal rangkaian listrik arus bolak-balik
terdapat 1 soal yang baik sekali yaitu soal no. 11, terdapat 18 soal yang baik
yaitu soal no. 3, 4, 5, 6, 7, 8, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 30, 34. 8 Soal
yang mempunyai daya pembeda cukup yaitu soal no. 1, 2, 9, 23, 26, 27, 33 dan
35. 1 Soal yang daya pembedanya jelek yaitu nomor 10, sedangkan 7 soal yang
mempunyai daya pembeda sangat jelek yaitu nomor 12, 14, 16, 28, 29, 31 dan
32. Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen penelitian
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik terdapat
2,86% soal yang mempunyai daya pembeda yang baik sekali, 51,43% soal yang
mempunyai daya pembeda baik, 22,86% soal yang mempunyai daya pembeda
cukup, 2,86% Soal yang daya pembedanya jelek, serta 20% soal yang
mempunyai daya pembeda sangat jelek. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 9 dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 12.
2. Analisis data tahap akhir.
Analisis data tahap akhir dilakukan untuk memenuhi tujuan penelitian dan
untuk memproses data penelitian agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Analisis data tahap akhir meliputi deskripsi data, uji persyaratan
hipotesis dan analisis uji hipotesis.
a. Deskripsi data
Data hasil tes instrumen yang sudah terkumpul ditabulasikan dengan cara
membuat rentang kelas dan distribusi frekuensi. Alasan penelitian menggunakan
deskripsi data untuk menggambarkan data hasil tes insrumen penelitian
penguasaan materi bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal-soal
rangkaian listrik arus bolak -balik. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif yang meliputi mean, median, dan modus.
1) Mean
Mean dari nilai data dihitung dengan menggunakan rumus:
i
i i
f
x f
x
Keterangan:
x = mean (nilai rata-rata) yang dicari
i i
x f = jumlah hasil kali frekuensi dengan nilai data
f
i
= jumlah frekuensi
(Sudjana, 1996: 69)
2) Median
Median dari nilai data dihitung dengan menggunakan rumus:
Me = b + p
1
]
1
f
F N 2 / 1
Keterangan:
Me = median yang dicari
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas median
N = ukuran sampel atau banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari
tanda kelas median
f = frekuensi kelas median
(Sudjana, 1996: 78)
3) Modus
Modus atau nilai yang banyak diperoleh siswa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Mo = b + p
1
]
1
+
2 1
1
b b
b
Keterangan:
Mo = modus yang dicari
p = panjang kelas modal
b = batas bawah kelas modal, ialah kelas interval dengan frekuensi
terbanyak
b
1
= frekuensi kelas modal dikurangi frekensi kelas interval dengan
tanda kelas modal
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas modal interval
dengan tanda kelas yang lebih besar sesudah kelas modal
(Sudjana, 1996: 77)
4) Menghitung besarnya nilai standar deviasi
) 1 (
2
2
N N
NfiXi
s
Keterangan:
S
2
= standar deviasi
Xi = tanda kelas
fi frekuensi yang sesuai
N = fi
(Sudjana, 1996: 95)
5) Menentukan Kriteria Kecenderungan nilai hasil belajar dengan
membandingkan dengan rerata ideal, yang dibedakan menjadi 4 kriteria.
Lebih dari Mi + 1,5 SDi = sangat baik
Mi + 0,75 SDi sampai dengan Mi + 1,5 SDi = baik
Mi sampai dengan Mi + 0,75 SDi = cukup
Kurang dari Mi = kurang
Penentuan jarak 0,75 SD untuk kategori ini didasarkan pada distribusi
normal secara teoritik berjarak 6 SD dengan batas lulus = rerata ideal (Ngalim,
1990: 91). Untuk menghitung besarnya rerata ideal (Mi) dan simpangan baku
ideal (SDi) digunakan rumus:
Mi =
2
1
nilai ideal tertinggi
SDi =
3
1
Mi
Berdasarkan pedoman di atas, dan untuk variabel X maupun variab el Y
nilai ideal tertinggi 120 dan nilai ideal terendah 0, maka dapat ditentukan kriteria
sebagai berikut.
Mi = 120
2
1
= 60
SDi = 60
3
1
= 20
Batas lulus = Mi = 60
Mi + 0,75 SDi = 60 + 0,75 (20) = 75
Mi + 1,5 SDi = 60 + 1,5 (20) = 90
Tabel 3. Kriteria Kecenderungan dari Variabel X dan Variabel Y disesuaikan
dengan kriteria penilaian tingkat SMK
No Interval Kriteria
1 < Mi < 60 Kurang
2 Mi- Mi + 0,75 SDi 60 - 75 Cukup
3 Mi + 0,75 SDi - Mi + 1,5 SDi 76-89 Baik
4 > Mi + 1,5 SDi >90 Sangat baik
b. Pengujian Persyaratan hipotesis
Sebelum mengadakan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan
pengujian persyaratan hipotesis. Pengujian persyaratan hipotesis meliputi uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas.
1) Uji normalitas
Untuk mengetahui apakah data variabel penelitian berdistribusi normal atau
tidak normal maka dilakukan uji normalitas. Data variabel penelitian diuji
normalitasnya adalah data variabel bebas yaitu penguasaan materi bilangan
kompleks dan data variabel terikat yaitu kemampuan menyelesaikan soal-soal
pada rangkaian listrik arus bolak-balik. Untuk menguji normalitas sampel dengan
menggunakan rumus uji Chi kuadrat. Adapun rumus yang digunakan adalah
k
i
Ei
Ei Oi
1
2
2
) (
Keterangan:
2
= harga chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
Jika
2
data <
2
tabel dengan derajat kebebasan dk = k 3 dan taraf
signifikan 5%, maka data yang diperoleh berdistribusi normal (Sudjana, 1996:
273)
2) Uji homogenitas
Pengujian homogenitas data penelitian digunakan untuk memenuhi sampel
penelitian dari titik tolak yang sama atau tidak sama. Uji homogenitas sampel
menggunakan uji Bartlett (uji B) yaitu untuk menguji kesamaan k buah (k 2)
varians yang berdistribusi normal. Harga-harga yang perlu untuk uji bartlett
terdapat pada tabel 4.
Kemudian mencari varians gabungan dari semua sampel dengan
menggunakan rumus:
S
2
= ((n - 1)
2
1
S /(n
2
- 1)) dan mencari harga satuan B = (log S
2
i
)(n
i
- 1).
Sedangkan rumus uji Bartlett menggunakan statistik Chi -kuadrat sebagai
berikut:
2
= (ln 10){B - (n
1
- 1)log
2
1
S }
Keterangan:
2
= harga chi kuadrat yang dicari
B = harga satuan bartlett
n
i
= jumlah harga yang digun akan sebagai sampel
2
i
S = varians tiap sampel
Tabel 4 Rangkuman Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett
Sampel dk 1/dk
2
i
S
log
2
i
S
dk log
2
i
S
1
2
.
.
.
k
N
1
- 1
n
2
2
.
.
.
n
k
- 1
1/(n
1
- 1)
1/(n
1
- 1)
.
.
.
1/(n
k
- 1)
2
i
S
2
2
S
.
.
.
2
k
S
log
2
i
S
log
2
2
S
.
.
.
log
2
k
S
(n
1
- 1) log
2
i
S
(n
1
- 1) log
2
2
S
..
.
.
(n
k
- 1) log
2
k
S
Jumlah
(n
i
- 1)
,
_
1
1
i
n
(n
i
- 1) log
2
k
S
(Sudjana, 1996: 256)
Dengan ln 10 = 2, 3026 disebut log asli dari bilangan 10. pada taraf nyata
, hipotesis tidak teruji jika
2
2
) 1 )( 1 ( k
, dimana
2
) 1 )( 1 ( k
, didapat dari daftar
Chi-kuadrat peluang (1-) dan daftar dk = (k - 1) (Sudjana, 1996: 263).
3) Uji linearitas
Untuk mengetahui data yang akan dianalisis memenuhi syarat linier, maka
data dianalisis linieritasnya terlebih dahulu. Jika hasil uji menunjukkan model
linier tidak cocok, maka data dianalisis dengan regresi non linier. Uji linieritas
menggunakan uji statisik F, dengan metode analisis varians dengan menggunakan
rumus:
F
hitung
=
2
2
E
TC
S
S
Keterangan:
F = analisis varians uji linieritas
2
TC
S = varians dari faktor ketidakocokan
2
E
S = varians dari faktor kekeliruan
(Sudjana, 1996: 332)
Untuk mencari varians ketidakcocokan dan kekeliruan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
2
TC
S =
2
) (
K
TC JK
dan
2
E
S =
k N
E JK
) (
Keterangan:
JK (TC) = jumlah kuadrat faktor ketidakcocokan
JK (E) = jumlah kuadrat kekeliruan
k = jumlah cacah kasus yang berbeda-beda dari prediktor
N = jumlah cacah kasus responden
Jumlah kuadrat faktor ketidakcocokan dan jumlah kuadrat kekeliruan
dihitung dengan menggunakan rumus:
JK (TC) = JK res JK (E) dan JK (E) =
1
]
1
x
n
Yi
Yi
2
) (
Jumlah kuadrat residu dapat dihitung dengan rumus:
JK
res
= JK(T) JK(a) JK(b/a)
Rangkuman rumus uji ANAVA untuk uji linieritas dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Rangkuman Rumus Uji ANAVA Untuk Uji Linieritas
Sumber variasi dk JK RJK F
Tuna cocok
Kekeliruan
K 2
N k
JK(TC)
JK(E)
2
) (
2
k
TC JK
S
TC
k N
E JK
S
E
) (
2
E S
TC S
2
2
Syarat nilai F linier jika F
hitung
< F
(1-)(k-2)(N-k)
(Sudjana, 1996: 332)
c. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis meliputi: uji regresi satu predictor, uji independen dan
uji sumbangan relatif dan uji sumbangan efekif.
1) Uji regresi satu prediktor
Uji regresi satu prediktor dilakukan untuk mendapatka n persamaan
Y = a +bX, dengan
a =
2 2
2
) (
) )( ( ) )( (
Xi Xi N
XiYi Xi Xi Yi
b =
2 2
) (
) )( (
Xi Xi N
XiYi Xi XiYi N
Keterangan
Xi = variabel bebas
Yi = variabel terikat
(Sudjana, 1996: 312 -315)
2) Uji independen
Untuk keperluan uji hipotesis dengan menggunakan uji independen
dengan rumus:
F =
res S
reg S
2
2
Keterangan:
F = analisis varians
S2reg = varians dari faktor regresi
S2res = varians dari faktor residu
(Sudjana, 1996: 332)
Untuk mencari varians regresi dan varians residu dengan menggunakan
rumus:
S2reg = JK(b/a) = Jkreg = b
,
_
N
Yi Xi
XiYi
) )( (
dan
S2res =
2 N
JKres
Rangkuman rumus ANAVA untuk pengujian independen dilihat pada
tabel 6.
Tabel 6 Rangkuman Rumus ANAVA untuk Uji Hipotesis
Sumber Variasi dk JK KT F
Regresi (a)
Regresi (b/a)
Residu
1
1
n-2
n
Y
i
2
) (
JK
reg
= JK(b/a)
JK
res
(Y
i
- Y
1
)
2
n
Y
2
1
) (
2
reg
S = JK(b/a)
2
res
S =
( )
2
1
n
Y Y
i
2
2
res
reg
S
S
Jumlah N Y
i
2
Setelah harga F didapatkan, kriteria pengujian hipotesisnya adalah Ho
tidak teruji jika F
hitung
F
(1-)(1, N-2),
Ho teruji dalam hal yang lainnya (Sudjana,
1996: 332).
3) Menghitung sumbangan efektif (SE)
Sumbangan efektif digunakan untuk mencari besarnya pengaruh
penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-
soal rangkaian listrik arus bolak-balik. sumbangan efektif (SE) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
Untuk sumbangan efektif (SE%) = r
2
x 100%
Keterangan:
SE = sumbangan efektif
r
2
= korelasi X dan Y
Untuk mencari harga korelasi antara kriterium dan predictor dihitung
dengan rumus:
r =
} ) ( }{ 2 ) ( {
) )( (
2 2 2
Y Y n X X n
Y X XY n
Keterangan:
N = jumlah responden
X = jumlah skor variabel X
Y = jumlah skor variabel Y
X
2
= jumlah kuadrat skor variable X
Y
2
= jumlah kuadrat skor variabel Y
(Sudjana, 1999: 369)
4) Uji Keberatian Koefisien Korelasi
Untuk menguji keberartian koefisien korelasi antara variabel X dan
variabel Y digunakan uji t dengan rumus:
t =
2
xy
r 1
2 n r
xy
Keterangan:
t = hasil uji t
r
xy
= koefisien korelasi antara X dan Y
n = Jumlah responden yang diteliti.
(Sudjana. 1996: 377)
Hasil perhitungan statistik t tersebut dibandingkan nilai kritik uji t dengan
dk = n 2, apabila t
hitung
>t
tabel
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara variabel X dan variabel Y.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Penguasan materi bilangan kompleks
Rata-rata penguasaan siswa pada materi bilangan kompleks mencapai
82,09 dengan median 77,46, modus 82,83 dan standar deviasi 7,04 (lihat lampiran
19). Ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa pada materi bilangan kompleks
dalam kategori baik yaitu pada interval 76 < N <90. Dilihat dari standar
deviasinya menunjukkan bahwa sebaran nilai-nilai tersebut relatif menyebar yang
berkisar antara 61,29 sampai 93,55 dalam kategori cukup sampai kategori baik
sekali. pensebaran nilai dapat dilihat melalui tabel 7 berikut.
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Penguasaan Siswa tentang Bilangan Kompleks
Frekuensi
Interval
Absolut Relatif (%) Komulatif (%)
61.29 - 66.67 2 4 4
66.68 - 72.06 3 6 10
72.07 - 77.45 5 10 20
77.46 - 82.84 15 30 50
82.85 - 88.23 15 30 80
88.24 - 93.62 10 20 100
Jumlah 50 100
Sebaran nilai-nilai penguasan materi bilangan kompleks dapat dilihat
pada grafik histogram berikut.
Gambar 9.
Grafik Histogram Sebaran nilai Penguasan Materi Bilangan Kompleks
Selanjutnya untuk melihat kecenderungan hasil nilai penguasan materi bilangan
kompleks digunakan rerata ideal sebagai kriteria bandingan seperti dijelaskan di Bab
III. rentangan skor yang ditetapkan adalah 0 120. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa dari 50 responden penelitian terdapat 10 siswa (20%) mempunyai pengusaan
yang sangat baik pada interval nilai 90 < N < 100, 35 siswa (70%) mempunyai
penguasaan yang baik pada interval nilai 75 < N < 90 selebihnya hanya 5 siswa (10%)
pada interval nilai 60 < N < 75 dalam kategori cukup (lihat tabel 8).
Tabel 8. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Bilangan Kompleks
Interval Kriteria Frekuensi
absolut
Frekuensi relatif
(%)
Frekuensi Kumulatif
(%)
< 60 Kurang 0 0 0
60 - 75 Cukup 5 10 10
76-89 Baik 35 70 80
>90 Sangat baik 10 20 100
Jumlah 50 100
0
2
4
6
8
10
12
14
16
63.98 69.37 74.76 80.15 85.54 90.93
Nilai
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Penguasaan Materi Bilangan
Kompleks
70%
10%
20%
< 60 Kurang
60 - 75 Cukup
76-89 Baik
>90 Sangat baik
Gambar 10.
Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Penguasan Materi
Bilangan Kompleks
2. Kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik
Berdasarkan lampiran 20 tampak bahwa rata-rata kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik mencapai 65,71
dengan median 54,34, modus 60,51 dan standar deviasi 15,86 (lihat lampiran 20).
Ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal rangkaian
listrik arus bolak-balik dalam kategori cukup yaitu pada interval 60 < N < 75.
Dilihat dari standar deviasinya menunjukkan bahwa sebaran nilai-nilai tersebut
relatif menyebar yang berkisar antara 37,04 sampai 96,30 dalam kategori kurang
sampai kategori sangat baik. Pensebaran nilai dapat dilihat melalui tabel 9
berikut.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal -soal
rangkaian listrik arus bolak -balik
Frekuensi
Interval
Absolut Relatif (%) Komulatif (%)
37.03 - 46.91 7 14 14
46.92 - 56.80 9 18 32
56.81 - 66.69 12 24 56
66.70 - 76.58 7 14 70
76.59 - 86.47 9 18 88
86.48 - 96.36 6 12 100
Jumlah 50 100
Sebaran nilai -nilai kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik
arus bolak-balik dapat dilihat pada grafik histogram berikut.
Gambar 11.
Grafik Histogram Sebaran nilai Kemampuan
Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian Listrik Arus Bolak -balik
Dilihat dari histogram tersebut tampak bahwa nilai siswa dalam
menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus bolak -balik pada mata diklat
0
2
4
6
8
10
12
14
41.91 51,86 61.75 71.64 81.53 81.53
Nilai
F
r
e
k
u
e
n
s
i
penerapan konsep dasar listik dan elektronika (PKDLE) cenderung berkisar antara
61,75 dalam kategori cukup.
Untuk mengetahui kecenderungan nilai kemampuan menyelesaikan soal -
soal rangkaian listrik arus bolak -balik, digunakan rerata ideal sebagai kriteria
bandingan seperti dijelaskan pada Bab III. Berdasarkan penelitian dari 50
responden terdapat 13 siswa (26%) mempunyai kemampuan yang baik, 12 siswa
(24%) dalam kategori cukup, 23 siswa (46%) dalam kategori kurang dan hanya 2
siswa (4%) dalam kategori sangat baik.
Tabel 10. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Kemampuan
Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian Listrik Arus Bolak -balik
Interval Kriteria
Frekuensi
absolut
Frekuensi relatif
(%)
Frekuensi Kumulatif
(%)
< 60 Kurang 23 46 46
60 - 75 Cukup 12 24 70
76-89 Baik 13 26 96
>90 Sangat baik 2 4 100
Jumlah 50 100
Kemampuan Menyelesaikan Soal-Soal
Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik
46%
4%
26%
24%
< 60 Kurang
60 - 75 Cukup
76-89 Bai k
>90 Sangat bai k
Gambar 12.
Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal -soal
Rangkaian Listrik Arus Bolak -balik
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Bilangan Kompleks dan
Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian Listrik Arus
Bolak-balik
Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian
Listrik Arus Bolak-balik
Penguasaan Materi
Bilangan Kompleks
Kurang Cukup Baik
Sangat
Baik
Total
Frekuensi 5 5
Cukup
Prosentase 100% 100%
Frekuensi 18 9 7 1 35
Baik
Prosentase 51,4% 25,7% 20% 2,9% 100%
Frekuensi 3 6 1 10
Sangat baik
Prosentase 30% 60% 10% 100%
Frekuensi 23 12 13 2 50
Total
Prosentase 46% 24% 26% 4% 100%
Dilihat dari hubungan nilai -nilai siswa dalam menguasai pokok bahasan
bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik
arus bolak-balik pada tabel 11, ternyata dari 5 siswa yang mempu nyai
penguasaan materi bilangan kompleks dalam kategori cukup, semuanya
mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus
bolak-balik yang kurang. Dari 35 siswa yang mempunyai penguasaan materi
bilangan kompleks dengan baik, ternyata 51,4% mampu menyelesaikan soal -
soal rangkaian listrik arus bolak-balik dalam kategori kurang, selebihnya 25,7%
dalam kategori cukup, 20% dalam kategori baik dan hanya 2,9% dalam kategori
sangat baik. Dari 10 siswa yang mempunyai penguasaan materi bilangan
kompleks dalam kategori sangat baik, ternyata 60% mapu menyelesaikan soal-
soal rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik, selebihnya 30% dalam
kategori cukup dan hanya 10% dengan kempuan yang sangat baik. Data ini
menunjukkan bahwa untuk menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-
balik dengan baik diperlukan penguasaan yang sangat baik pada materi bilangan
kompleks. Untuk mengetahui pengaruhnya dapat dilihat dari hasil analisis data
menggunakan regresi sederhana.
B. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yaitu
untuk pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh penguasaan materi
bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal ranngkaian
listrik arus bolak-balik pada siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri
bidang keahlian teknik elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran
2004/2005. Analisis regresi tersebut mensyaratkan adanya kenormalan data,
homogenitas dan kelinieran dari garis regresi.
1. Uji Persyaratan Hipotesis
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji chi kuadrat,
dengan banyak kelas interval 6. Pada taraf signifikansi 5%, dengan dk = k-3 = 6-
3 = 3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81, sehingga data terdistribusi normal
apabila diperoleh nilai chi kuadrat dari perhitungan kurang dari 7,81.
Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas data, seperti tersaji pada tabel 12.
Tabel 12. Hasil uji Kenormalan Data
No Sumber variasi
Penguasan materi
bilangan kompleks
Kemampuan menyelesaikan
soal-soal rangkaian listrik
arus bolak-balik
1
2
hitung
6,0692 5,9696
2 dk 3 3
3
2
tabel
, = 5% 7,81 7,81
4 Kriteria Normal Normal
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai
2
hitung
untuk variabel
penguasan materi bilangan kompleks sebesar 6,0692 dan untuk variabel
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sebesar
5,9696. Kedua nilai perhitungan tersebut kurang dari chi kuadrat tabel, yang
berarti secara nyata data dari kedua variabel tersebut terdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22.
b. Uji Homogenitas
Homogenitas data dapat dilihat dari hasil uji bartlet. Dalam pengujian
tersebut apabila diperoleh nilai
2
hitung
<
2
tabel
dapat disimpulkan bahwa data
yang diperoleh bersifat homogen. Pengujian selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Data
No Sumber variasi Nilai
1
2
hitung
13,919
2 dk 8
3
2
tabel
, = 5% 15,51
4 Kriteria Homogen
Berdasarkan hasil uji Bartlet diperoleh chi kuadrat hitung sebesar 13,919
kurang dari chi kudrat tabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk =8 yaitu 15,51,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data bersifat homogen. Perhitungan
selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 23.
c. Uji Linieritas
Uji linieritas garis regresi yang diperoleh, diuji menggunakan test Fisher
(Uji F). Apabila hasil pengujian kurang dari F tabel, dapat disimpulkan bahwa
garis regresi bersifat linier. Hasil uji kelinieran tersebut diperoleh Fhitung sebesar
0,337 < Ftabel=2,243 dengan dk (7:41) pada taraf signifikansi 5%, sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diperoleh secara nyata berbentuk
linier. Pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 dan terangkum
pada tabel 14.
Tabel 14. Hasil Uji Kelinieran Garis Regresi
Sumber Variasi dk JK RK F F tabel Kriteria
Tuna Cocok (TC) 7 475.784 67.969
Galat (E) 41 7389.880 180.241
0.377 2.243 Linier
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan analisis regresi linier sederhana.
Dalam analisis tersebut diperoleh koefisien korelasi, model regresi, uji
independent, dan determinasi atau sumbangan efektif.
a. Koefisien Korelasi
Melalui rumus product moment pada lampiran 24 diperoleh koefisien
korelasi sebesar 0,66. Koefisien korelasi ini diuji keberartiannya menggunakan
uji t dan diperoleh t
hitung
sebesar 6,073. Pada taraf signifikansi 5% dan dk = 48
diperoleh t
tabel
= 2,01. Tampak bahwa t
hitung
> t
tabel
, yang berarti secara nyata ada
hubungan yang signifikan antara penguasaan materi bilangan kompleks dengan
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada
siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik
elektro SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005.
b. Model Regresi
Berdasarkan hasil analisis regresi pada lampiran 24 diperoleh koefisien
regresi sebesar 1,478 dan konstanta 56,246, sehingga untuk menyatakan
pengaruh penguasaan siswa pada bilangan kompleks (X) terhadap kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik (Y) digunakan model
regresi:
Y = a +bX
Y = 56,246 + 1,478X
Dari persamaan di atas diketahui bahwa koefisien regresi a = -56,246. Jadi
untuk X=0 maka Y0 dan hasilnya negatif, artinya untuk masing-masing harga Y
tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh X, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi
Y. Berarti selain penguasaan materi bilangan kompleks masih ada faktor lain
yang mempengaruhi kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus
bolak-balik.
Selanjutnya perhatikan harga koefisien regresi b = 1,478. Harga koefisien
regresi b bernilai positif berarti setiap terjadi kenaikan satu nilai pada penguasan
bilangan kompleks akan diikuti kenaikan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sebesar 1,478.
Sehingga semakin baik siswa menguasai materi bilangan kompleks, maka
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik akan
semakin baik pula
Model regresi yang diperoleh diuji keberartiannya menggunakan uji F,
apabila diperoleh F
hitung
> F
tabel
dengan dk = n-2 dan taraf signifikansi 5%, maka
secara nyata model regresi tersebut signifikan.
a. Uji independent
Hasil uji independent selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 dan
terangkum pada tabel 16 dan perhitungan selangkapnya pada lampiran 24.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh F
hitung
sebesar 36,882 >
F
tabel
(4,043) dengan dk (1:48) dan taraf signifikansi 5%, sehingga hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap
kemampuan menyelesaikan soal-soal ranngkaian listrik arus bolak-balik pada
siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik
elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 diterima.
Tabel 15. Hasil Uji Independent
Sumber Variasi dk JK RK F F
tabel
Kriteria
Total 50 231220.850
Regresi (a) 1 217311.385 217311.385
Reresi (b|a) 1 6043.801 6043.801
Residu (S) 48 7865.664 163.868
36.882 4.043 Signifikan
b. Koefisien Determinasi atau Sumbangan Efektif
Sumbangan efektif merupakan kuadrat dari koefisien korelasi dikalikan
100%, yang merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel
terikat. Hasil analisis data seperti pada lampiran diperoleh sumbangan efektif
sebesar 43,5%, yang berarti kontribusi penguasaan materi bilangan kompleks
terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal ranngkaian listrik arus bolak-balik
pada siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik
elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 sebesar 43,5%,
selebihnya 56,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model regresi ini.
C. Pembahasan
Tingkat penguasaan materi bilangan kompleks dan kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1
program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro di SMKN
7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 ditunjukkan oleh besarnya nilai yang
dicapai oleh siswa. Dari sampel 50 siswa rata-rata nilai yang dicapai adalah
82,09 dan 65,71. Dari kriteria penilaian SMK nilai rata-rata penguasaan materi
bilangan kompleks termasuk dalam kriteria baik dan kemampuan menyelesaikan
soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik termasuk dalam kriteria cukup. Jadi
nilai rata-rata penguasaan materi bilangan kompleks pada siswa kelas 1 program
keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro di SMKN 7
Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 berkisar antara 75,1-89,9. Dalam kriteria
yang baik ini berarti sebagian besar siswa telah menguasai materi bilangan
kompleks dengan baik dan benar. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan siswa
daalam menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa
kelas 1 program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro di
SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 berkisar antara 60,0 75,0.
Dalam kriteria yang cukup ini berarti ada materi tertentu yang sebagian besar
siswa telah menguasai dengan baik dan benar dan sebagian siswa ada yang tidak
menguasai dengan baik dan benar. Data ini menunjukkan bahwa untuk
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik
diperlukan penguasaan yang sangat baik pada materi bilangan kompleks.
Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh Fhitung = 36,882 >Ftabel = 4,043
(pada taraf signifikan 5% dan dk 1:48). Jadi hipotesis dinyatakan Ada pengaruh
penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-
soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1 program keahlian teknik
listrik industri bidang keahlian teknik elektro SMKN 7 Semarang tahun
pemelajaran 2004/2005 diterima. Besar kontribusi penguasaan materi bilangan
kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus
bolak-balik sebesar 43,5%, artinya masih 56,5% kemampuan menyelesaikan soal
rangkaian listrik arus bolak balik dipengaruhi faktor lain
Hasil analisis ini menunjukkan adanya keterkaitan antara materi bilangan
kompleks dengan rangkaian listrik arus bolak -balik, yaitu terletak pada
penyelesaian soal -soal rangkaian listrik arus bolak -balik yang dapat
menggunakan konversi bilangan kompleks dari bentuk polar ke bentuk
rektangular dan dari bentuk rektangular ke bentuk polar dan operasi perhitungan
pada bilangan kompleks yang berupa operasi operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian yang hasilnya dap at dituliskan dalam bentuk
rektangular maupun dalam bentuk polar.
Rangkaian listrik arus bolak -balik merupakan salah satu pokok bahasan
yang diajarkan di SMK kelas 1 program keahlian teknik listrik industri bidang
keahlian teknik elektro pada mata diklat P enerapan Konsep Dasar Listrik dan
Elektronika (PKDLE). Permasalahan pada rangkaian arus listrik bolak -balik
dapat diselesaikan dengan menggunakan bilangan kompleks karena pada
rangkaian listrik arus bolak -balik mengandung frekuensi sehingga diperlukan
aljabar vektor atau dalam listrik arus bolak -balik dikenal dengan phasor, dimana
pada konsep phasor akan menerapkan sistem bilangan kompleks yang secara
matematis dapat menyelesaikan persoalan rangkaian listrik arus bolak -balik.
Penggunaan kuantitas kompleks dalam keadaan mantap rangkaian
sinusoida pada rangkaian listrik arus bolak-balik akan menghasilkan metode yang
lebih sederhana jika dibandingkan dengan penggunaan kuantitas riil. Hal ini
dapat dipahami mengingat bentuk umum rangkaian listrik arus bolak-balik
merupakan persamaan sinusoida yang melibatkan fungsi cosinus. Sedangkan
fungsi cosinus itu sendiri adalah salah satu suku pembentuk bilangan kompleks,
tepatnya suku bilangan kompleks pada bagian riil (Zainudin Zukhri, 2000: 116).
Margunadi (1986: 40), juga mengatakan bahwa dengan mempergunakan
bilangan kompleks untuk mewakili fungsi-fungsi harmonis pada soal-soal
rangkaian listrik arus bolak-balik, perhitungan akan jauh lebih cepat dikerjakan.
Berdasarkan kedua pendapat yang telah dikemukakan di atas maka di dalam
mempelajari materi rangkaian arus listrik bolak-balik, sebagai prasyarat harus
menguasai materi bilangan kompleks terlebih dahulu, karena pada rangkaian
listrik arus bolak-balik, hubungan arus dan tegangan listrik selalu dinyatakan
dalam bilangan kompleks apabila impedansinya berbentuk kompleks. Jadi materi
bilangan kompleks merupakan salah satu prasyarat untuk menyelesaikan
permasalahan pada rangkaian listrik arus bolak-balik. Faktor lain yang besar
kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaikan soal
adalah penguasaan dan pemahaman siswa tentang rumus-rumus yang digunakan
pada analisis rangkaian listrik arus bolak-balik tersebut di luar materi bilangan
kompleks. Matematika merupakan pelajaran yang tersusun secara logis, sehingga
untuk menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik diperlukan
penguasaan materi bilangan kompleks yang merupakan pokok bahasan dari
matematika.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya sebatas mengkaji pengaruh penguasan materi
bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik
arus bolak-balik pada siswa kelas 1 program keahlian teknik listrik industri
bidang keahlian teknik elektro di SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran
2004/2005, sedangkan variabel-variabel lainnya seperti penguasaan konsep fisika
belum diteliti. Kelemahan lainnya yaitu terbatasnya populasi, sehingga hanya
dapat digeneralisasikan untuk siswa program keahlian teknik listrik industri
bidang keahlian teknik elektro di SMK Negeri 7 Semarang, sehingga untuk
memperoleh kesimpulan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan lebih akurat
apabila dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih besar.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh Fhitung = 36,882 >Ftabel = 4,043
(pada taraf signifikan 5% dan dk 1:48). Jadi hipotesis dinyatakan Ada
pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1
program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro SMKN
7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 diterima.
2. Penguasaan materi bilangan kompleks memberikan kontribusi sebesar 43,5%
terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-
balik, artinya masih 56,5% kemampuan menyelesaikan soal rangkaian listrik
arus bolak balik dipengaruhi faktor lain di luar model regresi ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran pada guru
matematika maupun guru mata diklat PKDLE hendaknya dalam memberikan
materi bilangan kompleks dengan memberikan aplikasinya dalam soal-soal
materi bilangan kompleks, sehingga siswa mampu menyelesaikan soal-soal
dalam rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Chua. 1987. Linear And Nonlinear Circuit. Singapore: McGraw HillBook Co
Herman Hudoyo. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Karmon Sigalingging. 1994. Matematika Teknik Listrik I. Bandung: Tarsito.
Lee & Muslimin,. 1983. Rangkaian Listrik. Bandung: Amico
Margunadi, A. R. 1986. Pengantar Umum Elektroteknik. Jakarta: P.T Dian
Rakyat
Muhammad & Susanto. 2000. Diktat Soal dan Penyelesaian Arus Bolak-balik I.
Jakarta: Delta Teknik Group.
Nana Sudjana. 1989 Cara Belajar Siswa Aktif dalam Belajar Mengajar.
Bandung: IKIP Bandung.
Ngalim Purwanto. 2000. Prinsip-prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito.
Purwadarminta. 1989 Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rosa, G. dkk. 1995. Matematika Modul 3 Vektor dan Phasor. Bandung: Pusat
Pengembangan Guru Teknologi
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (edisi
revisi V). Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suherman. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan
Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157
Tim Penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Uzer Usman. 1993. Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rasdakarya.
Winkel W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo
Zainudin Zukhri. 2000. Analisis Rangkaian. Yogyakarta: J&J Learning
___________________. 1999. Kurikulum SMK Garis -garis Besar Program
Pendidikan dan Pelatihan Bidang Keahlian Teknik Elektro Program
Keahlian Listrik Tenaga edisi 1999 . Jakarta; Depdikbud .
___________________. 1999. Kurikulum SMK Edisi 1999 Bidang Keahlian
Teknik Elektro Program Keahlian Teknik Listrik Industri. Jakarta;
Depdikbud
__________________. 2001. S ingle And Three Phase Ciecuit . Semarang; PT.
PLN (Persero) Udiklat
Daftar Nama Siswa yang Dijadikan Sampel dan Uji Coba Penelitian
No Nama Kelas Keterangan No. Nama Kelas Keterangan
1 Adi Kurniawan 1LI-1 Terambil 36 Agung Nade K. 1LI-2 Tdk Terambil
2 Agus Winarti 1LI-1 Tidak terambil 37 Arif Wicaksono YS 1LI-2 Terambil
3 Angga Nur Wibawanto 1LI-1 Terambil 38 Bry Adi Nugroho 1LI-2 Terambil
4 Beni Ismawan 1LI-1 Terambil 39 Bramasta Surya P. 1LI-2 Terambil
5 Catur Ariawan Prakosa 1LI-1 Terambil 40 Catur Wahyu W. 1LI-2 Terambil
6 David Komarudin 1LI-1 Terambil 41 Cholid Anwar 1LI-2 Tdk Terambil
7 Dhuka Khabibul Amin 1LI-1 Terambil 42 Deni Kristanto 1LI-2 Terambil
8 Dwi Untoro 1LI-1 Terambil 43 Dewi Agustina 1LI-2 Terambil
9 Eka Putra Prasetya 1LI-1 Terambil 44 Edho Radiana A. 1LI-2 Tdk Terambil
10 Fhaisol Amin 1LI-1 Tdk terambil 45 Eko Prihartanto 1LI-2 Terambil
11 Fajar Arianto 1LI-1 Terambil 46 Esty Kumalasari 1LI-2 Terambil
12 Faris Nur Widianto 1LI-1 Tdk terambil 47 Feri Ardian 1LI-2 Tdk Terambil
13 Haryanto 1LI-1 Terambil 48 Fery Hardian 1LI-2 Terambil
14 Hasan Rofii 1LI-1 Tdk terambil 49 Feryawan Bagus W. 1LI-2 Tdk Terambil
15 Heny Erfianti 1LI-1 Terambil 50 Haryo Soko Negoro 1LI-2 Terambil
16 Heri Dwi Sulistiono 1LI-1 Terambil 51 Hety Ratna Sanjaya 1LI-2 Terambil
17 Himawan Jatmiko 1LI-1 Terambil 52 Ibnu Arzis Kurnia 1LI-2 Tdk Terambil
18 Khoirudin 1LI-1 Tdk terambil 53 Indra Oktavianto 1LI-2 Terambil
19 Kurniawan Hidayat 1LI-1 Terambil 54 Isnandar Setyono 1LI-2 Tdk Terambil
20 Lilik Darmanto 1LI-1 Tdk terambil 55 Lutfiatulloh 1LI-2 Terambil
21 Luluk Yuga Nugraha 1LI-1 Terambil 56 M. Muchlisin 1LI-2 Tdk Terambil
22 Luthfi Panji Fauzi 1LI-1 Terambil 57 M. Solichin 1LI-2 Terambil
23 M. Suryanto 1LI-1 Tdk terambil 58 Netty Setyorini 1LI-2 Tdk Terambil
24 M. Fauzi 1LI-1 Terambil 59 Ria Purnamasari 1LI-2 Terambil
25 M. Nur Prasetyo 1LI-1 Terambil 60 Robby Rahmad F. 1LI-2 Terambil
26 M. Nur Rofii 1LI-1 Terambil 61 Rochmat Nursyamsi 1LI-2 Tdk Terambil
27 Reza Nur Rusyid 1LI-1 Tdk terambil 62 Roni Susanto 1LI-2 Terambil
28 Rudi Setiawan 1LI-1 Terambil 63 Satria Sejati 1LI-2 Terambil
29 Rian Fariestya 1LI-1 Terambil 64 Septian Agus P. 1LI-2 Terambil
30 Seto Rudin 1LI-1 Tdk terambil 65 Tahif Mustabiq Sufi 1LI-2 Terambil
31 Sopian Pamuji 1LI-1 Terambil 66 Tito Arbiyanto 1LI-2 Terambil
32 Subhan Khaliqu 1LI-1 Terambil 67 Ulil amrie Z.A 1LI-2 Terambil
33 Veriana Noviani 1LI-1 Terambil 68 Wimpy Ristanto 1LI-2 Tdk Terambil
34 Yuni Rahmawaty 1LI-1 Terambil 69 Windu karyo Utama 1LI-2 Terambil
35 Adi Dwi Irawan 1LI-2 Terambil 70 Yusuf Maulana A. 1LI-2 Terambil
Keterangan:
Tdk = Tidak
Nama siswa yang terambil dijadikan sampel penelitian sedangkan nama siswa yang tidak
terambil dijadikan subyek ujicoba penelitian
DAFTAR NAMA SISWA YANG DIJADIKAN SUBYEK UJICOBA
INSTRUMEN PENELITIAN
No Nama Kode
1
Agus Winarti
UC-01
2
Fhaisol Amin
UC-02
3
Faris Nur Widianto
UC-03
4
Hasan Rofii
UC-04
5
Khoirudin
UC-05
6
Lilik Darmanto
UC-06
7
M. Suryanto
UC-07
8
Reza Nur Rusyid
UC-08
9
Seto Rudin
UC-09
10
Agung Nade K.
UC-10
11
Cholid Anwar
UC-11
12
Edho Radiana A.
UC-12
13
Feri Ardian
UC-13
14
Feryawan Bagus W.
UC-14
15
Ibnu Arzis Kurnia
UC-15
16
Isnandar Setyono
UC-16
17
M. Muchlisin
UC-17
18
Netty Setyorini
UC-18
19
Rochmat Nursyamsi
UC-19
20
Wimpy Ristanto
UC-20
DAFTAR NAMA SISWA YANG DIJADIKAN
SAMPEL PENELITIAN
No. Nama Kode No. Nama Kode
1
Adi Kurniawan
R-01 26
Adi Dwi Irawan
R-26
2
Angga Nur Wibawanto
R-02 27
Arif Wicaksono YS
R-27
3
Beni Ismawan
R-03 28
Bry Adi Nugroho
R-28
4
Catur Ariawan Prakosa
R-04 29
Bramasta Surya P.
R-29
5
David Komarudin
R-05 30
Catur Wahyu W.
R-30
6
Dhuka Khabibul Amin
R-06 31
Deni Kristanto
R-31
7
Dwi Untoro
R-07 32
Dewi Agustina
R-32
8
Eka Putra Prasetya
R-08 33
Eko Prihartanto
R-33
9
Fajar Arianto
R-09 34
Esty Kumalasari
R-34
10
Haryanto
R-10 35
Fery Hardian
R-35
11
Heny Erfianti
R-11 36
Haryo Soko Negoro
R-36
12
Heri Dwi Sulistiono
R-12 37
Hety Ratna Sanjaya
R-37
13
Himawan Jatmiko
R-13 38
Indra Oktavianto
R-38
14
Kurniawan Hidayat
R-14 39
Lutfiatulloh
R-39
15
Luluk Yuga Nugraha
R-15 40
M. Solichin
R-40
16
Luthfi Panji Fauzi
R-16 41
Ria Purnamasari
R-41
17
M. Fauzi
R-17 42
Robby Rahmad F.
R-42
18
M. Nur Prasetyo
R-18 43
Roni Susanto
R-43
19
M. Nur Rofii
R-19 44
Satria Sejati
R-44
20
Rudi Setiawan
R-20 45
Septian Agus P.
R-45
21
Rian Fariestya
R-21 46
Tahif Mustabiq Sufi
R-46
22
Sopian Pamuji
R-22 47
Tito Arbiyanto
R-47
23
Subhan Khaliqu
R-23 48
Ulil amrie Z.A
R-48
24
Veriana Noviani
R-24 49
Windu karyo Utama
R-49
25
Yuni Rahmawaty
R-25 50
Yusuf Maulana A.
R-50
HASIL ANALISIS UJI COBA SOAL MATERI BILANGAN KOMPLEKS
No Soal
No Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 UC-06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
6 UC-03 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
7 UC-14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 UC-20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 UC-10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
10 UC-15 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 UC-17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 UC-04 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
13 UC-19 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
14 UC-05 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0
15 UC-08 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0
16 UC-11 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0
17 UC-16 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
18 UC-07 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
19 UC-12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
20 UC-09 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1
Jumlah 14 15 15 9 18 14 14 14 16 12 17 18 17 16
Mp 31,93 31,73 31,60 34,33 28,83 32,57 32,21 31,93 30,63 31,83 29,71 28,06 29,47 30,00
Mt 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90
p 0,70 0,75 0,75 0,45 0,90 0,70 0,70 0,70 0,80 0,60 0,85 0,90 0,85 0,80
q 0,30 0,25 0,25 0,55 0,10 0,30 0,30 0,30 0,20 0,40 0,15 0,10 0,15 0,20
pq 0,2100 0,1875 0,1875 0,2475 0,0900 0,2100 0,2100 0,2100 0,1600 0,2400 0,1275 0,0900 0,1275 0,1600
St 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48
rpbis 0,726 0,783 0,756 0,686 0,330 0,842 0,777 0,726 0,643 0,568 0,507 0,055 0,441 0,495
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s
Kriteria Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid
JBA 10 10 10 7 10 10 10 10 10 8 10 9 10 10
JBB 4 5 5 2 8 4 4 4 6 4 7 9 7 6
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,60 0,50 0,50 0,50 0,20 0,60 0,60 0,60 0,40 0,40 0,30 0,00 0,30 0,40
D
a
y
a
P
e
m
b
e
d
a
Kriteria Baik Baik Baik Baik Jelek Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Jelek Cukup Cukup
JBA +
JBB 14 15 15 9 18 14 14 14 16 12 17 18 17 16
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,70 0,75 0,75 0,45 0,90 0,70 0,70 0,70 0,80 0,60 0,85 0,90 0,85 0,80
T
i
n
g
k
a
t
K
e
s
u
k
a
r
a
n
Kriteria Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah
Kriteria soal Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai
No Soal
No Kode
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 UC-13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
3 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
4 UC-01 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 UC-06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 UC-03 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 UC-14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
8 UC-20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
9 UC-10 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
10 UC-15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
11 UC-17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
12 UC-04 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 UC-19 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0
14 UC-05 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0
15 UC-08 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
16 UC-11 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0
17 UC-16 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
18 UC-07 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0
19 UC-12 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1
20 UC-09 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0
Jumlah 16 15 15 15 11 16 19 16 14 16 17 16 19 11
Mp 30,38 29,93 31,60 31,13 32,36 30,31 27,37 30,88 30,93 30,25 29,71 26,94 28,32 31,82
Mt 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90
p 0,80 0,75 0,75 0,75 0,55 0,80 0,95 0,80 0,70 0,80 0,85 0,80 0,95 0,55
q 0,20 0,25 0,25 0,25 0,45 0,20 0,05 0,20 0,30 0,20 0,15 0,20 0,05 0,45
pq 0,1600 0,1875 0,1875 0,1875 0,2475 0,1600 0,0475 0,1600 0,2100 0,1600 0,1275 0,1600 0,0475 0,2475
St 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48
rpbis 0,584 0,415 0,756 0,661 0,582 0,569 -0,273 0,702 0,546 0,554 0,507 -0,227 0,214 0,511
r
tabel
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s
Kriteria Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid
JBA 10 9 10 10 8 10 9 10 9 10 10 7 10 8
JBB 6 6 5 5 3 6 10 6 5 6 7 9 9 3
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,40 0,30 0,50 0,50 0,50 0,40 -0,10 0,40 0,40 0,40 0,30 -0,20 0,10 0,50
D
a
y
a
P
e
m
b
e
d
a
Kriteria Cukup Cukup Baik Baik Baik Cukup Sangat jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Sangat jelek Jelek Baik
JBA+
JB
B
16 15 15 15 11 16 19 16 14 16 17 16 19 11
JSA+
JS
B
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,80 0,75 0,75 0,75 0,55 0,80 0,95 0,80 0,70 0,80 0,85 0,80 0,95 0,55
T
i
n
g
k
a
t
K
e
s
u
k
a
r
a
n
Kriteria Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang
Kriteria soal Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai
No
Soal No Soal No Kode
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Y Y
2
1 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40 1600
2 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 38 1444
3 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 38 1444
4 UC-01 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 36 1296
5 UC-06 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 36 1296
6 UC-03 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 33 1089
7 UC-14 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 33 1089
8 UC-20 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 33 1089
9 UC-10 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 32 1024
10 UC-15 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 32 1024
11 UC-17 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 32 1024
12 UC-04 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 29 841
13 UC-19 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 24 576
14 UC-05 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 20 400
15 UC-08 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 20 400
16 UC-11 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 20 400
17 UC-16 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 18 324
18 UC-07 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 15 225
19 UC-12 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 15 225
20 UC-09 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 14 196
Jumlah 19 14 5 11 16 17 9 7 8 6 7 14 558 17006
Mp 27,84 30,93 36,80 31,45 27,75 30,06 33,56 34,29 27,63 34,17 34,86 30,93
Mt 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90
p 0,95 0,70 0,25 0,55 0,80 0,85 0,45 0,35 0,40 0,30 0,35 0,70
q 0,05 0,30 0,75 0,45 0,20 0,15 0,55 0,65 0,60 0,70 0,65 0,30
pq 0,0475 0,2100 0,1875 0,2475 0,1600 0,1275 0,2475 0,2275 0,2400 0,2100 0,2275 0,2100
St 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48
rpbis -0,030 0,546 0,606 0,463 -0,035 0,606 0,603 0,553 -0,026 0,484 0,602 0,546
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s
Kriteria Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
JBA 10 9 5 7 8 10 7 6 5 5 6 9
JBB 9 5 0 4 8 7 2 1 3 1 1 5
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,10 0,40 0,50 0,30 0,00 0,30 0,50 0,50 0,20 0,40 0,50 0,40
D
a
y
a
P
e
m
b
e
d
a
Kriteria Cukup Jelek Cukup Baik Cukup Jelek Cukup Baik Baik Jelek Cukup Baik Cukup
JBA +
JBB 19 14 5 11 16 17 9 7 8 6 7 14
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 k = 40
IK 0,95 0,70 0,25 0,55 0,80 0,85 0,45 0,35 0,40 0,30 0,35 0,70 M = 27,9000
T
i
n
g
k
a
t
K
e
s
u
k
a
r
a
n
Kriteri a Mudah Mudah Sedang Sukar Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Vt = 71,8900
Kriteria soal Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai r11 = 0,9052
Perhitungan Validitas Butir
Instrumen Penguasaan Materi Bilangan Kompleks
Rumus
Keterangan:
M
p
= Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
M
t
= Rata-rata skor total
S
t
= Standart deviasi skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Kriteria
Apabila r
pbis
> r
tabel
, maka butir soal valid.
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
No Kode
Butir soal
no 1 (X)
Skor
Total (Y)
Y
2
XY
1 UC-18 1 40 1600 40
2 UC-13 1 38 1444 38
3 UC-02 1 38 1444 38
4 UC-01 1 36 1296 36
5 UC-06 1 36 1296 36
6 UC-03 1 33 1089 33
7 UC-14 1 33 1089 33
8 UC-20 1 33 1089 33
9 UC-10 1 32 1024 32
10 UC-15 1 32 1024 32
11 UC-17 1 32 1024 32
12 UC-04 0 29 841 0
13 UC-19 1 24 576 24
14 UC-05 1 20 400 20
15 UC-08 0 20 400 0
16 UC-11 1 20 400 20
17 UC-16 0 18 324 0
18 UC-07 0 15 225 0
19 UC-12 0 15 225 0
20 UC-09 0 14 196 0
Jumlah 14 558 17006 447
q
p
S
M M
r
t
t p
pbis
Rumus
Keterangan:
: Daya Pembeda
: Juml ah yang benar pada buti r soal pada kel ompok atas
: Juml ah yang benar pada buti r soal pada kel ompok bawah
: Banyaknya si swa pada kel ompok at as
Kriteria
<
< <
< <
< <
< <
Perhi t ungan
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai daya pembeda
baik
4 Juml ah Juml ah 10
= 0,60
DP =
10
3
4
5
6
7
8
9
10
10 4
UC-09 0 UC-15 1 10
UC-07 0
UC-10 1 9 UC-12 0
UC-20 1 8
UC-11 1
UC-14 1 7 UC-16 0
UC-03 1 6
UC-05 1
UC-06 1 5 UC-08 0
UC-01 1 4
1
UC-04 0
UC-02 1 3 UC-19 1
UC-13 1
Interval DP
2 2
Kode
1 UC-18 1 1 UC-17
Beri kut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, sel anj utnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
di perol eh seperti pada tabel anal i si s buti r soal .
No Kode Skor
Kel ompok At as Kel ompok Bawah
No Skor
Kriteria
Sangat j el ek
Jelek
Cukup
0,40 Bai k
Sangat Bai k
0,00
0,20
0,40
0,70
1,00
JS
A
0,70
DP
DP
DP
DP
DP
0,00
0,20
Per hi t ungan Daya Pembeda Soal Mat er i Bi l angan Kompl eks
DP
JB
A
JB
B
A
B A
JS
JB JB
DP
Rumus:
Keterangan:
: Banyaknya butir soal
: Rata-rata skor total
: Varians total
Kriteria
Apabila r
11
> r
tabel
, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:
2
40
40 1 40 x
Pada = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444
Karena r
11
> r
tabel
, maka soal tersebut reliabel
Perhitungan Reliabilitas Instrumen Materi Bilangan Kompleks
k
M
Vt
Vt =
17006
558
= 71,890
20
20
M =
Y
=
558
= 27,90
N 20
r
11
=
40
1
27,90 27,90
71,890
= 0,905
,
_
,
_
Vt k
M) - M(k
- 1
1 - k
k
r
11
HASIL ANALISIS UJI COBA SOAL RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK
No Soal
No Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1
2 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 UC-03 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
4 UC-08 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1
6 UC-04 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
7 UC-10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
8 UC-05 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
9 UC-11 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0
10 UC-09 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1
11 UC-06 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
12 UC-15 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1
13 UC-19 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
14 UC-13 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1
15 UC-14 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1
16 UC-17 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
17 UC-18 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
18 UC-20 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
19 UC-12 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0
20 UC-16 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
Jumlah 16 16 15 12 11 9 9 9 14 18 9 9 8 12
Mp 21,31 21,19 21,60 22,67 23,09 25,67 24,67 24,00 21,43 19,39 26,22 18,56 23,75 18,08
Mt 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95
p 0,80 0,80 0,75 0,60 0,55 0,45 0,45 0,45 0,70 0,90 0,45 0,45 0,40 0,60
q 0,20 0,20 0,25 0,40 0,45 0,55 0,55 0,55 0,30 0,10 0,55 0,55 0,60 0,40
pq 0,1600 0,1600 0,1875 0,2400 0,2475 0,2475 0,2475 0,2475 0,2100 0,0900 0,2475 0,2475 0,2400 0,2400
St 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47
rpbis 0,632 0,599 0,614 0,609 0,613 0,813 0,692 0,611 0,507 0,176 0,880 -0,048 0,524 -0,142
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak
JBA 10 10 10 9 9 8 8 8 9 9 9 4 7 5
JBB 6 6 5 3 2 1 1 1 5 9 0 5 1 7
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,40 0,40 0,50 0,60 0,70 0,70 0,70 0,70 0,40 0,00 0,90 -0,10 0,60 -0,20
D
a
y
a
P
e
m
b
e
d
a
Kriteria Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Jelek Baik sekali
Sangat
jelek Baik
Sangat
jelek
JBA +
JBB 16 16 15 12 11 9 9 9 14 18 9 9 8 12
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,80 0,80 0,75 0,60 0,55 0,45 0,45 0,45 0,70 0,90 0,45 0,45 0,40 0,60
T
i
n
g
k
a
t
K
e
s
u
k
a
r
a
n
Kriteria Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang
Kriteria soal Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang
No Soal
No Kode
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 UC-02 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 UC-03 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
4 UC-08 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
5 UC-07 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
6 UC-04 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
7 UC-10 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
8 UC-05 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
9 UC-11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
10 UC-09 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0
11 UC-06 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0
12 UC-15 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0
13 UC-19 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0
14 UC-13 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0
15 UC-14 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
16 UC-17 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0
17 UC-18 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
18 UC-20 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
19 UC-12 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0
20 UC-16 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
Jumlah 8 17 7 9 11 11 11 13 14 13 13 16 16 1
Mp 25,25 18,76 26,00 25,33 22,82 22,45 23,64 22,92 21,57 22,15 22,85 21,25 21,06 8,00
Mt 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95
p 0,40 0,85 0,35 0,45 0,55 0,55 0,55 0,65 0,70 0,65 0,65 0,80 0,80 0,05
q 0,60 0,15 0,65 0,55 0,45 0,45 0,45 0,35 0,30 0,35 0,35 0,20 0,20 0,95
pq 0,2400 0,1275 0,2275 0,2475 0,2475 0,2475 0,2475 0,2275 0,2100 0,2275 0,2275 0,1600 0,1600 0,0475
St 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47
rpbis 0,688 -0,059 0,692 0,773 0,572 0,518 0,693 0,725 0,536 0,584 0,710 0,616 0,565 -0,336
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s
Kriteria Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak
JBA 7 8 7 8 8 8 9 10 9 9 9 10 10 0
JBB 1 9 0 1 3 3 2 3 5 4 4 6 6 1
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,60 -0,10 0,70 0,70 0,50 0,50 0,70 0,70 0,40 0,50 0,50 0,40 0,40 -0,10
D
a
y
a
P
e
m
b
e
d
a
Kriteria Baik
Sangat
jelek Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Cukup
Sangat
jelek
JBA +
JBB 8 17 7 9 11 11 11 13 14 13 13 16 16 1
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,40 0,85 0,35 0,45 0,55 0,55 0,55 0,65 0,70 0,65 0,65 0,80 0,80 0,05
T
i
n
g
k
a
t
K
e
s
u
k
a
r
a
n
Kriteria Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sukar
Kriteria soal Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang
No Soal
No Kode
29 30 31 32 33 34 35
Y Y
2
1 UC-01 0 1 0 0 1 1 1 28 784
2 UC-02 0 1 0 0 1 1 1 29 841
3 UC-03 0 1 0 0 1 0 1 28 784
4 UC-08 0 1 1 0 1 1 1 31 961
5 UC-07 0 1 1 0 1 0 1 26 676
6 UC-04 0 1 0 0 0 1 1 24 576
7 UC-10 0 1 0 0 0 0 1 25 625
8 UC-05 0 1 0 0 0 1 1 23 529
9 UC-11 0 1 0 0 0 1 0 22 484
10 UC-09 0 1 0 0 0 0 0 22 484
11 UC-06 0 1 0 0 0 0 1 17 289
12 UC-15 0 1 0 0 0 0 1 17 289
13 UC-19 0 1 1 0 0 0 1 15 225
14 UC-13 0 1 0 0 0 0 1 12 144
15 UC-14 1 0 1 0 0 0 0 11 121
16 UC-17 0 1 1 0 0 0 0 11 121
17 UC-18 1 0 0 1 1 0 0 8 64
18 UC-20 0 0 1 0 0 0 1 10 100
19 UC-12 1 0 0 0 0 0 0 11 121
20 UC-16 1 0 0 1 0 0 0 9 81
Jumlah 4 15 6 2 6 6 13 379 8299
Mp 9,75 22,00 17,33 8,50 25,00 26,17 21,92
Mt 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95
p 0,20 0,75 0,30 0,10 0,30 0,30 0,65
q 0,80 0,25 0,70 0,90 0,70 0,70 0,35
pq 0,1600 0,1875 0,2100 0,0900 0,2100 0,2100 0,2275
St 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47
rpbis -0,616 0,707 -0,142 -0,466 0,530 0,632 0,542
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
V
a
l
i
d
i
t
a
s
Kriteria Tidak Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid
JBA 0 10 2 0 5 6 8
JBB 4 5 4 2 1 0 5
JSA 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10
DP -0,40 0,50 -0,20 -0,20 0,40 0,60 0,30
D
a
y
a
P
e
m
b
e
d
a
Kriteria Sangat jelek Baik Sangat jelek Sangat jelek Cukup Baik Cukup
JBA +
JBB 4 15 6 2 6 6 13
JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 k = 35
IK 0,20 0,75 0,30 0,10 0,30 0,30 0,65 M = 18,9500
T
i
n
g
k
a
t
K
e
s
u
k
a
r
a
n
Kriteria Sukar Mudah Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang Vt = 55,8475
Kriteria soal Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai r11 = 0,8692
Rumus
Keterangan:
= Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
= Rata-rata skor total
= Standart deviasi skor total
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
= Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Kriteria
Apabila r
pbis
> r
tabel
, maka butir soal valid.
Perhitungan
Perhitungan Validitas Butir Rangkaian Listrik Arus Bolak-Balik
0
Y
2
1
M
p
M
t
S
t
p
Kode
20 UC-16 0
16 Jumlah
1
UC-20 0 10
0 UC-18
9 81
0
XY
23 529
841
784 28
24
625 25
100
22
484
11
17
15
289
0
22
484
0
31
26 676
576
289 17
144
17
12
121
15
1 22
0 11
1 12
2
1 UC-01
10
UC-04
UC-10
UC-05
UC-11
UC-09
1
1
1 29
1
22
24
1 26
23
q
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk
butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh
seperti pada tabel analisis butir soal.
1
No
Butir soal
no 1 (X)
Skor Total
(Y)
6
7 25
28
UC-19
14
UC-14
19
15
16
17
18
UC-17
11
8
11 121 UC-12 1
11 121
64
379 8299 341
1 225
17
1
1
28 28 784
31 961
29
3
4
5
1
1
UC-02
UC-03
UC-08
UC-07
UC-13
8
9
13
12 UC-15
11 UC-06
q
p
S
M M
r
t
t p
pbis
Rumus
Keterangan:
: Daya Pembeda
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
: Banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria
<
< <
< <
< <
< <
Perhitungan
Perhitungan Daya Pembeda Soal Rangkaian Listrik Arus
Bolak-Balik
DP
JB
A
JB
B
JS
A
0,70
DP
DP
DP
DP
DP
0,00
0,20
0,40 Baik
Sangat Baik
0,00
0,20
0,40
0,70
1,00
Kelompok Bawah
No Skor
Kriteria
Sangat jelek
Jelek
Cukup
No Kode Skor
Kelompok Atas
Interval DP
2 2
Kode
1 UC-01 1 1 UC-06
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
1
UC-15 1
UC-03 1 3 UC-19 1
UC-02 1
UC-13 1
UC-07 1 5 UC-14 0
UC-08 1 4
UC-17 1
UC-10 1 7 UC-18 0
UC-04 1 6
UC-20 0
UC-11 1 9 UC-12 1
UC-05 1 8
10 6
UC-16 0 UC-09 1 10
7
8
9
10
3
4
5
6
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai daya pembeda
cukup
6 Jumlah Jumlah 10
= 0,40
DP =
10
A
B A
JS
JB JB
DP
Rumus:
Keterangan:
: Banyaknya butir soal
: Rata-rata skor total
: Varians total
Kriteria
Apabila r
11
> r
tabel
, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:
2
40
40 1 40 x
Pada = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444
Karena r
11
> r
tabel
, maka soal tersebut reliabel
k
M
Vt
Perhitungan Reliabilitas Instrumen Rangkaian Listrik Arus
Bolak-Balik
Vt =
8299
379
= 55,848
20
20
M =
Y
=
379
= 18,95
N 20
r
11
=
40
1
18,95 18,95
55,848
= 0,842
,
_
,
_
Vt k
M) - M(k
- 1
1 - k
k
r
11
KISI-KISI INSTRUMEN PENGUASAAN
MATERI BILANGAN KOMPLEKS BENTUK OBYEKTIF
P
E
N
G
E
T
A
H
U
A
N
P
E
M
A
H
A
M
A
N
A
P
L
I
K
A
S
I
D
A
R
I
P
E
M
A
H
A
M
A
N
NO
MATERI BILANGAN
KOMPLEKS
N
o
.
S
o
a
l
y
a
n
g
d
i
p
a
k
a
i
N
o
.
S
o
a
l
y
a
n
g
d
i
b
u
a
n
g
N
o
.
S
o
a
l
y
a
n
g
d
i
p
a
k
a
i
N
o
.
S
o
a
l
y
a
n
g
d
i
b
u
a
n
g
N
o
.
S
o
a
l
y
a
n
g
d
i
p
a
k
a
i
N
o
.
S
o
a
l
y
a
n
g
d
i
b
u
a
n
g
JMLH
SOAL
1.
2.
3.
4.
Siswa dapat menyebutkan
pengertian bilangan
kompleks.
Siswa dapat mengubah
bilangan kompleks
rektangular ke dalam
bentuk polar.
Siswa dapat mengubah
bilangan kompleks dari
bentuk polar ke bentuk
rektangular.
Siswa dapat menjumlahkan
2 phasor dalam bentuk
1,2
, 3
4
6, 7
14
17,
35
5
12,
13
8 9
10,
11
15
18,
19,
16,
5
6
5
4
5.
6.
7.
kompleks rektangular, dan
dalam bentuk polar.
Siswa dapat menyelesaikan
pengurangan 2 phasor
dalam bentuk kompleks
rektangular, dan dalam
bentuk polar.
Siswa dapat menyelesaikan
perkalian 2 phasor dalam
bentuk kompleks
rektangular, dan dalam
bentuk polar.
Siswa dapat menyelesaikan
pembagian 2 phasor dalam
bentuk kompleks
rektangular, dan dalam
bentuk polar.
20,
24,
36
38
39
21,
37
26,
27
33
22,
23,
25
28,
30
32,
34,
40
29
8
6
5
Jumlah Soal
3 0 12 8 15 2 40
Persentase
7
,
5
%
0
%
3
0
%
2
0
%
3
7
,
5
%
5
%
100%
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
Kampus Sekaran GunungPati Semarang 50229
TES PENELITIAN
LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN
Mata Diklat : PKDLE
Pokok Bahasan : Materi Bilangan Kompleks
Tingkat/ Jurusan : I/Listrik Industri
Hari, Tanggal : Rabu, 8 Juni 2005
Waktu : 120 menit
PETUNJUK:
1. Jumlah soal sebanyak 40 butir terdiri dari soal obyektif.
2. Tulislah nama, kelas, jurusan, dan nomor absen anda pada tempat yang telah
disediakan.
3. Cara menjawab soal dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu huruf a,
b, c, atau d yang dianggap benar pada lembar jawaban yang telah disediakan.
4. jika terjadi kesalahan dan Anda ingin melakukan pembetulan berilah tanda
= pada huruf pilihan Anda yang salah, kemudian silanglah pada huruf yang
benar.
5. Laporkan pada pengawas jika terdapat tulisan yang kurang jelas atau rusak.
6. Sebelum hasil pekerjaan diserahkan kepada pengawas teliti kembali pekerjaan
Anda tersebut.
SELAMAT MENGERJAKAN
1. Apabila a adalah bilangan real dan b adalah bilangan imajiner, maka penulisan
bilangan kompleks yang benar adalah..
a. a + jb c. a + b
b. ja + b d. ja + jb
2. Notasi dari bilangan imajiner adalah..
a. -a c.
b. j d. r
3. Satuan dari bilangan imajiner adalah..
a. 1 c. 1
b. 1 d. 1
4. Nilai dari j
5
adalah..
a. -1 c. 1
b. j d. j
5. Apabila x = -3 dan y = 4 atau titik A (-3, 4) seperti
tampak gambar disamping, maka penulisan bentuk
bilangan kompleksnya adalah
a. A
= 4 j3 c. A
= 3 j4
b. A
= 4 + j3 d. A
= 3 + j4
A (-3, 4)
4
-3
0
y
x
6. Dalam bentuk polar, bilangan kompleks A
= a + jb dapat dinyatakan..
a.
b
a
b a A
1 2 2
tan
+
b.
b
a
b a A
1 2 2
tan
c.
a
b
b a A
1 2 2
tan
d.
a
b
b a A
1 2 2
tan
+
7. Diketahui sebuah diagram cartesius seperti
tampak pada gambar disamping dengan
titik A
= 12,2545
b. A
= 12,25-45
c. A
= 83,66 -45
d. A
= 83,6645
r
a
b
y
x
A (a + jb)
9. Diketahui bilangan kompleks pada titik A
= 4 + j3
seperti tampak pada gambar disamping, maka nilai r
adalah..
a. r =
2 2
3 4 + c. r = 3 4 +
b. r =
2 2
) 3 ( 4 d. r =
2 2
) 4 ( 3
10. Bentuk kompleks A
= 24 120 c. A
= 24 330
b. A
= 12 330 d. A
= 12 120
11. Diketahui bilangan kompleks A
adalah..
a. A
= 5 -53,13 c. A
= 12 -53,13
b. A
= 5 53,13 d. A
= 12 53,13
12. Diketahui bilangan polar A
adalah..
a. A
= r (cos + j sin ) c. A
= r (sin + j sin )
b. A
= r (sin + j cos ) d. A
= r (cos + jcos )
r
y
x
A (4 + j3)
13. Nilai bentuk bilangan polar A
r
c. b = r cos
b. b = r sin d. b = tan
-1
r
14. Diketahui bilangan polar A
r
b. a = tan
-1
r
d. a = r cos
15. Nilai bilangan kompleks dari A
= 24 315 adalah..
a. A
= 122 - j122 c. A
= -122 + j12
b. A
= 122 + j12 d. A
= 122 + j122
16. Diketahui r = 10 dengan sudut = 135 yang terletak pada diagram cartesius
di bawah ini. Maka bentuk kompleksnya adalah..
a. - 53 + j5 c. -52 + j52
b. 52 + j52 d. 53 + j5
r
y
x
17. Diketahui dua phasor bentuk kompleks A
= a
1
+ jb
1
dan B
= a
2
+ jb
2.
Apabila
keduanya dijumlahkan nilai bilangan kompleks C
adalah..
a. C
= (a
1
+ b
1
) + j (a
2
+ b
2
) c. C
= (a
1
+ a
2
) + j (b
1
+ b
2
)
b. C
= (a
1
+ b
2
) + j (a
2
+ b
1
) d. C
= (a
2
+ b
2
) + j (a
1
+ b
1
)
18. Apabila nilai phasor C
= A
+ B
= 3 - j2 dan B
= -5 +
j6, maka nilai phasor C
adalah..
a. C
= 2 + j4 c. C
= -2 + j4
b. C
= -8 + j8 d. C
= 8 + j8
19. Hasil penjumlahan fasor bentuk bilangan kompleks dari dua fasor bentuk
bilangan polar A
= 70 30 dan B
= 40 45 adalah..
a. C
= 88,91 + j63,28 c. C
= -88,91 + j63,28
b. C
= 88,91 - j63,28 d. C
= -88,91 - j63,28
20. Diketahui nilai fasor A
= -a
1
+ jb
1,
B
= a
2
+ jb
2,
dan
C
= B
- A
. Maka nilai
fasor
C
adalah..
a. C
= (a
2
a
1
) + j (b
1
b
2
)
b. C
= (a
2
+a
1
) + j (b
2
b
1
)
c. C
= (a
2
+ a
1
) - j (b
2
b
1
)
d. C
= (a
1
a
2
) - j (b
1
b
2
)
21. Apabila nilai phasor A
= a
1
+ jb
1
dan nilai phasor B
= a
2
+ jb
2.
Maka nilai
phasor A
- B
sama dengan..
a. A
- B
= (a
2
a
1
) + j (b
2
b
1
) c. A
- B
= (a
1
a
2
)+ j (b
2
b
1
)
b. A
- B
= (a
2
a
1
) + j (b
1
b
2
) d. A
- B
= (a
1
a
2
) + j (b
1
b
2
)
22. Diketahui phasor bilangan kompleks A
dikurangi phasor
B
adalah C
yang nilainya..
a. C
= (-2 j11) c. C
= (2 + j16)
b. C
= (-2 - j7) d. C
= (2 + j7)
23. Bilangan phasor A
= 2,52 + j2,5 c. A
= 2,53 + j2,5
b. A
= 2,5 + j2,53 d. A
= 2,5 + j2,52
24. Diketahui dua phasor bilangan kompleks A
= (m
1
+ jn
1
) dan B
= (m
2
+
jn
2
).
Jika nilai phasor C
= A
- B
adalah..
a. C
= (m
1
m
2
) + j(n
2
n
1
) c. C
= (m
1
m
2
) + j(n
1
n
2
)
b. C
= (m
2
m
1
) + j(n
1
n
2
) d. C
= (m
2
m
1
) + j(n
2
n
1
)
25. Diketahui phasor bentuk bilangan polar A
- A
adalah..
a. B
- A
= 5 j10, 86
b. B
- A
= -5 j10, 86
c. B
- A
= 10 + j6,46
d. B
- A
= -10 + j6,46
26. Diketahui dua phasor bilangan kompleks bentuk rektangular A
= a
1
+ jb
1
dan
B
= a
2
+ jb
2.
Hasil perkalian dari dua phasor tersebut sama dengan C
. Maka
nilai phasor C
adalah..
a. C
= (a
1
a
2
b
1
b
2
) + j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
)
b. C
= (a
1
b
1
a
2
b
2
)+ j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
)
c. C
= (a
1
b
2
a
2
b
1
)+ j(a
1
b
2
- a
2
b
1
)
d. C
= (a
2
b
1
a
1
b
2
)+ j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
)
27. Dibawah ini cara perkalian yang benar adalah..
a. a x b = (a x b)
b. a x b = (a + b)
c. a x b = (a x b) (x)
d. a x b = (a x b) (+)
28. Diketahui phasor bilangan kompleks A
dan B
,
maka nilai nilai C
= 2 + j1 c. C
= 6 + j17
b. C
= 2 + j17 d. C
= 6 j1
29. Diketahui dua phasor bilangan bentuk polar masing-masing A
= 6 10dan
B
adalah
a. C
= 820 c. C
= 12100
b. C
= 8100 d. C
= 1220
30. Hasil kali dalam bentuk polar dari phasor bilangan kompleks A
= 5 + j3,2 dan
phasor bilangan polar B
= 830 adalah C
. Nilai phasor C
adalah..
a. C
= 5,9-62,6 c. C
= -5,962,6
b. C
= 5,962,6 d. C
= -5,9-62,6
31. Cara pembagian dua phasor bilangan kompleks
B
=
jb a
jb a
2 2
1 1
+
+
adalah..
a.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a - b j(a a a
B
+
+
c.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a b j(a a a
B
+
+ +
b.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a - b j(a a a
B
+
+ +
d.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b - ) b a - b j(a a a
B
32. Diketahui dua bilangan kompleks masing -masing A
= 4 + j5 dan B
=1- j2
Hasil bagi dari bilangan kompleks
B
adalah
a.
B
= 1,2 + j2,6 c.
B
=1,2 j2,6
b.
B
=1,2 j2,6 d.
B
=1,2 + j2,6
33. Dibawah ini cara pembagian yang benar adalah..
a. a : b = (a + b) (- )
b. a : b= (a - b) (- )
c. a : b = (a : b) (- )
d. a : b = (a : b) (- )
34. Diketahui phasor bilangan kompleks bentuk rektangular A
= 2 + j5 dan
phasor bilangan kompleks bentuk polar B
= 2,7 38,2 c.
B
= 5,38 38,2
b.
B
= 5,38 8,2 d.
B
= 2,7 8,2
35. Diketahui dua phasor bilangan A
= a
1
- jb
1
dan B
= -a
2
+ jb
2.
Maka
nilai phasor A
+B
adalah..
a. A
+B
= (a
2
a
1
) + j (b
2
b
1
)
b. A
+B
= (a
2
a
1
) + j (b
1
b
2
)
c. A
+B
= (a
1
a
2
) + j (b
2
b
1
)
d. A
+B
= (a
1
a
2
) + j (b
1
b
2
)
36. Diketahui phasor bilangan kompleks A
= -a
1
jb
1
dan phasor
bilangan kompleks B
= a
2
jb
2.
Maka nilai phasor bilangan A
adalah..
a. C
= (a
2
a
1
) + j (b
2
+ b
1
)
b. C
= (a
2
a
1
) + j (b
1
b
2
)
c. C
= (a
1
a
2
) - j (b
2
b
1
)
d. C
= (a
1
+ a
2
) - j (b
1
+ b
2
)
37. Diketahui tiga phasor bilangan A
1
r
;
B
2
r ; C
= A
-
B
.
Jika sudut dalam phasor bilangan A
dan B
tersebut besarnya
sama, maka nilai phasor C
adalah..
a. C
= (r
1
: r
2
) c. C
= (r
1
: r
2
)
( - )
38. Diketahui phasor bilangan kompleks A
= a
1
+ jb
1
dan phasor bilangan
kompleks B
= a
2
jb
2,
jika nilai phasor C
dan B
= (a
1
a
2
+ b
1
b
2
) + j(a
2
b
1 -
a
1
b
2
) c. C
= (a
1
b
2
a
2
b
1
)+ j(a
1
b
2
- a
2
b
1
)
b. C
= (a
1
a
2
- b
1
b
2
) + j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
) d. C
= (a
2
b
1
a
1
b
2
)+ j(a
1
b
2
+ a
2
b
1
)
39. Nilai phasor bilangan C
= -a
1
+ jb
1
dibagi phasor bilangan kompleks B
= -a
2
jb
2.
Maka nilai phasor C
adalah..
a.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a - b j(a a a
C
+
+
b.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a - b j(a a a
C
+
+ +
c.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b ) b a b j(a a a
C
+
+
d.
2
2
2
2
2 1 1 2 2 1 2 1
b a
b b - ) b a - b j(a a a
C
40. Diketahui phasor bilangan kompleks A
=230,
.
jika nilai phasor C
dibagi B
, maka nilai
phasor C
= 10 23, 13 c. C
= 2 23, 13
b. C
= 10 83, 13 d. C
= 2 83, 13
KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL-SOAL RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK BENTUK
OBYEKTIF
A
P
L
I
K
A
S
I
D
A
R
I
P
E
M
A
H
A
M
A
N
No
MATERI RANGKAIAN
LISTRIK ARUS BOLAK-
BALIK No. Soal yang
dipakai
No. soal
yang
dibuang
JML
SOAL
1.
2.
3.
Siswa dapat menghitung
impedansi, tegangan, arus,
faktor daya, dan besarnya daya
pada rangkaian R, L, dan C.
Siswa dapat menghitung
impedansi, tegangan total, arus,
daya, faktor daya dan admitansi
rangkaian pada rangkaian seri
RL, RC dan RLC.
Siswa dapat menghitung
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
8, 9, 11, 13, 15, 17,
18, 19, 20, 21, 22,
23
24, 25, 26, 27, 30,
10, 12, 14,
16,
28, 29, 31,
7
16
11
4.
impedansi, arus, admitansi,
daya dalam bentuk polar dan
bentuk kompleks pada
rangkaian paralel RL, RC, dan
RLC.
Siswa dapat menghitung
impedansi dan admitansi dalam
bentuk kompleks pada
rangkaian campuran RLC.
33, 34
35
32
1
JUMLAH SOAL 27 8 35
PRESENTASE 77,14% 22,86% 100%
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
Kampus Sekaran GunungPati Semarang 50229
TES PENELITIAN
LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN
Mata Diklat : PKDLE
Pokok Bahasan : Rangkaian Listrik arus bolak-balik
Tingkat/ Jurusan : I/Listrik Industri
Hari, Tanggal : Rabu, 8 Juni 2005
Waktu : 120 menit
PETUNJUK:
1. Jumlah soal sebanyak 35 butir terdiri dari soal obyektif.
2. Tulislah nama, kelas, jurusan, dan nomor absen anda pada tempat yang telah
disediakan.
3. Cara menjawab soal dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu huruf a,
b, c, atau d yang dianggap benar pada lembar jawaban yang telah disediakan.
4. jika terjadi kesalahan dan Anda ingin melakukan pembetulan berilah tanda
= pada huruf pilihan Anda yang salah, kemudian silanglah pada huruf yang
benar.
5. Laporkan pada pengawas jika terdapat tulisan yang kurang jelas atau rusak.
6. Sebelum hasil pekerjaan diserahkan kepada pengawas teliti kembali pekerjaan
Anda tersebut.
7. Setelah pekerjaan selesai, kumpulkan lembar soal dan lembar jawaban anda
kepada pengawas
SELAMAT MENGERJAKAN
1. Suatu rangkaian listrik arus bolak-balik dengan beban hambatan 15 ohm diberi
tegangan sebesar 50 volt dan mempunyai frekuensi 50 Hz. Dalam bentuk
bilangan kompleks, impedansi rangkaian dapat dinyatakan dengan..
a.
R
= 15 + j0 ohm
b.
R
= 15 + j15 ohm d.
R
= 21,2 + j0 ohm
2. Pada soal no. 1, besarnya arus yang melewati hambatan dalam bentuk polar
adalah..
a.
= 3,330 A c.
= 3,3345 A
b.
= 3,33 90 A d.
= 3,33-90 A
3. Besarnya daya sesungguhnya yang diberikan pada soal no. 1 adalah.
a. P = 16,65 Watt c. P = 15,01 Watt
b. P = 166,5 Watt d. P = 150,1 Watt
4. Induktor murni memiliki induktansi 20 mH dipasang pada tegangan lisrik arus
bolak-balik 120V0 dengan frekuensinya 50 Hz . Dalam bentuk polar
impedansi rangkaian dapat dituliskan sebagai..
a.
L
= 6,2890 Ohm c.
L
= 6,280 Ohm
b.
L
= 6,28-90 Ohm d.
L
= 19,1-80.95 A c.
= 19,190 A
b.
= 19,1 0 A d.
= 19,1-90 A
6. Nilai impedansi dalam bentuk bilangan
kompleks impedansi rangkaian pada gambar
samping soal no.6 adalah..
a.
C
= 0-j159,24 Ohm c.
C
= 0+j0,0063 Ohm
b.
C
= 0+j159,24 Ohm d.
C
= 0-j0,0063 Ohm
7. Besarnya arus yang melewati kapasitor dalam bentuk polar adalah..
a.
= 0,1390 A c.
= 7,96-90 A
b.
= 0,13 -90 A d.
= 7,9690 A
8. Suatu rangkaian listrik mempunyai hambatan 10 ohm dan induktor 25 mH
yang dihubungkan secara seri. Jika arus sumber nilainya 2 + j2,2 A dan pada
frekuensi 50 Hz, maka nilai impedansi rangkaian dalam bentuk bilangan
kompleks adalah..
a. Z
= 10 + j 7,85 ohm
b. Z
= 10 + j 7,85 ohm
C = 20uF
20 0
9. Dalam bentuk bilangan polar impedansi rangkaian seri soal no. 8 adalah..
a. Z
= 12,7-38, 1 ohm c. Z
= 12,70 ohm
b. Z
= 12,790 ohm
10. Besarnya tegangan yang diberikan pada rangkaian soal no. 8 adalah..
a. V
= 37,98-38, 1 ohm c. V
= 37,9885,86 ohm
b. V
= 37,98-85,86 ohm d. V
= 37,9838,1 ohm
11. Besarnya daya nyata pada rangkaian soal nomor 8 adalah..
a. P = 8,1 watt c. P = 88,31 watt
b. P = 75,8 watt d. P = 7,5 watt
12. Besarnya faktor daya pada rangkaian soal nomor 8 adalah..
a. faktor daya = 0,072 c. faktor daya =18,44
b. faktor daya = 0,79 d. faktor daya = 0,67
13. Dalam bentuk bilangan kompleks besarnya admitansi rangkaian pada soal
nomor 8 adalah
a. Y
= 40 0 ohm c. Z
= 6 0 ohm
b. Z
= 10 -53,13 ohm d. Z
= 8 90 ohm
15. Arus rangkaian dalam bentuk bilangan polar pada rangkaian soal no. 14
adalah..
a.
= 0,25-53,13 A c.
= 453,13 A
b.
= 4-53,13 A d.
= 0,2553,13 A
16. Besarnya daya semu pada rangkaian soal nomor 14 adalah..
a. S = 12,77 KVAR c. S = 159,82 KVAR
b. S = 96 KVAR d.S= 127,78 KVAR
17. Besarnya faktor daya pada rangkaian so al nomor 14 adalah..
a. faktor daya = 60,0 c. faktor daya = 18,44
b. faktor daya =0,60 d. faktor daya = 0,18
XC=8ohm
R= 6ohm
40 0
18. Suatu rangkaian arus bolak-balik, terdiri dari hambatan (R) 10 ohm,
Reaktansi induktif (X
L
) 4 ohm, dan reaktansi kapasitif (X
C
) 0,1 ohm dipasang
secara seri diberi pasokan tegangan 405. Besarnya Impedansi total pada
rangkaian tersebut dalam bentuk bilangan kompleks adalah..
a. Z
= 10 - j 4,1 ohm c. Z
= 10 + j 4,1 ohm
b. Z
= 10 + j3,9ohm d. Z
= 0,09-21,3 mho c. Y
= 0,09-16,3 mho
b. Y
= 0,0921,3 mho d. Y
= 0,0916,3 mho
20. Besarnya arus yang melalui rangkaian listrik arus bolak-balik pada soal no.18
dalam bentuk bilangan polar adalah..
a.
= 3,7226,3 A c.
= 3,7216,3 A
b.
= 3,72-26,3 A d.
= 3,72-16,3 A
21. Besarnya daya reaktif pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 18
adalah..
a. Q = -3, 67 VAR c. Q = 142,32 VAR
b. Q = 3, 67 VAR d. Q = 142,27 VAR
22. Besarnya daya semu pada rangkaian listrik bolak-balik soal nomor 18
adalah..
a. S = -3, 67 Watt c. S = 142,32 Watt
b. S = 3, 67 Watt d. S = 142,27 Watt
23. Besarnya faktor daya pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 18
adalah..
a. faktor daya = 0,28 c. faktor daya = 0,30
b. faktor daya = 0,96 d. faktor daya = 0,72
24. Besarnya impedansi yang melalui hambatan ( Z
R
)
dalam bentuk polar dari rangkaian listrik soal no.
24 adalah
a. Z
R
= 3,3390 ohm c. Z
R
= 3,33-90 ohm
b. Z
R
= 3,330 ohm d. Z
R
= 3,3345 ohm
25. Bentuk kompleks impedansi total rangkaian gambar soal nomor 24 adalah.
a. Z
T
= 1,46 + j1,37 ohm c. Z
T
= 1,46 j1,37ohm
b. Z
T
= 1,37 + j1,46ohm d. Z
T
= 1,37 j1,46ohm
AC R= 3,33ohm
20 53,3
XL=2,5 ohm
26. Besarnya konduktansi pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24
dalam bentuk polar adalah..
a. G
= 0,3-90 S c. G
= 0,4-90 S
b. G
= 0,30 S d. G
= 0,40 S
27. Besarnya susceptansi pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24
dalam bentuk polar adalah..
a. B
= 0,3-90 S c. B
= 0,4-90 S
b. B
= 0,30 S d. B
= 0,40 S
28. Besarnya Arus yang melalui induktor pada rangkaian listrik arus bolak-balik
soal nomor 36 dalam bentuk polar adalah..
a.
L
= 653,3 A c.
L
= 6-53,3A
b.
L
= 8-36,7 A d.
L
= 836,7 A
29. Besarnya arus total pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24
dalam bentuk polar adalah..
a.
T
= 10,210 A c.
T
= 1010,2 A
b.
T
= 10,2-10 A d.
T
= 10-10,2 A
30. Besarnya daya semu pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24
adalah..
a. S = 28,4 KVAR c. S = 121 KVAR
b. S = 43,5 K VAR d. S = 117,63 KVAR
31. Rangkaian listrik arus bolak-balik terdiri dari tahanan 2 ohm dan kapasitor
750 F dihubungkan seri kemudian diberi tegangan sumber dan mengalirkan
arus ke beban sebesar
= 0,5525,64 ohm c. Z
= 4,966,7 ohm
b. Z
= 4,96-6,7 ohm
32. Besarnya daya nyata pada rangkaian gambar soal nomor 48 adalah.
a. P = 6, 33 watt c. P = 50, 7 watt
b. P = 5,07 watt d. P = 63,3 watt
33. Gambar soal no. 51 disamping dalam
bentuk kompleks mempunyai impedansi
rangkaian yang nilainya..
a. Z
= 10 90,5 mho c. Y
= 10 -180,5 mho
b. Y
= 10 180,5 mho
35. Diketahui rangkaian seperti gambar
disamping, dimana C = 150 F, L = 20 mH,
dan R = 10 ohm. Dalam bentuk kompleks
admitansi rangkaian gambar soal nom or 62 adalah.
a. Y
-
-
-
k
1 i
2
i 2
O
i
i
E
E
( )
2 2
X X N
Y X - XY N
b
2
2
Diagram Pencar dan garis persamaan regresi
y = 1,478x - 56,246
R
2
= 0,435
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
= JK (T) - JK(a) - JK (b|a)
= =
(Y
i
)
2
=
= JK (S) - JK(E)
= =
Derajat Kebebasan (dk)
dk (a) = 1
dk (b|a) = 1
dk (S) = n - 2 = 2 =
dk (TC) = k - 2 = 2 =
dk (E) = n - k = 9 =
Rerata Kuadrat (RK)
++
15
96,30
5
+
+
2
51,85
+
37,04 48,15
1659,8080 2688,6145 -
40,74
2
0,377 2,243 Linier
Galat (E) 41 7389,880 180,2410
163,868
Tuna Cocok (TC) 7 475,784 67,9691
36,882 4,043 Signifikan Reresi (b|a) 1 6043,801 6043,801
Residu (S) 48 7865,664
Regresi (a) 1 217311,385 217311,385
F F tabel Kriteria
Total 50 231220,850
Sumber Variasi dk JK RK
7389,880
= 180,241
dk(E) 41
RK (E) =
JK (E)
=
475,784
= 67,969
dk(TC) 7
RK (TC) =
JK (TC)
=
7865,664
= 163,868
dk(S) 48
RK (S) =
JK (S)
=
6043,801
= 6043,801
dk(b|a) 1
RK (b|a) =
JK (b|a)
=
217311,385
= 217311,385
dk(a) 1
RK (a) =
JK (a)
=
9 7
50 41
7389,880 475,784
50 48
JK(E) 7389,880
JK(TC)
7865,664
6639,2318 9272,9767 -
81,48
5
1
7901,2346 1659,8080
2688,6145 -
51,85
-
88,89 40,74
3511,6598 3511,6598 -
59,26 59,26
+
=
7865,664
JK(E) =
Y
i
2
n
i
1371,7421 2318,2442 -
JK(S)
231220,8505 217311,385 6043,801
4132,26 3296,30
= 6043,801
50
(X)(Y)
N
= 1,478 276511,3501
JK (b|a) = b XY
++
++
2
2
++
++
2
+
+
2
+
+
2
++
++
2
Koefisien korelasi dan Determinasi
Koefisien korelasi (rxy) dinyatakan dengan rumus:
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh:
50
50
2
50
2
=
Koefisien determinasi
50
50
2
=
Uji Keberartian Koefisien Korelasi
Untuk menguji keberartian koefisien korelasi digunakan uji t dengan rumus:
-t
(1-)(n- 2)
t
(1-)(n- 2)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh:
50 2
1 -
Pada = 5% dan dk = (50-2) = 48 diperoleh t
(0,975)(48)
=
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, berarti bahwa koefisien korelasi ini signifikan.
r
xy
=
276511,3501 4132,26 3296,30
344276,7950 4132,26 231220,8505 3296,3
0,66
r
2
=
1,478 276511,35 4132,3 3296,3
231220,85 3296,3
0,435
Apabila t berada pada daerah penerimaan Ho, yaitu -t
(1-1/2)(n-2)
< t < t
(1-1/2)(n-2)
, berarti bahwa
koefisien korelasi tidak signifikan.
t =
0,66
= 6,073
0,435
2,01
-2,01 2,01 6,073
( )( )
( ) { } ( ) { }
2 2 2 2
xy
Y Y N X X N
Y X - XY N
r
xy
2
xy
r 1
2 n r
t
Daerah
penerimaan
Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penerimaan
Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
{ }
( )
2 2
2
Y Y N
Y X - XY N b
r