Anda di halaman 1dari 28

A.

Paramagnetik
Bahan paramagnetik adalah bahan-bahan yang memiliki suseptibiitas magnetik m
yang positif dan sangat kecil. Paramagnetik muncul dalam bahan yang atom- atomnya
memiliki momen magnetik yang berinteraksi satu sama lain secara sangat lemah. Apabila
tidak terdapat Medan magnetik luar, momen magnetik ini akan berorientasi acak. Dengan
daya Medan magnetik luar, momen magnetik ini arahnya cenderung sejajar dengan
medannya, tetapi ini dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi acak akibat
gerakan termalnya.

Perbandingan

momen

yang

menyearahkan

dengan

medan

ini bergantung pada kekuatan medan dan pada temperaturnya. Pada medan magnetik luar
yang kuat pada temperatur yang Sangat rendah, hampir seluruh momen akan disearahkan
dengan medannya (Tipler, 2001).

Gambar 2.13 Arah elektromagnetik


(a). Tanpa medan magnet luar(B=0) (b). Dengan magnet luar. (B>0)
Sumber :https://www.academia.edu/7566690/2._bab_1-3 (2014)
Karakteristik dari bahan yang bersifat paramagnetik adalah memiliki momen
magnetik permanen yang akan cenderung menyearahkan diri sejajar dengan arah medan
magnet dan harga suseptibilitas magnetiknya berbanding terbalik dengan suhu T. Variasi dari
nilai susceptibilitas magnetik yang berbanding terbalik dengan suhu T adalah merupakan
hukum Curie
=

2
N ( g B) J ( J +1)
V
3
kB T
2 2
N B P
3 V k BT

C
T

...........................................................................(2.20)

.......................................................................................(2.20)

.....................................................................................................(2.20)

21

Persamaan di atas adalah merupakan persamaan hukum Curie dimana T adalah suhu
B

pengamatan,

adalah bilangan Bohr Magneton, N adalah jumlah atom

Gambar 2.14 Grafik hubungan antara suseptibilitas magnetik


terhadap temperatur T pada bahan paramagnetik (Kittel, 1996)
sumber : https://www.academia.edu/8460392/Magnetik-paramagnetik-feromagnetik-bab-iiasmin
Sifat dari bahan dapat diketahui dengan mengetahui kandungan mineral magnetik
pada bahan tersebut. Kandungan mineral magnetik ini dapat diketahui dengan serangkaian
penelitian, salah satunya adalah dengan mengukur temperatur curie dari bahan tersebut.
Batuan merupakan bahan yang komplek, tersusun dari lebih satu mineral magnetik.
Dengan pengukuran temperatur curie, dapat menentukan mineral magnetik yang terkandung
dalam batuan.
Contoh bahan logam penyusun magnet paramagnetik adalah kromium dan nikel
Kromium
Kromium adalah logam non-ferro yang dalam tabel periodik termasuk golongan VIb
dan lebih mulia dari besi.
Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dan
keras. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium ditemukan dalam
bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah. PbCrO4
dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak.
Semua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium berbahaya,
tetapi kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang biologi
kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa. Dalam bidang kimia, kromium
Digunakan sebagai katalis, seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam
analisis kuantitatif. Dalam industri tekstil, kromium digunakan sebagai mordants. Kromium
memiliki beberapa istop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang
22

digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah
dan kelangsungan hidup sel darah merah.

Karakteristik Kromium
Sifat Fisika Kromium
Tabel 2.1 Sifat Fisika Kromium
Sumber : https://id.scribd.com/doc/74979375/Kromium#download
Massa Jenis
Titik Lebur
Titik Didih
Entalpi Peleburan
Panas Penguapan
Entalpi Atomisasi
Kapasitas Kalor (250C)
Konduktivitas Termal
Koefisien ekspansi termal linier
Kepadatan
Volum Molar
Sifat Resistivitas listrik

7,15 g/cm3 (250C)


2180 K, 19070C, 3465 F
2944 K, 26710C, 4840 F
20,5 kJ mol -1
339 kJ mol -1
397 kJ mol -1
23,25 J/mol.K
94 W m -1 K -1
4,9 x 10 -6 K -1
7,140 kg m -3
7,23 cm 3
12,7 10 -8 m

Sifat Kimia Kromium


Tabel 2.2 Sifat Kimia Kromium
Sumber : https://id.scribd.com/doc/74979375/Kromium#download
Nomor Atom
Massa Atom
Golongan, periode, blok
Konfigurasi elektron
Jumlah elektron tiap kulit
Afinitas electron
Ikatan energi dalam gas
Panjang Ikatan Cr-Cr
Senyawa beracun dan mudah terbakar

24
51,9961 g/mol
VI B, 4, d
[Ar] 3d5 4s1
2, 8,13, 1
64,3 kJ / mol -1
142,9 5,4 kJ / mol -1.
249 pm

Nikel

23

Nikel adalah unsur

kimia metalik

dalam tabel

periodik yang

memiliki

simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni,
nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat
membentuk baja tahan karat yang keras.
Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang
banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamenornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.
Karakteristik Nikel
Sifat Fisika Nikel
Tabel 2.3 Sifat Fisika Kromium
Sumber : http://www.amazine.co/28267/nikel-ni-fakta-sifat-kegunaan-efekkesehatannya/
Struktur Kristal

Fcc

Massa Atom
Titik Didih

58.6934 amu
3005.15 K; 2732.0 C; 4949.6 F

Titik Leleh

1726.15 K; 1453.0 C; 2647.4 F

Massa Jenis

8.902 g/cm3 (250C)

Entalpi Penguapan
Kapasitas Kalor (250C)
Konduktivitas Termal
Koefisien ekspansi termal linier
Kepadatan
Volum Molar
Sifat Resistivitas listrik

17.2 kJ mol -1
0.444 J/mol.K
90.7 W m -1 K -1
4,9 x 10 -6 K -1
7,140 kg m -3
6.6 cm3
14.6 x 106 / cm

Sifat Kimia Nikel


Tabel 2.4 Sifat Kimia Kromium
Sumber : http://www.amazine.co/28267/nikel-ni-fakta-sifat-kegunaan-efekkesehatannya/
Nomor Atom
Massa Atom
Jumlah Protons/Elektron
Jumlah Neutron
Konfigurasi Elektron
Jumlah elektron tiap kulit

28
58,71 g/mol
28
31
[Ar]3d8 4s2
2, 8,13, 1
24

Afinitas electron
Ikatan energi dalam gas
Panjang Ikatan Cr-Cr
Ciri-ciri dari bahan paramagnetik adalah:

64,3 kJ / mol -1
142,9 5,4 kJ / mol -1.
249 pm

1. Bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing atom/molekulnya adalah


tidak nol.
2. Jika solenoida dimasuki bahan ini akan dihasilkan induksi magnetik yang lebih besar.
3. Permeabilitas bahan: u > u o.
Contoh: aluminium, nikel, kromium

m
Tabel 3.1 Suseptibilitas magnetic

M
H

untuk berbagai bahan

Sumber : http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/12/modul-13-SIFATKEMAGNETAN-BAHAN.doc
Bahan (Paramagnetik)

Xm( x 10-6 mks )

Bahan (diamagnetik)

Xm(x

Alumunium

+ 0,82

Bismut

mks)
-0,7

Kalsium

+ 1,4

Kadmium (Cd)

-0,23

Kromium

+ 4,5

Tembaga

-0,11

Oksida tembaga (CuO)

+ 1,5

Germanium

-0,15

Oksida besi(Fe2O3)

+ 26,0

Helium

-0,59

Magnesium

+ 0,69

Emas (Au)

-0,19

Mangan

+ 1,0

Timah hitam

-0,18

O2 Cair (-219 o C)

+ 390

seng

-0,20

Platina

+ 1,65

Tantalium

+ 1,1

Nikel

+ 1,6

10-6

Suseptibilitas
Suseptibilitas magnetik suatu material mewakili kecenderungan suatu material untuk
menjadi bahan magnet dalam pengaruh medan magnet luar. Pengukuran suseptibilitas
memungkinkan kita untuk mengidentifikasi meneral pembawa Fe dalam suatu sampel,
menghitung konsentrasi atau volume mineral tersebut, mengklasifikasi jenis-jenis mineral
yang berbeda, serta mengidentifikasi proses pembentukan dan perpindahan mineral tersebut.
(Dearing, 1999. op. Cit. Andreas, 2004)
Suseptibilitas magnetik bahan () dapat diperoleh dari persamaan:
25

M=.H...............................................................................................................(2.12)
Dengan M adalah magnetisasi induksi (momen dipol magnet persatuan volume)
(A/m) dan H adalah kuat medan Magnetik yang diberikan (A/m).
Suseptibilitas untuk paramagnetik ditentukan oleh :
Hukum : Curie Weiss
M
= Ba ...........................................................................................................(2.13)
C
= T T C .....................................................................................................(2.14)
Dengan :

C = konstanta Curie
Tc = suhu Curie

Temperature Curie
Hukum Curie-Weiss bisa diturunkan dengan menggunakan argumen yang diusulkan
Weiss. Didalam bahan momen ferromagnetik termagnetkan secara spontan, yang
menunjukkan kehadiran suatu medan internal untuk menghasilkan magnetisasi ini. Weiss
mengasumsikan bahwa medan sebanding dengan magnetisasi
B= . M
Dimana

(2.1)
adalah konstanta Weiss. Weiss menyebut medan ini adalah medan

molekular dan yang dipikirkannya bahwa medan ini adalah hasil dari molekul-molekul di
dalam sampel. Berdasarkan kenyataan, bahwa titik asal medan ini adalah pertukaran interaksi
(exchange interact). Pertukaran interaksi (exchange interact) adalah konsekwensi dari prinsip
larangan Pauli dan interaksi Coulomb antara elektron-elektron. Anggaplah suatu contoh
sistem dua elektron. Ada dua susunan yang mungkin untuk spin-spin elektron; paralel atau
anti-paralel lain. Jika mereka paralel, bahwa prinsip larangan mensyaratkan elektron-elektron
bagian jauh tersisa. Dua susunan ini mempunyai energi berbeda, karena saat elektron
mendekat bersama, energi timbul sebagai suatu hasil penolakan coulomb, hal ini adalah
penjelasan nyata dari aturan Hund pertama dimana sistem elektron-elektron mempunyai
kecenderungan untuk memiliki spin tinggi, dimana tidak ada larangan oleh prinsip Pauli.
Sebagaimana kita lihat dari contoh ini energi elektrostatik suatu sistem elektron bergantung
pada orientasi relatif spin-spin;
perbedaan di dalam energi mendefinisikan exchange energi(pertukaran energi).

26

Interaksi exchange adalah range singkat. Dengan demikian, hanya atom-atom terdekat
yang dapat merespon dalam menghasilkan medan molekular. Besar
medan molekular (exchange) sangat besar dengan orde berkisar 107 atau 103T.
Hal ini tidak mungkin menghasilkan masing-masing medan di laboratorium. Dalam
kenyataannya, setiap spin hanya mengalami magnetisasi dari tetangga-tetangga terdekatnya,
sehingga persamaan (1) perlu dikoreksi. Suhu Curie adalah suhu di mana magnetisasi spontan
lenyap, dan memisahkan fase paramagnetik (keadaan kacau atau disordered) pada suhu
tinggi, T.
Temperature Curie adalah suhu yang memisahkan antara ferromagnetik dengan non
ferromagnetik.

Gambar 2.11 Temperature Curie


Sumber : http://digilib.uin-suka.ac.id/10813/2/BAB%20II,%20III,%20IV.pdf
Berdasarkan Hukum Curie-Weiss, Sebuah bahan yang paramagnetik bisa berlaku
sebagai ferromagnetik apabila suhunya diturunkan sampai dengan suhu tertentu (suhu Curie).
Sebuah bahan yang paramagnetik bisa berlaku sebagai anti ferromagnetik apabila suhunya
dinaikan sampai dengan suhu tertentu (suhu Weiss).
Sifat Magnetik Bahan
Sifat magnetik suatu bahan terjadi karena adanya orbital dan spin elektron serta
interaksi antara elektron yang satu dengan elektron yang lain. Suatu bahan yang ditempatkan
pada medan magnet luar dengan intensitas magnetik (H), terjadi magnetisasi (M) serta terjadi
induksi magnet (B) yang dapat dituliskan pada persamaan 2.2 (Purbaet.al, 2010).
B=

H+

(2.2)

27

Sedangkan variabel M dan H direlasikan oleh suseptibilitas magnetic () sedangkan


B dan H dapat direlasikan dengan permeabilitas bahan () sehingga dapat dituliskan ke
dalam persamaan 2.3 dan 2.4.
M= H .............................................................................................................(2.3)
B = H........................................................................................................(2.4)
Hubungan antara magnetisasi (M), intensitas magnetik (H), dan induksi magnetik (B)
dapat dilihat dari kurva histerisis. Sebuah loop histerisis menunjukkan hubungan antara
kerapatan fluks induksi magnetik (B) dan gaya magnet/intensitas magnetik (H). Semakin
besar nilai H maka semakin besar pula medan magnet B. Deskripsi secara rinci dapat dilihat
pada gambar 2.8.

Gambar 2.12 Kurva Histerisis (NDT resource center, 2001-2011)


Sumber : http://digilib.uin-suka.ac.id/10813/2/BAB%20II,%20III,%20IV.pdf
Pada titik a menunjukkan hampir seluruh domain magnetik adalah selaras dan
peningkatan pada medan magnetik akan meningkatkan sedikit dari fluks magnetik. Maka
pada titik ini bahan mengalami titik jenuh magnetik (magnetisasi saturasi).
Ketika nilai H direduksi menjadi nol, kurva akan bergerak dari titik a ke titik b. Pada
titik ini, dapat dilihat bahwa beberapa fluks magnetik tetap berada pada bahan meskipun gaya
magnetisasi nol. Hal ini disebut titik retensivitas atau

retentivity

pada grafik yang

menunjukkan remanen atau tingkat magnetisasi sisa dalam bahan.

28

Retensivitas didefinisikan sebagai magnetisasi yang tersisa ketika H telah hilang. Ini
menunjukkan kemampuan magnetisasi bahan saat diberi medan luar (H). Jika nilai
retensivitas besar maka sifat kemagnetannya semakin kuat.
Pada titik c fluks magnetik mengalami pengurangan sampai ke nilai nol dan disebut
titik koersivitas pada kurva. Koersivitas atau coercivity (Hc) merupakan besarnya medan
yang diperlukan untuk membuat kemagnetannya = 0. Semakin besar Hc maka sifat
kemagnetannya akan semakin kuat.
Selanjutnya pada titik d, kekuatan magnetik meningkat pada arah negatif sehingga
bahan mengalami magnetisasi jenuh (magnetisasi saturasi) tetapi pada arah yang berlawanan.
Nilai H berkurang sampai nol dan kurva dibawa menuju titik e. Pada titik f nilai H
mengalami kenaikan kearah positif sedangkan nilai B mengalami penurunan ke titik nol
sehingga dari titik f kembali ke titik jenuh (magnetisasi saturasi).
B. Feromagnetik

m
Feromagnetik

merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetik

positif, yang sangat tinggi atau bahan yang mempunyai momen magnetik. Ferromagnetik
memiliki elektron tidak berpasangan sehingga atom mereka memiliki momen magnet bersih.
Mereka mendapatkan magnet yang kuat sifat mereka karena keberadaan domain magnetik.
Dalam domain ini, sejumlah besar di saat-saat atom adalah sejajar paralel sehingga gaya
magnet dalam domain yang kuat. Ketika bahan feromagnetik dalam keadaan unmagnitized,
wilayah hampir secara acak terorganisir dan medan magnet bersih untuk bagian yang secara
keseluruhan adalah nol. Ketika kekuatan magnetizing diberikan, domain menjadi selaras
untuk menghasilkan medan magnet yang kuat dalam bagian. Komponen dengan materimateri ini biasanya diperiksa dengan menggunakan metode magnetik partikel.
Contoh bahan feromagnetik yaitu :
-

Besi
Nikel
Kobalt

Gambar 3.1 Bahan Unmagnetized

29

Gambar 3.2 Bahan Magnetik


Dalam bahan ini sejumlah kecil medan magnetik luar dapat menyebabkan derajat
penyearahan yang tinggi pada momen dipol magnetik atomnya. Dalam beberapa kasus,
penyearahan ini dapat bertahan sekalipun Medan pemagnetannnya telah hilang. Ini terjadi
karena momen dipol magnetik atom dari bahan- bahan feromagnetik ini mengerahkan gayagaya yang kuat pada atom tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit momen ini
disearahkan satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada lagi. Daerah ruang tempat
momen dipol magnetik disearahkan ini disebut daerah magnetik. Dalam daerah ini, semua
momen magnetik disearahkan, tetapi arah penyearahannya beragam dari daerah ke daerah
sehingga momen magnetik total dari kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini adalah
nol dalam keadaan normal (Tipler, 2001).

Gambar 3.3 Susunan teratur dari spin-spin electron Feromagnetik sederhana


Teori feromagnetik pertama kali dikemukakan oleh Pierre Weiss, yang berkhusus pada
hipotesis berikut :
1. Suatu sampel bahan feromagnetik berisi sejumlah daerah kecil yang disebut ranah
(domain), yang termagnetisasi secara spontan. Besar magnetisasi spontan sampel bahan
itu secara keseluruhan ditentukan oleh jumlah vector dari momen-momen magnetic
domain.
2. Magnetisasi masing-masing domain disebabkan oleh adanya perputaran, B E yang
cenderung menghasilkan sususan dipole-dipole atomic yang sejajar. Medan pertukaran B E
dianggap sebanding dengan magnetisasi M masing-masing domain.
B E = M

Table 3.1 Sifat magnetik Bahan Ferromagnetik

Material

Permeabilitas

Kekuatan

Density

Permeabilitas

Paksaan

Maksimum Relatif

(Oersteds)

150

5000

1.0

13.000

10.000

200.000

0,05

13.000

78 Permalloy

8.000

100.000

0,05

7.000

Superpermalloy

100.000

1.000.000

0,002

7.000

70

250

10 10

5.000

Nikel, 99% murni

110

600

0,7

4.000

Baja, 0,9% C

50

100

70

10.300

Steel, Co 30%

... ...

... ...

240

9.500

Alnico 5

... ...

575

12.500

Silmanal

... ...

... ...

6.000

550

Besi, baik bubuk

... ...

... ...

470

6.000

Besi, 99,8% murni


Besi, 99,95%
murni

Cobalt, 99%
murni

Awal Relatif

Kepadatan
(gauss)

10

11

a. Magnetik Domain
Ferromagnetik mendapatkan sifat magnetik tidak hanya karena mereka membawa
atom momen magnetik tetapi juga karena bahan tersebut
terdiri dari daerah kecil yang dikenal sebagai domain
magnet. Dalam setiap domain, semua dipol atom
digabungkan

bersama-sama

dalam

arah

istimewa.
12

Keselarasan ini berkembang sebagai bahan mengembangkan struktur kristal selama


solidifikasi dari kondisi cair. Magnetic domain dapat dideteksi dengan menggunakan
Magnetic Force Microscopy (MFM) dan gambar dari domain seperti yang ditunjukkan di
bawah ini dapat dibangun.

Gambar 3.1.1 Magnet Domain pada baja karbon yang dipanaskan

Selama solidifikasi, satu triliun atau saat atom lebih selaras paralel sehingga gaya
magnet dalam domain yang kuat di satu arah. Bahan Ferromagnetik dikatakan ditandai oleh
"magnetisasi spontan" karena mereka mendapatkan magnetisasi saturasi di setiap domain
tanpa medan magnet luar diterapkan. Meskipun domain yang magnetis jenuh, materi massal
mungkin tidak memperlihatkan tanda-tanda magnet karena domain mengembangkan diri dan
berorientasi secara acak relatif terhadap satu sama lain.
Bahan Ferromagnetik menjadi magnet ketika domain magnet dalam bahan dan
kepatuhannya. Ini dapat dilakukan dengan menempatkan bahan pada medan magnet eksternal
yang kuat atau dengan melewatkan arus listrik melalui material. Beberapa atau semua domain
bisa menjadi selaras. Lebih domain yang sesuai, semakin kuat medan magnet dalam material.
Ketika semua domain yang sesuai, bahan dikatakan magnetis jenuh. Ketika materi secara
magnetis jenuh, tidak ada jumlah tambahan kekuatan magnetisasi eksternal akan
menyebabkan peningkatan tingkat internal magnetisasi.
Kecil daerah magnetisasi spontan, terbentuk pada temperatur di bawah titik Curie,
dikenal sebagai domain. Seperti ditunjukkan dalam ilustrasi tersebut, domain berasal dalam
rangka untuk menurunkan energi magnetik. Dalam Ver. B terlihat bahwa dua domain akan
mengurangi besarnya medan magnet luar, karena garis gaya magnetik yang dipersingkat.
Pada pembagian lebih lanjut, seperti, bidang ini masih jauh berkurang.

13

Gambar 3.1.2 Menurunkan energi medan magnet oleh domain.


(a). Garis gaya untuk domain tunggal.
(b) Shortening dari garis-garis gaya dengan pembagian ke dalam dua domain.
(c). Pengurangan energi lapangan dengan pembagian lebih lanjut.

b. Suhu Curie
Semua ferromagnetik memiliki suhu maksimum di mana properti feromagnetik
menghilang sebagai hasil dari agitasi termal. Suhu ini disebut suhu Curie. Suhu Curie besi
adalah sekitar 1043 K. Suhu Curie memberikan gambaran jumlah energi yang diperlukan
untuk memecah jangka panjang memesan dalam materi. Pada 1043 K energi panas adalah
sekitar 0,135 eV dibandingkan menjadi sekitar 0,04 eV pada suhu kamar.
Tabel 3.2.1 Suhu Curie beberapa bahan feromagnetik
Material

Suhu Curie (K)

Fe

1043

Co

1388

Ni

627

Gd

293

Dy

85

CrBr3

37

Au2MnAl

200

Cu2MnAl

630

Cu2MnIn

500

EuO

77

14

EuS

16.5

MnAs

318

MnBi

670

GdCl3

2.2

Fe2B

1015

MnB

578
Pada temperatur tertentu bahan feromagnetik akan berubah menjadi bahan

paramagnetik, temperatur transisi ini dinamakan temperatur curie. Diatas temperatur curie
orientasi momen magnetik akan menjadi acak, dan suseptibilitas magnetiknya diberikan oleh
persamaan:

C
T Tf

(3.2.1)
Dimana C adalah tetapan Curie dan Tf adalah temperatur Curie. Persamaan 3.2.1 merupakan
hukum Curie- Weiss, besar tetapan Curie adalah
T
C f

Dimana

0 N ( g B )
kB

(3.2.2)

(3.2.3)

adalah konstanta Weiss yang besarnya


k BT f

0 N g B 2
(3.2.4)

15

Kompleks

Tf

T
Gambar 3.2.1 Grafik hubungan antara magnetik terhadap temperatur T pada bahan
feromagnetik (Kittel, 1996)

c. Permeabilitas
Seperti telah disebutkan sebelumnya, permeabilitas adalah properti materi yang
menggambarkan kemudahan dengan fluks magnetik yang didirikan di suatu komponen. Ini
adalah rasio kepadatan fluks untuk gaya magnetizing dan diwakili oleh persamaan berikut:
m = B/H
Jelas bahwa persamaan ini menggambarkan kemiringan kurva pada setiap titik pada
hysteresis loop. Nilai permeabilitas diberikan dalam kertas dan bahan referensi biasanya
permeabilitas maksimum atau permeabilitas relatif maksimum. Permeabilitas maksimum
adalah titik di mana kemiringan H / kurva B untuk material unmagnetized adalah terbesar.
Hal ini sering diambil sebagai titik di mana garis lurus dari titik asal bersinggungan dengan H
/ kurva B.

16

Permeabilitas relatif tiba di dengan mengambil rasio permeabilitas bahan yang ke


permeabilitas dalam ruang kosong (udara).
Bentuk hysteresis loop bercerita banyak tentang bahan yang magnet. Kurva histeresis
dari dua material yang berbeda akan ditampilkan dalam grafik. Sehubungan dengan bahan
lain, bahan dengan hysteresis loop yang lebih
luas memiliki:
Permeabilitas rendah
Tinggi Retentivity
Tinggi koersivitas
Keengganan Tinggi
Sisa Magnit Tinggi
Sehubungan dengan bahan lain, bahan dengan
hysteresis loop sempit memiliki:
Permeabilitas Tinggi
Lower Retentivity
Lower koersivitas
Keengganan Bawah
Sisa Magnit rendah.
Dalam pengujian partikel magnetik, tingkat magnet residual adalah penting. Sisa
medan magnet dipengaruhi oleh permeabilitas, yang dapat berhubungan dengan kadar karbon
dan paduan material. Sebuah komponen dengan kandungan karbon yang tinggi akan memiliki
permeabilitas rendah dan akan mempertahankan fluks magnet lebih dari bahan dengan
kandungan karbon yang rendah.

i. The Loop histeresis dan Magnetik Properties


Sebagian besar informasi dapat belajar tentang sifat-sifat magnetik material dengan
mempelajari hysteresis loop nya. Sebuah hysteresis loop menunjukkan hubungan antara
kepadatan fluks induksi magnet (B) dan gaya magnetizing (H). Hal ini sering disebut sebagai
BH loop. An Sebuah contoh hysteresis loop ditampilkan di bawah.

17

Loop yang dihasilkan dengan mengukur fluks magnetik bahan ferromagnetic


sedangkan gaya magnetizing berubah. Suatu bahan feromagnetik yang belum pernah
dilakukan sebelumnya magnet atau telah sepenuhnya demagnetized akan mengikuti garis
putus-putus sebagai H meningkat. Sebagai baris menunjukkan, semakin besar jumlah saat ini
diterapkan (H +), semakin kuat medan magnet dalam komponen (B +). Pada titik "a" hampir
semua domain magnetik adalah selaras dan peningkatan tambahan dalam angkatan
magnetizing akan menghasilkan peningkatan yang sangat sedikit di fluks magnetic. Ketika H
adalah nol, kurva akan bergerak dari titik "" untuk titik "b. Pada titik ini, dapat dilihat bahwa
beberapa fluks magnetik tetap dalam materi meskipun gaya magnetizing adalah nol. Hal ini
disebut sebagai titik retentivity pada grafik dan menunjukkan remanen atau tingkat
magnetisme sisa dalam bahan. (Beberapa domain magnetik tetap selaras tetapi beberapa telah
kehilangan keselarasan mereka kekuatan.) Sebagai magnetizing dibalik, kurva bergerak ke
titik "c", di mana fluks telah dikurangi menjadi nol. Ini disebut titik koersivitas pada kurva.
(Gaya magnetizing terbalik memiliki cukup membalik domain sehingga fluks bersih dalam
bahan material adalah nol.) Gaya yang dibutuhkan untuk menghapus sisa daya tarik dari
disebut gaya koersif atau koersivitas material.
Sebagai kekuatan magnetizing meningkat pada arah negatif, material lagi akan
menjadi magnetis jenuh tetapi dalam arah yang berlawanan (titik "d"). Reducing .
Mengurangi H ke nol membawa kurva ke titik "e." . Ini akan memiliki tingkat residu magnet
sama dengan yang dicapai ke arah lain. Meningkatkan H kembali pada arah yang positif akan
kembali B ke nol. Perhatikan bahwa kurva tidak kembali ke asal usul grafik karena beberapa
18

gaya yang dibutuhkan untuk menghapus sisa magnetisme. Kurva akan mengambil jalan yang
berbeda dari titik "f" kembali ke titik jenuh dimana dengan lengkap loop.
Dari loop histeresis, sejumlah sifat magnet utama bahan dapat ditentukan.
1. Retentivity - Sebuah ukuran kepadatan fluks sisa sesuai dengan induksi saturasi
bahan magnet. Dengan kata lain, adalah materi kemampuan untuk mempertahankan
sejumlah medan magnet sisa ketika gaya magnetizing dihapus setelah mencapai
kejenuhan (Dengan nilai B di b titik pada kurva histeresis.)
2. Sisa Magnit atau Sisa Fluks - kepadatan fluks magnetik itu tetap berada di material
ketika gaya magnetizing adalah nol. Perhatikan bahwa magnet sisa dan retentivity
adalah sama ketika materi telah magnet ke titik jenuh. Namun, tingkat daya tarik sisa
mungkin lebih rendah dari nilai retentivity ketika gaya magnetizing tidak mencapai
tingkat kejenuhan.
3. Memaksa Force - Jumlah reverse medan magnet yang harus diterapkan untuk bahan
magnetik untuk membuat kembali fluks magnetik ke nol. (Nilai c H di titik pada
kurva histeresis.)
4. Permeabilitas, m - A milik dari bahan yang menggambarkan kemudahan dengan
fluks magnet yang didirikan di komponen.
5. Keengganan - Apakah oposisi bahwa bahan feromagnetik menunjukkan untuk
pembentukan medan magnet. Keengganan analog dengan resistensi dalam sebuah
sirkuit listrik.

DAFTAR PUSTAKA

Tipler. (2001). Fisika Teknik, Erlangga : Jakarta.


Kittel, C. (1996). Pengantar Fisika Solid State, New York : Wiley.
Departemen Sains Material. (2008). Feromagnetisme, Wikipedia.
Glen, A. (1998). Daya Tarik .Inggris : Hyperbook Fisika. Retrieved 5 Mei 2010 dari
http://id.hyperbookfisika//dayatarik.id.org

Halaman website :
www.wikipedia//feromagnetisme.com
www.wikipedia//feromagnetisme/bahan.com
www.answer.com
www.hyperteksbook//fisika/dayatarik.com

19

20

Anda mungkin juga menyukai