Anda di halaman 1dari 6

19.

6 Baterai
Baterai adalah sel galvanik , atau beberapa sel galvanik yang disatukan, yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah pada voltase tetap. Meskipun cara bekerja baterai pada dasarnya sama dengan sel galvanik yang dijelaskan pada Subbab 19.2, baterai memiliki keunggulan karena sifatnya, yang berdiri sendiri dan tidak memerlukan komponen tamabahan seperti jembatan garam. Di sini kita akan membahas beberapa jenis baterai yang banyak digunakan.

Baterai Sel Kering


Sel kering yaitu sel tanpe komponen cairan, yang paling lazim, ialah sel Leclanch yang digunakan dalam lampu senter dan radio transistor.Anoda selnya terbuat dari sebuah kaleng atau wadah seng yang bersentuhan dengan mangan dioksida ( ) dan sebuah elektrolit. Elektrolit itu terdiri

atas ammonium klorida dan seng klorida dalam air, yang ditambahkan pati sebagai pengental agar larutan menyerupai pasta sehingga tidak mudah bocor (Gambar 19.7). Sebatang karbon berfungsi sebagai katoda, yang direndam di dalam elektrolit ini pada bagian tengah dari sel. Reaksi selnya ialah Anoda Katoda : :
( ) ( ( )+ ) ( ) ( ) ( ) ( )

+
( )+

( )

+ +

( (

) )

+ +

() ()

Keseluruhan :

( )

Sebenarnya, persamaan ini merupakan bentuk sangat sederhana dari suatu proses yang rumit.Voltase yang dihasilkan oleh sel kering sekitar 1,5 V.

Baterai Merkuri
Baterai merkuri banyak digunakan dalam dunia pengobatan dan industri elektronik dan lebih mahal dibandingkan sel kering biasa. Ditempatkan di dalam sebuah silindir baja antikarat, baterai merkuri terdiri atas anoda sen (diamalgamkan dengan merkuri) yang bersentuhan dengan elektrolit alkali kuat yang mengandung seng oksida dan merkuri (II) oksida (Gambar 19.8). Reaksi selnya ialah

Anoda Katoda

: :

( ( )

( () ( )+

( ) ()

() ( )

+
( )

+ +

Keseluruhan : Karena tidak ada

( )

()

perubahan

komposisi

ekektrolit

selama

pengoperasian-reaksi sel keseluruhan hanya melibatkan zat padatbaterai merkuri memberikan voltase lebih konstan (1,35 V) dibandingkan sel Leclanch . Baterai merkuri juga memiliki kapasitas jauh lebih tinggi dan lebih awet. Sifat-sifat ini membuat baterai merkuri ideal untuk digunakan dalam alat pacu jantung, alat bantu dengar, arloji listrik, dan pengatur cahaya.

Baterai Bertimbal (Aki)


Baterai bertimbal (aki) yang umum digunakan di mobil terdiri atas enam sel identik yang tersusun secara seri. Setiap sel mempunyai anoda timbale dan katoda yang terbuat dari timbal oksida ( ) yang dikemas pada sebuah pelat logam (Gambar 19.9). Baik katoda maupun

anoda dicelupkan dalam larutan asam sulfat, yang berfungsi sebagai elektrolit. Reaksi selnya ialah Anoda Katoda : :
( )+ ( ) ( ) ( ( ( ) ) ( ) ) ( ) ( )

+
( )

+
( )

()

Keseluruhan :

()

Pada kondisi kerja normal, setiap sel menghasilkan 2 V; jadi total 12 V dari keenam sel digunakan sebagai catu daya untuk menyalakan rangkaian pengapian mobil dan sistem listrik lainnya. Aki dapat memberi banyak arus dalam waktu singkat, seperti waktu yang dipakai untuk menyalakan mesin. Tidak seperti sel Leclanch dan baterai merkuri, aki dapat diisi ulang (rechargeable). Pengisian ulang baterai berarti membalik reaksi elektrokimia normal dengan menerapkan voltase eksternal pada katoda dan anoda. (Jenis proses ini dinamakan proses elektrolisis). Reaksi pengisian material awalnya ialah

( ) ( )

( ) () ( ) ( )+

( (

) ) ( ( ) )

+ +

Keseluruhan :

( )

()

( )

Reaksi keseluruhannya sepenuhnya berlawanan dengan reaksi sel normal. Dua aspek kerja aki perlu mendapat perhatian. Pertama, karena reaksi elektrikimia menggunakan asam sulfat, seberapa kurang aki dapat diperiksa dengan mengukur kerapatan elektrolit dengan hidrometer, seperti lazimnya dilakukan di bengkel. Kerapatan cairan dalam aki yang baik dan penuh harus sama atau lebih besar dari 1,2 . Kedua, orang di daerah dingin kadang-kadang sulit menyalakan mobilnya karena akinya mati. Perhitungan termodinamika menunjukkan bahwa emf dari banyak sel elektrokimia menurun dengan menurunnya suhu. Namun demikian, untuk baterai timbal, koefisien suhunya adalah sekitar 1,5 ; artinya, ada penurunan volume sebesar 1,5 V untuk setiap derajat , besarnya penurunan voltase

penurunan suhu. Jadi, meskipun penurunan suhunya 40 hanyalah sejumlah 6 , yaitu sekitar

dari voltase kerja, satu perubahan yang sangat kecil. Penyebab sebenarnya matinya aki adalah meningkatnya viskositas elektrolit karena suhu menurun. Agar aki dapat berfungsi baik,elektrolit harus bisa menghantar sepenuhnya. Namun, ion bergerak jauh lebih lambat dalam medium yang kental, sehingga resistansi cairan meningkat, mengakibatkan turunnya daya aki. Jika aki mati dihangatkan sampai mendekati suhu kamar pada hari yang dingin, kekuatannya dalam menghantar daya akan kembali.

Baterai Litium Keadaan-Padat


Tidak seperti baterai yang dibahas sejauh ini, baterai keadaan padat menggunakan padatan (bukannya berair atau pasta dalam air) sebagai elektrolit yang menghubungkan elektroda. Gambar 19.10 menunjukkan skema baterai litium keadaan padat. Litium dipilih sebagai anoda karena litium memiliki nilai paling negatif. Selain itu, litium merupakan logam ringan sehingga

hanya diperlukan 6,941 gr Li (massa molarnya) saja untuk menghasilkan 1 moil elektron. Elektrolitnya adalah suatu bahan polimer yang akan melewatkan ion tetapi menahan elektron. Katodanya terbuat dari atau . Voltase sel suatu baterai litium keadaan-padat, dapat

mencapai 3 V, dan dapat diisi ulang seperti pada aki. Meskipun belum terlalu andal dan umurnya masih pendek, baterai ini dianggap sebagai baterai masa depan.

Sel Bahan Bakar


Minyak fosil merupakan sumber energi utama, tetapi proses pengubahan minyak fosil menjadi energi listrik sangat tidak efisien. Kita lihat pembakaran metana
( ) ( ) ( ) ()

energi

Untuk menghasilkan listrik, kalor yang dihasilkan dari reaks terlebih dahulu digunakan untuk mengubah air menjadi uap air, yang selanjutnya menggerakkan turbin yang menggerakkan generator. Cukup banyak energy yang dilepaskan dalam bentuk kalor hilang ke lingkungan pada setiap tahap; pembangkit tenaga yang paling efisien pun hanya mengubah sekitar 40 persen dari energi kimia asalnya menjadi listrik. Karena reksi pembakaran adalah reaksi redoks, akan lebih baik melaksanakannya langsung dengan cara-cara elektrokimia, dengan demikian akan sangat meningkatkan efisiensi produksi daya. Tujuan ini dapat dicapai dengan alat yang

dikenal sebagai sel bahan bakar (fuel cell), yaitu sel galvanik yang memerlukan pasokan reaktan yang kontinu agar tetap berfungsi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, sel bahan bakar hidrogen-oksigen terdiri atas larutan elektrolit,seperti larutan kalium hidroksida, dan dua elektroda inert. Gas hidrogen dan oksigen dihmbuskan melalui kompartemen anoda dan katoda (Gambar 19.11), di mana reaksireaksi berikut terjadi Anoda Katoda :
( ) ( ) ( () ( )+ ) () ( )

+
( )

Keseluruhan :

()

Emf standar dari sel ini dapat dihitung sebagai berikut.

0,40 V ( 0,83 V) 1,23 V


Jadi, reaksi selnya adalah reaksi spontan pada kondisi keadaan-standar. Perhatikan bahwa reaksi ini sama seperti reaksi pembakaran hidrogen, tetapi oksidasi dan reduksinya dilaksanakan terpisah pada anoda dan katoda. Seperti platina pada elektroda hidrogen standar, elektroda-elektroda di sini mempunyai dua fungsi. Kedua elektroda tersebut berfungsi sebagai penghantar listrik, dan keduanya menyediakan permukaan yang diperlukan untuk mengawali penguraian spesi dalam bentuk molekul menjadi bentuk atom, sebelum transfer elektron.

Elektroda-elektroda ini dinamakan elektrokatalis. Logam seperti platina, nikel, dan rodium merupakan elektrokatalis yang baik. Selain sistem , sejumlah sel bahan bakar lain telah dikembangkan. Di antaranya ialah

sel propana-oksigen. Reaksi setengah selnya ialah Anoda Katoda : :


( ) ( ) () ) ( ) () ( )

+
( )

Keseluruhan :

( )+

( )

()

Reaksi keseluruhannya sama dengan pembakaran propana dan oksigen. Tidak seperti baterai, sel bahan bakar tidak menyimpan energy kimia. Reaktan harus dipasok secara konstan, dan produknya harus dipindahkan secara konstan dari sel bahan bakar. Dari segi ini, sel bahan bakar lebih menyerupai mesin daripada baterai. Namun, sel bahan bakar tidak bekerja seperti mesin kalor sehingga tidak terkena kendala termodinamikayang dialami mesin kalor dalam hal konversi energi. Sel bahan bakar yang dirancang dengan baik dapat mencapai efisiensi sampai 70 persen, sekitar dua kali efisiensi mesin bakar internal. Selain itu, generator sel bahan bakar bebas dari bising, getaran, transfer kalor, pencemaran termal, dan masalah lain yang biasanya terdapat pada pembangkit tenaga konvensional. Bagaimanapun, sel bahan bakar masih belum digunakan secara luas. Masalah utama terletak pada kurangnya elektrokatalis yang murah yang mampu berfungsi efisien dalam kurun waktu yang lama tanpa terkontaminasi. Penerapan yang paling berhasil dari sel bahan bakar sampai saat ini adalah dalam kendaraan ruang angkasa.

Anda mungkin juga menyukai