Anda di halaman 1dari 5

Translator: nada alifa

Reviewer: Reno Kanti Riananda

Setetes bensin, sebuah korek api,


dan sebuah baterai,

semuanya menyimpan energi—

tetapi setelah energinya habis,


hanya baterai yang bisa didaur ulang.

Hal itu karena, secara kimiawi,

baterai yang mati sebenarnya


tidak jauh berbeda dengan yang baru.

Kebanyakan baterai yang kita gunakan


memanfaatkan fakta

bahwa beberapa logam suka


melepaskan elektron

dan yang lainnya suka menerimanya.

Seperti pada baterai


alkalin AA pada umumnya,

logam seng bereaksi dengan ion hidroksida,

berubah menjadi seng oksida dan


melepaskan elektron di terminal negatif.

Elektron bergerak melalui, sebut saja,


sebuah lampu,

kemudian kembali ke baterai


di terminal positif,

tempat mereka diterima


oleh mangan dioksida.

Baterai yang berbeda menggunakan


kombinasi logam yang berbeda,

dan terkadang bahan


non-logam seperti grafit,

tapi ide dasarnya adalah menggunakan


sepasang reaksi kimia

untuk membuat aliran elektron.

Hampir semua baterai,


bahkan baterai sekali pakai pun,

secara teori bisa diisi ulang.

Hal itu karna logam & bahan kimia lainnya


masih berada di dalamnya.
Hal itu sangat berbeda
dengan katakanlah, bensin,

di mana cairan molekul hidrokarbon


diubah menjadi gas.

Kamu tidak bisa mengubah asap knalpot


menjadi bensin,

tapi dengan sedikit usaha, kamu bisa


mengubah seng oksida menjadi seng.

Jadi apa perbedaan antara ini dan ini?

Jawabannya singkatnya adalah mencoba


mengisi ulang baterai sekali pakai

tidak hanya mendorong reaksi ini


untuk berjalan secara terbalik,

tetapi juga mengakibatkan


banyak reaksi samping yang menghasilkan

kontaminasi tidak berguna,

mengurangi kapasitas baterai;

dan juga bisa merusak


struktur internal baterai,

menyebabkan hilangnya kontak elektrik


dan kegagalan kinerja.

Baterai yang bisa diisi ulang dibuat


untuk menghindari permasalahan tersebut.

Coba perhatikan baterai litium ini.

Kedua sisinya memiliki struktur level atom


yang bisa kamu bayangkan sebagai dermaga.

Ketika baterai menggerakkan sesuatu,

kapal-kapal litium memberikan elektronnya


untuk menyalakan sirkuit,

kemudian berlayar menuju sisi lainnya,

berlabuh dengan tertib dan teratur,

kemudian bertemu dengan elektron


yang sekarang energinya lebih rendah.

Ketika baterai sedang diisi ulang,


hal yang berlawanan akan terjadi.

Setelah lebih dari seratus,


terkadang juga ribuan, siklus isi ulang,
beberapa kapal ion litium
membelok keluar jalur

dan melibat reaksi efek samping,

memproduksi hal yang meningkatkan


resistensi internal dalam baterai,

yang membuat baterai kehilangan


efisiensi dan tenaga,

sampai akhirnya mati.

Bahkan ketika itu terjadi, kamu bisa


membuat baterai yang mati kembali hidup—

entah yang bisa diisi ulang ataupun tidak—


dengan mendaur ulangnya.

Jantung dari kebanyakan baterai


didaurulang melalui proses peleburan,

yang pada dasarnya hanya melelehkan


bagian logamnya.

Proses ini mengusir kotoran,

mengembalikan logam ke keadan semula,


keadaan yang teratur.

Sayangnya, di banyak negara


kamu tidak bisa membuang langsung baterai

melalui alur daur ulang yang umum.

Kamu harus membawanya ke titik pengumpulan


atau pusat daur ulang.

Hal yang sama berlaku untuk baterai


isi ulang yang lebih canggih:

kamu harus bawa ke titik pengumpulan

atau mengirimnya kembali


ke perusahaan asalnya.

Sangat repot, tapi sangat sepadan


dengan waktu dan usahanya,

karena mendaur ulang baterai itu penting.

Tidak hanya mencegah


logam baterai yang berpotensi beracun

agar tidak bocor ke lingkungan,

tetapi juga menghemat


sumber daya yang langka— dan vital.
Bumi punya sekitar 22 juta ton litium—

cukup untuk 2,5 milliar


baterai kendaraan listrik.

Terdengar banyak, tapi hanya 25%


lebih banyak dari jumlah mobil listrik

yang menurut para ahli dibutuhkan


untuk mencapai bebas emisi di 2050.

Itu pun belum memperhitungkan


laptop, ponsel, dan lainnya

yang juga menggunakan baterai litium.

Saat ini,
kebanyakan baterai litium tidak dibuat

dengan niat untuk mendaur ulangnya.

Desainnya rumit dan tidak standar.

dan komponennya digabungkan


dengan lem yang tidak bisa dihancurkan.

Jadi, saat ini kurang dari 5%


baterai litium didaur ulang.

Peraturan yang jelas tentang siapa


penanggung jawab baterai yang sudah mati

dan apa yang harus dilakukan,


dapat mendorong daur ulang secara nyata.

Contohnya, baterai asam timbal


umumnya memiliki peraturan yang ketat

dan lebih banyak didaur ulang


dibandingkan baterai litium.

Pada abad mendatang,


kita akan mendaur ulang

banyak baterai kendaraan listrik,

sehingga ilmuwan berusaha membuat


proses daur ulang baterai yang lebih murah

dan lebih ramah lingkungan.

Peleburan memerlukan banyak energi,


dan bergantung pada jenis baterainya,

bisa melepaskan
produk sampingan yang berbahaya

Selain peraturan, proses industri,


dan pilihan pribadi kita,

teknologi baterai
juga akan terus berkembang.

Ada baterai proof-of-concept


yang sedang dikembangkan

yang dapat mengubah kekuatan fisik,


suara, bahkan air kencing menjadi listrik.

Namun, jika prioritas utamanya


membuat sumber tenaga utamamu

menjadi unggulan,

mohon maaf, kau masih harus menunggu lama.

Anda mungkin juga menyukai