Anda di halaman 1dari 5

peran investor dalam meNdorong penerapan gcg

Mas Achmad Daniri* dan Angela Indirawati Simatupang**

Penerapan GCG memang sangat dipengaruhi oleh para pimpinan perusahaan yang diberikan amanah untuk mengelola perusahaan, yaitu Direksi dan Dewan Komisaris, yang kemudian meneruskan itikad tersebut kepada seluruh jajaran perusahaan. Namun, seperti tertulis dalam Pedoman Umum GCG Indonesia yang telah dirilis oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, untuk memastikan penerapan GCG benar terjadi, butuh peran serta Pemerintah sebagai regulator, dan juga stakeholders lainnya. Dalam konteks ini, jika kita bicara mengenai pengaruh, dapat dikatakan secara jujur bahwa stakeholders lain yang dapat memberikan tekanan khusus saat ini masih terbatas pada investor yang kemudian menjadi pemegang saham; sementara stakeholders lain seperti karyawan, masyarakat sekitar perusahaan beroperasi masih kurang dapat memberikan tekanan kepada perusahaan untuk menerapkan GCG. Mengapa demikian? Karena perusahaan

membutuhkan dana untuk operasi dan ekspansi melalui proses IPO atau Right Issue, bagi perusahaan tercatat; dan juga perlu untuk memastikan agar harga saham perusahaan tidak anjlok dan justru malah meningkat dan hal ini juga sangat terpengaruh oleh kondisi perdagangan saham perusahaan di bursa, yang terefleksikan dari animo investor untuk melakukan pembelian saham perusahaan. Oleh karena itu, investor dapat berperan cukup besar, dalam mendorong perusahaan-perusahaan menerapkan GCG.

Apa benar seorang investor dapat membantu mendorong penerapan GCG? Jawabannya memang tidak jika investor adalah investor individual atau perorangan yang melakukan pembelian saham secara langsung yang umumnya melakukan pembelian saham dalam jumlah kecil. Investor yang memiliki peranan disini adalah investor institusional yang

memiliki sumber dana cukup besar karena sumbernya berasal dari kumpulan investor individual atau institusi yang melakukan pengelolaan dana masyarakat (asset management); seperti antara lain dana pensiun, sekuritas, perusahaan yang menjual produk unitlink, serta reksadana. Karena modal yang dimiliki cukup besar, maka perdagangan saham yang dilakukan oleh institusi seperti ini dapat memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap harga saham di pasar.

Cara investor institusional untuk berperan serta dalam mendorong penerapan GCG adalah dengan melakukan investasi yang bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan investasi yang bertanggung jawab adalah dengan membuat kebijakan hanya akan melakukan penempatan investasi pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG, dan tentu secara konsisten menerapkan kebijakan tersebut dalam melakukan investasi. Dengan cara ini, institusi tersebut bertanggung jawab terhadap masyarakat yang dana-nya mereka kelola, karena dana tersebut hanya di investasikan pada perusahaan-perusahaan yang memang dapat dipercaya, sehingga risiko hilangnya dana masyarakat karena penempatan yang salah menjadi lebih kecil, dan di lain pihak, perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa juga menjadi lebih memberi perhatian terhadap penerapan GCG karena dengan menerapkan GCG secara konsisten, saham mereka menjadi lirikan investor dan masuk dalam daftar saham yang desirable atau ingin dimiliki oleh investor, lebih jauh hal ini akan menaikan nilai saham yang secara tidak langsung juga menaikan nilai perusahaan.

Tentu untuk bisa menerapkan investasi yang bertanggung jawab dibutuhkan usaha tambahan oleh investor institusional, karena harus ada fungsi di dalam institusi tersebut yang bertanggung jawab melakukan analisis secara berkesinambungan terhadap

penerapan GCG perusahaan-perusahaan target dengan menggunakan acuan yang benar sebagai dasar penerapan GCG.

Hal ini bukan sesuatu yang mustahil jika memang sudah menjadi sebuah itikad dalam melakukan investasi yang bertanggungjawab, dalam mengelola dana masyarakat. Sebagai contoh, CalPERS (California Public Employees Retirement System) adalah suatu organisasi pengelola dana pensiun yang dibentuk pada tahun 1932 di Amerika untuk mengelola manfaat pensiun dan kesehatan bagi pegawai negeri di negara bagian California (jika melihat fungsinya, kurang lebih, bisa kita sejajarkan dengan Taspen atau Jamsostek di Indonesia), dan saat ini memiliki lebih dari 1,3 juta anggota dengan total dana kelolaan senilai US$ 218 milyar per Oktober 2010. CalPERS percaya bahwa penerapan GCG akan memberikan kinerja investasi yang lebih baik, dan dalam upaya melindungi investornya (nasabah yang dikelola dananya oleh CalPERS), maka institusi tersebut hanya mau melakukan penempatan investasi pada perusahaan yang telah lulus seleksi penerapan GCG. CalPERS melakukan review terhadap kinerja perusahaan tersebut, melihat indikator pengembalian (investment return) untuk periode 1, 3 dan 5 tahun terakhir dan melakukan pembandingan dengan indeks umum dan spesifik untuk industri terkait; kemudian CalPERS juga melakukan review terhadap indikator governance seperti antara lain independensi dewan, mekanisme pengangkatan anggota dewan, kompensasi eksekutif, keragaman kemampuan anggota dewan, pelaksanaan manajemen risiko, serta isu terkait tanggung jawab sosial dan lingkungan pada perusahaan. Perusahaan yang gagal memenuhi standar penilaian, tidak akan dijadikan target investasi; dan bukan hanya itu, CalPERS juga mengumumkan dalam websitenya nama-nama perusahaan yang masuk dalam daftar yang lolos sensor penerapan GCG dan nama-nama perusahaan yang dikeluarkan dari daftar tersebut karena dianggap sudah tidak lagi menerapkan GCG; daftar ini pun diperbaharui secara berkala. Sehingga, hasil analisis mereka bisa dilihat oleh publik, dan dapat memiliki dampak antara lain, menunjukkan pemenuhan tanggung jawab fidusia mereka kepada para investor/nasabah yang dananya dikelola; dan daftar tersebut dapat digunakan sebagai acuan oleh investor lain dalam memilih perusahaan target investasi. Jika daftar tersebut

digunakan sebagai acuan oleh pihak lain, tentunya perusahaan yang masuk daftar akan senang, tapi tidak demikian dengan perusahaan yang tidak masuk daftar atau bahkan dikeluarkan dari daftar, karena berarti publik dapat menilai ada sesuatu yang tidak baik dalam pengelolaan perusahaan tersebut, serta bisa mengakibatkan menurunnya harga saham di pasar.

Kendala dalam meniru aktivitas CalPERS adalah kebijakan tersebut tentu akan menambah biaya operasional, yang mungkin menjadi kurang menarik bagi sebagian institusi, sehingga butuh kesadaran tinggi bagi investor institusional dalam menerapkan investasi yang bertanggung jawab.

Pilihan lain adalah dengan menggunakan data hasil analisis pihak ketiga yang dapat dipercaya mengenai tingkat penerapan GCG perusahaan-perusahaan target. Pilihan ini pun bukan tidak memiliki kendala, karena saat ini belum ada penilaian secara menyeluruh terhadap penerapan GCG di perusahan-perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dilakukan secara berkala, konsisten, dan tersedia datanya di publik. Disini sebenarnya kesempatan Pemerintah untuk dapat turut serta mendorong penerapan GCG, selain melalui penerbitan peraturan. Dengan melakukan penilaian terhadap penerapan GCG di perusahan yang sahamnya terdaftar di BEI minimal setiap tahun dan

mempublikasikannya, akan sangat membantu percepatan dan konsistensi penerapan GCG di Indonesia, melindungi investor, serta dapat memberikan dampak positif dalam menjaga kestabilan dan keamanan pasar modal di Indonesia.

Jadi ini saatnya bagi investor untuk melakukan investasi yang bertanggung jawab, bukan saja hal ini merupakan refleksi dari penerapan GCG, namun juga mendorong penerapan GCG perusahan-perusahaan di Indonesia.

* Mas Achmad Daniri, Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance.

**Angela Indirawati Simatupang, Anggota Tim Penyusun pedoman-pedoman Governance, Komite Nasional Kebijakan Governance.

Anda mungkin juga menyukai