Anda di halaman 1dari 22

10.

10.1

Pengukuran Besaran Listrik OSILOSKOP


Pendahuluan Osiloskop sinar katoda ( cathode ray oscilloscope , yang sering disebut CRO ), merupakan alat ukur laboratorium yang sangat bermanfaat dan andal untuk : Pengukuran dan analisis bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik, seperti : peristiwa transien dan besaran lainnya yang berubah terhadap waktu dari frekuensi yang sangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi. Menyajikan gambaran visual dari berbagai fenomena dinamik melalui pemakaian transducer yang mengubah arus, tekanan, regangan, temperatur, percepatan, dan besaran fisis lainnya. Pada dasarnya CRO, merupakan alat pembuat grafik atau gambar ( plotter ), X-Y yang sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal listrik. Dalam kebanyakan penggunaannya grafik/ gambar menunjukkan bagaimana sinyalsinyal listrik berubah terhadap waktu. Pena ( stylus ) plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui permukaan layar dalam memberikan tanggapan / respons terhadap tegangantegangan masukan. Dalam penggunaan CRO pada umumnya, sumbu vertikal ( Y ) menggambarkan tegangan, sedang sumbu horisontal ( X ) menggambarkan waktu. Dengan demikian CRO melengkapi suatu cara pengamatan tegangan yang berubah terhadap waktu.

10.2

Prinsip Dasar CRO

Gambar 1 1

Pada gambar 1 ditunjukkan, sebuah diagram balok sub-sistem yang telah disederhanakan dari sebuah CRO, terdiri dari : 1. Tabung sinar katoda ( Cathode ray tube ) atau CRT. 2. Penguat vertikal ( vertical amplifier ). 3. Saluran tunda ( delay line ). 4. Generator basis waktu ( time base generator ). 5. Penguat horisontal ( horizontal amplifier ). 6. Rangkaian pemicu ( trigger circuit ). 7. Sumber daya ( power supply ). Tabung sinar katoda atau CRT merupakan jantung dari osiloskop, dimana CRT menghasilkan suatu berkas elektron yang dipusatkan secara tajam dan dipercepat ke suatu kecepatan tinggi, dan berkas ini bergerak dari sumbernya ( senapan elektron ) ke depan CRT, dan membentur bahan fluoresensi yang melekat di permukaan CRT ( layar ) bagian dalam dengan energi yang cukup untuk membuat layar bercahaya dalam sebuah bintik kecil. Pada waktu merambat dari sumber ke layar, berkas elektron lewat diantara sepasang pelat defleksi vertikal dan sepasang plat horisontal. Tegangan yang dimasukkan ke pelat defleksi vertikal akan menggerakkan berkas elektron pada bidang vertikal, sehingga bintik CRT bergerak keatas dan kebawah. Tegangan yang dimasukkan ke pelat defleksi horisontal akan menggerakkan berkas pada bidang horisontal, sehingga bintik CRT bergerak dari kiri ke kanan. Gerakan-gerakan ini tidak saling bergantungan satu sama lain, sehingga bintik CRT dapat ditempatkan di setiap tempat pada layar dengan menghubungkan masukan tegangan vertikal dan horisontal yang sesuai secara bersamaan. Bentuk gelombang sinyal yang akan diamati pada layar CRT dihubungkan ke masukan penguat vertikal ( vertical amplifier ). Penguatan ini diatur melalui pelemahan masukan ( input attenuator ) yang telah terkalibrasi, yang biasanya diberi tanda VOLTS/DIV. Keluaran dorong-tarik ( push-pull ) dari penguat diteruskan ke pelat defleksi vertikal melalui saluran tunda ( delay line ) dengan daya yang cukup untuk mengendalikan bintik CRT dalam arah vertikal. Generator basis waktu atau generator penyapu ( sweep generator ) membangkitkan sebuah gelombang gigi gergaji yang digunakan sebagai tegangan defleksi horisontal dalam CRT. Bagian gelombang gigi gergaji yang menuju postip adalah linier, dan laju kenaikannya diatur oleh suatu alat kontrol di panel yang diberi tanda TIME/DIV. Tegangan gigi gergaji ini diteruskan ke penguat horisontal, dimana penguat ini berisi sebuah alat pembalik fasa ( phase inverter ) dan menghasilkan dua gelombang

keluaran simultan, yaitu : gigi gergaji yang menuju positip ( menaik ) dan gigi gergaji yang menuju negatip ( menurun ). Gigi gergaji yang menuju positip dihubungkan ke pelat defleksi horisontal sebelah kanan dan gigi gergaji yang menuju negatip dihubungkan ke pelat defleksi horisontal sebelah kiri. Tegangan-tegangan ini menyebabkan berkas elektron menyapu sepanjang layar CRT dari kiri ke kanan, dalam satuan waktu yang dikontrol oleh TIME/DIV. Pemasukan tegangan defleksi ke kedua pasangan pelat secara bersamaan akan menyebabkan bintik CRT meninggalkan bekas bayangan pada layar, seperti ditunjukkan pada gambar 2, dimana sebuah tegangan gigi gergaji atau tegangan penyapu dimasukkan ke pelat horisontal dan sinyal gelombang sinus ke pelat vertikal. Karena tegangan penyapu horisontal bertambah secara linier terhadap waktu, maka bintik CRT bergerak sepanjang layar pada suatu kecepatan yang konstan dari kiri ke kanan. Pada akhir penyapuan, jika tegangan gigi gergaji turun secara tiba-tiba dari harga maksimalnya ke nol, bintik CRT kembali dengan cepat ke posisi awalnya di bagian kiri layar dan tetap berada disana sampai penyapuan baru dimulai.

Gambar 2
Bila sebuah sinyal masukan dimasukkan secara bersamaan dengan tegangan penyapuan horisontal ke pelat vertikal, berkas elektron akan dipengaruhi oleh dua gaya, yaitu satu dalam bidang horisontal yang menggerakkan bintik CRT sepanjang layar pada suatu laju yang linier ; dan satu dalam bidang vertikal yang menggerakkan bintik CRT keatas dan kebawah sesuai dengan besar dan polaritas

sinyal

masukan.

Dengan

demikian,

gerak

resultante dari

berkas

elektron

menghasilkan peragaan sinyal masukan vertikal pada CRT sebagai fungsi waktu. Jika sinyal masukan mempunyai sifat yang berulang, peragaan CRT yang stabil dapat dipertahankan dengan cara memulai setiap penyapuan horisontal di titik yang sama pada gelombang sinyal. Untuk mencapai kondisi ini, sebagai contoh gelombang masukan dikembalikan ke rangkaian pemicu ( trigger ) yang akan menghasilkan sebuah pulsa pemicu di suatu titik yang dipilih pada gelombang masukan. Pulsa pemicu ini digunakan untuk menghidupkan generator basis waktu, yang pada gilirannya memulai penyapuan bintik CRT secara horisontal dari kiri ke kanan layar. Dalam hal yang lazim, transisi gelombang masukan yang terjadi mula-mula ( leading edge ) digunakan untuk mengaktifkan generator pemicu agar menghasilkan pulsa pemicu dan memulai penyapuan dan ini berlangsung sampai suatu selang waktu tertentu ( 0,15 s ), sehingga penyapuan tidak dimulai setelah leading edge sinyal masukan dilewatkan. Saluran tunda digunakan untuk memperlambat kedatangan gelombang masukan pada pelat defleksi vertikal sampai rangkaian pemicu dan rangkaian basis waktu sudah mempunyai kesempatan untuk memulai penyapuan berkas. Saluran tunda ini menghasilkan keterlambatan total sekitar 0,25 s di dalam saluran defleksi vertikal, sehingga leading edge gelombang dapat dilihat walaupun dia digunakan untuk memicu penyapuan. Sumber daya terdiri dari bagian tegangan tinggi untuk mengoperasikan CRT, dan tegangan rendah untuk mensuplai rangkaian elektronik osiloskop. 10.3

Tabung Sinar Katoda ( CRT ) Pada gambar 3, ditunjukkan struktur bagian dalam sebuah tabung sinar katoda atau CRT, dan komponen utama dari CRT untuk pemakaian umum terdiri dari : a. Perlengkapan senapan elektron b. Perlengkapan pelat defleksi c. Layar fluoresensi d. Tabung gelas dan dasar tabung Peralatan senapan elektron : menghasilkan suatu berkas elektron sempit dan terfokus secara tajam yang meninggalkan senapan pada kecepatan yang sangat tinggi dan bergerak menuju layar fluoresensi. Pada waktu membentur layar, energi kinetik dari elektron-elektron berkecepatan tinggi diubah menjadi pancaran cahaya , dan berkas menghasilkan suatu bintik cahaya kecil pada layar CRT.

Gambar 3

Pelat defleksi : Dalam perjalanannya menuju layar, berkas elektron tersebut lewat diantara dua pasang pelat defleksi elektrostatis. Jika tegangan dimasukkan ke pelatpelat defleksi, berkas elektron dapat dibelokkan dalam arah vertikal dan horisontal, sehingga bintik cahaya menimbulkan jejak gambar pada layar sesuai dengan masukan-masukan tegangan ini. Elektron-elektron dipancarkan dari sebuah katoda termionik yang dipanaskan secara tidak langsung. Katoda ini dikelilingi oleh sebuah kisi pengatur yang terdiri dari sebuah silinder nikel dengan lobang kecil ditengahnya, satu sumbu ( koaksial ) dengan sumbu tabung ( silinder ). Elektron-elektron yang mengatur agar lewat lobang kecil di dalam kisi tersebut secara bersama-sama membentuk suatu arus berkas ( beam current ). Tanda INTENSITY : alat kontrol terletak di panel depan yang mengatur besarnya arus berkas , dan yang mengubah tegangan negatip ( bias ) kisi pengatur di acu terhadap katoda. Kenaikan tegangan negatip kisi pengatur menurunkan arus berkas, yang berarti menurunkan intensitas ( terangnya ) bayangan CRT, dengan penurunan tegangan negatip kisi memperbesar arus berkas . Anoda pemercepat : elektron-elektron yang dipancarkan katoda dan lewat melalui lobang kecil di dalam kisi pengatur, dipercepat oleh potensial positip tinggi yang dihubungkan ke kedua anoda mempercepat ( eccelerating anodes ). Anoda pemusat : Kedua anoda pemercepat ini dipisahkan oleh sebuah anoda

pemusat ( focusing anode ) yang melengkapi suatu metoda guna memusatkan elektron ke dalam berkas terbatas yang sempit dan tajam Kedua anoda pemercepat dan anoda pemusat ini juga berbentuk silinder dengan lobang-lobang kecil ditengah-tengah masing-masing silinder, dan satu sumbu dengan sumbu CRT. Lobang-lobang di dalam elektroda-elektroda ini memboleh-kan berkas elektron yang dipercepat dan terpusat merambat lewat pelat-pelat defleksi vertikal dan horisontal menuju layar fluoresensi. Layar CRT ( layar Fluoresensi ) : jika berkas elektron membentur layar CRT, akan dihasilkan sebuah bintik cahaya. Bahan layar di bagian dalam CRT yang menghasilkan efek ini adalah fosfor, dimana fosfor menyerap energi kinetik elektronelektron pembombardir dan memancarkan kembali energi tersebut pada frekuensi yang lebih rendah dalam spektrum yang dapat dilihat. Sifat dari beberapa bahan berkristal seperti fosfor atau oksida seng yang meman carkan cahaya bila dirangsang oleh radiasi disebut fluoresensi. Bahan-bahan fluoresen mempunyai karakteristik kedua yang disebut fosforisensi yang berkaitan dengan sifat bahan yang terus memancarkan cahaya meskipun sumber eksitasi telah diputus ( dalam hal ini berkas elektron ).

Intensitas cahaya yang dipancarkan dari layar CRT disebut luminasi yang bergantung pada beberapa faktor, yaitu : 1. Jumlah elektron pembombardir yang membentur layar setiap detik. Jika arus berkas diperbesar atau arus berkas dengan jumlah yang sama dipusatkan di dalam sebuah daerah yang lebih kecil dengan mengurangi ukuran bintik , maka luminasi akan bertambah. 2. Energi dengan mana elektron-elektron pembombardir membentur layar, dan ini ditentukan oleh potensial pemercepat. ( suatu kenaikan pada potensial pemercepat akan menghasilkan pertambahan luminasi ). 3. Fungsi dari waktu berkas untuk membentur suatu permukaan fosfor tertentu, jadi kecepatan penyapuan akan mempengaruhi luminasi. 4. Fungsi karakteristik dari fosfor itu sendiri. Kerapatan berkas dikontrol oleh INTENSITY, FOCUS, dan ASTIGMATISM pada panel dengan CRO, dan waktu yang diperlukan oleh berkas untuk mengeksitasi suatu permukaan fosfor tertentu dapat diatur dengan penyapu atau alat kontrol TIME/DIV. Panas, dan mungkin juga kerusakan total pada fosfor, dapat dicegah dengan mempertahankan berkas pada intensitas yang rendah dan pada waktu pencahayaan yang singkat. Tanda-tanda skala ( Graticules ) : peragaan bentuk gelombang pada permu-kaan CRT secara visual dapat diukur pada sepasang skala horizontal dan vertical yang disebut graticule, seperti ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4
Tanda-tanda skala ini dapat ditempatkan di permukaan luar atau di bagian dalam permukaan tabung CRT. Graticule yang dipasang dipermukaan luar terdiri dari sebuah pelat plastik bening atau berwarna yang dilengkapi dengan tanda pembagian

skala. Graticule luar mempunyai keuntungan, mudah diganti dengan sesuatu yang memiliki pola gambar khusus, seperti tanda-tanda derejat untuk analisis vektor TV berwarna, dan posisi graticule luar dapat dengan mudah diatur agar sejajar dengan jejak CRT. Kerugian utama jenis ini adalah paralaksis, karena tanda skala tidak sebidang dengan bayangan gelombang yang dihasilkan pada fosfor. Pada graticule yang dipasang di permukaan dalam CRT, tidak terjadi paralaksis, sebab bayangan CRT dan graticule berada pada bidang yang sama, akan tetapi harganya mahal dan tidak dapat diganti tanpa mengganti CRT. Sambungan CRT : sambungan elektris ke berbagai elemen di bagian dalam tabung gelas CRT dilakukan melalui dasar tabung. Pada gambar 5, ditunjukkan sambungan khas CRT pada osiloskop pemakaian umum. Berbagai tegangan suplai bagi peralatan senapan elektron dibangkitkan oleh dua sumber daya yang dihubungkan seri, yaitu sumber tegangan tinggi untuk tegangan pemercepat, dan sumber tegangan rendah untuk rangkaian tambahan. Sebuah jaringan pembagi tegangan dihubungkan ke kedua sumber daya untuk melengkapi tegangan kerja yang dibutuhkan oleh sistem. Intensitas berkas elektron diatur dengan mengubah tegangan antara katoda grid dari triode, dan pengaturan ini dilakukan oleh potensiometer 500 K, yang terdapat sebagai alat kontrol pada panel depan dengan tanda INTENSITY.

Gambar 5
Potensiometer 2 M di dalam jaringan pembagi tegangan juga merupakan alat kontrol pada panel depan yang ditandai dengan FOCUS, yang mengatur tegangan

negatip pada cincin lensa antara -500 V dan - 900 V. Alat kontrol ASTIGMATISM pada panel depan CRT mengatur tegangan pada anoda pemercepat di acu pada pelat-pelat defleksi vertikal yang mengikuti seksi lensa, dan ini membentuk sebuah lensa silindris yang mengoreksi setiap penyebaran bintik yang mungkin terjadi, dan pengaturan dilakukan agar menda-patkan bintik yang paling bulat pada layar CRT. Berkas dapat ditempatkan dimana saja pada layar dengan menggunakan dua kontrol panel depan terpisah yang ditandai dengan VERTICAL POSITION dan HORIZONTAL POSITION. Dengan mengatur VERT POS pada posisi tengahnya, pelat-pelat defleksi vertikal dihubungkan dengan tegangan dc yang identik, sehingga tidak ada medan listrik antara keduanya, yang berarti berkas elektron tidak disimpangkan dan hanya merambat menuju pusat CRT. Sedikit pengaturan pada alat kontrol VERT POS mengakibatkan ketidaksetimbangan pada tegangan dc yang dimasukkan ke pelat vertikal, sehingga beda potensial yang dihasilkan akan membentuk medan listrik antara keduanya. Medan listrik ini akan mempengaruhi defleksi berkas ketika lewat di antara pelat dan membawa bintik CRT ke suatu posisi baru pada layar. Dengan cara yang sama, alat kontrol HOR POS dapat menggerakkan bintik CRT dalam setiap arah horisontal pada layar, dan selanjutnya pengaturan kedua alat pengontrol ini secara bersamaan dapat membawa bintik ke setiap lokasi yang diinginkan pada layar. 10.4

Sistem Defleksi Vertikal Sistem defleksi vertikal harus memenuhi persyaratan prestasi yang cukup ketat,yaitu: harus menghasilkan kembali bentuk gelombang masukan dalam batas-batas lebar bidang ( band width ). Kenaikan waktu ( time rise ) dan amplitudo yang telah ditetapkan. Melengkapi sebuah penyangga ( isolation ) antara sumber sinyal dan pelat defleksi vertikal. dilengkapi berbagai modus operasi seperti ; kopling dc atau ac, operasi jejak banyak ( multiple trace ), modus peragaan banyak ( multiple display modes ), dan kemampuan menerima masukan selisih dan lain-lain. Sistem defleksi vertikal umumnya terdiri dari elemen-elemen seperti yang ditunjukkan pada gambar 6, yaitu : a. Jarum penduga CRO ( probe ) b. Pemilih masukan ( input selector ) c. Pelemah masukan ( input attenuator ) d. Penguat vertikal.

Gambar 6

Jarum penduga CRO : berfungsi untuk menghubungkan penguat vertikal ke rangkaian yang diukur tanpa membebani atau jika tidak, mengganggu rangkaian. Jenis jarum penduga yang berbeda tersedia untuk berbagai pemakaian dalam pengukuran, dan jarum penduga pada gambar 6 disebut jarum penduga pasif yang terdiri dari sebuah tahanan seri ( pelemahan sinyal ) dan sebuah kapasitor shunt variabel ( kompensasi jarum penduga ), keduanya berada didalam jarum penduga, ditambah dengan ujung jarum penduga ( probe tip ) dan sebuah penghubung ke tanah ( ground connector ). Bodi jarum penduga dihubungkan ke terminal masukan vertikal melalui sebuah kabel yang dilengkapi dengan konektor BNC ( banana connector ), atau pada pada CRO frekuensi rendah yang murah digunakan kontak tusuk tipe pisang ( banana ) atau konektor sederhana lainnya. Pemilih masukan ( input selector ) : pada gambar 6, ditunjukkan sebagai sebuah sakelar tiga posisi yaitu : arus bolak balik-tanah-arus dc ( ac-gnd-dc ). Penempatan pemilih masukan ke posisi ac secara kapasitif akan menggan-dengkan tegangan sinyal ke pelemah ( attenuator ). Kapasitor menahan komponen dc dari gelombang masukan dan hanya mengizinkan komponen ac memasuki penguat. Ini merupakan ciri yang sangat bermanfaat yang memungkinkan pengukuran tegangan sinyal ac yang bergabung dengan tegangan catu dc atau sumber tegangan. Penempatan pemilih masukan pada posisi dc menghubungkan tegangan sinyal secara langsung ke pelemah, sehingga kedua komponen ac dan dc tersambung ke penguat. Modus pengukuran ini terutama sangat bermanfaat guna menentukan nilai tegangan sesaat total sambungan tanah pada pemilih masukan yang terdapat pada beberapa CRO sebagai posisi pertengahan antara ac dan dc , merupakan ciri pengamanan yang memindahkan setiap muatan yang tersimpan didalam pelemah masukan dengan cara mentanahkan pelemah secara seketika sewaktu modus dc diubah ke modus ac.

10

Pelemah masukan ( input attenuator ) : terdiri dari sejumlah pembagi tegangan RC, yang dikontrol melalui panel depan CRO oleh pemilih VOLTS/DIV. Pemilih ini dikalibrasi dalam faktor defleksi ( V/DIV ) yang biasanya dalam urutan 1-2-5. Rangkuman Khas penyetelan pelemah adalah : 0,1 ; 0,2 ; 0,5 ; 1 ; 2 ; 5 ; 10 ; 20 ; dan 50 Volt/divisi, dengan pelemahan maksimal pada kedudukan 50 V/DIV. Penguat Vertikal : terdiri dari beberapa tingkatan dengan sensitivitas atau penguatan total yang tetap, biasanya dinyatakan dalam faktor defleksi ( V/div ). Keuntungan penguatan tetap adalah, bahwa penguat tersebut dapat lebih mudah dirancang agar memenuhi atau mempertahankan persyaratan stabilitas dan lebar bidang ( band width ). Penguat vertikal dipertahankan dalam batas kemampuannya untuk menangani sinyal berdasarkan pemilihan pelemah masukan ( input attenuator ) yang sesuai. Dengan membuat pelemah pada posisi yang sensitif, penguatan total dari penguat berhubungan dengan pembacaan terendah dari selektor. Pada gambar 7, ditunjukkan diagram balok fungsional dari peguat vertikal.

Gambar 7
10.5 Saluran Tunda ( Delay Line ) Semua rangkaian elektronik di dalam CRO ( pelemah, penguat, pembentuk pulsa, generator dan tentu saja didalam kawat rangkaian sendiri ) menyebabkan keterlambatan waktu tertentu di dalam transmisi tegangan sinyal ke pelat-pelat defleksi. Hampir semua keterlambatan ini terjadi di dalam rangkaian-rangkaian yang melakukan pemindahan, pembentukan dan pembangkitan.

11

Gambar 8

Dengan membedakan rangkaian-rangkaian defleksi vertikal dan horisontal dalam rangkaian gambar 8, dapat dilihat bahwa horisontal ( basis waktu atau tegangan penyapu ), dimulai atau dipicu oleh sebagian dari sinyal keluaran yang dimasukkan ke pelat-pelat vertikal CRT. Pengolahan sinyal dalam saluran horisontal mencakup pembangkitan dan pembentukan sebuah pulsa pemicu ( trigger pick-off ) yang menghidupkan generator penyapu, yang keluarannya dikembalikan ke penguat horisontal dan kemudian ke pelat-pelat horisontal. membutuhkan waktu dalam orde kira-kira 80 ns. Untuk memungkinkan operator mengamati leading edge , dari bentuk gelombang sinyal, berarti penggerak sinyal bagi pelat-pelat vertikal CRT harus terlam-bat paling sedikit dalam jumlah waktu yang sama. Ini merupakan fungsi dari saluran tunda vertikal. Pada gambar 8, dapat dilihat bahwa saluran tunda sebesar 200 ns ditambahkan ke saluran vertikal, sehingga tegangan sinyal ke pelat-pelat CRT terlambat sebesar 200 ns, dan penyapuan horisontal dimulai sebelum defleksi vertikal. Walaupun saluran tunda dapat muncul hampir disepanjang lintasan sinyal vertikal, pemicuan harus mendahului saluran tunda. Pada dasarnya, ada dua jenis saluran tunda, yaitu : saluran tunda dengan parameter tergumpal ( lumped parameter delay line ) dan saluran tunda dengan parameter terbagi ( distributed parameter delay time ). Keseluruhan proses ini

12

10.6 10.6.1

Sistem Defleksi Horisontal Generator Penyapu ( Sweep Generator ) Pada umumnya, CRO memperagakan bentuk gelombang masukan vertikal sebagai fungsi dari waktu. Ini memerlukan tegangan defleksi horisontal untuk menggerakkan atau menyapu bintik CRT sepanjang layar dari kiri ke kanan dengan kecepatan konstan, dan kemudian mengembalikan bintik tersebut dengan cepat ke posisinya semula di bagian kiri layar,siap untuk penyapuan berikutnya. Tegangan penyapu atau basis waktu ini dihasilkan di dalam sistem defleksi horisontal CRO oleh generator penyapu ( sweep generator ). Tegangan penyapu yang ideal bertambah dengan kecepatan yang linier, dari suatu nilai minimum ke nilai maksimum, dan kemudian turun dengan cepat ke level semula, seperti ditunjukkan dalam gelombang gigi gergaji pada gambar 9.

Gambar 9
Semua generator penyapu merupakan pengembangan dari rangkaian pengisi dasar RC, seperti ditunjukkan pada gambar 10a. dalam rangkain ini, mula-mula saklar S ditutup sehingga tegangan ec pada kapasitor adalah nol. Jika saklar dibuka, maka tegangan kapasitor ec bertambah secara eksponensial dari nol menuju tegangan suplai E , seperti ditunjukkan pada gambar 10b. Tegangan sesaat pada kapasitor diberikan oleh persamaan : ec = E ( 1 - e t/RC

Gambar 10 13

Dalam rangkaian penyapu RC yang praktis, fungsi saklar S ( gambar 10a ), diganti oleh sebuah saklar elektronik, misalnya transistor UJT ( Uni Junction Transistor ), saklar yang dikontrol oleh silikon, thyristor, gas thyratron, dan lain-lain. Gambar 11a, menunjukkan sebuah osilator rileksasi ( relaxation oscillator ) yang terkenal, dimana UJT bertindak sebagai saklar. Jika daya dimasukkan, maka kapasitor C akan mengisi secara eksponensial melalui tahanan R, dan tegangan emiter UJT yaitu VE naik menuju tegangan suplai EBB. Jika VE mencapai tegangan puncak UJT yaitu Vp, dioda emitter ke basis 1 ( EB1 ) akan di catu dalam arah maju dan UJT memicu. Ini akan menyediakan lintasan pengoso-ngan muatan tahanan rendah antara E dan B1, sehingga kapasitor mengosong-kan muatan dengan cepat melalui UJT. Dengan demikian, tegangan emiter VE berkurang dengan tiba-tiba sampai tidak dapat lebih lama menyokong catu minimal yang diperlukan untuk konduksi UJT. Pada titik ini lintasan bertahanan rendah E-B1 terputus, dan kapasitor mengisi kembali siklus pengisian dan pengosongan muatan ini berulang dalam suatu proses yang kontinu atau bekerja penuh, dan menghasilkan sebuah gelombang gigi gergaji, seperti ditunjukkan pada gambar 11b.

Gambar 11

10.6.2

Penguat Horisontal Dalam sebuah CRO yang biasa tingkat persyaratan prestasi ( penguatan / lebar bidang ) penguat horisontal lebih rendah dari penguat vertikal. Sementara penguat vertikal harus mampu menangani sinyal-sinyal beramplitudo kecil dengan kenaikan waktu yang cepat, maka penguat vertikal hanya harus memproses sinyal penyapu yang amplitudonya cukup tinggi dan kenaikan waktu-nya relatif lambat,

14

Gambar 12
Akan tetapi penguatan penguat horisontal lebih besar dari penguatan penguat vertikal, karena sensitivitas defleksi horisontal CRT lebih kecil dari sensitivitas defleksi vertikal. Pada gambar 12, ditunjukkan diagram balok dari sebuah penguat horisontal dasar yang umumnya digunakan dalam CRO sederhana dengan frekuensi rendah. Penguat ini terdiri dari tiga tingkatan, yaitu : penguat masukan, penguat parafasa, dan tingkat keluaran dorong-tarik. 10.7

Jarum Penduga CRO Jarum penduga ( probe ) CRO melakukan fungsi penting, yaitu : menghubungkan rangkaian yang akan diselidiki ke terminal-terminal masukan CRO tanpa membebani atau jika tidak mengganggu susunan pengujian. Untuk memenuhi persyaratan dari berbagai CRO pemakaian umum dan khusus, terdapat beberapa jenis jarum penduga, mulai dari jenis tegangan pasif yang sederhana sampai ke jarum penduga aktif. Pada gambar 13, ditunjukkan diagram balok yang umum yang dapat digunakan pada semua jenis jarum penduga CRO.

Gambar 13
Kepala jarum penduga ( probe head ) berisi rangkaian pengindra sinyal. Rangkaian ini bisa pasif seperti halnya tananan 10 M yang diparalel dengan kapasitor 7 pF ; atau bisa aktif seperti halnya sebuah FET source follower beserta elemen-elemen yang sesuai. Sebuah kabel koaksial ( jenisnya bergan-tung pada jenis jarum

15

penduga ), digunakan untuk menggandengkan kepala jarum penduga ke rangkaian penutup, yang juga bisa aktif atau pasif. Rangkaian penutup ini melengkapi CRO dengan impedansi sumber yang diperlukan dan menutup kabel koaksial pada impedansi karakteristiknya. Terdapat beberapa jenis jarum penduga, yaitu : -

Jarum penduga tegangan pasif Jarum penduga yang paling terkenal dan menyenangkan untuk menggandengkan sinyal yang akan diselidiki ke CRO. ( tidak mengandung elemen aktif ).

Jarum penduga tegangan aktif Jarum penduga yang dirancang untuk memberikan suatu cara yang efisien dalam menggandengkan sinyal frekuensi tinggi yang kenaikan waktunya cepat kemasukan CRO, dan berisi komponen aktif seperti : dioda, FET, BJT atau tabung vakum miniatur. Umumnya jarum penduga aktif mempunyai impedansi masukan yang sangat tinggi dengan pelemahan yang lebih kecil dari jarum penduga pasif. Jarum penduga aktif lebih mahal dan lebih besar dari jarum penduga pasif karena berisi rangkaian elektronik, akan tetapi jarum penduga aktif dapat memperbesar kemampuan pengukuran dari sistem jarum penduga dan CRO.

Jarum penduga arus Jarum penduga arus memberikan suatu metoda penggandengan sinyal ke masukan CRO secara induktif, sehingga tidak memerlukan hubungan listrik langsung ke rangkaian uji. rangkaian penutup. Sebagaimana jarum penduga tegangan, jarum penduga arus terdiri dari sebuah pengindera/sensor ), sebuah kabel koaksial dan

Jarum penduga tegangan tinggi Jarum penduga tegangan tinggi digunakan untuk menghubungkan sinyal-sinyal kilovolt ke CRO konvensional dengan melengkapi perbandingan tegangan sebesar 1000 : 1 atau lebih. Kepala jarum penduga tegangan tinggi dibuat dari bahan termoplastik yang kekuatan tumbukannya ( impact strength ) tinggi dan direncanakan secara khusus untuk melindungi pemakai terhadap bahaya kejutan listrik.

16

10.8 10.8.1

Gambar Lissajous Konstruksi Gambar Lissajous Jika gelombang-gelombang sinus dimasukkan secara bersamaan ke pelat-pelat defleksi horisontal dan vertikal CRO, maka akan dihasilkan gambar-gambar Lissajous. Pada gambar 14, ditunjukkan secara grafis sebuah gambar Lissajous Gelombang sinus ev menyatakan tegangan defleksi vertikal dan gelombang sinus eh menyatakan tegangan defleksi horisontal. Frekuesi sinyal vertikal dua kali frekuensi sinyal horisontal, sehingga bintik CRT bergerak dua siklus lengkap kearah vertikal dibandingkan terhadap satu siklus dalam arah horisontal. Pada gambar 14, menunjukkan bahwa angka 1 sampai 16 pada kedua bentuk gelombang menyatakan titik-titik yang berhubungan dengan selang waktu. Dengan menganggap bahwa bintik dimulai dari pusat layar CRT ( titik nol ), perjalanan bintik dapat dilukiskan kembali menurut cara yang ditunjukkan, dan gambar yang dihasilkan disebut gambar Lissajous. Dua gelombang sinus dengan frekuensi yang sama akan menghasilkan gambar Lissajous yang bisa berbentuk : garis lurus, elips atau lingkaran, bergantung pada fasa dan amplitudo kedua sinyal tersebut. Sebuah lingkaran hanya dapat terbentuk, jika amplitudo kedua sinyal sama, jika kedua sinyal tidak sama dan/atau tidak sefasa akan terbentuk sebuah elips yang sumbu-sumbunya adalah bidang horisontal dan bidang vertikal ( dengan anggapan CRO normal ).

Gambar 14 17

Tanpa memperhatikan amplitudo sinyal, hal yang menentukan jenis gambar yang terbentuk dengan memasukkan dua sinyal dengan frekuensi yang sama ke pelat defleksi adalah : beda fasa antara kedua sinyal tersebut. Pada gambar 15, ditunjukkan hubungan fasa yang diperlukan untuk masing-masing gambar yang dihasilkan.

Gambar 15

18

Beberapa kesimpulan dapat diambil dari penyelidikan gambar-gambar pada gambar 15. Sebagai contoh : sebuah garis lurus akan dihasilkan, jika kedua sinyal sefasa atau berbeda fasa 1800, dan sudut yang terbentuk dengan horisontal akan persis 450 bila amplitudo kedua sinyal adalah sama. Dengan cara yang sama, penurunan penguatan penguat vertikal menunjukkan sebuah garis dengan sudut lebih kecil 45 0. Jika beda fasa kedua sinyal sama dengan 900 atau 2700, dengan anggapan bahwa kedua sinyal mempunyai amplitudo yang sama, maka akan dihasilkan sebuah lingkaran, dan jika sinyal vertikal mempunyai amplitudo yang lebih besar, akan dihasilkan sebuah elips dengan sumbu panjang adalah sumbu vertikal, sebaliknya bila sinyal horisontal lebih besar, maka sumbu panjang ellips akan terletak sepanjang sumbu horisontal. Dalam hal elips-elips yang terbentuk karena perbedaan fasa selain dari 900, suatu perubahan hubungan antara tegangan-tegangan defleksi akan mempunyai pengaruh yang serupa. 10.8.2

Penentuan Frekuensi Terdapat banyak kemungkinan konfigurasi, untuk setiap sinyal yang dimasukkan. Salah satu pertimbangan, apakah yang dimasukkan ke pelat-pelat defleksi horisontal adalah frekuensi tinggi atau rendah. Pertimbangan yang paling penting adalah fasa dari sinyal frekuensi tinggi berke-nan dengan sinyal frekuensi rendah. Pola pada gambar 14 memperlihatkan sebuah gambar berbentuk angka delapan bersandar pada kedua sisinya yang dihasilkan bila kedua sinyal berangkat keluar bersama-sama. Sebuah garis singgung yang digambarkan melalui ujung atas gambar akan membentuk titik singgung pada dua tempat ; sebuah garis singgung yang digambarkan melalui satu sisi vertikal akan membentuk titik singgung pada satu titik. Jelaslah bahwa jumlah garis-garis singgung horisontal berhubungan dengan frekuensi tegangan defleksi vertikal, sedang jumlah garis-garis singgung vertikal berhubungan dengan frekuensi tegangan horisontal. Jadi perbandingan antara frekuensi defleksi vertikal terhadap frekuensi defleksi horisontal adalah 2 : 1. Jika sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah tidak berangkat pada waktu yang bersamaan tetapi berbeda fasa, maka akan diperoleh gambar-gambar yang menarik, dan pada gambar 16 ditunjukkan hubungan fasa selanjut-nya antara kedua sinyal.

19

Gambar 16
Pada gambar 16b ditunjukkan keadaan dimana sinyal frekuensi tinggi tergeser ke depan sebesar 900. Disini sinyal frekuensi tinggi berada pada nilai maksimumnya jika sinyal frekuensi rendah baru akan memulai siklusnya. Jika kondisi ini terjadi, gambar yang dihasilkan membentuk sebuah parabolik terbalik, dan gambar jenis ini biasanya disebut bayangan rangkap, karena berkas elektron, setelah mengubah arahnya, kembali mengikuti lintasan yang sama. Jika sebuah bayangan rangkap seperti halnya parabola dihasilkan, maka untuk mengevaluasi perbandingan frekuensi harus digunakan metoda lain, dan dalam hal ini sebuah garis singgung yang ditarik melalui ujung gambar yang terbuka dihitung sebagai setengah garis singgung. Sebagai contoh pada gambar 16d, sebuah garis singgung yang digambarkan melalui puncak membentuk dua titik singgung pada bagian atasnya yang terbuka dan dengan demikian masing-masing menghitung sebagai setengah garis singgung, menghasilkan total satu titik. Melalui sisi vertikal hanya terdapat satu titik singgung

20

terbuka yang memberikan hitungan setengah. Dengan demikian, perbandingan frekuensi vertikal terhadap frekuensi horisontal masih 2 : 1. Terdapat beberapa pembatasan terhadap frekiensi yang dapat dimasukkan ke pelatpelat defleksi, dimana salah satunya adalah bahwa CRO harus memiliki lebar bidang yang dibutuhkan pada frekuensi-frekuensi ini, dan pembatasan lainnya adalah hubungan antara kedua frekuensi sebaiknya tidak akan memperlihatkan sebuah gambar yang akan terlalu dilibatkan dalam penentuan perbandingan frekuensi yang tepat. Sebagai aturan, perbandingan setinggi 10/1 dan terendah 10/9 dapat ditentukan dengan baik sekali. Disamping gambar-gambar untuk perbandingan frekuensi yang bulat, terdapat gambar pada mana pembilang dan penyebut dari perbandingan tersebut adalah angka-angka bulat. Gambar 17, menunjukkan gambar-gambar untuk perbandingan 3/2 dan 5/3. Membandingkan frekuensi dengan menggunakan gambar-gambar Lissajous sering dilakukan pada CRO. Jika sebuah gambar Lissajous dibentuk oleh dua sinyal dengan amplitudo yang sama dengan perbedaan frekuensi yang hanya sedikit, maka gambar kelihatan bergeser perlahan-lahan sesuai beda fasa antara keduanya.

Gambar 17
10.8.3 Perhitungan Sudut fasa Tanpa memperhatikan amplitudo relatif dari tegangan-tegangan yang dimasuk-kan, elips memberikan metoda sederhana untuk mendapatkan beda fasa antara dua sinyal yang mempunyai frekuensi yang sama. Metoda ini ditunjukkan pada gambar 18, dimana sinus sudut fasa antara kedua sinyal sama dengan perbandingan antara titik potong pada sumbu Y, yang dinyatakan oleh Y1 terhadap defleksi vertikal maksimum yang dinyatakan oleh Y2, dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Y1 Sin = -----Y2 Untuk mempermudah, penguatan-penguatan vertikal dan horisontal diatur sedemikian rupa, sehingga elips tepat berada didalam sebuah bujur sangkar seperti

21

yang ditandai oleh garis-garis koordinat pada graticule, dan gambar 18 menunjukkan cara menafsirkan sudut fasa sesuai dengan orientasi elips. Jika sumbu panjang terletak dalam kuadran pertama dan ketiga, seperti ditunjuk- kan pada gambar 18b, sudut fasa antara 00 dan 900 atau antara 2700 dan 3600. Jika sumbu panjang lewat melalui kuadran kedua dan keempat, sudut fasa antara 900 dan 1800 atau antara 1800 dan 2700. Pada contoh gambar 18 sinus sudut fasa sama dengan 0,5, sesuai dengan nilai sudut-sudut fasa yang berbeda, seperti ditunjukkan pada gambar.

Gambar 18

Daftar Pustaka 1. Wiliam D. Cooper, Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran

Jakarta, Januari 2008 Ir. S.O.D. Limbong

22

Anda mungkin juga menyukai