Anda di halaman 1dari 3

Pericarditis Traumatica pada Sapi

Pendahuluan Perikarditis traumatika merupakan peradangan pada perikardium yang disebabkan oleh tertusuknya retikulum (lambung jala) oleh benda tajam yang mengarah ke kranial (depan) berlanjut menembus peritoneum, diafragma, pleura, dan kemudian dapat menembus perikardium (kantung jantung). Benda tajam yang menembus perikardium tidak dapat dicerna oleh pencernaan seperti potongan kawat, paku besi, kaca, serpihan logam dan lain-lain. Proses peradangan pada perikardium selalu diikuti dengan infeksi kuman-kuman pembusuk. Perikarditis ditandai dengan gejala gangguan sirkulasi dan pernafasaan yang berlangsung progresif, dan disertai terbentuknya oedema yang ekstensif. Jika proses ini berjalan dalam waktu yang lama penderita akan kehilangan berat badan sehingga terjadi kaheksia (kurus). Patogenesis Benda tajam yang termakan sapi akan mengakibatkan adanya peradangan pada retikulum sapi (retikulitis) karena adanya kontraksi dari otot-otot retikulum maka benda tajam tersebut dapat menembus peritoneum yang selanjutnya dapat menyebabkan peradangan pada perotenium (peritonitis), adanya kontraksi maka benda tajam tersebut dapat menembus diafragma dan dapat menyebabkan peradangan pada diafragma (phrenitis) dan pada akhirnya dapat menembus perikardium ( ubronto, !""#). $usukan benda tajam pada perikardium akan menyebabkan peradangan yang dapat bersifat lokal (circumscript) atau merata (difus). %alam proses penusukan perikardium oleh benda tajam yang terjadi sekali atau berulang kali akan diikuti infeksi kuman-kuman pembusuk yang banyak terdapat dalam retikulum. Peradangan pada jaringan-jaringan yang tertusuk oleh benda tajam tersebut menyebabkan adanya reaksi dari jaringan-jaringan tersebut yaitu terjadi penebalan. Penebalan pada perikardium menyebabkan hilangnya sifat elastisitas dan menjadi kenyal, hal ini dapat menghambat kontraksi dan relaksasi jantung. %alam keadaan yang kronis penebalan perikardium dapat mencapai !cm. Peradangan akan menghasilkan cairan perikardium atau hidroperikard yang kemudian digunakan sebagai media berkembang biak oleh kuman-kuman pembusuk, sehingga cairan yang semula jernih akan menjadi keruh dan kental bahkan berbau amis dan busuk bahkan berwarna merah kecoklatan karena bercampur dengan darah atau bekuan darah. &uman-kuman pembusuk juga dapat menyebabkan pembentukan dan penimbunan gas dalam perikardium yang menimbulkan pengembungan perikardium. Pengembungan tersebut dapat menekan paru-paru yang dapat menimbulkan kesulitan nafas, serta dapat pula menekan jantung yang membuat jantung tidak dapat bergerak. 'enurut &arreman (())*) bahwa benda tajam yang menusuk sampai perikardium menimbulkan timbunan cairan yang busuk yang akan menyebabkan gangguan fungsi jantung dan ginjal serta dapat menyebabkan kematian. +danya penekanan jantung oleh penggembungan perikardium dan terendamnya otot jantung di dalam cairan perikardium yang kental dalam jangka waktu lama membuat jantung bekerja lebih keras sehingga akan mengakibatkan otot-otot jantung (miokardium) lelah dan akhirnya mengalami degenerasi (rusak). +danya kerusakan pada miokardium dapat menyebabkan kekuatan jantung untuk bergerak (kontraksi-relaksasi) menurun sehingga menimbulkan suatu kondisi yang disebut lemah jantung. &ondisi ini dapat menyebabkan adanya penurunan aliran darah yang menuju keseluruh tubuh dari jantung yang dapat membuat penyerapan unsur-unsur makanan misalnya protein berkurang (hipoproteinemia ,penurunan kadar protein dalam darah-), keadaan ini dapat mengakibatkan oedema jaringan. &ondisi hipoproteinemia tersebut juga dapat menimbulkan hidrothoraks (penimbunan cairan dalam rongga dada), hidrops acites (penimbunan cairan dalam rongga perut), dan hidrops anasarka

(penimbunan cairan di bawah kulit). Proses peradangan dan adanya penekanan pada paru-paru dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit pada dada, dan untuk mengurangi rasa sakit tersebut maka hewan penderita akan membungkukan punggung dan melebarkan jarak antar kaki depan (abduksi kaki depan). Proses peradangan dapat juga menyebabkan timbulnya rasa sakit ketika bergerak, sehingga hewan penderita menjadi malas bergerak. .ewan penderita lebih banyak berdiri karena posisi tidur dapat mengakibatkan tekanan pada rongga dada sehingga rasa sakit bertambah dan nafas menjadi sesak. Gejala Klinis %alam pengamatan (inspeksi) akan terlihat bahwa penderita melebarkan jarak antar kaki depan (abduksi). Pada kasus yang berlangsung lama (kronis) rasa sakit sudah menurun, tetapi hewan penderita menjadi kurus dan lemah. +danya oedema tergantung beratnya proses peradangan, oedema dapat diamati pada rahang bawah, leher/gelambir, perut bagian bawah, ambing pada hewan betina, dan scrotum pada hewan jantan. &adang karena oedema pada leher sangat sulit untuk membengkokan kepalanya. .ewan terlihat malas untuk bergerak dan bayak berdiri. 'enurut &arreman (())*) bahwa hewan yang menderita nafsu makan turun/tidak mau makan, produksi susu turun/ bahkan sampai berhenti, demam, hewan menjari tempat dingin (jerami kering), punggung dibungkukan, kulit bagian punggung dicubit punggung akan dibungkukan karena menahan sakit didaerah dadadan oedema. 0ambut dan kulit terlihat kusam. uhu tubuh dapat tinggi hingga mencapai *"o1 atau masih dalam batas-batas normal (*2,#-*3,4o1 ,&elly,!"35-) Pada auskultasi dengan stetoskop, paru-paru terdengar suara gesekan-gesekan (friksi). uara jantung terendam, irregular, atau lemah sampai tidak terdengar sama sekali. .al tersebut disebabkan karena jarak antara jantung dengan stetoskop menjadi lebih jauh yang diakibatkan adanya penebalan dan pengembungan perikardium. Jantung yang terendam di dalam cairan perikardium yang kental akan menghasilkan suara mencebur (splashing sound) pada saat auskultasi. 6rekuensi denyut nadi (pulsus) meningkat sampai !!( kali/menit (normal pada sapi ##-3) kali/menit ,&elly, !"35-). %alam keadaan yang lanjut penderita akan kurus (kaheksia), bahkan terjadi kematian yang biasanya disebabkan oleh kegagalan jantung dan kelemahan umum. Diagnosa Penentuan diagnosa dengan memperhatikan keterangan dari pemilik hewan (anamnesa), juga atas gejala-gejala klinis yang muncul. Beberapa teknik pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa perikarditis traumatika, misalnya untuk mengetahui rasa sakit yang disebabkan peradangan pada retikulum dapat dilakukan dengan mencubit kulit di daerah punggung (gumba), dengan cubitan tersebut hewan penderita akan mengerak kesakitan, atau dapat juga dilakukan dengan menekan daerah di belakang tulang dada/sternum (processus 7yphoideus) menggunakan kepalan tangan, serta dapat pula dengan menggunakan uji alu yaitu dengan cara mengangkat daerah processus 7yphoideus menggunakan kayu panjang (alu atau bambu panjang yang dipegang di kanan-kiri penderita. +danya penekanan yang ringan dengan menggunakan ketiga metode tersebut, hewan penderita akan merasa kesakitan karena daerah retikulum yang meradang dan tertusuk paku akan tertekan sehingga menimbulkan rasa sakit. Deferensial Diagnosa uara gesekan perikardium terhadap dinding dada sulit dibedakan dengan peradangan pada pleura (pleuritis), suara jantung yang terendam atau tidak terdengar sama sekali akan sulit dibedakan dengan hidrotroraks, dan adanya oedema dapat dikelirukan dengan dengan penyakit-penyakit yang disebabkan parasit-parasit darah (sura, anaplamosis, babesiosis, theileriosis) dan helmintiasis/kecacingan (seperti

penyakit cacing hati/fasciolosis yang kronis). 8ntuk melihat ada tidaknya parasit darah dapat dilakukan pemeriksaan tinja untuk melihat adanya telur cacing. Punggung sapi dibungkukan, demam, nafsu makan menurun dapat dikelirukan dengan nephritis akut, tetapi kondisi ini tidak disertai peningkatan frekuensi nadi seperti pada perikarditis traumatika (&arreman, ())*). Terapi $erapi yang dapat dilakukan pada penyakit perikarditis traumatika yaitu terapi berdasarkan gejala klinis yang muncul (terapi simptomatik). Pemberian antipiretik dan analgesik untuk mengurangi rasa sakit, seperti dipyrone (konsentrasi #))mg/ml) dengan dosis !)-() ml, dapat diberikan secara intra muskular (9'), intra :ena (9;), dan subcutan ( 1). Pada kasus yang terjadi diberi obat antipiretik, analgesik dan anti inflamasi menggunakan +nticold< yang mengandung aminopyrine, sulpyrine, coffeine, dan :itamin B(). Pemberian antibiotik peroral dapat dilakukan misalnya dengan 1otrimo7a=ole< yang menggandung sulmetho7a=ole dan trimetoprim karena preparat sulfa tersebut dapat kontak langsung dengan selaput lendir retikulum yang mengalami peradangan. Pemberian antibiotik secara parenteral (perinjeksi) dapat juga dilakukan. 'enurut &arreman (())*) hewan yang menderita perikarditis traumatika dapat dilakukan pengambilan cairan perikardium yang berlebihan hasil infeksi .ewan diusahakan tidak banyak bergerak agar rasa sakit yang timbul tidak semakin parah. Pada kasus yang disebabkan oleh paku atau logam tajam bisa dilakukan dengan batang magnet yang dimasukan ke dalam retikulum untuk mengambil benda tajam tersebut. edangkan kausanya pecahan kaca atau yang tidak dapat dilakukan dengan magnet dilakukan bedah/operasi untuk mengeluarkannya (&arreman , ())*). +pabila setelah dilakukan terapi tidak ada kemajuan dan kondisi hewan semakin parah, sebaiknya hewan dipotong. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan pakan hijauan dari benda-benda tajam pada saat pengambilan hijauan dan sebelum diberikan pada hewan. elain itu, pencegahan yang lain hewan dijauhkan dari daerah kontruksi dan selalu dimonitor secara rutin. .ewan %i negara-negara maju, pencegahan dilakukan pada sapi-sapi perah diberi satu atau lebih batang magnit, yang berukuran 2,# cm 7 !-(,# cm dengan maksud untuk menangkap logam-logam yang termakan oleh sapi. 'enurut +ndrea et. al., (())*) bahwa pencegahan yang efektif dilakukan pada sapi umur satu tahun sudah diberi batang magnet di retikulumnya. Batang magnet dimasukan lewat mulut dan biasanya tidak langsung ke retikulum tetapi di rumen. 'agnet ini akan mengikuti gerakan kontaksi rumen dan masuk ke retikulum.

Anda mungkin juga menyukai