Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENYEHATAN UDARA PARAMETER PENCEMARAN BAKTERIOLOGIS UDARA

DISUSUN OLEH: RHISMA HILDA PRAWITA (P2.31.33.1.12.034)

TINGKAT 2 DIV

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2013

A. Definisi Pencemaran Bakteriologis Udara Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat, gas dan cair yang ada di udara dan dapat menimbulkan tidak nyaman disebut polutan udara (Salim, E., 2002). Dari definisi pencemaran udara di atas dapat disimpulkan bahwa pencemaran bakteriologis udara adalah masuknya berbagai jenis

bakteriologis yang ada di udara ke dalam saluran pernapasan manusia sehingga menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

B. Sumber-Sumber Pencemar The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam penelitiannya menyebutkan ada lima sumber pencemaran di dalam ruangan yaitu: 1. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan. 2. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat. 3. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem, asbes, fibreglass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut. 4. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya. 5. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.

C. Jenis-Jenis Mikroorganisme Udara Dan Jenis Gangguan Kesehatan Yang Ditimbulkan Kelompok mikroba yang paling banyak ditemukan sebagai jasad hidup yang tidak diharapkan kehadirannya melalui udara, umumnya disebut jasad kontaminan (hal ini mengingat apabila suatu benda atau substrat yang ditumbuhinya dinyatakan sebagai substrat yang terkontaminasi). Adapun kelompok mikroba yang termasuk dalam jasad kontaminan antara lain adalah: 1. Bakteri: Bacillus, sebagainya. 2. Jamur: Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Trichoderma, dan sebagainya. 3. Ragi: Candida, Saccharomyces, Paecylomyces, dan sebagainya. Jenis dan distribusi mikroba di udara menurut Krisno, 2011: Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora). Belum ada mikroba yang habitat aslinya di udara. Pada sub pokok bahasan sebelumnya Staphylococcus, Pseudomonas, Sarcina dan

mikrooganisme di udara dibagi menjadi 2, yaitu mikroorganisme udara di luar ruangan dan mikroorganisme udara di dalam ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan. 1. Mikroba di Luar Ruangan: Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di udara pada ketinggian 3001.000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur,

terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis. Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi,

serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain. 2. Mikroba di dalam Ruangan: Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum, streptococcus,

pneumococcus, dan staphylococcus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang

terkontaminasi cairan yang mengandung patogen.

Tetesan cairan

(aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi spora jamur di udara Menurut Waluyo.L pada tahun 2007, bakteri yang sering ditemukan pada umumya dari jenis basil gram positif baik berspora maupun non spora, basil gram negatif dan kokus gram positif. Bakteri yang biasanya terdapat dalam mulut dan tenggorokan orang normal seperti Staphylococcus sp, Streptococcus sp ditemukan di udara melalui batuk, bersin, dan berbicara. Beberapa jenis lain yang terdeteksi mencemari udara antara lain : Pseudomonas sp, Klebsiella sp, Proteus sp, Bacillus sp dan golongan jamur (Waluyo, L., 2007). Penyakit yang disebabkan oleh bakteri di udara ruang diklasifikasikan sebagai penyakit yang menular lewat udara (air borne diseases). Beberapa bakteri yang disebabkan airborne diseases ditampilkan dalam tabel berikut ini (Slamet, J.S., 2002). Tabel Beberapa Penyakit Menular Lewat Udara (Slamet, J.S., 2002)

Agen Corynebacterium diphtheriae Mycobacterium tuberculosis Bordetella pertusis Diplococcus pneumoniae

Penyakit Difteri Tuberculosis Pertusis Pneumonia

Contoh penyakit serta cara penyebarannya melalui udara a. Tuberkulosis atau TBC, Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam penularannya. Pada umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas penderita. Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampi tahunan membuat penyakit ini digolongkan penyakit kronis. b. Meningitis, Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf

tunjang. Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu batangnya. c. Flu Burung, Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat pada unggas dan dapat menyerang manusia. Penularan virus flu burung berlangsung melalui saluran pernapasan. Unggas yang terinfeksi virus ini akan mengeluarkan virus dalam jumlah besar di kotorannya. Manusia dapat terjangkit virus ini bila kotoran unggas bervirus ini menjadi kering, terbang bersama debu, lalu terhirup oleh saluran napas manusia. d. Pneumonia, Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas. Penyakit ini umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae dan Hemopilus

influenzae yang berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut: a. Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair b. Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering c. Gangguan neurotoksik: sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi d. Gangguan paru dan pernafasan: batuk, nafas berbunyi, sesak nafas, rasa berat di dada e. Gangguan kulit: kulit kering, kulit gatal f. Gangguan saluran cerna: diare g. Lain-lain: gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran mikroba udara Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian mikroorganisme. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi.

E. Standart (Di Tempat Kerja, Udara Dalam Ruang Rumah Dan Rumah Sakit) Di Tempat Kerja a. KepMenkes No. 261 Tahun 1998 Tanggal 27 Februari 1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran menyebutkan bahwa seharusnya angka kuman kurang dari 700 koloni / m 3 udara dan ruangan kantor bebas dari kuman patogen.

b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri menyebutkan bahwa seharusnya suhu berada pada 18 280C, kelembaban 40 60 %, angka bakteri kurang 18 dari 700 CFU/ m2. Udara Dalam Ruang Rumah Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah, Parameter kontaminan biologi dalam rumah adalah parameter yang mengindikasikan kondisi kualitas biologi udara dalam rumah seperti bakteri, dan jamur. No. 1. 2. 3. Jenis Parameter Jamur Bakteri patogen Angka kuman Satuan CFU/m3 CFU/m3 CFU/m3 Kadar Maksimal 0 CFU/m3 0 CFU/m3 < 700 CFU/m3

Catatan : - CFU= Coloni Form Unit - Bakteri patogen yang harus diperiksa : Legionela, Streptococcus aureus, Clostridium dan bakteri patogen lain bila diperlukan. Rumah Sakit Menurut Kepmenkes No.1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, standart kualitas udara ruang rumah sakit adalah sebagai berikut ini: 1. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan amonia). 2. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata- rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 g/ m3, dan tidak mengandung debu asbes. 3. Indeks angka kuman untuk setiap ruang atau unit seperti tabel berikut:

No. 1.

Ruang atau unit Operasi

Konsentrasi maksimum mikroorganisme per m3 udara (CFU/ m3) 10

2. 3 4. 5. 6. 7. 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Bersalin Pemulihan/perawatan Observasi bayi Perawatan bayi Perawatan premature ICU Jenazah/ autopsi Penginderaan medis Laboratorium Radiologi Sterilisasi Dapur Gawat darurat Administrasi, pertemuan Ruang luka bakar

200 200-500 200 200 200 200 200-500 200 200-500 200-500 200 200-500 200 200-500 200

F. Teknik Pengukuran Ada satu teknik kualitatif sederhana, menurut Volk & Wheeler (1989) yaitu mendedahkan cawan hara atau medium di udara untuk beberapa saat. Selama waktu pendedahan ini, beberapa bakteri di udara akan menetap pada cawan yang terdedah. Semakin banyak bakteri maka bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak. Kemudian cawan tersebut diinkubasi selama 24 jam hingga 48 jam maka akan tampak koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur yang mampu tumbuh pada medium yang digunakan. Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya hujan, salju atau hujan es akan cenderung mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh partikel yang lebih berat dan mengendapkan debu. Jumlah mikroorganisme menurun secara

menyolok di atas samudera, dan jumlah ini semakin berkurang pada ketinggian (altitude) yang tinggi (Volk & Wheeler, 1989). Sampling mikrobiologis udara dapat diperoleh dengan menggunakan metode settling plates (peletakan lempeng agar) dan metode mekanik Volumetric Air Sampling (Mertaniasih dkk (2004). 1. Metode settling plates. Prinsip metode ini pada peletakan lempeng agar dalam petri diameter 100 mm yang terbuka akan menampung pengendapan partikel mikroba udara sekitar 1 m 3 selama terpapar 15 menit, menggunakan media sampling standar brain heart infussion agar atau trypticase soy agar. Metode ini mudah dan tidak mahal tapi hasilnya tidak betul- betul kuantitatif. 2. Metode Volumetric Air Sampling merupakan metode kuantitatif yang lebih tepat, karena partikel udara yang lebih kecil (3 mm) dengan kondisi kelembaban udara akan tetap tersuspensi di udara, tidak turun mengendap di permukaan suatu lempeng agar tetapi dengan

metode high- velocity- volumetric air sampling, partikel kecil di udara dapat ditarik dengan kecepatan tinggi ke dalam saluran alat oleh karena suatu pompa (vacuum pump). Selain itu keuntungan pada partikel ukuran besar yang umumnya di udara rumah sakit, rerata 10- 15 mm, dapat ditarik masuk ke dalam media cair (collection fluid) dan terjadi gelembung- gelembung udara yang dapat memecahkan partikel besar sehingga semua kandungan sel- sel mikroba yang hidup akan terpencar dan merata menimpa, menempel pada permukaan lempeng agar yang mengandung nutrisi (brain heart infussion agar atau trypticase soy agar atau Mueller Hinton Agar dan Saboroud Glucosa Agar), sehingga merefleksi jumlah total mikroba di dalam udara per satuan m 3. Sedangkan untuk random sampling udara yang akurat dan sering dilakukan menggunakan metode slit sampling atau centrifugal

sampling atau staged sampling. Kecepatan aliran udara harus dikalibrasi dengan tepat untuk menjamin hasil yang akurat. Cara pengambilan sampel bakteri udara di rumah sakit: Metode Agar Cara pengambilan sampel

Tempatkan alat pada titik Pengambilan sampel

Lepaskan media agar strip dari kemasannya dan segera pasangkan pada tempatnya (pelindung kipas) dengan posisi permukaan agar strip mengarah ke kipas. Hidupkan alat . Tekan tombol start pada remote starter (jarak petugas dengan alat minimal 3 meter) tinggalkan ruangan apabila alat sedang beroperasi. Alat akan berhenti secara otomatis sesuai dengan pengaturan waktu. Petugas segera masuk dan matikan alat . Lepaskan media agar strip dari tempatnya dan masukkan kembali pada kemasannya, tutup rapat dan disegel. Beri keterangan atau label seperlunya antara lain : waktu pengambilan, lokasi/tempat, lama pengambilan sampel dan nama petugas. Amankan agar strip tersebut dengan cara sbb : * Lapisi agar strip dengan aluminium foil * Simpan pada cool box (kotak pendingin) dengan suhu 4 100C

Cara menghitung angka koloni kuman pada media agar : Hidupkan Colony Counter Tempatkan media agar dengan posisi terbalik pada display dan hidupkan lampu Pasang kabel detector pada coloni counter. Hidupkan kalkulator Hitung koloni kuman yang tumbuh dengan cara menekan ujung detektor pada agar strip. Jumlah koloni kuman yang terbentuk pada agar strip dapat dibaca pada kalkulator.

Menghitung jumlah koloni kuman, gunakan rumus :

koloni kuman pada agar strip KK/ m3 = -------------------------------------------- X 1000 liter 40 t X waktu (menit) Keterangan : KK = Jumlah Koloni kuman yang terbentuk 40 ltr = kemampuan alat untuk menghisap udara selama 1 menit adalah sebanyak 40 liter.

G. Teknik Pengendalian Menurut Suriawiria (1985), pencegahan kehadiran mikroba baik secara fisik ataupun kimia yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Secara fisik dengan penggunaan sinar-sinar bergelombang pendek (umumnya sinar UV) sebelum dan sesudah tempat dipergunakan, ataupun dengan cara penyaringan udara yang dialirkan ke dalam tempat atau ruangan tersebut. 2. Secara kimia dengan penggunaan senyawa-senyawa yang bersifat membunuh mikroba, baik dalam bentuk larutan alkohol (55-75%), larutan sublimat, larutan AMC (HgCl2 yang diasamkan), dan

sebagainya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, agar angka kuman di dalam udara ruang tidak melebihi batas persyaratan maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : Karyawan yang sedang menderita penyakit yang ditularkan melalui udara untuk sementara waktu tidak boleh berkerja. Lantai dibersihkan dengan antiseptik. Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.

Upaya Penyehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah:

1. Perabotan rumah tangga dibersihkan secara rutin 2. Rumah harus dilengkapi dengan ventilasi yang adequate 3. Membersihkan AC minimal 3 atau 6 bulan sekali 4. Membersihkan dan mengeringkan karpet yang basah atau lembab. 5. Apabila hendak menggunakan basement sebagai salah satu ruang tempat tinggal, pastikan tidak ada kebocoran dan ruangan memiliki system ventilasi yang baik. Apabila perlu, gunakan mesin pengatur kelembaban untuk menjaga kelembaban udara antara 40 - 60% 6. Lantai selalu dibersihkan dengan antiseptik secara berkala 7. Mengisolasi anggota rumah tangga yang mempunyai penyakit menular dan mencegah kontaminasi dari bahan dan peralatan yang telah dipakai oleh penderita dengan cara disinfeksi. 8. Mengupayakan sinar matahari pagi dapat memasuki rumah terutama setiap kamar tidur. 9. Mengelola sampah basah dengan baik.

Referensi: http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/02/seri-kesehatan-lingkungan-rumahsakit.html http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/05/seri-kesehatan-lingkungan-rumahsakit_04.html http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-07.pdf http://lanugojaya.blogspot.com/2012/09/kualitas-udara-dalam-ruangan.html http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125272-S-5625-Hubungan%20parameterLiteratur.pdf http://nuymoochichi.blogspot.com/2012/07/mikroorganisme-di-udara.html http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201405%20 ttg%20Persyaratan%20Kesehatan%20Lingkungan%20Kerja%20Perkantoran% 20Dan%20Industri.pdf http://www.iqbalali.com/2013/02/ada-mikroba-di-udara.html http://www.scribd.com/doc/117821587/KepMenkes-No-261-Tahun1998#download Kepmenkes No. 261 Tahun 1998 Kepmenkes No.1204/ Menkes/ SK/ X/ Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011

Anda mungkin juga menyukai