Kesimpulannya:
Dalam kasus ini terdapat kurangnya bukti yang memadai membuat tidak kompeten serta
tidak dilaksanakannya prosedur audit berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku.
Adanya pembatasan lingkup audit di mana manajemen menghalangi auditor dalam
memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten serta masalah tersebut bersifat
material terhadap laporan keuangan; dan pendapat yang dikeluarkan oleh auditor tersebut
tidak tepat berkenaan dengan kurangnya bahan bukti audit yang memadai.
Dalam hal ini, auditor kurang independen dengan memperhatikan atau memihak terhadap
kliennya tersebut ( hal ini terlihat dari auditor yang takut akan kehilangan kliennya),
auditor tersebut gagal mengutamakan skeptisme profesional dan eksistensi bahan bukti
yang kompeten (administrative proceedings) sehingga menyebabkan terdapatnya celah
fraud yang material.
Di samping itu, prosedur auditing mungkin tidak efektif untuk mendeteksi salah saji yang
disengaja yang disembunyikan melalui kolusi di antara personel klien dan pihak ketiga
atau di antara manajemen.
Oleh karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep
pemerolehan keyakinan memadai, auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak
merupakan suatu jaminan. Oleh karena itu, penemuan kemudian salah saji material, yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang ada dalam laporan keuangan, tidak
berarti bahwa dengan sendirinya merupakan
a. bukti kegagalan untuk memperoleh keyakinan memadai,
b. tidak memadainya perencanaan, pelaksanaan, atau pertimbangan,
c. tidak menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama, atau
d. kegagalan untuk mematuhi standar auditing yang berlaku.