Anda di halaman 1dari 18

SUSTAINABILITY PROGRAM BPJS KESEHATAN

INDONESIA







KELOMPOK 1

1006690071 Nadia Refaniadewi
1106005944 Ranty Putri
1106011285 Ghaisani Shabrina Rahma
1106011770 Anindya Dena Ferani
1106013233 Adrianna Bella
1106016771 Andhika Putra Pratama
1106059745 Alvin Ulido Lumbanraja


UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH ADMINISTRASI
PEMBANGUNAN
Dosen: Ringoringo Halomoan Achmadi M.Sc.


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman2 dari18


STATEMENT OF AUTHORSHIP

Saya yang bertandatangan dibawah ini mewakili kelompok 1 menyatakan bahwa tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.



Nama : Ranty Putri
NPM : 1106005944
Tanda Tangan :




Mata Ajaran : Administrasi Pembangunan
Judul Tugas : Sustainability Program BPJS Kesehatan Indonesia
Tanggal : 17 Juni 2014
Dosen : Ringoringo Halomoan Achmadi M.Sc.








Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman3 dari18


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, penyusunan makalah yang berjudul Sustainability Program BPJS
Kesehatan Indonesiadapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan
dan dukungan berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Untuk
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ringoringo Halomoan Achmadi M.Sc., selaku dosen Mata Kuliah Administrasi
Pembangunan yang senantiasa membimbing penulis.
2. Keluarga dan teman-teman penulis yang senantiasa memberikan dukungan
moril kepada penulis.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa pada makalah ini
masih terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Juni 2014,


Tim Penulis











Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman4 dari18


DAFTAR ISI

STATEMENT OF AUTHORSHIP ....................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 4
I. LATAR BELAKANG BERDIRINYA SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DAN
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DI INDONESIA.................................... 5
II. ULASAN MENGENAI CAKUPAN DAN SISTEM PROGRAM JKN INDONESIA .................... 6
Kepesertaan ...................................................................................................................................... 7
Pembiayaan ....................................................................................................................................... 7
Pelayanan .......................................................................................................................................... 8
III. EVALUASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) INDONESIA .............. 9
IV. BERKACA PADA KESUKSESAN JAMINAN KESEHATAN NEGARA LAIN ...................... 11
SINGAPURA ................................................................................................................................. 11
Jaminan Kesehatan Umum, Kehamilan, dan Kecelakaan Kerja .................................................. 11
SWEDIA ......................................................................................................................................... 12
Kondisi Yang Memenuhi ............................................................................................................ 13
Tunjangan Penyakit dan Bersalin ................................................................................................ 13
Tunjangan Medis Pekerja ............................................................................................................ 14
Tunjangan Medis Tanggungan .................................................................................................... 15
V. MENUJU JKN INDONESIA YANG BERKUALITAS ................................................................ 15
VI. KESIMPULAN ............................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 18








Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman5 dari18


I. LATAR BELAKANG BERDIRINYA SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
(SJSN) DAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DI
INDONESIA

Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa- bangsa di dunia,
termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Per serikatan Bangsa -Bangsa
tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia
II beberapa negara mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain
jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). Dalam sidang ke 58
tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggaris bawahi perlunya
pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses masyarakat
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Konsep Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN) pertama kali dicetuskan di
Inggris pada tahun 1911 yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
pertama kali diselenggarakan di Jerman tahun 1883. Setelah itu banyak negara lain
menyelenggarakan JKN, seperti Kanada (1961), Taiwan (1995), Filipina (1997), dan Korea
Selatan (2000). Kini, Indonesia mulai menerapkan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
(SJSN) yang telah diterapkan dalam berbagai negara tersebut.
Pembentukan UU mengenai SJSN merupakan bentuk nyata dari penerapan ayat 2
pasal 34 Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 (setelah amandemen) yang
berbunyi:
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu dengan martabat kemanusiaan.
Oleh karena itu, pada era Presiden Megawati Soekarno Putri, Undang-undang
mengenai Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN) mulai dibentuk. Pada tahun 2004,
setelah melakukan berbagai kajian dan kunjungan para legislatif maupun eksekutif ke
berbagai negara untuk mempelajari sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), UU Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) disetujui Rapat Pleno DPR untuk diundangkan pada tanggal
28 September 2004. Kemudian, Presiden Megawati mengundangkan UU SJSN dengan
upacara khusus yang dihadiri menteri-menteri terkait dan anggota inti Tim SJSN Pada
tanggal 19 Oktober 2004 (Thabrany, 2009). Akhirnya, terbentuklah Undang-undang no. 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam Undang-undang no. 40
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman6 dari18


tahun 2004 ini, diamanatkan bahwa jaminan sosial wajib dilaksanakan bagi seluruh penduduk
Indonesia melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Membutuhkan rentang waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 7 tahun, antara
pembentukan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU mengenai Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). UU mengenai BPJS baru dibentuk pada tahun 2011
dan menghasilkan UU no. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Dalam UU tersebut,
BPJS didefinisikan sebagai badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial.
Pelaksanaan teknis Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, yaitu Peraturan Pemerintah no.101 tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran (PBI), Peraturan Presiden no.12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan, dan peta jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional). Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan akan mulai diterapkan di Indonesia pada 1 Januari 2014.

II. ULASAN MENGENAI CAKUPAN DAN SISTEM PROGRAM JKN INDONESIA

Tanggal 1 Januari 2014 adalah tanggal bersejarah bagi milestone pembangunan
bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, secara resmi pemerintah Indonesia melaksanakan
sebuah kebijakan asuransi kesehatan terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah dunia. Lebih
dari 237 juta rakyat Indonesia akan diwajibkan untuk mendaftar guna mendapatkan jaminan
kesehatan secara nasional. Kebijakan yang mulai diinisiasi pada tahun 2004 melalui Undang
Undang (UU) nomor 40 tahun 2004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial adalah wajib
bagi seluruh penduduk Indonesia, termasuk di dalamnya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang diselenggarakan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Berbagai
peraturan dan tata laksana lanjutan dari UU nomor 40 tahun 2004 telah dibentuk dalam
mewujudkan usaha penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional. Sasaran terbesarnya
adalah per tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia telah terdaftar dan medapatkan jaminan
kesehatan. Berikut adalah cakupan dan ulasan tentang bagaimana bentuk dari JKN Indonesia
yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman7 dari18


Kepesertaan
Kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat wajib bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Berbagai tahapan rekruitment kepesertaan BPJS kesehatan ini telah dilakukan mulai pada
tahun 2014 ini. Pada tahun 2014 ini fokus utama BPJS kesehatan adalah untuk mengalihkan
database peserta asuransi kesehatan dari Askes, Jamkesmas, Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) Jamsostek dan jaminan pemeliharaan kesehatan lain di bawah pemerintah
dan BUMN untuk dialihkan menjadi satu payung di bawah BPJS Kesehatan. Kemudian di
tahun tahun berikutnya BPJS Kesehatan akan menarik kepesertaan lain yang berada di sektor
swasta, dengan target penyelesaian untuk usaha besar dan sedang tuntas di tahun 2017, usaha
kecil di tahun 2018 dan usaha mikro di tahun 2019.
Kategori penerima BPJS secara umum dibagi menjadi dua, meliputi Peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan Peserta non-PBI. Peserta PBI adalah peserta BPJS yang
keikutsertaannya di subsidi oleh pemerintah. Peserta PBI meliputi masyarakat miskin pada
kategori fakir miskin dan orang tidak mampu. Penduduk yang termasuk peserta PBI
mencapai 96,4 Juta orang yang disubsidi oleh pemerintah sebesar 500 Milyar rupiah setiap
tahunnya. Sementara peserta non-PBI adalah seluruh masyarakat Indonesia di luar penerima
PBI meliputi pekerja di sektor publik, dan swasta serta anggota keluarganya.
Pembiayaan
Pembiayaan BPJS Kesehatan berjalan sebagaimana asuransi pada umumnya. Premi
(iuran) yang harus dibayar oleh masyarakat miskin dalam kategori PBI dibayarkan oleh
pemerintah melalui dana APBN setiap tahunnya. Sementara untuk peserta non-PBI premi
yang dibayarkan beragam. Untuk PNS/TNI/Polri/Pensiunan iuran berjumlah 5% dari gaji
pokok yang diterima dengan pembagian kontribusi 2% oleh peserta dan 3% oleh pemerintah.
Sementara untuk pekerja penerima upah di sektor swasta biayanya jatuh sebesar 5% dengan
pembagian 4% ditanggung oleh penerima kerja dan 1% oleh penerima upah. Dan untuk
kategori peserta non-PBI bukan penerima upah, biaya yang harus dikeluarkan sebulannya
beragam tergantung jenis kelas yang akan digunakan. Untuk rawat inap kelas 3 sebesar Rp
25.500,- per bulan, kelas 2 sebesar RP 42.500,- per bulan dan Rp 59.900,- per bulan untuk
rawat inap kelas 1.



Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman8 dari18


Pelayanan
Berdasarkan iuran yang telah diberikan kepada BPJS Kesehatan, peserta BPJS
kesehatan akan mendapatkan berbagai layanan kesehatan meliputi, manfaat medis dan
manfaat non medis. Manfaat medis antara lain akomodasi rawat inap serta pembebasan biaya
pada berbagai kategori penyakit. Manfaat non medis yang didapat antara lain seperti layanan
gawat darurat seperti ambulance dan lain sebagainya. Layanan layanan yang tidak
ditanggung oleh BPJS antara lain : general check up, perawatan kecantikan, pengobatan
untuk mendapat keturunan, serta penyakit penyakit yang timbul akibat kesengajaan seperti
narkoba dan percobaan bunuh diri.
Prosedur pelayanan peserta BPJS pertama-tama harus memperoleh pelayanan
kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas), baru kemudian
diperkenankan untuk memeriksakan diri di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan jika mendapat
rekomendasi untuk berobat di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Kondisi tidak melalui
prosedur hanya digunakan untuk memfasilitasi keadaan yang bersifat gawat darurat.
Jumlah rumah sakit yang telah menjadi fasilitator kesehatan sampai saat ini
berjumlah 1.087 rumah sakit, dan akan ditambah hingga lebih dari 2000 rumah sakit dengan
merangkul berbagai rumah sakit swasta yang lolos credentialing oleh pihak BPJS Kesehatan.



Alur Pelayanan Kesehatan
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman9 dari18





III. EVALUASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)
INDONESIA

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilakukan secara serentak di
Indonesia sejak 1 Januari 2014. Adanya JKN ini tentu dapat meringankan beban masyarakat
Indonesia karena program JKN dapat membantu masyarakat Indonesia dalam mendapatkan
layanan kesehatan dan juga menyediakan layanan non medis seperti akomodasi dan
ambulans. Dengan manfaat yang disediakan oleh program ini, banyak masyarakat yang sudah
menjadi peserta JKN. Berdasarkan data dari BPJS, hingga saat ini terdapat 123 juta peserta
dari JKN.
Sampai saat ini sudah banyak fasilitas kesehatan pada program JKN, dari data dari
kementrian kesehatan, terdapat puskesmas sebanyak 9.599, klinik sebanyak 6.250, klnik
spesialis sebanyak 1.649, rumah sakit umum sebanyak 1.687, rumah sakit khusus sebanyak
492, dan balai kesehatan sebanyak 600. Fasilitas-fasilitas tersebut tentunya telah menunjang
program ini. Walau demikian, dalam pelaksanaannya selama beberapa bulan ini, terdapat
masalah-masalah yang dialami JKN mulai dari permasalahan pendaftaraan, teknis, regulasi,
dan keterbatasan obat.
Peserta Jaminan
Kesehatan
Bukan Penerima
Bantuan Iuran
(PBI)
Pekerja Penerima
Upah
Pekerja Bukan
Penerima Upah
Bukan Pekerja
Penerima
Bantuan Iuran
(PBI)
Fakir Miskin
Orang Tidak
Mampu
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman10 dari18


Proses pendaftaran untuk mengurus kartu JKN juga menjadi salah satu permasalahan
dari program ini. Sistem pendaftaran yang belum direncanakan dengan baik membuat banyak
masyarakat yang harus mengantre panjang untuk menjadi peserta JKN. Antrean panjang juga
terjadi ketika peserta JKN hendak berobat ke rumah sakit. Pemerintah telah melakukan
beberapa upaya untuk mengatasi antrean panjang untuk berobat, salah satunya dengan
pendaftaran online, namun ternyata upaya tersebut belum berhasil mengurangi antrean yang
ada.
Dari segi teknis, terdapat masalah-masalah yang muncul dalam implementasi program
JKN. Salah satunya adalah kesulitan dari peserta JKN untuk menemukan rumah sakit yang
dapat menampung mereka ketika mereka dalam kondisi sakit. Keluhan mengenai hal tersebut
disampaikan oleh beberapa peserta JKN. Rumah sakit yang mereka datangi sudah penuh dan
tidak dapat lagi menampung pasien baru. Bahkan terdapat pasien yang harus berkeliling kota
untuk mencari rumah sakit yang tersedia. Permasalahan tersebut tentunya menganggu
penerapan dari program JKN, karena dapat menghambat tujuan awal dari program ini yaitu
memberikan layanan kesehatan bagi anggota JKN.
Sedangkan dari sesi regulasi, masih ada penduduk Indonesia yang belum
mendapatkan manfaat dari program JKN. Penduduk yang dimaksud adalah anak jalanan,
panti asuhan, orang jompo, dan penghuni lapas. Sampai saat ini, pemerintah belum
menanggung pelayanan kesehatan bagi mereka dikarenakan sebagian dari mereka yang
belum mempunyai kartu idetintas. Kemudian masih belum adanya mekanisme yang jelas
dalam menjamin mereka juga menjadi salah satu alasan masih adanya anak jalanan, anak dari
panti asuhan, orang jompo, dan penghuni lapas yang belum mendapatkan layanan tersebut.
Dari masalah-masalah yang ada, keterbatasan obat menjadi masalah utama dari
pelaksanaan program ini. Keterbatasan obat ini kerap dialami oleh pasien-pasien yang
memiliki penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan kemoterapi. Kemudian
masih terdapat keluhan dari peserta bahwa beberapa peserta masih dibebani biaya pembelian
obat. Padahal di dalam Peraturan Presiden, tidak diatur adanya biaya iuran yang harus
dikeluarkan peserta JKN untuk membeli obat. Salah satu alasan mengapa peserta dimintai
iuran adalah karena obat tersebut tidak terdaftar di Formularium Nasional (Fornas). Fornas
merupakan daftar obat yang disusun oleh Kementerian Kesehatan (Kemkes) yang menjadi
acuan pelayanan obat di rumah sakit. Terdapat pula kasus-kasus lain dimana peserta hanya
diberikan obat untuk beberapa hari dalam mengobati penyakit kronis.

Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman11 dari18


IV. BERKACA PADA KESUKSESAN JAMINAN KESEHATAN NEGARA LAIN

SINGAPURA

Singapura merupakan contoh alternatif dari jaminan kesehatan universal, di mana
pemerintah tidak banyak memberikan subsidi pada masyarakat; Singapura sangat
menekankan pada kemandirian dari warganya alih-alih memberikan manfaat seluas-luasnya
bagi warga negara, seperti kebanyakan model welfare state. Singapura memberi tunjangan
dan bantuan dalam program kesehatan universal yang relatif sedikit untuk warganya; peran
negara yang relatif terbatas dialihkan kepada anak cucu langsung, di mana ada undang-
undang yang melarang anak dari penduduk usia lanjut untuk menelantarkan orangtuanya.
Namun, bagi penduduk miskin, terdapat skema bantuan pemerintah yang bersifat means-
tested untuk asuransi kesehatan.
Secara umum, Singapura memiliki 4 rekening jaring pengaman sosial di bawah
Central Provident Fund, yaitu Ordinary Account (untuk membantu membeli rumah, investasi
tertentu, asuransi CPF, dan biaya pendidikan), Special Account (untuk mengakumulasi dana
hari tua dalam investasi terkait pensiun), Medisave Account (untuk membayar biaya
pengobatan), dan Retirement Account (dibuat pada usia 55 untuk menjamin adanya
pendapatan periodik/anuitas pada pensiunan). Seperti disebutkan sebelumnya, pembayaran
pengobatan di klinik dan rumah sakit dibayarkan dari dana di Medisave Account. Warga
Singapura yang bekerja diwajibkan menyisihkan 7 hingga 9,5% dari pendapatan untuk
Medisave Account, yang diikuti oleh pembayaran 7 hingga 9,5% dari pendapatan oleh
pemberi kerja (employer), sehingga secara total warga Singapura menyisihkan 14-19%
pendapatan untuk Medisave Account. Warga Singapura yang bekerja sendiri (self-employed)
hanya membayar 2,3-9% pendapatan tahunan untuk bekerja.

Jaminan Kesehatan Umum, Kehamilan, dan Kecelakaan Kerja

Sejak lahir, warga Singapura dilengkapi dengan paket asuransi sederhana untuk
beberapa jenis penyakit, yaitu MediShield. Warga Singapura yang telah bekerja dan memiliki
MediSave Account bisa membeli asuransi kesehatan umum menggunakan dana yang tersedia
dalam MediSave Account hingga S$ 800/tahun, dan asuransi untuk penyakit kritis hingga S$
600/tahun. Setelah dilindungi asuransi (yang dibayarkan melalui rekening MediSave), biaya
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman12 dari18


pengobatan warga yang sakit tidak ditanggun 100%; ada biaya yang harus ditanggung warga
dan dipotong dari MediSave (copayment).Warga yang tidak mampu membayar copayment ini
bisa meminta bantuan pada pemerintah lewat skema MediFund.
Ibu hamil berhak mendapatkan gaji selama 4 bulan, di mana untuk dua kehamilan
pertama, negara menanggung gaji kotor untuk 2 bulan dan pemberi kerja memberi gaji 2
bulan. Untuk kehamilan selanjutnya, negara menanggung penuh gaji kotor untuk 4
bulan.Biaya kehamilan juga bisa ditanggung lewat rekening MediSave.
Pekerja kasar dengan pendapatan kurang dari S$ 1.600/bulan berhak mendapatkan
perlindungan kecelakaan kerja.Pemberi kerja menanggung seluruh biaya perlindungan
kecelakaan kerja. Pekerja mendapatkan pembayaran gaji ketika mengalami kecelakaan kerja,
sebesar 100% untuk 14 hari pertama (60 hari apabila dirawat di rumah sakit) dan 66,67%
untuk selanjutnya apabila mengalami cacat sementara. Apabila mengalami cacat permanen,
pekerja mendapat 72-181 kali gaji, dengan minimum S$73.000 dan S$ 218.000.
Secara umum, skema perlindungan di Singapura sangat menekankan pentingnya
bertanggung jawab untuk diri sendiri bagi warganya, yang sangat menekankan pada warga,
pemberi kerja (sebagai penanggung secara parsial), dan sektor swasta (penyedia asuransi
yang dibeli lewat MediSave). Pemerintah hanya turut campur dalam membuat kerangka
asuransi serta hanya mengintervensi/memberi bantuan bagi warga yang benar-benar kurang
mampu.Sistem di Singapura juga menekankan pada copayment dan mentalitas bertanggung
jawab pada diri sendiri untuk menghindari moral hazard dalam sistem kesehatan universal.

SWEDIA

Kebijakan hukum pertama di Swedia adalah tahun 1891 tentang tunjangan tunai dan
di tahun 1931 tentang tunjangan kesehatan. Sedangkan untuk saat ini adalah dari tahun 1991
tentang membayar sakit dan dari tahun 2010 tentang asuransi sosial yang diimplementasikan
pada tahun 2011. Jenis program nya sendiri, merupakan asuransi sosial (tunjangan tunai) dan
sistem universal untuk (tunjangan kesehatan). Cakupan dari kebijakan ini adalah tunjangan
tunai bagi orang yang bekerja dan menghasilkan 10.560 kronor dalam satu tahun atau
menghasilkan lebih dan tunjangan kesehatan bagi semua orang yang bertempat tinggal di
Swedia. Sumber dana untuk jaminan sosial di swedia sendiri berasal dari orang yang
tertanggung, wiraswasta, employer, dan pemerintah itu sendiri. Dari wiraswasta, diambil
sebesar 9,61% dari penghasilan ditambah 2,2% untuk tunjangan tunai orangtua (asuransi
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman13 dari18


orangtua). Sedangkan dari employer, 8.64% dari gaji ditambah 2,2% tunjangan tunai untuk
orang tua (parental asuransi). Sedangkan dari pemerintah, setiap dewan kabupaten wilayah
membayar penuh biaya jaminan kesehatan daerahnya.

Kondisi Yang Memenuhi

Untuk tunjangan orang sakit: pendapatan tahunan tertanggung dari pekerjaan yang
menghasilkan lebih dari 10.560 kronor; atau tertanggung menganggur dan terdaftar dengan
penyedia jasa tenaga kerja. Untuk tunjangan tunai orangtua (parental asuransi): Dibayar
untuk penduduk Swedia yang tertanggung untuk tunjangan tunai penyakit di atas tingkat
jaminan (tergantung pada jumlah tahun Kontribusi dibuat pada tahun tersebut) untuk
setidaknya 240 hari sebelum tanggal lahir. Selain itu terdapat tunjangan tunai kehamilan
(asuransi orangtua): Dibayar untuk wanita hamil yang bekerja di sebuah pekerjaan yang
menuntut fisik atau berbahaya, dimana majikan tidak dapat mentransfer dia untuk bekerja di
tempat yang kurang menuntut atau kurang berbahaya. Untuk tunjangan tunai sementara
orangtua (asuransi orangtua): Dibayar untuk tidak adanya orang tua dari pekerjaan untuk
merawat anak yang sakit lebih muda dari usia 12 (usia 16 atau 18 jika sakit parah, sakit
kronis jika usia 21 atau cacat).

Tunjangan Penyakit dan Bersalin

80% dari penghasilan yang hilang dari tertanggung, dari hari ke-15 sampai hari 364
(atau lebih jika penyakit serius) dibayar; dapat juga diperpanjang untuk 550 hari tetapi 75%
dari penghasilan tertanggung hilang dari jatah pensiun, dan itupun dibatasi untuk 180 hari
dari keuntungan setelah pensiun. Pendapatan tahunan maksimum digunakan untuk
menghitung tunjangan, adalah 330.000 kronor.Pengusaha membayar tunjangan sakit bagi
karyawan setiap hari selama dua sampai 14 hari pada 80% dari penghasilan tertanggung yang
hilang. Pekerja mandiri dan kualifikasi orang nonemployed lainnya menerima 80% dari
penghasilan yang hilang dari dua sampai 14 hari (jumlah hari kualifikasi dapat bervariasi jika
diperlukan). Tunjangan harian maksimum adalah 702 kronor.
Tunjangantunai orangtua untuk melahirkan (asuransi orangtua): Tunjangannya sekitar
80% dari penghasilan yang hilang tertanggung untuk 180-390 hari ditambah 180 kronor per-
hari untuk tambahan 90 hari. Keseluruhan manfaat bagi Kedua orang tua gabungan durasi
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman14 dari18


adalah 480 hari untuk setiap anak dan dibayar dari 60 hari sebelum perkiraan tanggal
persalinan sampai anak usia 8 tahun. Ketika Kedua orang tua mengasuh anak, setiap orangtua
menerima tunjangansetidaknya 60 hari, dan itu tidak dapat ditransfer ke orang tua
lainnya.Pendapatan tahunan maksimum digunakan untuk menghitung manfaat 440.000
kronor.Tunjangan harian maksimum untuk periode 390 hari adalah 935 kronor.
Tunjangan tunai kehamilan (asuransi orangtua): 80% dari penghasilan yang hilang
tertanggung dibayar bagi perempuan dalam pekerjaan fisik menuntut, tunjangan dibayar
sampai 50 hari, dimulai 60 hari dan paling lambat 11 hari sebelum tanggal perkiraan
persalinan. Bagi perempuan dalam pekerjaan berbahaya, manfaat dibayar untuk seluruh
kehamilan hingga 11 hari sebelum perkiraan tanggal persalinan.Pendapatan tahunan
maksimum digunakan untuk menghitung tunjangan adalah 330.000 kronor. Penyesuaian
tunjangan: Tunjangan yang disesuaikan tahunan menurut perubahan harga.
Tunjangan tunai sementara orangtua (parental insurance): 80% dari penghasilan yang
hilang tertanggung akan dibayar. Keseluruhan durasi tunjangan bagi kedua orang tua
digabungkan adalah 60 hari dalam setahun untuk setiap anak; dapat diperpanjang selama 60
hari untuk setiap anak.Ayah (atau orangtua lainnya) Berhak 10 hari tambahan tunjangan
sehubungan dengan kelahiran anak.Pendapatan tahunan maksimum digunakan untuk
menghitung tunjangan adalah 330.000 kronor.

Tunjangan Medis Pekerja

Untuk tunjangan medis pekerja, tunjangan termasuk perawatan medis dan gigi gratis
bagi anak-anak sampai dengan usia 20, subsidi untuk perawatan dasar dan pencegahan gigi,
dengan batas atas biaya untuk perawatan prostetik, dan insulin gratis. Cost sharing:
tertanggung membayar biaya 60 kronor sampai 300 kronor untuk kunjungan setiap dokter,
hingga 900 kronor dalam periode 12 bulan untuk rawat inap di rumah sakit umum tersebut
(termasuk di bangsal bersalin), dan tertanggung membayar hingga 80 kronor per hari (bisa
dikurangi untuk yang berpenghasilan rendah). Tetapi sebagian persentase biaya transportasi
akan diganti. Tertanggung juga membayar biaya penuh untuk obat hingga 900 kronor dalam
jangka waktu 12 bulan; setelah itu, biaya parsial obat hingga 1.800 kronor setahun.


Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman15 dari18


Tunjangan Medis Tanggungan

Tunjangan kesehatan untuk tanggungan mereka adalah sama seperti untuk
tertanggung.

V. MENUJU JKN INDONESIA YANG BERKUALITAS

Berdasarkan kajian pada poin sebelumnya yang membahas permasalahan yang terjadi
pada Jaminan Kesehatan Nasional maka bagian ini akan membahas solusi untuk menuju
Jaminan Kesehatan Nasional Indonesia yang berkualitas. Permasalahan dalam JKN terbagi
dalam dua segi, yaitu teknis dan regulasi. Dari segi teknis terbagi permasalahan dari proses
pendaftaran, birokrasi rumah sakit, dan distribusi obat. Sedangkan dalam sisi regulasi disini
akan membahas tentang penduduk yang belum mendapatkan manfaat dari Jaminan Kesehatan
Nasional.
Permasalahan dari segi teknis cukup menjadi sorotan hal ini dikarenakan belum
matangnya koordinasi antara pemerintah dan instansi terkait seperti rumah sakit dan supplier
obat.Pada kondisi lapangan, sulitnya mengetahui mana-mana saja rumah sakit yang
mengadvokasi Jaminan Kesehatan Nasional dan permasalahan birokrasinya membuat
penerima harus mengantri untuk mendapatkan layanan dan mungkin menempuh jarak yang
lebih jauh untuk mencapai rumah sakit yang menyediakan layanan JKS. Hal ini dapat
disiasati dengan cara menambah jumlah persebaran fasilitas kesehatan di berbagai daerah
yang disesuaikan dengan karakteristrik daerah tersebut dan mampu menyediakan layanan
JKS hingga lebih efisien. Selain itu, solusi yang lain adalah memberikan sosialisasi mengenai
JKS di tiap rumah sakit. Jika memang tidak semua rumah sakit dapat melayani kebutuhan
pasien JKS maka setidaknya ada posko JKS yang mempu memberikan informasi tentang
rumah sakit mana yang menyediakan jasa dan menyediakan transportasi ambulans untuk
memindahkan pasien yang sudah harus segera diberikan perawatan ke rumah sakit yang
menyediakan JKS sehingga adanya sinkronisasi antar lembaga.
Begitupun permasalahan pendaftaran.Sistem pendaftaran belum diterapkan dengan
baik sehingga membuat banyak masyarakat yang harus mengantre panjang untuk menjadi
peserta JKN.Solusi untuk permasalahan ini adalah efektivitas online application yang mampu
menyederhanakan birokrasi sehingga tidak terjadi antrean yang panjang.Selain itu
peningkatan sumber daya manusia (pegawai) yang mampu menjalankan online
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman16 dari18


applicationjuga menjadi aspek penting sehingga efektivitas mampu dicapai.Sementara itu
pemenuhan tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan sampai pada tingkat pertama karena
pada pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional yang mulai tahun 2014 akan fokus pada
pelayanan kesehatan primer dengan dukungan pemerintah sepenuhnya baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
Permasalahan supplier obat yang belum mampu memenuhi kebutuhan para pasien
Jaminan Kesehatan Nasional diberikan solusi untuk meregulasi ulang tentang kebutuhan obat
yang dapat dipenuhi oleh supplier obat. Untuk ini, diperlukan perhitungan ulang dengan
mengestimasi kebutuhan tiap rumah sakit yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara
survey. Dibutuhkan rekap yang jelas tiap pasien JKN sehingga dapat menggambarkan pola
kebutuhan tiap rumah sakit maupun daerah sehingga mampu meramalkan kebutuhan yang
akan datang. Selain itu standardisasi obat yang ditegaskan pada supplier agar tidak terjadi
kecurangan pada distribusi obat yang dapat merugikan pasien.
Dalam sisi regulasi, yang terlihat dalam penduduk yang masih belum mendapatkan
fasilitas karena terganjal oleh kartu identitas maka diperlukan sinergisasi antara petugas
catatan sipil dengan birokrat JKN agar keseluruhan dapat terdaftar dan menikmati fasilitas
yang Jaminan Kesehatan Nasional yang tersedia.Untuk mencapai tujuan cakupan universal,
sangat penting bagi pemerintah untuk memperkuat regulasi (peraturan pemerintah), baik
terhadap sisi pembiayaan (yakni, revenue collection dan pooling), maupun sisi penyediaan
dan penggunaan pelayanan kesehatan (yakni, purchasing). Pada permasalahan ketidaksesuian
jumlah penduduk miskin dapat diatasi dengan dilakukan koordinasi antara pemerintah pusat
dan daerah mengenai kriteria atau standar yang akan diberikan dalam penentuan penerima
bantuan iuran. Selain itu pemerintah pusat menyerahkan mengenai data penduduk miskin
sesuai dengan hasil koordinasi yang telah disepekati.

VI. KESIMPULAN

Meskipun pada awalnya diiringi dengan pro-kontra dari berbagai pihak,
penyelenggaraan JKN sebagai program utama Badan Penyelenggara Jaminan Nasional
(BPJS)pada dasarnya merupakan sebuah langkah yang patut diapresiasi karena memiliki
tujuan yang sangat mulia yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui
jaminan kesehatan yang memadai.Berbagai masalah teknis yang saat ini terjadi dalam
pengimplementasian program ini merupakan hal yang wajar, mengingat program ini baru sah
Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman17 dari18


diberlakukan sejak 1 Januari 2014baru beberapa bulanpelaksanaan.Oleh karena itu untuk
menyukseskan bersama kesinambungan (sustainability)program ini dibutuhkan kerja sama
berbagai pihak, mulai dari pihak penyelenggara yaitu BPJS, kemudian seluruh stakeholder
seperti pemerintah, pihak rumah sakit, serta masyarakat Indonesia sendiri. Seluruh pihak
harus menjalankan fungsinya masing-masing dan saling membantu dalam pemecahan
masalah yang ada.
Sebagai tambahan, pola pikirmasyarakat Indonesia juga perlu diberikan kesadaran
bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan setiap anggota masyarakat
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri tidak boleh hanya bergantung dan menyalahkan
pemerintah.






















Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman18 dari18


DAFTAR PUSTAKA

1,7 Juta Gelandangan, Anak Jalanan, Pengemis, dan Napi Belum Terdaftar JKN. (2014,
Februari 2). Retrieved from Detik Health:
http://health.detik.com/read/2014/02/27/190207/2510696/763/17-juta-gelandangan-
anak-jalanan-pengemis-dan-1,7 Juta Gelandangan, Anak Jalanan, Pengemis, dan Napi
Belum Terdaftar JKN. (2014, Februari 2). Retrieved from Detik Health:
http://health.detik.com/read/2014/02/27/190207/2510696/763/17-juta-gelandangan-
anak-jalanan-pengemis-dan-napi-belum-terdaftar-jkn
Evaluasi BPJS Kesehatan, Masalah Obat Paling Dikeluhkan. (2014, Februari 7). Retrieved
from Berita Satu: http://www.beritasatu.com/kesehatan/165052-evaluasi-bpjs-
kesehatan-masalah-obat-paling-dikeluhkan.html
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Jakarta. (2014, April 7). Retrieved from
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia: http://www.setkab.go.id/pro-rakyat-12680-
.html
Peserta BPJS Kesehatan Naik 6 Juta. (2014, Juni 11). Retrieved from BPJS Kesehatan:
http://bpjs-kesehatan.go.id/berita-229-peserta-bpjs-kesehatan-naik-6-juta.html#
Aprianto, A., Prianto, E., Arianto, G., & Meliardi. (2012, Mei 12). Potensi Kendala dan
Solusi untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Retrieved Juni 14, 2014, from Pusat
KPMAK: http://www.kpmak-ugm.org/2012-05-12-04-54-35/2012-05-12-05-03-
45/article/647-potensi-kendala-dan-solusi-untuk-jaminan-kesehatan-nasional-jkn.html
Australian Centre For Financial Studies. (2011). Melbourne Mercer Global Pension Index.
Melbourne: Australian Centre For Financial Studies.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Thabrany, H. (2009). Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional: Sebuah Policy
Paper dalam Analisis Kesesuaian Tujuan dan Struktur BPJS.
USA Social Securities Administration. "Sweden." SSA. USA Social Securities
Administration (Research, Statistics, & Policy Analysis), Mar. 2013. Web. 12 June
2014.
USA Social Securities Administration. "Singapore." SSA. USA Social Securities
Administration (Research, Statistics, & Policy Analysis), Mar. 2013. Web. 12 June
2014.

Anda mungkin juga menyukai