Anda di halaman 1dari 17

Pembahasan Terkait UU No.

18 tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian
Tugas pada Mata Kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan

Dosen Pengampu :
Fitrianty S Layumba, SKM, M. Kes

Disusun oleh :
Kelompok 6

Moh. Fadly Efendi 2213201027


Moh. Ta’rif 2213201028
Elka David 2213201029
Rita Sari N. Mudadi 2213201030
Riris Dyah Savitri 2213201031

KESMAS 1

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK BANGGAI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan
yang berjudul “ Kebijakan pemerintah di Bidang Kesehatan berdasarkan UU No.
18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar
Administrasi Kebijakan Kesehatan. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan
orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami.

Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap


makalah ini,dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
khususnya dengan segala kerendahan hati,saran dan kritik yang konstruktif sangat
penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada
tugas yang lain pada waktu mendatang.

Penyusun

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I.......................................................................................................................................
PENDAHULUAN....................................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Manfaat dan tujuan.......................................................................................................
BAB II......................................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................................
A. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya....................................................................
B. Pembahasan Isi.............................................................................................................
C. Dasar Hukum................................................................................................................
D. Penerapan Undang-Undang No.18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa di
Indonesia..............................................................................................................................
E. Faktor Yang Memengaruhi Kualitas Penerapan............................................................
F. Dampak Yang Ditimbulkan Pada Masyarakat Dan Bidang Kesehatan.......................
BAB III...................................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh (Sumiati,dkk, 2009). Salah satu
pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa akibat dampak
modemisasi, dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya
perubahan dan kemajuan teknologi baru. Meskipun gangguan jiwa tidak
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut
dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun
kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak
efisien sehingga akan menimbulkan beban bagi keluarga serta lingkungan
masyarakat sekitar akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif
dan menimbulkan beban bagi keluarga serta lingkungan masyarakat sekitarnya
(Efendi, 2009). Kesehatan jiwa masyarakat (Community Mental Health) telah
menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi
semua negara. Data statistik WHO (World Health Organization) menyebutkan
bahwa setiap saat 1% dari seluruh penduduk di dunia berada dalam kondisi
membutuhkan pertolongan dan pengobatan untuk berbagai bentuk gangguan
jiwa.Rata-rata 5-10% dari populasi masyarakat di suatu wilayah menderita
depresi dan memerlukan pengobatan psikiatrik dan intervensi psikososial.
Untuk kalangan perempuan, angka gangguan depresi dijumpai lebih tinggi
lagi yaitu ± 15-17%.

Di Indonesia sendiri penanganan bagi penderita psikotik atau gangguan


jiwa masih harus mengedepankan kemanusiaan dan metode yang benar dan
tepat Penanganan yang tidak manusiawi misalnya penderita dipasung, dirantai,
serta dikurung di tempat yang sangat tidak layak dan tidak manusiawi.

3
Sehingga dalam hal ini, sangat penting bagi seseorang untuk mencari bantuan
dari profesional kesehatan jiwa jika mereka mengalami masalah kesehatan
jiwa yang serius.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang dan sejarah terbentuknya UU No. 18 tahun 2014
tentang kesehatan jiwa?
2. Bagaimana isi dari UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa ?
3. Apa saja dasar hukum dari UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa?
4. Bagaimana penerapan dari UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
di indonesia?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas penerapan UU No. 18 tahun
2014 tentang kesehatan jiwa di Indonesia?
6. Apa saja dampak yang ditimbulkan pada masyarakat dan bidang kesehatan
dari penerapan UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa?

C. Manfaat dan tujuan


1. Untuk mengetahui latar belakang dan sejarah terbentuknya UU No. 18
tahun 2014 tentang kesehatan jiwa.

2. Untuk mengetahui isi dari UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa.
3. Untuk mengetahui dasar hukum dari UU No. 18 tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa.

4. Untuk mengetahui bagaimana kualitas penerapan dari UU No. 18 tahun


2014 tentang kesehatan jiwa di Indonesia.

5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penerapan dari UU No.18


tahun 2014 tentang kesehatan jiwa.

6. Untuk mengetahui apa dampak yang dialami oleh masyarakat dan bidang
kesehatan dari penerapan UU No. 18 tahun 201 tentang kesehatan jiwa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya


Latar belakang dari diterbitkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2014 tentang Kesehatan Jiwa adalah adanya kebutuhan untuk meningkatkan
perhatian terhadap kesehatan jiwa dan kesehatan mental masyarakat
Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi gangguan kesehatan
jiwa dan kesehatan mental di Indonesia meningkat secara signifikan, dengan
angka prevalensi yang diperkirakan mencapai 11,8% dari total populasi.
Selain itu, terdapat stigma dan diskriminasi yang masih terjadi terhadap
orang yang menderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat, sehingga sulit
bagi mereka untuk mengakses perawatan kesehatan yang tepat dan
berkualitas. Kondisi ini semakin diperparah oleh kurangnya fasilitas dan
sumber daya manusia yang memadai di bidang kesehatan jiwa dan kesehatan
mental di Indonesia.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Indonesia mengembangkan
undang-undang kesehatan jiwa yang komprehensif dan modern. Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, yang disahkan pada 9
Oktober 2014, adalah hasil dari upaya tersebut. UU ini memberikan landasan
hukum yang kuat dan komprehensif untuk memperbaiki kesehatan jiwa dan
kesehatan mental masyarakat Indonesia, serta melindungi hak-hak pasien yang
menderita gangguan kesehatan jiwa.

B. Pembahasan Isi
UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa merupakan undang-
undang yang membahas tentang perlindungan, pemenuhan hak, serta
pencegahan dan pengobatan terhadap masalah kesehatan jiwa di Indonesia.
Beberapa hal yang dibahas dalam UU ini antara lain:

5
1. Definisi Kesehatan Jiwa
UU ini memberikan definisi kesehatan jiwa sebagai keadaan sejahtera
dari segi emosional, psikologis, dan sosial yang memungkinkan seseorang
untuk mengatasi tekanan kehidupan sehari-hari, bekerja produktif, dan
memberikan kontribusi bagi masyarakat.

2. Hak Asasi Manusia dalam Kesehatan Jiwa


UU ini menegaskan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan dari
diskriminasi, pemuliaan, penghinaan, atau perlakuan yang tidak manusiawi
terhadap kondisi kesehatan jiwa mereka. Selain itu, setiap orang juga berhak
atas informasi dan konseling tentang kesehatan jiwa serta mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa yang berkualitas.

3. Pencegahan dan Penanganan Kesehatan Jiwa


UU ini menekankan pentingnya pencegahan dan penanganan masalah
kesehatan jiwa. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan, penyuluhan, dan
promosi kesehatan jiwa di berbagai tingkat masyarakat. Selain itu, UU ini juga
mengatur tentang sistem rujukan, yaitu mekanisme penanganan pasien
kesehatan jiwa yang dilakukan secara bertahap dan terintegrasi antara layanan
primer hingga rujukan ke layanan kesehatan jiwa khusus.

4. Peran Keluarga dalam Kesehatan Jiwa


UU ini menegaskan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam
pencegahan dan pengobatan masalah kesehatan jiwa. Oleh karena itu, keluarga
juga berhak atas informasi dan dukungan dalam hal kesehatan jiwa.

5. Pelaksanaan dan Pengawasan


UU ini menetapkan kewajiban bagi pemerintah, tenaga kesehatan, dan
masyarakat untuk melaksanakan dan mematuhi ketentuan-ketentuan dalam
UU ini. Selain itu, UU ini juga membentuk Badan Kesehatan Jiwa Nasional

6
sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengendalian dan
pengawasan kesehatan jiwa di Indonesia.

Secara keseluruhan, UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa


bertujuan untuk memperkuat perlindungan, pemenuhan hak, serta pencegahan
dan pengobatan terhadap masalah kesehatan jiwa di Indonesia. Dengan adanya
UU ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya menjaga kesehatan jiwa dan memberikan perlindungan bagi
mereka yang mengalami masalah kesehatan jiwa.

C. Dasar Hukum
UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa merupakan undang-
undang yang mengatur mengenai upaya kesehatan jiwa dan pelayanan
kesehatan jiwa di Indonesia. Dasar hukum dari UU ini adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,


khususnya Pasal 28I ayat (2) yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak
atas perlindungan diri, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
di bawah kekuasaannya serta berhak atas kesejahteraan rohani dan sosial.

2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menjelaskan bahwa


kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dijamin oleh negara, serta
memberikan kewajiban bagi pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, termasuk pelayanan kesehatan jiwa.

3. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi


Nasional Kesehatan Jiwa 2012-2019, yang menegaskan pentingnya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia.

4. Deklarasi World Health Organization (WHO) tentang Kesehatan Jiwa


Global pada tahun 2013, yang mendorong negara-negara untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan jiwa dan memberikan perlindungan yang cukup bagi
orang dengan masalah kesehatan jiwa.

7
5. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
yaitu Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) yang mengatur tentang hak atas
kesehatan dan hak atas perlindungan diri. Dengan dasar hukum tersebut, UU
No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa kemudian diundangkan untuk
memberikan perlindungan dan peningkatan pelayanan kesehatan jiwa bagi
masyarakat Indonesia.

D. Penerapan Undang-Undang No.18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa di


Indonesia

Indonesia memiliki cakupan wilayah yang luas dengan berbagai sebaran


pulau dan desa yang ada. Saat ini, Indonesia masih memiliki daerah dengan
kategori terdepan, terluar, dan tertinggal. Berdasarkan Perpres Nomor 63
Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal 2020-2024 terdapat 62
kabupaten diantaranya Nias (Sumatera Utara), Kepulauan Mentawai
(Sumatera Barat), Musi Rawas Utara (Sumatera Selatan), Lombok Utara
(Nusa Tenggara Barat), Sumba Tengah & Alor (Nusa Tenggara Timur),
Donggala (Sulawesi Tengah), Pulau Talibau (Maluku Utara), Nabire & Asmat
(Papua), serta Teluk Wondoma & Pegunungan Arfak (Papua Barat). Hal ini
pun berdampak pada sebaran pusat kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan,
dan fasilitas kesehatan yang ada di daerah tersebut.

Pada daerah lainnya, ditemukan fasilitas kesehatan sudah mulai


bertumbuh, berdasarkan Badan Pusat Statistik jumlah puskesmas dari tahun
2017-2021 sudah mulai meningkat dari sebelumnya pada tahun 2017
berjumlah 9.825 menjadi 10.260 puskesmas yang teregistrasi. Untuk jumlah
fasilitas kesehatan terbanyak saat ini dipegang oleh Provinsi Jawa Barat
dengan 1.083 unit, sedangkan fasilitas kesehatan paling sedikit berada di
Provinsi Kalimantan Utara dengan 56 puskesmas saja. Berdasarkan fakta ini
masih terlihat kesenjangan dalam hal pemenuhan kebutuhan fasilitas
kesehatan bagi masyarakat. Data tahun 2010 menemukan bahwa Indonesia

8
hanya memiliki 33 Rumah Sakit Jiwa, sedangkan terdapat 8 provinsi yang
belum memiliki Rumah Sakit Jiwa. Data ini memperlihatkan bahwa wujud
implementasi upaya pemerintah dalam pemerataan fasilitas layanan kesehatan
jiwa belum maksimal, tentunya hal ini menjadi suatu fenomena yang perlu di
kaji dan ditindaklanjuti mengingat angka prevalensi gangguan kesehatan jiwa
di Indonesia cukup tinggi.

Selanjutnya, pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014


mengatakan bahwa terdapat 4 jenis upaya kesehatan jiwa mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif yang dimaksud
memiiliki 4 tujuan utama berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2014 yaitu mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan
kesehatan jiwa, menghilangkan stigma, diskriminasi, dan pelanggaran HAM
terhadap ODGJ, meningkatkan pemahaman dan peran masyarakat,
penerimaan dan serta meningkatkan peran masyarakat. Berdasarkan 4 tujuan
utama ini, dapat kita bahwa belum dapat tercapai secara maksimal, mengingat
data sebelumnya menjabarkan bahwa jumlah sebaran tenaga kesehatan jiwa di
Indonesia khususnya di luar pulau jawa masih sangat minim. Tentu akan
menjadi sebuah kesulitan bagi masyarakat dalam mendapatkan upaya promotif
mengingat tenaga yang akan memberikan edukasi nya pun juga tidak tersedia
atau menyebar. Adapun pada pasal 10 menjelaskan bahwa upaya kesehatan
jiwa berupa preventif dilakukan pada ranah keluarga, lembaga, dan
masyarakat. Penerapan preventif pun masih dinilai kurang maksimal karena
upaya promotif yang berjalan kurang baik. Sedangkan, upaya promotif dalam
bidang kesehatan jiwa sangat berperan dalam meredam stigma negatif
masyarakat terhadap mereka yang mencari bantuan profesional kesehatan jiwa
(Maya, 2021). Pada aspek kuratif dan rehabilitatif pun tidak bisa berjalan
bilamana fasilitas layanan kesehatan jiwa tidak memadai di provinsi tersebut,
sehingga ini perlu menjadi perhatian pemerintah dalam upaya pemerataan
layanan kesehatan jiwa sekaligus mengimplementasikan undang- undang
kesehatan jiwa di seluruh Indonesia.

9
Tantangan dan rintangan terkait kesehatan jiwa dipandang masih perlu
untuk di kaji bersama oleh pemerintah agar dapat dicarikan solusi terbaik guna
menunjang kebutuhan fasilitas kesehatan jiwa. Selain itu, keterbatasan tenaga
kesehatan jiwa dan obat-obatan juga masih menjadi kendala dalam upaya
menyejahterakan kesehatan jiwa masyarakat, maka perlu ada tindak lanjut
mengenai permasalahan ini agar pemerintah dapat memberikan kebijakan
untuk mengatasi permasalahan ini.

E. Faktor Yang Memengaruhi Kualitas Penerapan


Dalam melakukan penerapan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa di Indonesia, Tentu saja terdapat faktor yang
mempengaruhi kualitas penerapan Undang-Undang di masyarakat. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pemberlakuan UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa di Indonesia antara lain:

1. Faktor Pendukung

a) Kesadaran Masyarakat tentang Pentingnya Kesehatan Jiwa

Kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa menjadi faktor


pendukung dalam penerapan undang-undang tersebut. Masyarakat yang
memahami pentingnya kesehatan jiwa akan lebih mudah untuk menerima dan
m engikuti program-program kesehatan jiwa yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat.

b) Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas

Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang kesehatan


jiwa menjadi faktor penting dalam penerapan undang-undang ini. Tenaga
kesehatan jiwa yang berkualitas dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa
yang baik dan profesional.

c) Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Jiwa

10
Ketersediaan fasilitas kesehatan jiwa yang memadai juga menjadi faktor
pendukung dalam penerapan undang-undang ini. Fasilitas kesehatan jiwa yang
memadai meliputi sarana dan prasarana untuk diagnosis, tindakan medis, dan
rehabilitasi kesehatan jiwa.

d) Keterlibatan Keluarga dan Masyarakat

Keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam upaya pencegahan dan


penanganan masalah kesehatan jiwa juga menjadi faktor pendukung dalam
penerapan undang-undang ini. Keluarga dan masyarakat yang terlibat aktif
dapat memberikan dukungan moral dan sosial kepada individu yang
mengalami masalah kesehatan jiwa.

e) Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang Aktif

Pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat yang aktif dalam


menyelenggarakan program-program kesehatan jiwa menjadi faktor
pendukung dalam penerapan undang-undang ini. Pemerintah dan lembaga
swadaya masyarakat dapat menyelenggarakan program-program untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa serta
memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang berkualitas.

2. Faktor Penghambat

Adapun hambatan dalam implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun


2014 dapat ditinjau pada aspek geografis yang mana besarnya cakupan
wilayah Indonesia dengan kebutuhan fasilitas kesehatan jiwa yang banyak,
sedangkan pembangunan di daerah belum merata sehingga fasilitas layanan
kesehatan masih dinilai belum cukup memadai untuk mengadakan layanan
kesehatan jiwa. Pada aspek tenaga kesehatan jiwa, masih terpusat nya tenaga
kesehatan jiwa di kota-kota besar menyebabkan adanya ketimpangan antara
kota dan desa sehingga banyak masyarakat yang belum mendapatkan
pelayanan kesehatan jiwa yang maksimal. Terakhir, pada kultur budaya
masyarakat yang menganggap kesehatan jiwa tidak begitu penting dan

11
cenderung memberikan justifikasi pada mereka yang membutuhkan bantuan
tenaga profesional menjadi hambatan yang cukup signifikan dalam
menghentikan mereka dalam mencari bantuan.

Selanjutnya, hambatan lain ditemukan pada biaya pelayanan yang


sebagian besar wilayah dinilai cukup mahal, beberapa penyedia jasa layanan
kesehatan jiwa memiliki tarif diatas Rp 200.000 per satu sesi konseling selama
45-60 menit, tentunya hal ini memberatkan bagi sebagian masyarakat. Selain
itu, peneliti juga menemukan layanan kesehatan jiwa yang diberikan oleh
psikolog klinis masih belum bisa ditanggung oleh BPJS pada beberapa
wilayah di Indonesia, jika sudah ditanggung pun masih banyak masyarakat
yang belum mengetahui bagaimana cara mendapatkan akses ke psikolog
klinis, karena selama ini layanan kesehatan jiwa selalu diarahkan ke psikiater.
Adanya hambatan-hambatan ini tentunya harus bisa diselesaikan segera oleh
pemerintah agar dampak dari hambatan ini bisa dapat dicegah secepatnya.
Perlu adanya peranan pemerintah baik tingkat pusat dan daerah dalam
mewujudkan kesejahteraan kesehatan jiwa di Indonesia

F. Dampak Yang Ditimbulkan Pada Masyarakat Dan Bidang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa bertujuan


untuk memberikan perlindungan dan hak atas kesehatan jiwa bagi masyarakat
Indonesia. Dengan diberlakukannya undang-undang ini, terdapat beberapa
dampak yang dirasakan oleh masyarakat dan bidang kesehatan, di antaranya:

1. Penyediaan layanan kesehatan jiwa yang lebih baik: Dengan adanya


undang-undang ini, pemerintah dan pihak swasta diwajibkan untuk
menyediakan layanan kesehatan jiwa yang lebih baik dan berkualitas. Hal ini
berdampak positif bagi masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan
jiwa, terutama mereka yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

12
2. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa: Undang-
undang ini juga membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga kesehatan jiwa dan mengenali gejala-gejala gangguan
kesehatan jiwa. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih mudah mengakses
layanan kesehatan jiwa dan mendapatkan perawatan yang tepat jika
mengalami masalah kesehatan jiwa.
3. Peningkatan kualitas layanan kesehatan jiwa: Undang-undang ini juga
mendorong peningkatan kualitas layanan kesehatan jiwa yang diberikan oleh
tenaga medis. Hal ini akan berdampak positif pada penanganan masalah
kesehatan jiwa dan pemulihan pasien dengan lebih efektif.
4. Pelindungan hak pasien kesehatan jiwa: Undang-undang ini juga
memberikan perlindungan hak bagi pasien kesehatan jiwa, seperti hak untuk
mendapatkan informasi yang jelas dan memilih jenis perawatan yang
diinginkan, serta hak untuk melaporkan jika merasa tidak puas dengan layanan
yang diberikan.
5. Peningkatan kerja sama antar sektor: Dengan adanya undang-undang
ini, terjadi peningkatan kerja sama antara sektor kesehatan dan sektor lainnya
seperti sektor sosial, pendidikan, dan ketenagakerjaan. Hal ini diharapkan
dapat memberikan pendekatan yang lebih holistik dalam penanganan masalah
kesehatan jiwa dan mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung
kesehatan jiwa yang lebih baik.

Secara keseluruhan, penerapan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014


tentang Kesehatan Jiwa memiliki dampak positif bagi masyarakat dan bidang
kesehatan, khususnya dalam peningkatan kualitas layanan kesehatan jiwa,
peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa, dan perlindungan
hak pasien kesehatan jiwa.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Undang-Undang No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa adalah salah
satu UU yang berperan penting untuk masyarakat di Indonesia dalam
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.Dengan adanya
UU ini penanganan pasien yang mengalami kesehatan jiwa dapat dilakukan
dengan cara yang manusiawi.Jika UU No. 18 tahun 2014 ini dapat diterapkan
dengan baik tentu dalam penanganan orang gangguan jiwa bisa lebih
manusiawi.

Dalam makalah ini, telah dibahas mengenai latar belakang, sejarah, dan
pembahasan isi dari UU No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.Selain
itu, dibahas juga mengenai dasar hukum, penerapan UU di Indonesia, faktor
yang memengaruhi kualitas penerapan, dan dampak yang dirasakan oleh
masyarakat dan bagian kesehatan dari penerapan UU No. 18 tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa.

Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa UU No. 18 tahun 2014


berperan penting dalam memberikan perlindungan hukum bagi penderita
gangguan kesehatan jiwa dan masyarakat yang terkait dengan masalah
kesehatan jiwa. Hal ini dilakukan agar penderita tidak menjadi korban
diskriminasi atau penyalahgunaan hak mereka.

B. Saran
Melakukan pencegahan gangguan jiwa dengan memperkuat faktor
protektif dan mengurangi faktor risiko. Faktor protektif seperti dukungan
sosial dan kepercayaan diri dapat membantu mengurangi risiko terkena
gangguan jiwa seperti depresi dan kecemasan. Serta Menghilangkan stigma
dan diskriminasi terhadap orang dengan gangguan jiwa. Masyarakat harus
memahami bahwa gangguan jiwa adalah penyakit yang dapat diobati dan

14
orang dengan gangguan jiwa juga memiliki hak yang sama dengan orang
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang. (2014). UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa [Law


No. 18 of 2014 on Mental Health].

Endri Ekamayamti, D. L. (2023). Peningkatan Kesadaran Masyarakat Tentang


Pentingnya Kesehatan Jiwa Serta Kepedulian Terhadap Kelompok Risiko Dan
Gangguan Jiwa. Pengabdian Kesehatan, 106-116.

Ernita, C. (2022). Penyuluhan Kesehatan Jiwa Pada Remaja. Journal Of Public


Health Concerns, 1-8.

Rahmatullah, B. (2022). Implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014


Dalam Upaya Pemerataan Layanan Kesehatan Jiwa Di Indonesia.
Penelitian Bidang Hukum Universitas Gresik, 658-663.

Shelsa Arinindya, R. (2022). Tinjauan Kebijakan Pemerintah UU No. 18 Tahun


2014 Melalui Program DSSJ/KSSJ. Indonesia Journal of Criminal Law,
144-153.

Simanjuntak, N. O. (2017). Hak Pelayanan dan Rehabilitasi Orang Dengan


Gangguan Jiwa (ODGJ) Ter;antar Menurut UU No. 18 tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa. Pusham Unimed, 54-73.

Suryawantie, T. (2018). Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Dalam


Penanggulangan Penderita Gangguan Jiwa Di Kabupaten Garut
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa .
Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya, 1-10.

Wilber, E. (2018). Kebijakan Hukum Berdasarkan UU No. 18 tahun 2014 tentang


Kesehatan Jiwa dan KUHP. Niara, 1-5.

15
16

Anda mungkin juga menyukai