Anda di halaman 1dari 4

IES 2006 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya - ITS

Analisis Sinyal Pulse Oximetry dengan Metode FFT


Kemalasari 1), Muamar Fitron N 2)
Research Group on Biomedical Engineering
1, 2
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111
1
kemala@eepis-its.edu
persentase hemoglobin yang saturasi dengan oksigen di
dalam darah.
Pada saat ini, metode pengukuran oksigen saturasi
(SpO2) adalah dengan metoda invasive, dimana sensor
untuk mengukur kadar oksigen dimasukkan kedalam
tubuh dengan cara melukai jaringan tubuh sehingga
ketidak tenangan karena sakit, dan kemungkinan timbul
infeksi serta pendarahan merupakan kelemahan dari
metode ini[1].
Pulse oximetry merupakan suatu metode noninvasive untuk memonitor oksigen saturasi (SpO2).
Metode ini menggunakan perbedaan panjang gelombang
dari cahaya merah (660 nm) dan cahaya infra merah
(940 nm) yang berasal dari sensor transmisi. Kemudian
cahaya merah dan cahaya infra merah tersebut melewati
dan diabsorpsi oleh pembuluh arteri, pembuluh vena,
dan pembuluh kapiler pada jari tangan, dan kemudian
ditangkap oleh sensor deteksi.
Data dari sensor deteksi tersebut dikirim ke
komputer melalui mikrokontroller dengan menggunakan
komunikasi serial. Di komputer, data tersebut diolah
dengan menggunakan FFT (Fast Fourier Transform) dan
filter digital, dan diproses untuk mendapatkan persentase
oksigen saturasi (SpO2), konsentrasi oxyhemoglobin
(HbO2), deoxyhemoglobin (RHb), dan denyut jantung.
Monitoring persentase oksigen saturasi dengan
pulse oximetry merupakan salah satu metode yang perlu
dikembangkan, karena peralatan ini sangat penting
untuk memonitor pasien dalam kondisi kritis, dan dapat
membantu dokter untuk memonitor dan menganalisa
kondisi pasien, sehingga pulse oxymetry dapat memberi
kontribusi dalam bidang kedokteran.

Abstrak
Pulse oximetry adalah suatu metode non-invasive
untuk memonitor persentase hemoglobin (Hb) yang
saturasi dengan oksigen di dalam darah. Metode ini
menggunakan perbedaan panjang gelombang dari
cahaya merah (660 nm) dan cahaya inframerah (940
nm) yang disinari dari sensor transmisi. Cahaya
tersebut akan diabsorpsi oleh pembuluh arteri,
pembuluh vena, pembuluh kapiler, dan jaringan pada
ujung jari tangan, dan kemudian ditangkap oleh sensor
deteksi. Data pada sensor deteksi dikirim ke komputer
melalui komunikasi serial, dan kemudian diproses
dengan metode FFT (Fast Fourier Transform) dan filter
digital untuk mendapatkan persentase oksigen saturasi
(SpO2),
konsentrasi
oxyhemoglobin
(HbO2),
deoxyhemoglobin (RHb), dan denyut jantung. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Monitoring SpO2 dan
denyut jantung dapat dilakukan dengan metode ini,
dimana rata-rata konsentrasi HbO2 untuk 15 orang
dengan range usia 20 sampai 25 tahun, dan berat badan
42 sampai 82 kg adalah 16.21gr/100ml.
Kata

Kunci: Pulsa Oximetry, Oksigen Saturasi,


Oxyhemoglobin, FFT, Filter Digital.

1. Pendahuluan.
Hemoglobin merupakan molekul protein di dalam
darah yang dapat mengikat oksigen. Salah satu indikator
yang sangat penting dalam supply oksigen didalam
tubuh adalah Oksigen saturasi (SpO2). Karena dia dapat
menunjukkan apakah hemoglobin bisa mengikat oksigen
atau tidak. Sehingga kekurangan oksigen yang beresiko
pada kerusakan organ-organ penting didalam tubuh serta
kematian dapat ditanggulangi. Selain itu, pengukuran
SpO2 sudah menjadi standar di ruang operasi dan unit
gawat darurat (emergency )[1].
Oksigen saturasi (SpO2) adalah persentase dari
Hemoglobin yang mengikat oksigen dibandingkan
dengan jumlah total hemoglobin yang tersedia.
Hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam darah
(PO2) dan oksigen saturasi dalam darah adalah
Semakin tinggi PO2 dalam darah maka semakin tinggi
pula SpO2. Nilai PO2 dalam kondisi normal adalah
sekitar 90 mm Hg dan oksigen saturasi paling sedikit 95
%[2]. Oleh karena itu, cukup sulit untuk mengukur

2. Pulse Oximetry
Pulse oximetry adalah suatu metode noninvasive
untuk memonitor oksigen saturasi (SpO2) didalam darah.
Monitoring SpO2 sangat penting, karena SpO2
merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
apakah organ-organ penting didalam tubuh kekurangan
oksigen atau tidak. Oleh karena itu, pulse oximetry
sudah menjadi standar di rumah sakit, terutama di ruang
operasi, ruang perawatan intensif, ruang penyembuhan
(rehabilitasi), dan untuk memonitor pasien anesthesia
[1,2].
Prinsip pulse oximetry berdasarkan pada
karakteristik absorpsi cahaya merah dan cahaya
inframerah
oleh
oxyhemoglobin
(HbO2)
dan

162

IES 2006 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya - ITS


Rasio oksigen saturasi (R) dapat dihitung dengan
membandingkan antara sinyal AC dan DC yang
memantulkan absorpsi cahaya merah dan inframerah
seperti pada persamaan (1).

deoxyhemoglobin (RHb). HbO2 menyerap lebih banyak


cahaya inframerah dan mengizinkan lebih banyak
cahaya merah melewatinya. Sedangkan RHb menyerap
lebih banyak cahaya merah dan mengizinkan lebih
banyak cahaya inframerah melewatinya, seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 1[3].

Dari nilai R maka dapat diestimasi nilai persentase


oksigen saturasi (SpO2) berdasarkan kurva kalibrasi
pulse oximetry seperti pada gambar 3. Jika nilai R
adalah 0.5, maka SpO2 adalah 100 %, sedangkan jika R
adalah 1, maka SpO2 adalah 82 %[3].

Gambar 1. Absorpsi HbO2 dan RHb


Pulse oximetry terdiri dari dua sensor yaitu sensor
transmisi dan sensor deteksi. Sensor transmisi terdiri
dari dua panjang gelombang yang berasal dari cahaya
merah (660 nm) dan cahaya inframerah (940 nm), yang
transmisi melalui pembuluh kapiler, pembuluh arteri,
pembuluh vena, jaringan kulit dan jaringan lainnya, dan
juga diabsorpsi oleh jaringan tersebut. Biasanya sensor
pulse oximetry diletakkan pada ujung jari atau daun
telinga. Gambar lokasi peletakan sensor pada ujung jari
tangan terlihat pada gambar 2.

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Pulse Oximetry


SpO2 dapat dihitung dengan menggunakan hukum
Beer-Lambert pada persamaan (2).

Dimana Hb(R) adalah koefisien pengurangan


cahaya merah pada Hb. Hb(IR) adalah koefisien
pengurangan cahaya inframerah pada Hb, dan HbO2(R)
adalah koefisien pengurangan cahaya merah pada HbO2.
Untuk menghitung konsentrasi HbO2 digunakan
persamaan (3), dan konsentrasi RHb digunakan
persamaan (4).

Gambar 2. Lokasi sensor Pulse Oximetry


Pulse oximetry menggunakan led merah dan led
inframerah pada sensor transmisi, serta photodetector
untuk sensor deteksi cahaya. Cahaya merah dan cahaya
inframerah yang disinari dari led merah dan led
inframerah akan bertransmisi melewati kulit, pembuluh
arteri, pembuluh vena, dan pembuluh kapiler, kemudian
pembuluh tersebut akan mengabsorpsi cahaya. Sensor
deteksi akan menerima informasi absorpsi cahaya merah
dan inframerah ketika cahaya tersebut melalui pembuluh
dan jaringan yang ada pada ujung jari. Kemudian dari
data absorpsi cahaya merah (R) dan inframerah (IR)
akan dihitung R-ratio (perbandingan absorpsi R dan IR).
Absorpsi cahaya oleh pembuluh dan jaringan
menyebabkan timbulnya pengurangan cahaya akibat
aliran darah arteri, darah vena, dan jaringan.
Pengurangan cahaya akibat aliran darah vena dan
jaringan menciptakan suatu sinyal DC yang relatif stabil
dan difilter sebagai perhitungan letak dari pulse
oximetry. Transmisi cahaya melalui pembuluh arteri
adalah denyutan yang diakibatkan pemompaan darah
oleh jantung, dan denyutan pembuluh darah arteri
membawa tingkatan oksigen yang paling tinggi.
Pengurangan cahaya akibat aliran denyut dari darah
arteri menimbulkan sinyal AC[2].

HbO2 = 1.37 x Hb x SpO2

(3)

Hb adalah berat hemoglobin (umumnya sekitar 14 g


Hb/100 mL darah). Sedangkan 1.37 adalah banyaknya
oksigen yang secara penuh dapat diikat oleh 1 g
hemoglobin.

Ketelitian dan kemampuan pulse oximetry


dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti cahaya luar,
lingkungan, bergeser, hemoglobin abnormal, kecepatan
dan irama pulsa.
3. Fast Fourier Transform (FFT)
Fast Fourier Transform (FFT) digunakan untuk
memindahkan domain spasial atau domain waktu
menjadi domain frekuensi dengan teknik perhitungan
yang cepat. Pada bagian ini data yang didapatkan dari
pengukuran berupa HbO2 dan RHb yang bersifat spasial
atau berdasarkan waktu akan dijadikan data pengukuran

163

IES 2006 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya - ITS


dalam domain frekuensi. Program FFT yang akan dibuat
menggunakan metode butterfly. Flow diagram dari
program FFT seperti pada gambar 4.

Gambar 6. Sinyal AC dari Sensor Pulse Oximetry

Gambar 7. Sinyal Konsentrasi HbO2 dan RHb


Kemudian sinyal konsentrasi HbO2 dan RHb dari
hasil perhitungan pulse oximetry diproses dengan
menggunakan metode FFT. Hasil dari proses FFT
terlihat pada gambar 8. Sedangkan sinyal HbO2 dan RHb
dari hasil proses FFT dan low pass filter dapat dilihat
pada gambar 9.

Gambar 4. Flow Diagram FFT


4. Filter Digital
Filter digital merupakan filter yang dibuat secara
software. Filter ini digunakan untuk melewatkan
frekuensi tertentu sehingga tidak ada noise pada sinyal
yang diinginkan. Filter yang akan dibuat adalah lowpass filter dengan jenis Finite Impulse Rensponse (FIR)
yang digunakan untuk domain frekuensi. Data yang akan
difilter yaitu data HbO2 dan RHb hasil dari program
FFT. Flowchart dari program filter ditunjukkan pada
gambar 5.

Gambar 8. Sinyal Konsentrasi HbO2 dan RHb hasil


FFT

Gambar 9. Sinyal Konsentrasi HbO2 dan RHb hasil


FFT dan Low Pass Filter
Data hasil pengukuran rata-rata konsentrasi HbO2,
dan RHb berdasar-kan usia, berat badan, dan tinggi
badan dapat dilihat pada tabel 1.

Gambar 5. Flowchart Low-pass Filter

Tabel 1. Hasil Pengukuran HbO2 dan RHb

5. Hasil
Pengukuran dengan Pulse Oximetry dilakukan pada
15 orang dengan range usia 20 sampai 25 tahun, berat
badan 42 sampai 82 kg, dan tinggi badan dari 155
sampai 180 cm. Hasil pengukuran dari sensor deteksi
berupa data sinyal AC dan sinyal DC untuk cahaya
merah dan cahaya inframerah, dapat dilihat pada gambar
6. Sedangkan gambar sinyal konsentrasi HbO2 dan RHb
hasil perhitungan pulse oximetry dapat dilihat pada
gambar 7.

Orang
1
2
3
4
5
6
7
8

164

Usia
20
22
23
21
25
22
21
21

Berat
Badan
55
56
60
52
55
50
60
42

Tinggi
Badan
175
169
169
168
163
163
178
155

HbO2
16.21
16.22
16.28
16.25
16.19
16.18
16.14
16.24

RHb
2.33
2.22
2.28
2.25
2.21
2.18
2.22
2.24

IES 2006 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya - ITS


4. Kesimpulan

References

Pulse oximetry yang dirancang dapat digunakan


untuk monitoring SpO2 dan denyut jantung. Untuk
pengukuran 15 orang dengan range usia 20 sampai 25
tahun, berat badan 42 sampai 82 kg, serta tinggi badan
155 sampai 180, maka hasil pengukuran rata-rata
konsentrasi HbO2 adalah 16.21gr/100mL, sedangkan
rata-rata konsentrasi RHb adalah dalam 100 mL darah
adalah 2.24 gr/100mL. Metode pulse oximetry ini perlu
dikembangkan lagi yaitu dengan memperhatikan
perbedaan ukuran diameter ujung jari setiap orang, serta
monitoring lokasi aktivitas oksigen saturasi.

[1] Byungsool Moon, Analysis of Pulse Oximetry


Signals Through Statistical Signal Processing
Techniques, Part of course project for ECE 538
Statistical Signal Processing at Portland State
University, Winter 2004.
[2] Hill, E. & Stoneham, MD, Practical applications of
pulse oximetry, Practical Procedures.
http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/u11/u1104_01.h
tm, accessed on February 9th, 2006.
[3] JG Webster, Design of Pulse Oximeters, Intitute
of Physics Publishing Bristol and Philadelphia
Medical Science Series, 1997.
[4] Suzanne M. Wendelken, Using a Forehead
Reflectance Pulse Oximeter to Detect Changes in
Sympathetic Tone, Thayer School of Engineering
Dartmouth College Hanover, New Hampshire
03755, USA, 2004.
http://www.ists.dartmouth.edu/library/144.pdf

165

Anda mungkin juga menyukai