Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.

Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Beberapa cairan yang ada yang dapat mengalir cepat sedangkan yang
lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti air, alkohol dan
bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti
gliserin, minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas tidak
lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan (Yazid, 2005).
Viskositas (kekentalan) cairan akan menimbulkan gesekan antara bagianbagian atau lapisan-lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan
atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi dalam zat cair. Sedangkan
viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang terjadi antara molekulmolekul gas (Yazid, 2005).
Dalam fluida Newton, tegangan geser berbanding lurus dengan laju geser, dan
tetapan kesebandingannya itu dinamakan viskositas:

du
dy

Dalam satuan SI (Sistem Internasional),

(Mc.Cabe, dkk., 1986)

v diukur dalam Newton permeter

persegi dan dalam kilogram permeter detik atau pascal detik. Dalam sistem CGS
(Centimetre Gram Second), viskositas dinyatakan dalam gram persentimeter detik,
dan satuan ini dinamakan poise (P). Namun, umumnya viskositas dinyatakan dalam
sentipoise (cP = 0,01 Poise), karena kebanyakan fluida mempunyai viskositas yang
jauh lebih kecil dari 1 P (Mc.Cabe, dkk., 1986).
Setiap fluida mempunyai viskositas yang berbeda-beda yang harganya
tergantung pada jenis cairan dan suhu. Cairan mempunyai viskositas yang lebih besar
daripada gas karena mempunyai gaya gesek untuk mengalir lebih besar. Pada
kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Menurut teori lubang

terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak secara kontinu ke dalam
kekosongan ini sehingga kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini
menyebabkan aliran tetapi memerlukan energi pengaktifan. Energi pengaktifan lebih
mungkin terdapat pada suhu yang lebih tinggi dan dengan demikian cairan mudah
mengalir.
Viskositas cairan akan naik dengan bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan
jumlah lubang berkurang sehingga bagi molekul lebih sukar untuk bergerak keliling
satu terhadap yang lain. Kebalikan dari cairan maka viskositas gas bertambah jika
suhu naik. Viskositas gas ideal tidak bergantung pada tekanan.
Untuk larutan, viskositasya bergantung pada konsentrasi atau kepekatan
larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga tinggi.
Sebaliknya, larutan yang konsentrasinya rendah, viskositasnya juga akan rendah
(Yazid, 2005).

2.2

Densitas
Salah satu sifat yang penting dari suatu bahan adalah densitasnya, yang

didefinisikan sebagai massa persatuan volume. Bahan yang homogen seperti es dan
besi, memiliki densitas yang sama pada tiap bagiannya. Kita gunakan huruf yunani
(rho) untuk densitas. Jika suatu bahan yang materialnya homogen memiliki massa
m dan volume v, maka densitasnya adalah:

m
v

(Young dan Freedman, 2001)

Densitas suatu bahan tidak sama setiap bagiannya; contohnya adalah atmosfer
bumi (yang semakin tinggi semakin kecil densitasnya) dan lautan (yang semakin
dalam akan semakin besar densitasnya). Untuk bahan bahan ini, persamaan diatas
menunjukkan densitas rata rata. Secara umum densitas suatu bahan bergantung
kepada faktor lingkungan seperti suhu dan tekanan (Young dan Freedman, 2001).

2.3

Teori Bahan

2.3.1 Aquadest (H2O)


Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air

bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas, dan
banyak macam molekul organik.
Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada
yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua
atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada
tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya
tarik-menarik listrik antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat
masing-masing molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan
yang pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai
ikatan hidrogen.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat
kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah
tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai
sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida
(OH-) (Wikipedia, 2013).

Tabel 2.1 Nilai Densitas dan Viskositas H2O


Suhu (C)
Densitas (g/mL)

Viskositas (cP)

10

0,99973

1,3077

30

0,99568

0,8007

60

0,98324

0,4688

(Geankoplis, 2003)

2.3.2 Heksana (C6H14)


Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia
C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3. Awalan heksmerujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana
berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atomatom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering

digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada
bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini
merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air (Wikipedia, 2013).
Heksana adalah zat kimia yang berasal dari minyak mentah. Heksana murni
adalah cairan tak berwarna dengan bau yang tak enak. Heksana sangat mudah
terbahar dan uapnya dapat meledak. Heksana murni digunakan di laboratorium.
Kebanyakan heksana yang digunakan dalam industri bercampur dengan solven.
Kebanyakan penggunaan solven yang mengandung n-heksana adalah ekstraksi
minyak sayur-sayuran dari hasil panen seperti kacang kedelai. Beberapa produk
konsumen yang mengandung n-heksana seperti bensin, lem cepat kering dan semen
karet digunakan dalam berbagai hobi (ATSDR, 1999).
Tabel 2.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Heksana
Sifat Fisika

Sifat Kimia

1. Rumus molekul: C6H14

1. Mudah terbakar

2. Berat molekul: 86,18 g/mol

2. Memiliki bau yang khas

3. Titik Didih: 69

3. Bersifat mengiritasi

4. Titik leleh: -100

4. Larut dalam oktanol

Suhu kritis: 243,3

Reaktif terhadap bahan yang mengoksidasi

(MSDS, 2012)

2.3.3 Kecap Asin


Kecap (juga disebut saus kedelai) adalah bumbu yang terbuat dari pasta
fermentasi kedelai rebus, gandum, air garam, dan Aspergillus oryzae atau Aspergillus
sojae. Setelah fermentasi, pasta ditekan, memproduksi cairan, yang merupakan
kecap, dan produk sampingan yang solid, yang sering digunakan sebagai pakan
ternak. Kecap adalah bahan tradisional di Asia Timur dan masakan Asia Tenggara, di
mana ia digunakan dalam memasak dan sebagai bumbu. Ini berasal di Cina pada
abad ke-2 SM dan menyebar di seluruh Asia. Hari ini, ia digunakan dalam masakan
Barat dan makanan siap saji.
Kecap memiliki rasa dasar yang berbeda yang disebut umami ("Rasa gurih
yang menyenangkan") dalam bahasa Jepang, karena secara alami menghasilkan

glutamat bebas. Umami diidentifikasi sebagai rasa dasar pada tahun 1908 oleh
Kikunae Ikeda dari Universitas Kekaisaran Tokyo.
Kebanyakan varietas kecap asin, bersahaja, cairan kecoklatan dimaksudkan
untuk musim makanan saat memasak atau di meja. Banyak jenis kecap yang dibuat
di Cina, Taiwan, Jepang, Korea, Indonesia, Vietnam, Burma dan lainnya negara.
Variasi biasanya dicapai sebagai hasil dari metode yang berbeda dan jangka waktu
fermentasi, rasio yang berbeda dari air, garam, dan kedelai fermentasi, atau melalui
penambahan bahan lainnya.
Menelan volume tinggi kecap dapat menyebabkan kematian akibat
hiponatremia, kondisi metabolik di mana ada ketidakseimbangan garam dalam cairan
tubuh. Hal ini disebabkan kandungan natrium di dalamnya (Wikipedia, 2013).

2.4

Hukum Poiseuille
Pada umumnya, viskositas cairan bertambah bila temperatur berkurang. Jadi,

dalam iklim dingin, minyak dengan derajat yang lebih encer digunakan untuk
melumasi mesin mobil di musim dingin dibandingkan di musim panas. Persamaan
penurunan tekanan sebanding dengan laju aliran volume:
(Tipler, 1991)
dengan lv = vA adalah laju aliran volume dan konstanta kesebandingan R adalah
resistansi terhadap aliran, yang tergantung pada panjang pipa L, jari-jari r dan
viskositas fluida.
Resistensi aliran R untuk aliran tunak lewat pipa bulat dengan jari-jari r dapat
ditunjukkan dalam persamaan:
(Tipler, 1991)
Kedua persamaan di atas dapat digabungkan untuk memberikan penurunan
tekanan sepanjang L tabung lingkaran berjari-jari r.
(Tipler, 1991)
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Poiseuille. Persamaan Poiseuille
berlaku hanya untuk aliran fluida laminar (nonturbulen) dengan viskositas konstan
yang tak bergantung pada kecepatan fluida. Darah adalah fluida kompleks yang
terdiri dari partikel-partikel padat dengan berbagai bentuk yang terkandung dalam
suatu cairan. Viskositas darah berkurang bila kecepatan aliran bertambah sehingga

hukum Poiseuille tidak berlaku secara kaku. Walaupun demikian, hukum Poiseuille
adalah pendekatan yang baik yang sangat berguna untuk mendapatkan secara
kualitatif pengertian tentang aliran darah (Tipler, 1991).

2.5

Hukum Stokes
Apabila benda dapat bergerak dengan kecepatan tertentu dalam medium fluida

kental, maka benda tersebut akan mengalami hambatan yang diakibatkan oleh gaya
gesekan fluida. Gaya gesek tersebut sebanding dengan kecepatan relatif gerak benda
terhadap medium dan viskositasnya. Besarnya gaya gesekan fluida telah dirumuskan
sebelumnya yaitu:
(Yazid, 2005)
Di mana k adalah koefisien yang besarnya bergantung bentuk geometri benda.
Dari hasil percobaan, untuk benda berbentuk bola dengan jari-jari r diperoleh k=6 r.
Dengan memasukkan nilai k diperoleh:
F=6

r v

(Yazid, 2005)

Dimana F adalah koefisien gesek dari partikel (Yazid, 2005).

2.6

Bilangan Reynold
Kebanyakan proses aliran dalam bidang teknik dapat dikaji dengan baik

dengan menganggap fluida itu terdiri dari dua bagian, yaitu lapisan batas dan fluida
selebihnya. Aliran fluida dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Aliran laminar
Pada kecepatan rendah, fluida cenderung mengalir tanpa pencampuran
secara lateral, dan lapisan-lapisan yang berdampingan menggelincir di atas
satu sama lain seperti kartu main. Pada hal ini, tidak terdapat aliran-silang
atau pusaran (eddy). Rejim ini disebut aliran laminar (laminar flow).
2) Aliran Turbulen
Pada aliran yang diberi kecepatan yang laju alirannya ditingkatkan, akan
dicapai suatu kecepatan yang disebut kecepatan kritis. Hal ini biasanya
berpengaruh pada suatu percobaan aliran zat warna dalam suatu pipa yang
berisi cairan misalnya air dengan laju tertentu.Pada kecepatan kritis, terjadi
arah aliran zat warna yang acak dan terhambur ke seluruh aliran dalam

bentuk aliran-silang dan pusaran.Gerakan jenis ini dinamakan aliran turbulen


(turbulent flow).
3) Aliran Transisi
Osbonnne Reynolds pada tahun 1883, mempelajari kondisi di mana satu
jenis aliran berubah menjadi aliran jenis lain, dan menemukan bahwa
kecepatan kritis, di mana aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen,
bergantung pada empat buah besaran yaitu diameter tabung, viskositas,
densitas dan kecepatan linier rata-rata zat cair. Lebih jauh lagi dia
menemukan bahwa keempat faktor itu dapat digabungkan menjadi suatu
gugus, dan bahwa perubahan macam aliran berlangsung pada nilai tertentu
gugus itu. Pengelompokan variabel menurut penemuannya itu ialah :
NRe =

DV

DV

(McCabe, dkk., 1986)

Aliran laminar selalu ditemukan pada angka Reynolds di bawah 2100. Pada
kondisi aliran biasa, aliran itu turbulen pada angka Reynolds di atas kira-kira 4000.
Antara 2100 dan 4000 terdapat suatu daerah transisi, dimana jenis aliran itu mungkin
laminar dan mungkin pula turbulen, bergantung pada kondisinya. Sehingga sering
kali aliran itu disebut sebagai aliran transisi (McCabe, dkk., 1986).
2.7

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viskositas


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi viskositas, yaitu :
1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas
tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2. Temperatur
Viskositas cairan akan turun dengan naiknya temperatur, sedangkan
viskositas gas naik dengan naiknya temperatur. Pemanasan zat cair
menyebabkan molekul molekulnya memperoleh energi. Molekul
molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah.
Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.

3. Ukuran dan berat molekul


Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya
tinggi. Larutan minyak misalnya CPO memiliki kekentalan tinggi serta laju
aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
4. Konsentrasi
Untuk suatu larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau
kepekatan

larutan.

Umumnya

larutan

yang

konsentrasinya

tinggi,

viskositasnya juga tinggi. Sebaliknya larutan yang viskositasnya rendah ,


konsentrasinya juga rendah (Soekardjo, 1985).

2.8

Aplikasi Percobaan Penentuan Viskositas pada Proses Pemutihan Pulp


Kualitas pulp yang dihasilkan pada proses pembuatan pulp sulfat (kraft)

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah viskositas. Tujuan
dilakukannya analisa viskositas adalah untuk mengetahui kekuatan serat yang
dimiliki oleh pulp setelah dilakukan proses pemutihan (bleaching). Dari hasil analisis
yang dilakukan dapat diketahui bahwa viskositas dari pulp sulfat (kraft) yang
diperoleh telah memenuhi standar yang digunakan oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
Sosor Ladang Porsea yaitu untuk kertas A4 adalah 16-18 dan untuk kertas A2
adalah11-14 dan berdasarkan data hasil analisis, viskositas untuk kertas A4 adalah
15,7-16,4 dan untuk kertas A2 adalah 12,9-14,1.
Pemakaian bahan pemutih yang terlalu sedikit akan menyebabkan pulp
berwarna gelap (kurang cerah). Sebaliknya bila konsentrasi bahan pemutih yang
berlebihan akan berpengaruh terhadap kekuatan serat pulp yang dihasilkan.
Penggunaan bahan kimia pemutih (ClO) yang berlebih menyebabkan degradasi
selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Bahkan pada kondisi yang baik
kemungkinan masih terjadi penurunan kekuatan serat. Dengan kata lain, banyaknya
bahan pemutih yang digunakan berbanding terbalik dengan kekuatan serat pulp
(viskositas pulp). Oleh karena itu bahan pemutih yang digunakan, diusahakan sekecil
mungkin untuk mendapatkan viskositas yang tinggi serta derajat keputihan
(brightness) yang dimiliki pulp tinggi.

Reaksi lignin selama pembuatan pulp merupakan reaksi yang sangat kompleks
dan belum diketahui secara pasti. Para ahli menduga degradasi karbohidrat juga
merupakan faktor penghambat utama dalam delignifikasi yang dapat dicapai dalam
penghilangan lignin. Hal ini terjadi terutama oleh perpecahan acak molekul selulosa
yang menyebabkan berkurangnya rantai panjang selulosa. Jika dibiarkan berlangsung
pada titik tertentu, maka akan menyebabkan menurunnya kekuatan pulp (Sinaga,
2008).
Mulai
Ditentukan kadar air dalam sampel dari pengeringan lembar pulp
Ditimbang 0,125 gram berat kering pulp
Ditambahkan 12,5 mL air destilat
Ditambahkan 12,5 mL larutan Cupri Ethylen Diamine (CED)
Campuran dimasukkan ke dalam viskometer dan diukur kecepatan
alirnya
Selesai
Gambar 2.1 Flowchart Penentuan Viskositas pada Proses Pemutihan Pulp
(Sinaga, 2008)

Anda mungkin juga menyukai