Anda di halaman 1dari 4

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG
2013

Penentuan Nilai Ketergerusan Hardgrove ( HGI )


I.

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa mampu :
Menentukan Indeks Ketergerusan Hardgrove dari batubara
Menjelaskan pengertian dan peranan sifat fisik batubara

II.

ALAT DAN BAHAN

Alat yang Digunakan :

1. Sieving machine
2. Hardgrove Grindability Index Unit

Bahan yang Digunakan :


Batubara ( Air Dry Basis ) Berbagai Peringkat (Antrasit, Bituminus, Sub bituminus, Lignit)

III.

DASAR TEORI

Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu


cebakan sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan
berselulosa yang bersal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan ini terpadatkan dan berubah karena
adanya proses tekanan dan panas. Bentuk awal dari hasil penimbunan dan pemadatan ini
adalah berupa gambut yang setelah mengalami tekanan dan panas akan berubah berturut-turut
peat, lignit, sub-bittuminus, bittuminus, dan antrasit tergantung dari besarnya tekanan dan
pemanasan yang dialami. Preparasi sampel batubara adalah mempersiapkan cuplikan sampel
yang mewakili seluruh sampel asal untukl keperluan analisis. Sampel batubara yang akan
dipreparasi ini berasal dari gross sampel yang telah disampling dengan jumlah tertentu sesuai
untuk keperluan analisis. Preparasi sampel mencakup beberapa pengerjaan yang terdiri dari

pengeringan, pengecilan ukuran butir, pengadukan sampel dan pembagian sampel.


Pengeringan sampel dilakukan untuk mendapatkan kondisi tertentu sehingga dapat dilakukan
penggerusan dan pembagian sampel tanpa kehilangan berat dan terkotori. Pengecilan ukuran
butir dilakukan dengan cara pemecahan dan penggerusan bongkahan batubara sampai ukuran
tertentu yang menjamin tidak akan merubah kualitas batubara tersebut. Pengadukan sampel
dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.
Pembagian sampel dilakukan dengan cara mengurangi berat sampel dengan menggunakan
alat pembagi sampel tanpa merubah ukuran butir sehingga diperoleh sampel yang mewakili
seluruh sampel awal. Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral
matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).Umumnya, untuk menentukan
kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis
proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air
(moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash),
sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada
batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur
jarang. .Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut
menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah
penelitian. Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi
lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh
synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah
batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi.Lingkungan
pengendapan batubara dapat mengontrol penyebaran lateral, ketebalan, komposisi, dan
kualitas batubara. Untuk pembentukan suatu endapan yag berarti diperlukan suatu susunan
pengendapan dimana terjadi produktifitas organik tinggi dan penimbunan secara perlahanlahan namun terus menerus terjadi dalam kondisi reduksi tinggi dimana terdapat sirukulasi air
yang cepat sehingga oksigen tidak ada dan zat organik dapat terawetkan.

KETERGERUSAN (Grindability)

Ketergerusan merupakan sifat mudah-sulitnya batubara untuk diremuk atau


digerus. Besar kecilnya nilai ketergerusan ini, dinyatakan dengan suatu indeks yang disebut
Hardgrove Grindability Index atau HGI. Semakin kecil nilai HGI, berarti semakin sulit
penggerusannya; dan begitu pula sebaliknya. Pertama-tama, sampel digerus dan diayak
hingga ukuran tertentu, yaitu antara 1190~ 590m. Setelah itu, 50g sampel dimasukkan ke
dalam alat uji ketergerusan Hardgrove bersama dengan 8 buah bola. Setelah diputar sebanyak
60 kali, lalu diayak dengan ayakan 75m (200 mesh). Undersize product (hasil lolos ayakan)
yang diperoleh lalu ditimbang, dan disubstitusikan ke persamaan berikut: HGI = 13 + 6,93W
dimana W adalah berat undersize product (dalam gram) pada ayakan 75m. Hubungan antara
ketergerusan dengan tingkat pembatubaraan: Nilai maksimum HGI untuk batubara Jepang,
diperoleh pada batubara dengan kandungan karbon 86% (daf basis). Untuk batubara
bituminus luar negeri (impor dari luar Jepang), nilai maksimumnya didapat pada kandungan
karbon sekitar 90%. Secara umum, diketahui bahwa caking coal merupakan batubara yang
paling mudah digerus, sedangkan brown coal atau lignite merupakan batubara yang paling
susah digerus. Tentu saja hal ini tergantung pula kepada struktur batubara maupun banyaksedikit kandungan abunya. HGI umumnya dinyatakan dalam rentang bilangan antara 30~120.
Untuk batubara yang dipakai pada pembangkit listrik (steam coal), batubara digerus terlebih
dahulu menjadi partikel halus sebelum dimasukkan ke dalam boiler. Bila batubara terlalu
keras, yang berarti nilai HGI kecil, maka akan menurunkan performa dari mesin penggerus
(mill). Dengan kata lain, bila nilai HGI semakin rendah, maka diperlukan daya yang lebih
besar bagi mesin penggerus. Karena itu, para pengguna (user) banyak yang menetapkan nilai
HGI

di

atas

45

untuk

batubara

yang mereka beli. Batubara yang saat ini dipakai di Jepang, kebanyakan memiliki nilai HGI
skitar 50.
Ketergerusan batubara merupakan sifat fisik yang mencakup sifat-sifat lain
seperti kekuatan, kekerasan dan kuat pecah. Nilai ketergerusan Hardgrove adalah angka yang
menunjukan kemudahan batubara untuk digerus. Makin tinggi nilai ketergerusan batubara,
makin mudah batubara itu digerus. Batubara yang paling mudah digerus adalah bituminus
low volatile dan medium volatile bila dibandingkan dengan batubara bituminus jenis high
volatile,subbitiminus dan antrasit. Sifat fisik batubara perlu diketahui untuk pegelolaan dan
pengolahan. Pengelolaan adalah perlakuan batubara dari diambil dari alam sampai jadi bahan/

barang yang siap jadi. Pengelolahan adalah prosesyang berada dalam pengelolaan, bagaimana
mengolah batubara tersebut sampai jadi produk akhir. Batubara yang mengandung sedikit
volatile

abu

terbang

adalah

batubara

yang

mudah

digerus.

Sifat fisik batubara berpengaruh teerhadap pemanfaatan batubara itu sendiri,semakin


teridentifikasi sifat fisik batubara tersebut semakin mudah pengelolahan

IV.

PROSEDUR KERJA

a. Preparasi Sampel Untuk Pengujian Hardgrove Grindability Index ( HGI )

1. Menimbang 1000 gr sampel batubara dan menyaring menggunakan ayakan 20 mesh yang
ditaruh diatas ayakan 60 mesh dengan menggunakan sieving machine selama 2 menit
2. Mengeluarkan sampel yang tertahan pada ayakan 60 mesh mengaduk sampai homogen dan
melakukan pembagian sampel secara riffle dengan memisahkan sebanyak 120 gr dan
menyaring kembali ayakan 60 mesh untuk membersihkan debu dengan menggunakan sieving
machine selama 5 menit

b. Penentuan Nilai Ketergerusan Hardgrove

1. Menimbang 50 gr sampel batubara -20 +60 mesh dan sampel digerus dalam alat Hardgrove
Grindability Unit sampai 60 putaran. Hasil penggerusan diayak dengan saringan 200 mesh
menggunakan alatrotap selama 10 menit
2. Melakukan perhitungan -200 mesh dengan mengkonversikan dalam kurva kalibrasi dari
sampel standar

Anda mungkin juga menyukai