Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN ORTHOPEDI

CONGENITAL TORTICOLLIS

DISUSUN OLEH :
Armada Karima Yudha

NIM P27220012

Herviani Valentina P

NIM P27220012

Siti Munirah

NIM P27220012

Virna Oktaviana

NIM P27220012 143

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM DIII BERLANJUT


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2012/2013

LAPORAN PENDAHULUAN
CONGENITAL TORTICOLLIS

A. KONSEP DASAR
1.

Pengertian
Kata Torticollis berasal dari bahasa Latin, Torta (twisted yang
berarti terputar) dan Collum (leher). Tortikolis menggambarkan posisi
abnormal leher. Sedangkan Congenital berarti bawaan atau muncul sejak
lahir. Kongenital Torticollis adalah kondisi keterbatasan gerak leher
kongenital atau bawaan sejak lahir, dimana anak akan menahan atau
memposisiskan kepala pada satu sisi dengan dagu mengarah pada sisi
yang berlawanan (Anonim,2010)
Tortikolisadalah

suatu

kondisi

di

mana

otot

leher

(otot

sternokleidomastoid) lebih pendek pada salah satu sisileher,dibandingkan


dengan otot leher yang lain. Congenital Torticollis juga dikenal sebagai
'leher miring (wry neck).Kata "bawaan atau kongenital" berartikondisi
itumuncul sudah sejak lahir. Tortikolismenyebabkankepala bayi tertarik
menuju otot yang pendek dandagunya berpaling atau miring ke sisi yang
lain. Salah satu sisi kepala bayi danwajah mungkin memiliki bentuk yang
berbeda dari sisi lain atau asimetris (Physiotherapy Department,2013).
CongenitalMuscularTortikolis(CMT)
kelainanbawaanyang

ditandai

adalahsuatu

denganpemendekanunilateraldari

ototsternokleidomastoidmengakibatkankemiringanlateralleheryang

berhubungan dengantorsikontralateral. Ini adalahkelainanpada anakanakyang

relatifumum

yang

denganprognosisbiasanyabaikketikaawalterdeteksi

terkait
dan

diobati

(Pract,2013).
Totikolis

merupakan

kelainan

kongenital

dimana

otot

Sternocleidomastoideus mengalami fibrosis dan gagal memanjang


sementara tubuh anak terus tumbuh sehingga terjadi deformitas progresif
(Apley,1995).

2.

Etiologi
a.

Faktor utama belum diketahui (ideopatik).

b.

Faktor resiko :
1) Iskemik otot sternokleidomastoid di intrauterin karena posisinya
yang menyimpang (presentasi bokong).
2) Trauma saat kelahiran.
3) Kelainan posisi janin atau riwayat lahir sungsang

3.

Patofisiologi
Keadaan iskemik pada otot SCM akan mengakibatkan otot tersebut
mengalami fibrosis dan tidak akan berkembang seperti otot lainnya. Bila
terjadi pada salah satu sisi otot CSM saja, maka akan menimbulkan

manifestasi yang membuat kepala anak menjadi miring ke arah sisi yang
terkena tersebut.
Tortikolis kongenital otot jarang terjadi (<2%) dan diyakini
disebabkan oleh trauma lokal pada jaringan lunak leher sebelum atau
selama persalinan. Penjelasan yang paling umum melibatkan trauma
melahirkan pada otot sternokleidomastoid (SCM),mengakibatkan fibrosis
atau malpositioning intrauterin sehingga terjadi pemendekan sepihak
SCM. Mungkin ada pembentukan hematoma resultan diikuti oleh
kontraktur otot. Anak-anak ini sering mengalami sungsang atau forsep
sulit pengiriman.
Fibrosis pada otot mungkin karena oklusi vena dan tekanan pada
leher ketika berada di jalan lahir karena posisi serviks dan
tengkorak.Hipotesis lain termasuk malposisi dalam rahim sehingga
intrauterin atau sindrom kompartemen perinatal. Sampai dengan 20 %
dari anak-anak dengan tortikolis otot bawaan memiliki displasia
kongenital pinggul juga.

PATHWAYS

4.

Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinik yang terjadi pada penderita Congenital Torticollis
antara lain (Apley,1995) :
a.

Kepalamiringke satu sisi

b.

Terbatasjangkauangerakleher

c.

Benjolan ataupembengkakanpada ototleher

5.

d.

Sering kelainannya tidak terlihat nyata dari usia 1-2 tahun.

e.

Leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang fibrosis

f.

Di sisi yang fibrosis, telinga mendekati bahu

g.

Garis mata dan garis bahu membentuk sudut (normalnya sejajar)

h.

Perkembangan muka dapat menjadi asimetris

Komplikasi
Komplikasi pada Torticollis Kongenital yang tidak diterapi adalah
(Sasanachildcare,2011) :
a.

Asimetris bentuk wajah dan asimetris bentuk kepala

b.

Penglihatan ganda (diplopia)

c.

Tulang belakang akan skoliosis untuk mengimbangi miringnya


vertebrata servikalis

6.

Penatalaksanaan
Untuk membantu pemulihan kongenital torticollis dapat dilakukan
pengobatan sebagai berikut (Sasanachildcare,2011) :
a.

Fisioterapi, diberikan setiap hari berupa masase dan peregangan


dengan harapan otot akan dapat memanjang.

b.

Operasi, dilakukan untuk memperpanjang otot sternokleidomastoid


apabila fisioterapi tidak berhasil dilakukan.

c.

Penggunaan collar neck (penahan leher) pada torticolis kongenital


kadang diperlukan untuk membantu proses pemulihan.

d.

Toksin Botulinum, suntikan Botulinum Toksin A telah digunakan


untuk

pengobatan

kongenital

torticolis

oleh

para

praktisi

berpengalaman untuk refraktori peregangan secara manual.

7.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (Anonim,2010):
a.

Rotgen, dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada struktur tulang


leher.

b.

Ultrasonografi, untuk mengetahui adanya massa atau pembesaran


pada otot sternokleidomastoid.

c.

Elektromiografi, untuk mengetahui adanya kontraksi pada otot yang


persisten otot leher.

d.

MRI atau CT-scan harus dilakukan bila diketahui adanya nyeri leher.

e.

Pemeriksaan fungsi Tiroid, hal ini harus dilakukan karena mungkin


saja terjadi perubahan pada kelenjar tiroid seperti hipertiroid
(pembesaran kelenjar tiroid).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.

Pengkajian
a.

Data biografi

b.

Adanya kekakuan, pembengkakan, deformitas, ROM, gangguan


sensorik

c.

Pengkajian pada sistem lain :


1) Riwayat kesehatan masa lalu mencakup juga kelahiran
2) Riwayat gangguan muskoloskeletal
3) Riwayat kesehatan keluarga

d.

Aktivitas sehari-hari

e.

Pemeriksaan

fisik

(head

to

toe)

terutama

pada

sistem

muskoloskeletal dan bagian leher

2.

f.

Pemeriksaan diagnostik

g.

Terapi obat

Diagnosa Keperawatan
a.

Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi atau


kerusakan di syaraf pendengaran.

3.

b.

Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh

c.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur otot leher

Intervensi Keperawatan
a.

Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi atau


kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil :
1)

Klien

akan

mengalami

peningkatan

persepsi/sensoris

pendengaran samapi pada tingkat fungsional.


Intervensi Keperawatan :
1)

Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat

alat

pendengaran secara tepat.


2)

Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang


aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.

3)

Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang


lanjut.

4)

Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik


yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :
1)

Keefektifan

alat

pendengaran

tergantung

pada

tipe

gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.


2)

Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka


pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi
sehingga harus dilindungi.

3)

Diagnosa dini terhadap keadaan

telinga atau terhadap

masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.

4)

Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat


menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga
infeksi akan berlanjut.

b.

Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh


Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
Kriteria hasil :
1)

Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.

2)

Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.

Intervensi keperawatan :
1)

Validasi masalah yang dialami klien

2)

Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung

3)

Berikan dukungan moral

4)

Hadirkan orang yang pernah menderita kongenital torticolis

Rasional :
1)

Meninjau perkembangna klien

2)

Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan


citra tubuh

c.

3)

Meningkatkan status mental klien

4)

Memfasilitasi penerimaan terhadap diri

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur otot leher

Tujuan : Kerusakan mobilitas fisik dapat membaik selama dalam


perawatan
Kriteria : Klien mampu menggerakkan extremitas kiri secara
minimal,

tidak

terjadi

kontraktur

sendi,

klien

mampu

mempertahankan posisi seoptimal mungkin


Intervensi :
1)

Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan skala 0 4

2)

Pertahan posisi klien dalam letak anatomis dengan memberi


ganjal bantal sewaktu posisi miring

3)

Jelaskan pada klien tentang mobilisasi pasif

4)

Lakukan mobilisasi pasif pada kedua extremitas

5)

Rubah posisi dengan mengangkat sisi yang tidak berfungsi

6)

Lakukan masage, kompres hangat, perawatan kulit.

Rasional :
1)

Memantau tingkat ketergantungan klien serta mengobservasi


fungsi sensorik motorik

2)

Mencegah terjadinya kontraktur

3)

Mengurangi atropi otot, meningkatkan sirkulasi, mencegah


kontraktur

4)

Merangsang perfusi pada sisi yang lumpuh

5)

Merangsang vasodilatasi untuk memperlancar peredaran darah

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. http://KenaliTortikolisSpasmodik.htm. Diakses pada 14 maret


2014.
Apley, A. Graham dkk. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.
Jakarta : Widya Medika.
Pract, J Gen. 2013. Journal General Prctice Congenital Muscular Torticollis: An
Overview. Diakses pada 14 Maret 2014.
Physiotherapy Department. 2013. Jornal Torticollis http://royalfree.nhs.uk.
Diakses pada 14 Maret 2014.
Sasanachildcare.

2011.

http://TortikolisLeherTerputarpadaAnakSasanachildcareBlog.htm. Diakses
pada 14 Maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai