Anda di halaman 1dari 12

TORTICOLIS

KELOMPOK 1
Layla Rachmi Junia (2011401053)
Nurhafizah Ulfa (2011401031)
Nadia Fawwaz (2011401027)
Nadhia Fitria Difa (2011401026)
Muhammad hilmi yaqdhan (2011401023)
Reza desri novita (2011401041)
Tsuzaya ullya putri (2011401049)
Ully Sophia (2011401051)
Weni Inayah (2011401052)
TORTICOLIS
Tortikolis adalah pasien dengan kontraksi otot halus. Kontraksi ini memicu
kelainan gerakan pada leher dan kepala sehingga membuat condong ke satu sisi.
Tortikolis dystonia dengan bentuk yang paling umum terbukti kejang tortikolis.

Torticollis adalah suatu kondisi dimana otot sternocleidomastoideus memendek


pada satu sisi (Nelson, 1997). Sedangkan menurut Ji Eun Juni (2007) Torticollis
adalah keadaan dimana otot sternocleidomastoideus yang mengalami
pemendekan pada sisi yang terlibat dengan fibrosis, yang menyebabkan
kemiringan ipsilateral dan kontralateral rotasi wajah dan dagu.
ETIOLOGI TORTIKOLIS

1. Etiologi tortikolis dapat dibedakan menjadi etiologi kongenital dan acquired. Pada kasus
kongenital, etiologi utama adalah trauma dan fibrosis pada otot leher janin. Sementara itu,
pada kasus acquired, etiologi dapat berupa inflamasi, infeksi, tumor, trauma, atau penggunaan
obat tertentu yang menyebabkan distonia otot leher.
2. Tortikolis kongenital disebabkan oleh trauma jaringan lunak leher janin sebelum atau selama
persalinan yang sulit. Trauma dapat menyebabkan edema pada otot lalu membentuk fibrosis
bawaan pada otot. Selanjutnya, terjadi pemendekan pada serat otot leher, terutama otot
sternokleidomastoideus, yang menyebabkan tortikolis.
3. Tortikolis acquired dapat terjadi akibat jaringan parut atau penyakit seperti infeksi, inflamasi,
tumor, atau trauma, yang dapat terjadi pada vertebra servikal, saraf pusat, atau otot fokal.
Contoh penyakit yang dapat menjadi etiologi tortikolis acquired adalah adenitis, tonsilitis,
rematik, abses retropharyngeal, atau tumor serebelar. Gejala ini dapat bersifat spasmodik
(klonik) atau permanen (tonik).
FAKTOR RESIKO TORTIKOLIS

• Faktor RisikoFaktor risiko tortikolis kongenital adalah adanya


penyulit persalinan pervaginam, seperti berat badan bayi besar saat
lahir atau persalinan sungsang. Untuk tortikolis acquired, adanya
penyakit dan trauma pada daerah servikal dapat meningkatkan risiko
terjadinya tortikolis. Secara umum, tortikolis dilaporkan lebih sering
mengenai wanita dan anak-anak usia di bawah 10 tahun.
PATOFISIOLOGI TORTIKOLIS

• Patofisiologi tortikolis melibatkan pemendekan otot-otot di sekitar


leher, terutama otot sternokleidomastoideus. Gangguan otot yang
terjadi dapat berupa spasme atau kontraktur, yang juga dapat
melibatkan otot trapezius, splenius, skapula, scalenus, dan
platysma. Gangguan otot-otot ini dapat disebabkan oleh proses yang
idiopatik maupun proses inflamasi, infeksi, tumor, atau trauma.
• Otot sternokleidomastoideus terletak di daerah anterior leher.
Insersinya terdapat pada sternum (sternum furcula), klavikula
(aspek medial), regio oksipital (garis leher lateral), dan mastoid.
Serabut otot memiliki arah oblik ke atas dan ke luar. Otot ini
berperan dalam rotasi kontralateral, kemiringan ipsilateral, dan
fleksi kepala.
Patofisiologis Tortikolis Kongenital

• Tortikolis kongenital sering terjadi pada persalinan sungsang atau


forceps yang sulit. Tortikolis ini disebabkan oleh trauma lokal pada
jaringan lunak leher sebelum atau selama persalinan. Setelah trauma,
terbentuk fibrosis otot sternokleidomastoideus yang akan menyebabkan
pemendekan otot unilateral.

• Selain itu, dapat terjadi pembentukan hematoma yang diikuti oleh


kontraktur otot. Hipotesis lain seperti malposisi janin dalam rahim dan
adanya sindrom kompartemen intrauterin atau perinatal juga mungkin
menjadi penyebab tortikolis kongenital.
Patofisiologis Kortikolis Acquired

Tortikolis acquired bisa disebabkan oleh distonia otot fokal atau oleh


kelainan sistem saraf pusat. Distonia fokal maupun kelainan sentral dapat
berupa suatu proses idiopatik maupun proses infeksi, inflamasi, tumor,
atau trauma. Kelainan ini dapat terjadi pada otot leher, vertebra servikal,
maupun otak.
Adanya tumor pada dasar tengkorak (tumor fossa posterior) dapat
menekan suplai saraf ke leher dan menyebabkan tortikolis. Sementara itu,
adanya infeksi pada faring posterior dapat mengiritasi saraf yang
menyuplai otot leher dan menyebabkan tortikolis. Infeksi ini dapat diobati
dengan antibiotic jika tidak parah, tetapi dapat
memerlukan debridement atau bedah pada kasus yang sulit diatasi.
PENGOBATAN TORTIKOLIS

• Pengobatan terdiri dari terapi dan perawatan diri


• Menyuntikkan toksin botulinum ke dalam otot yang terpengaruh
sering mengurangi gejala tortikolis.
• Terapi fisik atau operasi mungkin juga diperlukan.TerapiTerapi fisik,
Pijat, dan Peregangan ototPerawatan diriLatihan fisik Obat
Neurotoksin
PENGOBATAN TORTIKOLIS
• Penanganan :

• 1. Peregangan Otot Leher Cara ini biasanya digunakan untuk mengatasi tortikolis
yang sudah ada sejak lahir atau tortikolis kongenital. Dokter akan mengajarkan
beberapa gerakan pada orang tua untuk dilakukan bersama Si Kecil yang
mengidap tortikolis. Gerakan tersebut biasanya dapat membantu memanjangkan
otot leher yang mengeras atau pendek, serta menguatkan otot leher pada sisi yang
satunya. Pengidap juga bisa melakukan peregangan secara pasif dengan memakai
alat penyangga untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu.
• Tindakan pengobatan ini seringkali berhasil menyembuhkan tortikolis
kongenital. Apalagi bila pengobatan dilakukan sejak usia 3 bulan. Tapi, bila cara
ini belum bisa mengatasi tortikolis, maka dokter akan menganjurkan untuk
melakukan prosedur operasi untuk memperbaiki posisi otot leher. Prosedur ini
baru bisa dilakukan setelah pengidap memasuki usia prasekolah.
PENGOBATAN TORTIKOLIS

• 2. Menggunakan Pemijat Leher Sedangkan tortikolis yang terjadi karena adanya


kerusakan pada sistem saraf, tulang belakang, ataupun otot, maka salah satu pilihan
pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pemanas atau
pemijat leher. Cara ini efektif untuk meredakan rasa nyeri.
• 3. Menggunakan Alat Penyangga Leher
Pengidap tortikolis juga dianjurkan untuk melakukan Latihan peregangan leher
secara rutin untuk mengatasi otot leher yang tegang.
Di samping melakukan peregangan, pengidap juga bisa menggunakan penyangga leher
agar posisi leher dapat kembali normal.
• 4. Fisioterapi
• Fisioterapi atau terapi fisik juga bisa dilakukan untuk mengatasi kepala yang miring
akibat tortikolis.
PENGOBATAN TORTIKOLIS

• 5. Mengonsumsi Obat-Obatan
Dokter juga bisa meresepkan obat-obatan pada pengidap tortikolis untuk meredakan
gejala. Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk tortikolis, antara lain obat pelemas
otot (misalnya, baclofen), obat pereda nyeri, serta suntikan botulinum toxin atau botox
yang diulang tiap beberapa bulan.

• 6. OperasiBila cara-cara pengobatan di atas masih belum bisa menyembuhkan


tortikolis, dokter bisa menganjurkan prosedur operasi. Prosedur ini bertujuan untuk
memperbaiki tulang belakang yang tidak normal, memanjangkan otot leher,
memotong otot atau saraf leher, serta menggunakan stimulasi otak dalam untuk
mengganggu sinyal saraf, yang bisa dilakukan untuk mengatasi distonia tengkuk
yang sangat parah.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai