fibrosis dan gagal memanjang sementara tubuh anak terus tumbuh sehingga terjadi deformitas
progresif.
Etiologi
Faktor resiko :
o Iskemik otot SCM di intrauterine karena posisinya yang menyimpang (presentasi
bokong)
o Trauma saat kelahiran
o Riwayat lahir sungsang
Patofisiologi
Keadaan iskemik pada otot SCM akan mengakibatkan otot tersebut mengalami fibrosis dan tidak
akan berkembang seperti otot lainnya. Bila terjadi pada salah satu sisi otot CSM saja, maka akan
menimbulkan manifestasi yang membuat kepala anak menjadi miring ke arah sisi yang terkena
tersebut.
Manifestasi Klinis
Leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang fibrosis
Diagnosis
Kepala miring ke arah yang sakit (singkirkan penyebab lain : anomali tulang, diskitis,
limfadenitis)
Terdapat benjolan berbatas tegas yang melibatkan satu atau kedua caput
sternocledomastoideus.
Tatalaksana
Bila diketahui sudah sejak bayi, maka dilakukan perentangan otot setiap hari untuk
mencegah perkembangan deformitasnya.
Bila lehernya menjadi miring => koreksi dengan operatif. Otot yang berkontraksi dibelah
(biasanya bagian bawah, tapi kadang-kadang juga pada ujung atas atau keduanya) dan
kepala dimanipulasi agar posisinya netral. Setelah operasi, posisinya dipertahankan
dengan suatu tutup-tengkorak/skull cup yang diikatkan ke bawah aksila. Sesudah itu,
dipakai ban leher polietilen hingga anak dapat mempertahankan posisi kepalanya dengan
benar.
Prognosis
Semakin muda ditatalaksana, semakin baik prognosis.
Pola pikir
Ada bayi dengan keluhan kepala miring sebelah => periksa dan singkirkan kemungkinan
anomali tulang, diskitis dan limfadenitis => bila memang tortikolis, tatalaksana berdasar usia.
Bila masih muda, lakukan perentangan (membiasakan menoleh ke arah yang fibrosis, diberi ASI
searah yang fibrosis, dll) => bila tidak bisa, operatif.
http://catatanmahasiswafk.blogspot.com/2012/03/tortikolis-congenital-muscular.html
TORTIKOLIS
Tortikolis adalah istilah medis untuk menggambarkan suatu keadaan pada leher yang terputar.
Dalam bahasa latin "torus" artinya berputar dan "collum" artinya leher.
Tortikolis sering terjadi pada anak dan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: bawaan (congenital) dan
yang didapat setelah lahir (acquired).
Apa yang dimaksud dengan tortikolis kongenital?
Pada tortikolis kongenital, terjadi kontraktur/ kekakuan otot sternokleidomastoid pada satu sisi.
Otot sternokleidomastoid adalah otot pada leher yang berfungsi untuk menolehkan kepala ke kiri
dan ke kanan. Kekakuan pada otot ini akan mengakibatkanterjadinya keterbatasan pergerakan
leher bayi karena pemendekan serabut-serabut otot tersebut.
Tortikolis kongenital terjadi pada 3-19 per 1.000 kelahiran bayi. Penyebab dari tortikolis
kongenital belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa teori yang mengatakan bahwa
trauma jalan lahir mungkin menjadi penyebabnya. Tortikolis kongenital biasanya terlihat pada
usia 2-4 minggu kelahiran.
Gejalanya adalah kepala leher yang selalu menoleh ke satu sisi saja saat tidur, dan pergerakan
leher yang sangat terbatas. Komplikasi dari tortikolis kongenital yang tidak diterapi adalah
asimetri bentuk wajah dan asimetri bentuk kepala atau penglihatan ganda (diplopia).
Tip
Tortikolis cukup mudah dikenali oleh orangtua. Bayi/anak dengan tortikolis cenderung hanya
menoleh terus ke satu sisi. Jika orangtua mendapati bayi/anak menoleh ke satu sisi saja segera
bawa bayi/anak ke dokter untuk diperiksa.
Apa yang dimaksud tortikolis yang didapat setelah lahir?
Pada tortikolis yang didapat setelah lahir, biasanya penyebabnya diketahui yaitu:
Cedera/peradangan pada saraf-saraf leher
Abses retrofaringeal (nanah yang terletak di belakang tenggorokan)
Radangtenggorokan
Pergeseran dari tulang belakang, terutama di daerah leher
Perdarahan di sekitar tulang belakang daerah leher
Adanya tumor di daerah tulang belakang kepala
Pada tortikolis yang didapat setelah lahir, gejalanya hampir sama dengan tortikolis kongenital,
yaitu leher bayi selalu menoleh ke arah yang sama dan pergerakan leher bayi yang terbatas.
Perbedaannya adalah biasanya terjadi beberapa bulan setelah kelahiran, ada faktor penyebab
yang lebih jelas yang mendasarinya dan tidak terjadi komplikasi berupa asimetri wajah.
Bagaimana cara mengatasi tortikolis?
Prinsip pengobatan tortikolis, baik tortikolis kongenital atau tortikolis yang didapat sebenarnya
hampir sama. Langkah pertama adalah memastikan apakah tortikolis tersebut memerlukan
intervensi segera atau tidak.
Pada tortikolis kongenital kadang terjadi penyembuhan dengan sendirinya, dan bila dirasakan
perlu dapat dilakukan fisioterapi dan latihan untuk otot sternokleidomastoid tersebut.
Penggunaan collar neck (penahan leher) pada tortikolis kongenital kadang diperlukan untuk
membantu proses pemulihan. Pada tortikolis yang didapat, langkah awalnya adalah menangani
penyebabnya. Pemberian obat-obat seperti pelentur otot dan penahan rasa sakit atau anti radang
dapat membantu proses penyembuhan tortikolis.
Kesimpulan
Tortikolis adalah istilah medis untuk menggambarkan keadaan leher yang terputar atau terpuntir.
Tanda utama tortikolis adalah anak cenderung hanya menoleh ke satu sisi saja.
Ada 2 jenis tortikolis yaitu tortikolis bawaan sejak lahir (kongenital) dan tortikolis yang didapat
setelah lahir.
Penanganan tortikolis disesuaikan dengan jenisnya. Penggunaan collar neck dan obat-obatan
harus atas petunjuk dokter.
http://novia-ekaputri.blogspot.com/2010/09/tortikolis.html
TORTICOLIS
Kata Tortikolis berasal dari bahasa Latin , torta ( twisted = terputar ) dan collum ( leher ).
Tortikolis menggambarkan posisi abnormal leher. Gangguan tortikolis yang paling sering
ditemukan adalah Congenital Muscular Torticolis yaitu kondisi keterbatasan gerakan leher
kongenital atau bawaan sejak lahir, dimana anak akan menahan atau memposisikan kepala pada
satu sisi dengan dagu mengarah pada sisi yang berlawanan.
Apakah penyebab Tortikolis ?:
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Ada berbagai faktor yang dianggap sebagai
penyebab diantaranya trauma lahir, malposisi in-utero, infeksi, iskemia jaringan, abnormalitas
vertebra seperti rotary subluxation of the atlanto-axial joints atau hemivertebra, problem
imbalance of extraocular muscles ( Ocular Torticollis ) serta ketidakseimbangan neurologis
( Benign Paroxysmal Torticollis ). Davids, Wenger dan Mubarak ( 1993 ) melalui penilaian
anatomis, pemeriksaan klinis dan MRI menyatakan bahwa tortikolis merupakan gejala sisa
dari uterine or perinatal compartment syndrome.
Otot sternocleidomastoid memendek karena berubah menjadi jaringan ikat akibat gangguan
vaskularisasi atau karena posisi kepala saat intrauterin Ho BCS, Lee EH, Singh K (1999)
yang meneliti 91 pasien tortikolis menemukan trauma lahir yang menyebabkan tortikolis
adalah persalinan letak vertex dan sisi lesi tergantung letak bahu pada saat persalinan.
Trauma saat persalinan dapat menyebabkan perdarahan pada otot leher terutama otot
sternocleidomastoid.. Weiner DS ( 1976 ) melaporkan 0.6% - 20% dari tortikolis mengalami
juga hip dysplasia.
Apakah gejalanya ?:
Pada bayi baru lahir, massa yang firm, non-tender didapatkan pada bagian tengah otot
sternocleidomastoid. Kondisi ini tidak menyebabkan sakit tapi orangtua akan cemas karena
leher terangkat dan terpaku pada satu sisi atau arah.
Kadangkala didapatkan massa lain yang dapat dilihat atau dirasakan pada otot ini yang
merupakan hematoma yang sedang dalam proses membentuk jaringan ikat. Massa ini dapat
sembuh total pada usia 3 bulan.
Jika tidak terkoreksi sebelum usia 1 tahun massa ini dapat berganti menjadi jaringan ikat
sehingga otot semakin memendek , keterbatasan gerakan leher permanen. Kondisi ini
mengakibatkan posisi kepala selalu miring ke satu sisi, dan jika dibiarkan anak bertumbuh
dengan kondisi ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang tengkorak dan wajah,
kepala dan wajah menjadi asimetris, datar pada sisi otot yang memendek dan mengakibatkan
kelainan yang disebut plagiocephaly, kepala dan wajah menjadi miring pada satu sisi.
Datar pada satu sisi dan menonjol pada sisi lainnya. Artinya bila lebih dari usia 1 tahun hal ini
tidak terkoreksi maka wajah yang tidak asimetris akan menetap.
Sisi kanan terlibat pada 75% kasus artinya anak menahan posisi kepala terangkat ke kanan,
sedangkan wajah dan dagu berotasi ke kiri ( MacDonald D, 1969).
Bagaimana mengobati Tortikolis ?:
Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan radiologis untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
masalah pada daerah leher dan panggul, dokter akan dapat menentukan penyebab dari tortikolis.
Pada awalnya terapi utama yang dilakukan adalah latihan peregangan secara halus dan lembut
pada otot yang mengalami pemendekan 15-20 kali, 4-6 kali per-hari.
Pada tortikolis kanan, kepala terangkat ke kanan, wajah terputar ke kiri. Peregangan dilakukan
dengan mengangkat wajah ke kiri ( telinga kiri mendekati bahu dan putar wajah ke kanan dagu
ke arah bahu kanan ).
Pada tortikolis kiri, kepala terangkat ke kiri dan wajah terputar ke kanan. Stretching dilakukan
dengan dengan mengangkat kepala ke kanan ( telinga kanan mendekati bahu dan putar wajah ke
kiri dagu ke arah bahu kiri ).
Dibutuhkan bantuan orang lain untuk stabilisasi bahu saat melakukan peregangan. Latihan harus
konsisten dan dilakukan sampai usia 1 tahun
http://ppnitapinrantau.blogspot.com/2012/03/torticolis.html
LATAR BELAKANG
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas,
dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
Mobilisasi dan imobilisasi berada pada rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial
diantaranya. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada diantara
rentang mobilisasiimobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi
mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Perry dan Potter, 1994).
Dalam makalah ini akan dibahas tentang gaya berjalan, dan kelainan postur tubuh
sebagaimana hal ini dipengaruhi oleh kedua faktor yang telah disebutkan diatas yaitu
mobilisasi dan imobilisasi
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
1.3 TUJUAN
Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang macam-macam kelainan postur tubuh
serta masalah yang berhubungan dengan imobilisasi sehingga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana akan melakukan pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
GAYA BERJALAN
Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya
ketika berjalan (Fish & Nielsen, 1993). Siklus gaya berjalan dimulai dari tumit
mengangkat satu tungkai dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama.
Interval ini sama dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuik
kenyamanan berjalan (Lehmann et al, 1992).
Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat
kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa
bantuan. Mekanika gaya berjalan manusia mengikuti kesesuaian sistem skeletal, saraf, dan
otot dari tubuh manusia (Fish & Nielsen, 1993).
2.2
Ketidak
normalan
Tortikolis
Deskripsi
Penyebab
Penatalaksanaan
Mencondongkan
Kondisi
kongenital atau
didapat
sterno
keparahan
kleidomastoideus
Lordosis
Kifosis
berkontraksi
Kurva anterior
Kondisi
pada spinalis
kongenital.
(berdasarkan penyebab)
lumbal yang
Kondisi temporer
melengkung
(mis. Kehamilan)
berlebihan
Peningkatan
Kondisi
kelengkungan
kongenital.
Penyakit tulang/
torakal
Kifolordosis
Ricket
Tuberkulosis
penggabungan spinal
spinal
Kombinasi dari
Kondisi
tingkat keparahan)
Sama dengan metode yang
dan lordosis
kongenital
Skoliosis
Karvatura spinal
Kondisi
penyebab)
Immobilisasi dan operasi
lateral, tinggi
kongenital
Poliomielitis
tingkat keparahan)
tidak sama
Paralisis spatik
Panjang kaki
Tidak normalnya
tidak sama
Kondisi
kurva spinal
kongenital
anteroposterior
Poliomielitis
tingkat keparahan)
Displasia
dan lateral
Ketidakstabilan
Kor Pulmonal
Kondisi
Mempertahankan abduksi
pinggul
pinggul dengan
kongenital
kongenital
keterbatasan
(biasanya dengan
abduksi pinggul,
kelahiran
dan kadang-
sungsang)
asetabulum
Kifoskoliosis
kadang kontraktur
adduksi (kaput
pembedahan
femur tidak
tersambung
dengan assebulum
karena abnormal
kedangkalan
Knock-knee
asetabulum)
Kurva kaki yang
Kondisi
(genu-
masuk ke dalam
kongenital
valgum)
Bowlegs
sehingga lutut
Penyakit tulang/
rapat jika
Ricket
seseorang berjalan
Satu atau dua kaki
Kondisi
kongenital
Penyakit tulang/
pertumbuhan
Ricket
Clubfoot
pertumbuhan
meningkatkan vitamin D,
95%: deviasi
Kondisi
medial dan
kongenital
plantar-fleksi kaki
(equinovarus)
deformitas)
Pigeon-toes
2.3
(calcaneovalgus)
Plantarfleksi,
Kondisi
ketidakmampuan
kongenital
dikoreksi)
menekuk kaki
Trauma
karena kerusakan
Posisi
saraf patoreal
Rotasi dalam kaki
Immobilisasi
Kondisi
Pertumbuhan, menggunakan
kongenital
sepatu terbalik
bayi
Kebiasaan
IMMOBILISASI
Gangguan mobilisasi fisik (immobilisasi) disefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995).perubahan
dalam tingkat mobilisasi fisik daqpat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam
bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (mis.
Gips atau traksi rangka), pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik.
2.4
PENGARUH FISIOLOGIS
Pengaruh fisiologis meliputi:
1.
Perubahan Metabolik
Etiologi. Immobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain laju
metabolik; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan kalsium;
dan gangguan pencernaan. Keberadaan proses infeksius pada klien immobilisasi
mengalami peningkatan BMR diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka.
Demam dan penyembuhan luka meningkatkan kebutuhan oksigen selular (McCance
dan Huether, 1994).
Intervensi. Ketika mengkaji fungsi metabolik, perawat menggunakan pengukuran
antropometrik untuk mengevaluasi atrofi otot, menggunakan pancatatan asupan dan
haluaran serta data laboratorium untuk mengevaluasi status cairan, elektrolit maupun
kadar serum protein, mengkaji penyembuhan luka untuk mengevaluasi perubahan
transport nutrien, mengkaji asupan makanan dan pola eliminasi klien untuk
menentukan fungsi gastrointestinal.
2.
Hipotensi ortostatik
Adalah penurunan tekanan darah sistolik 25 mmHg dan diastolik 10 mmHg ketika
klien bangun dari posisi berbaring atau duduk ke posisi berdiri. Pada klien
imobilisasi, terjadi penurunan sirkulasi volume cairan, pengumpulan darah pada
ekstremitas bawah, dan penurunan respon otonom. Faktor-faktor tersebut
mengakibatkan penurunan aliran listrik vena, diikuti oleh penurunan curah
jantung yangterlihat pada penurunan tekanan darah (McCance and Huether,
1994).
Trombus
Adalah akumulasi trombosit, fibrin, faktor-faktor pembekuan darah, dan elemen
sel-sel darah yang menempel pada dinding bagian anterior vena atau arteri,
kadang-kadang menutup lumen pembuluh darah. Ada tiga faktor yang
menyebabkan pembentukan trombus:
-
Kelainan aliran darah (mis. Aliran darah vena yang lambat akibat tirah
baring dan imobilisasi)
Pengaruh otot
Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan massa tubuh, yang
membentuk sebagian otot. Massa otot menurun akibat metabolisme dan otot tidak
dilatih, maka akan terjadi penurunan massa yang berkelanjutan. Contohnya akan
terjadi atrofi, merupakan suatu keadaan yang dipandang secara luas sebagai
Pengaruh skelet
Imobilisasi menyababkan dua perubahan terhadap skelet; gangguan
metabolisme kalsiumdan kelainan sendi. Imobilisasi berakibat pada resorpsi
tulang, sehingga jaringan tulang menjadi kurang padat, dan terjadi osteoporosis
(Holm, 1998).
Kelainan sendi adalah kondisi abnormal dan biasa permanen yang ditandai
oleh sendi fleksi dan terfiksasi. Hal ini disebabkan tidak digunakannya, atrofi, dan
pemendekan serat otot. Satu macam kontraktur umum dan lemah yang terjadi
adalah foot droop.
B.
PENGARUH PSIKOSOSIAL
KESIMPULAN
Gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya ketika
berjalan. Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat
kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa
bantuan. Masalah yang berhubungan dengan immobilisasi dapat berpengaruh terhadap
sistem tubuh yang berupa pengaruh fisiologis dan psikososial.
Perawat mengkaji klien dari bahaya imobilisasi dengan melakukan pemeriksaan
fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki. Selain itu, pengkajian keperawatan harus
berfokus pada area fisiologis, sama seperti aspek psikososial dan perkembangan klien.
3.2
SARAN
Dalam mengkaji tentang masalah yang berhubungan dengan imobilisasi seorang
perawat harus hati-hati dan teliti dimaksudkan untuk menjaga supaya tidak terjadi cedera
baru kepada klien. Oleh karena itu, seorang perawat harus benar-benar menguasai dan
memahami tentang seluk beluk masalah-masalah yang berhubungan dengan mobilisasi.
http://nursing-academy.blogspot.com/2011/09/gaya-berjalan-kelainan-postur-dan.html
Torticollis spasmodic merupakan kekakuan pada otot-otot leher yang disebabkan
karena kontraksi terus menerus dalam jangka waktu tertentu, bisa juga karena adanya gerakan
involunter dari kepala. Tortikolis terjadi pada 1 dari 10.000 orang dan sekitar 1,5 kali lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria.Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur tetapi
paling sering ditemukan pada usia antara 30-60 tahun. Penyakit ini juga bisa diderita oleh bayi
sejak leher dengan mekanisme yang belum diketahui secara jelas, namun diduga karena posisi
kepala saat berada di dalam kandungan ataupun saat proses persalinan.
Pada masa lalu terjadinya tortikolis adalah kegagalan pada otot leher dimana
timbul hysteria yang berlebihan. Dimana gejalanya sama dengan kelainan yang disebabkan
secara organik. Ketika tortikolis diketahui berhubungan dengan efek voluter bentuk dari gejala
yang ada adalah hysteria, dimana bentuk awal dari gejala ini adalah tic. Bentuk hysteria berasal
dari gejala yang merupakan respon dari pengobatan dari terjadinya kelainan emosional yang
utama.