Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PTK FISIKA

UPAYA PENINGKATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA HUKUM NEWTON KELAS
X SMAN 98 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011.2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pembelajaran Fisika , saat ini masih mengalami banyak
kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang notabene kurang
berminat dalam belajar fisika, guru yang kurang professional maupun perangkat
pembelajaran yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan
turunnya hasil belajar fisika.
Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya
menggunakan alat bantu mengajar atau alat peraga. Bahwa dalam prinsip
mengajar yaitu sebagai guru, diharapkan mampu memperhatikan perbedaan
individual siswa, menggunakan variasi metode mengajar; menggunakan alat bantu
mengajar; melibatkan siswa secara aktif; menumbuhkan minat belajar siswa, dan
menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif.
Melihat dari kenyataan yang ada, maka mata pelajaran FISIKA seharusnya
merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu, disenangi, menantang dan
bermakna bagi peserta didik ,Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki
kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu
menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep
FISIKA , dikarenakan media pembelajaran yang cukup memadai seperti LCD
Proyektor, Laboratorium , dimana mereka dapat dengan mudah mempraktekkan ,
dan menambah wawasan materi - materi yang diberikan oleh guru.

Namun,kenyataan dilapangan tidaklah demikian. Hal ini dapat dilihat dari hasil
evaluasi siswa yang telah dilaksanakan, selalu rendah.
Berdasarkan data dari SMAN 98 Jakarta diperoleh gambaran bahwa ,
walaupun media pembelajaran cukup memadai, namun ternyata masih kurang
meningkatkan hasil evaluasi FISIKA yang baik, terutama siswa kelas X yang
masih dalam proses pemilihan jurusan, sehingga peran guru dalam menerapkan
berbagai model pembelajaran sangat diharapkan dapat memberi angin segar bagi
peningkatan kualitas dan kuantitas siswa untuk masuk jurusan IPA.
Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran FISIKA mempunyai nilai yang
strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul,
handal, dan bermoral semenjak dini,. Hal yang menjadi hambatan selama ini
dalam pembelajaran FISIKA adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran
FISIKA

dengan

metode

pembelajaran

yang menarik,

menantang,

dan

menyenangkan.
Supaya pembelajaran FISIKA menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai
macam cara. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif dengan tipe Jigsaw. Namun seberapa jauh keefektifitasannya model
pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar siswa, akan dilakukan
penelitian yang salah satunya dengan menggunakan penelitian tindakan kelas
(PTK).
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah :
a. Bagaimana perkembangan hasil belajar FISIKA siswa kelas X dengan
menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum
newton?
b. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan
model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw?
c. Bagaimana tanggapan siswa tentang model pembelajaran FISIKA dengan
metode pembelajaran kooperartif tipe Jigsaw?

C. Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton untuk meningkatkan haisl
belajar Fisika di kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 98
Jakarta.
D. Pemecahkan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe
JIGSAW. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar siswa kelas X
semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta dalam pelajaran FISIKA
meningkat.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :\
1. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran FISIKA
2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, siswa mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X
semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain :
1.

Proses belajar mengajar FISikA tidak lagi bersifat konvensional.


Strategi pembelajaran yang lebih tepat, bersifat variatif, sehingga membuat
anak didik nyaman saat pembelajaran berlangsung.

2.

Bagi siswa. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas


mandiri maupun kelompok.

3.

Menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan,


dan saran meningkat.

4.

Meningkatnya kualitas pembelajaran FISiKA.

5.

Meningkatnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. KAJIAN TEORI
A.1.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar enggan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Dalam pembelajan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai
jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
a) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut : (Lungdren, 1994).
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau
berenang bersama.
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta
didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.

4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut
menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran TIK. Pembelajaran
kooperatif bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu
sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa,
dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri
dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda
latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau
tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
b) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota
memiki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap
angota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
intersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan(Carin, 1993).

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif


sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a. Penghargaan kelompok
Pembelajaran

kooperatif

menggunakan

tujuan-tujuan

kelompok

untuk

memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika


kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu,
dan saling peduli.
b. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas
anggota

kelompok

yang

saling

membantu

dalam

belajar.

Adanya

pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk


menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang
berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
c) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional
yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan

situasi

di

mana

keberhasilan

individu

ditentukan

atau

dipengaruhioleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.
(2000), yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping mengubah norma yangberhubungan dengan hasil
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yangbekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b.

Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas


dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaankooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c.

Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan


kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
d.

Keterampilan Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,


tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-

keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan


kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.
Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas
anggota kelompok selama kegiatan.
d) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif
a. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat
beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran
kooperatif (Arends, 2001). Tapi disini yang akan diuraikan hanya mengenai
pembelajaran tipe Jigsaw.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Untuk melihat dengan
jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang
lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya (Arends,1997).
Model

pembelajaran

kooperatif

tipe

Jigsaw

merupakan

model

pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 46 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
(Arends,1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan

demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali
pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada
teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling
memberi

tahu)

terhadap

teman

sekelompoknya.

Selanjutnya

di

akhir

pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang
telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw, disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas,
(2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun

rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional


sebagai berikut (Slavin, 1995):
a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut
untuk mendapatkan informasi.
b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu
untuk mendiskusikan topik tersebut.
c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan
topik pada kelompoknya.
d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan
individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan
pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis
sebelumnya dengan skor terakhir. Arends (1997) memberikan petunjuk
perhitungan skor kelompok sebagaimana terlihat
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Tahap 1:

Pembentukan kelompok asal (home group)


Siswa dikelompokan ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah
anggota masing-masing kelompok 4-6 orang. Penyusunan kelompok
memperhatikan keheterogenan siswa (kecerdasan, keaktifan, dan
gender). Setiap siswa diberikan permasalahan (soal) yang berbeda.
Dalam kelompok asal ini, siswa menyimak bahan ajar, membaca soal
dengan bimbingan guru.

Tahap 2:

Pembentukan kelompok ahli (expert group)


Setiap siswa yang memiliki tugas berbeda meninggalkan kelompok
asal untuk bergabung ke dalam ahli yang terdiri dari siswa yang
memiliki soal yang sama. Di dalam kelompok ahli ini, siswa
membahas dan menyelesaikan soal bersama.

Tahap 3:

Kembali ke kelompok asal

10

Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk


menginformasikan hasil penyelesaian soal yang dibahas di kelompok
ahli serta untuk mendengarkan penjelasan teman-temannya sesuai
dengan kekhususan tugas masing-masing .
Tahap 4:

Evaluasi
Siswa mengerjakan beberapa soal yang mewakili keseluruhan materi
yang diajarkan.

Tahap 5:

Penghargaan kelompok
Dalam hal ini, penghargaan kelompok diambil dari nilai-nilai anggota
kelompok, kemudian siswa-siswi pada kelompok yang memperoleh
nilai tertinggi mendapatkan penghargaan yang diumumkan di depan
kelas.

Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe


Jigsaw ialah:
1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
a. Siswa menjadi lebih aktif
b. Setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda sehingga tidak
mudah untuk mencari jawaban ke kelompok lain
c. Tugas guru menjadi lebih ringan
d. Diskusi menjadi lebih aktif
e. Siswa yang nilainya tinggi diberikan penghargaan yang dapat
memberikan semangat belajar siswa.
2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw;
a. Siswa cenderung ribut, sebab peran guru sangat sedikit.
b. Biasanya siswa merasa minder, sebab tak termasuk group ahli.
c. Membutuhkan waktu yang lama
d. Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil
temuannya kepada temannya.

11

Peran guru dalam pembelajaran ini ialah sebagai fasilitator, motivator,


pembimbing dan evaluator, sebagai fasilitator dan motivator, guru menyediakan
fasilitas/sumber belajar dan kondisi belajar yang dapat memotivasi, membantu,
serta membimbing siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Guru
hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka dalam
mengungkapkan gagasan-gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.
Selain itu guru mengevaluasi apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru
membantu siswa dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan yang diambilnya
dengan mengembangkan pertanyaan kritis.
Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan baik, pendekatan kepada
murid mutlak diperlukan, sehingga kecanggungan untuk berinteraksi diganti oleh
antusiasme terhadap belajar

A.2. Hakekat Belajar


Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih
Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar
itu ?
Moh. Surya (1997) : belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

A.3. Hakekat Hasil Belajar


Hasil belajar yang merupakan alat ukur keberhasilan proses belajar
memiliki peraran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Moh.
User Usman dan Lilis Setiawaty : hasil belajar memiliki pengertian perubahan

12

tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu, serta
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya.
Hasil belajar adalah pengukuran secara keseluruhan kegiatan yang
dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Hasil belajar pada hakekatnya menuju pada prestasi belajar , yaitu untuk
mengukur penguasaan materi penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang
mempertimbangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan nilai

A.4. Hakekat Fisika


Mengapa kita belajar fisika ?,Ada dua alasan, pertama adalah fisika
merupakan ilmu yang paling dasar ,dari ilmu pengethuan lainnya. Ilmuwan dari
berbagai disiplin ilmu memanfaatkan ide ide dari fisika dan fisika juga
merupakan dasar dari ilmu rekayasa dan teknologi. Fisika adalah ilmu
eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena alam dan berusaha menemukan
pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena fenomena ini. Pola ini disebut
teori fisika atau ketika mereka sudah benar benar terbukti dan digunakan luas,
disebut hokum atau prinsip fisika.Perkembangan teori fisika memerlukan
kreatifitas dalam setiap tahap tahapnya.Fisikawan harus bekrtja untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat, merancang untuk mencoba menjawab
pertanyaan yang tepat, merancang percobaan untuk menjawab pertanyaan
pertanyaan itu, dan menarik kesimpulan yang tepat dari hasilnya.
Fisika bukanlah sekedar kumpulan fakta atau prinsip. Fisika adalah proses
yang membawa kita padaprinsip prinsip umum yang mendeskripsikan
bagaimana perilaku dunia fisik.Bagian terpenting dari hubungan antara teori dan
percobaan adalah mempelajari bagaimana cara mengaplikasikan prinsip prinsip
fisika pada berbagai persoalan praktis

A.5. Hukum Newton

13

Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah
dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan
dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan
kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.
Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap
diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami
percepatan).
2. Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan
sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah
gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik
terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja
pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda
tersebut terhadap waktu.
3. Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang
sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang
memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya
sebesar F kepada benda A. F dan F memiliki besar yang sama namun
arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi,
dengan F disebut sebagai aksi dan F adalah reaksinya.
Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam
karyanya Philosophi Naturalis Principia Mathematica, pertama kali
diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk
menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun
sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan
bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum gravitasi
umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler.

14

Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel dalam
evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang
dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan
bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam
analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel
untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang.
Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk menghitung
gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat). Leonard Euler
pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak Newton untuk benda
padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam perkembangannya juga dapat
digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap benda dapat direpresentasikan
sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda, dan tiap-tiap partikel
mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler dapat diturunkan dari
hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap sebagai aksioma dalam
menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi

B. HIPOTESIS TINDAKAN
Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X di
SMAN 98 Jakarta

15

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMAN
98 Jakarta, yang beralamat di Jl. Jaha Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur untuk
mata pelajaran Fisika. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X tahun
pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 19
siswa laki laki 21 siswa perempuan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama satu
bulan yakni pada bulan November 2011 .
3.Siklus Penelitian
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
B. Subyek Penelitian

16

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah
siswa kelas X yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21
orang dan laki laki 19 orang
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas

D. Prosedur Penelitian
Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi, sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Peneliti

melakukan

analisis

kurikulum

untuk

mengetahui

kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan


menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw.
b. Membuat rencana pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw
c.

Membuat lembar kerja siswa

d. Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK


e. Menyusun alat evaluasi.
2. Pelaksanaan
a. Membagi siswa dalam 10 kelompok dengan jumlah 4 siswa
perkelompok.
b. Menyajikan materi pembelajaran
c. Diberi materi diskusi
d. Dalam diskusi kelompok guru mengarahkan kelompok
e. Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan
3. Pengamatan

17

Tim peneliti (guru dan kolabor) melakukan pengamatan terhadap


aktivitas pembelajaran koopretif Tipe Jigsaw.
4. Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi atau perenungan

terhadap

pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana untuk siklus kedua

Siklus 2
Pada siklus kedua, peneliti mencoba melakukan observasi, untuk
menerapkan hal yang sama. Peneliti mengarahkan siswa ahli untuk
lebih menguasai konsep fisika dan menerangkan ke kelompoknya
dengan cara yang lebih mudah.
Guru kembali mengamati aktivitas siswa, untuk merencanakan langkah
selanjutnya.

Siklus 3
Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran koopertif
Tipe Jigsaw dengan tahapan yang sama seperti pada pada siklus
pertama dan kedua
E. Rincian Pembiayaan
No

Jenis Penggunaan

Jumlah ( Rp)

ATK

Rp. 500.000,-

Transportasi

Rp. 145.000,-

Foto Copy

Rp. 465.000,-

Pengumpulan data

Rp. 200,000,-

Analisis data

Rp. 100.000,-

Penyusunan draf awal

Rp. 50.000,-

Keterangan

5hari x 4minggu

18

Perbaikan laporan

Rp. 115.000,-

Penggandaan laporan

Rp. 625.000,-

F. Jadual Penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Tabel
3.1. berikut ini :
Waktu (Minggu Ke)
NO

Rencana Kegiatan
1

Persiapan
Menyusun konsep
pelaksanaan

Menyusun instrument

Menyusun LKS

Menyusun strategi
penelitian
2

Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan
alat
Melakukan tindakan
Siklus I
Melakukan tindakan
siklus II

19

Penyusunan laporan
Menyusun konsep

laporan
mendiskusikan hasil

penelitian
Perbaikan laporan

Penggandaan

dan pengiriman hasil

DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I.1997. Classroom instructional and management. New York :
McGraw-Hill
Carin, A.1993. Teaching Modern Science. New York : Macmillan Publishing
Company.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung : Erlangga.
Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Ibrahim, H. Muslimin, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University
Press.
Lie, Anita 2002. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative learning
di ruang-ruang kelas. Jakarta : PT. Grasindo.
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe :
MacMillan/McGraw-Hill.
Mawani Sri, Rahmiati. (2011). Modul FISIKA. Jakarta: PLPG Rayon 137 Universitas
Muhammadiyah Prof.DR.Hamka

Muhammad, N. (1996). Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya:


IKIP. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Permadi.
Ruseeffendi, E.T. (1988). Pengajaran Modern untuk Orang tua Murid, Guru,
dan SPG. Edisi Kelima. Bandung : Tarsito.
Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology : Theory and practice. Sixth
Edition. Boston : Allyn and Bacon.

20

Thompson, M., McLaughlin,C.W.,& Smith,R.G. (1995). Merril Physical Science


Teacher. Wraparound Edition, New York: Glencoe McGraw-Hill

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ambar Lestari,dilahirkan di Jakarta, 28 Maret 1974 . Menamatkan


pendidikannya di jenjang S1 IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Fisika tahun
1998.Dikaruniai dua orang putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat
ini tinggal bersama suami di Jalan Mahakam VII no. 136 Depok Timur.Aktifitas :
selain menjadi ibu rumah tangga juga menjadi staff pengajar Fisika di SMA
Negeri 98 Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai