aritmia atrial lainnya dapat juga terlihat seperti fibrilasi atrial. Hipertrofi ventrikel kiri, T inversi,
gelombang Q, dan perubahan segmen ST-T non spesifik juga dapat terlihat pada rekaman EKG.
Pada foto toraks pasien biasanya terdapat pembesaran jantung dan kongesti pulmonal. 8,11,12
Evaluasi laboratorium biasanya menunjukkan sedikit atau tidak ada peningkatan pada kreatinin
kinase, atau troponin jantung.7
Gambar 1. EKG pasien dengan kardiomiopati peripartum (a) pada ruang pemulihan,
menunjukkan sinus takikardi, dan (b) ketika pasien mengeluh sesak pada
dada, menunjukkan sinus takikardi dengan perubahan ST nonspesifik
Sekarang, ekokardiografi adalah standar non invasif untuk mengukur fungsi jantung,
mengukur fungsi ventrikel kiri dan memberikan informasi dalam menyokong diagnosis untuk
menentukan disfungsi ventrikel kiri, oleh karena itu, ekokarkardiografi merupakan instrumen yang
penting dalam mendiagnosis kardiomiopati peripartum dan memprediksi prognosisnya. 6
Ekokardiografi sangat penting untuk meniadakan penyebab lain dari gagal jantung seperti penyakit
katup mitral, miksoma atrium kiri, dan penyakit perikardium. Ekokardiogram biasanya
menunjukkan dilatasi ventrikel kiri, dengan gangguan penanda dari penampilan seluruh sistolik.
Kriteria ekokardiografi yang memenuhi dalam mendiagnosis kardiomiopati peripartum yaitu fraksi
ejeksi ventrikel kiri < 45%, fractional shortening < 30% pada skan ekokardiografi M-mode, atau
terdapat 2 kriteria tersebut, dan dimensi akhir diastolik ventrikel kiri > 2,7 cm/m 2 dari area
Gambar
3.
Gambar 4. Ekokardiogram pada pasien dengan (a) regurgitasi mitral berat dengan
kardiomiopati akut 3 minggu setelah seksio sesarea, dan (b) gambaran
normal 5 bulan setelah terapi bromokriptin. Fraksi ejeksi pada
ekokardiogram terukur sebesar 17% pada fase akut dan 57% setelah 5
bulan
B. Penanganan
Penanganan kardiomiopati peripartum hampir sama dengan penanganan kardiomiopati
dilatasi non iskemik.
Terapi nonfarmakologi8
b.
Prepartum
1. Amlodipine
2. Hidralazin/nitrat
3. Digoksin
4. Diuretik
5. Beta blocker
Post partum
1. ACE inhibitor atau angiotensin II receptor blocker
2. Digoksin
3. Diuretik
4. Amlodipin
5. Hidralazin/nitrat
6. Beta blocker
digunakan selama kehamilan khususnya pada trimester kedua dan ketiga berhubungan dengan
peningkatan kehilangan janin dan fetopati yang dicirikan dengan hipotensi janin,
oligohidramniosanuria, dan displasia tubular ginjal. 7
Seperti bentuk lain gagal jantung, penyakit ini dapat berperan dalam terjadinya komplikasi
trombosis dan emboli. Pasien dengan adanya emboli sistemik, atau disfungsi ventrikel kiri yang
berat dan terdapat trombus mural, sebaiknya dipertimbangkan pemberian antikoagulan. Warfarin
merupakan kontraindikasi selama kehamilan dan pada wanita yang membutuhkan antikoagulan,
heparin sebaiknya digunakan. Pada saat post partum, pasien dengan emboli atau dengan
ultrasound terdapat pembentukan trombus, terapi warfarin sebaiknya digunakan selama periode 6
bulan.7
Sebagai salah satu bentuk dari kardiomiopati dilatasi, aritmia ventrikel merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan. Obat antiaritmia kelas III merupakan pilihan terbaik untuk aritmia
ventrikel.12
Dalam sitasi lain disebutkan manajemen penanganan kardiomiopati peripartum dilakukan
seperti penanganan gagal jantung akut yaitu sebagai berikut: 5
1.
2.
3.
4.
C. Prognosis
Prognosis jangka lama bergantung pada cepat kembalinya jantung ke ukuran normal. Pada
setengah kasus kardiomiopati peripartum, ukuran jantung menjadi normal dalam 6 bulan dan
pasien kembali membaik tanpa komplikasi. Tetapi jika kardiomiopati kongestif menetap setelah 6
bulan, maka akan menjadi ireversibel dan menandakan kelangsungan hidup yang buruk. Pelebaran
ventrikel kiri dan disfungsi sistolik pada saat diagnosis merupakan indikator prognosis yang
berhubungan dengan pemulihan fungsi ventrikel. Pada studi perbandingan antara yang dapat
bertahan hidup dan tidak mampu bertahan pada kardiomiopati peripartum ditemukan bahwa pada
sampel yang mampu bertahan, ukuran rongga ventrikel kiri lebih kecil dan fraksi ejeksinya lebih
tinggi (58 mm dan 23%) pada waktu diagnosis, sedangkan yang tidak mampu bertahan sebesar 69
mm dan 11%.12
Pasien akan meninggal dalam waktu beberapa tahun. Wanita yang pernah menderita
kardiomiopati peripartal akan mendapatkannya kembali pada kehamilan yang berulang. 12