Anda di halaman 1dari 8

KRITERIA DIAGNOSIS

Tanda dan gejala gagal jantung menurut PERKI (2015) meliputi:


a. Nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau beraktivitas dengan disertai maupun tidak disertai
dengan kelelahan
b. retensi cairan yang ditandai dengan kongesti paru atau edema pada pergelangan kaki, dan
c. adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat, kardiomegali,
suara jantung ke tiga, murmur jantung, abmormalitas pada gambaran EKG, kenaikan
konsentrasi peptide natriuretic
d. takikardia, takipneu, ronki paru, efusi pleura, peningkatan tekanan vena jugularis, edema
perifer, dan hepatomegaly.

Gambar x: tanda dan gejala gagal jantung


Sumber: Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung PERKI, 2015
Teknik diagnostik merujuk pada kriteria PERKI (2015)

Gambar x : Algoritma diagnostik gagal jantung


Sumber: Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung PERKI, 2015

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan, diantaranya


a. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG dilakukan kepada semua pasien yang diduga gagal jantung.
Abnormalitas EKG memiliki nilai prediktif kecil untuk mendiagnosis gagal jantung.
Gambar x : abnormalitas EKG yang umum ditemukan pada gagal jantung
Sumber: Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung PERKI, 2015

b. foto toraks
pemeriksaan ini guna mendeteksi adanya cardiomegaly, kongesti paru, efusi pleura, serta
infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat sesak nafas. Meskipun kardiomegali
dapat tidak ditemukan pada gagal jantung baik akut maupun kronik. abnormalitas foto
toraks pada gagal jantung dijelaskan dalam
Gambar x : abnormalitas fototoraks yang umum ditemukan pada gagal jantung
Sumber: Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung PERKI, 2015

c. pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien yang diduga gagal jantung meliputi
1. darah perifer lengkap (hemoglobin, leukosit, trombosit)
2. elektrolit
3. kreatinin
4. laju filtrasi glomerulus
5. glukosa
6. tes fungsi hati, dan
7. urinalisis
abnormalitas pada pemeriksaan laboratorium pada gagal jantung diantaranya
Gambar x : abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang sering dijumpai pada gagal jantung
Sumber: Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung PERKI, 2015
d. pemeriksaan peptide natriuretic

pemeriksaan digunakan untuk diagnosis, membut keputusan merawat atau memulangkan


pasien, dan mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami dekompensasi. Konsentrasi
peptida natriuretik yang normalsebelum pasien diobati mempunyai nilai prediktif negatif
yang tinggi dan membuat kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab gejalagejala yang
dikeluhkan pasien menjadi sangat kecil Kadar peptida natriuretik yang tetap tinggi
walaupun terapi optimal mengindikasikan prognosis buruk.Kadar peptidanatriuretik
meningkat sebagai respon peningkatan tekanan dinding ventrikel. Peptida natriuretic
mempunyai waktu paruh yang panjang, penurunan tiba-tiba tekanan dinding ventrikel tidak
langsung menurunkan kadar peptida natriuretik.
e. Pemeriksaan troponin I atau T
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal jantung jika gambaran klinisnya
disertai dugaan sindroma koroner akut. Peningkatan ringan kadar troponin kardiak sering
pada gagal jantung berat atau selama episode dekompensasi gagal jantung pada penderita
tanpa iskemia miokard.
f. Ekokardiografi
ekokardiograf digunakan untuk semua teknik pencitraan ultrasound jantung termasuk
pulsed and continuous wave Doppler, colour Doppler dan tissue Doppler imaging (TDI).
Konfirmasi diagnosis gagal jantung dan/atau disfungsi jantung dengan pemeriksaan
ekokardiografi adalah keharusan dan dilakukan secepatnya pada pasien dengan dugaan
gagal jantung. Pengukuran fungsi ventrikel untuk membedakan antara pasien disfungsi
sistolik dengan pasien dengan fungsi sistolik normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri
(normal > 45 - 50%). diagnosis gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal harus memenuhi
tiga kriteria:
1. Terdapat tanda dan/atau gejala gagal jantung
2. Fungsi sistolik ventrikel kiri normal atau hanya sedikit terganggu (fraksi ejeksi
> 45-50%)
3. Terdapat bukti disfungsi diastolik (relaksasi ventrikel kiri abnormal / kekakuan
diastolik)
g. Ekokardiografi transesofagus

Pemeriksaan ini direkomendasikan pada pasien dengan ekokardiografi transtorakal tidak


adekuat misalnya karena obesitas atau pasien dengan ventilator, pasien dengan kelainan
katup, pasien endokardits, penyakit jantung bawaan atau untuk mengeksklusi trombus di
left atrial appendagepada pasien fibrilasi atrial
h. Ekokardiografi beban
Ekokardiografi beban (dobutamin atau latihan) digunakan untuk mendeteksi disfungsi
ventrikel yang disebabkan oleh iskemia dan menilai viabilitas miokard pada keadaan
hipokinesis atau akinesis berat

Gambar x : abnormalitas ekokardiografi yang sering dijumpai pada gagal jantung


Sumber: Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung PERKI, 2015
Kriteria diagnosis gagal jantung juga dapat ditegakkan jika terdapat minimal 1
kriteria mayor dan 2 kriteria minor dari kriteria Framingham yang terdiri atas

Kriteria mayor Kriteria minor Kriteria mayor atau minor


Paroksismal nocturnal Edema ekstremitas Penurunan berat badan
dyspnea ≥4,5 kg dalam 5 hari
pengobatan
Distensi vena leher Batuk malam hari
Ronkhi paru Dyspneu d’effort
Kardiomegali Hepatomegali
Edema paru akut Efusi pleura
Gallop S3 Penurunan kapasitas vital
dari 1/3 normal
Peninggian tekanan vena Takikardia (>120x/menit)
jugularis
Refluks hepatojugular
Tabel x: Kriteria Framingham
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penakit Dalam, 2009

Dapus :
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Buku Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi pertama. Jakarta: Centra Communications
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai