• Insiden kardiomiopati peripartum hingga saat ini belum diketahui dengan pasti.
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan insiden kardiomiopati peripartum
adalah sebesar 0,03-0,06% dari total kehamilan. Sembilan puluh persen
kardiomiopati ini terjadi dalam 2 bulan pasca melahirkan. Terdapat sekitar 1
kasus per 1300, 4000 dan sampai 15.000 dari kelahiran hidup di Amerika
Serikat (Rinta,2016).
• Insidens PPCM adalah sebesar 1:2500-4000 (USA), 1:1000 (Afrika Selatan),
1:300 (Haiti), 1:6000 (Jepang). PPCM jarang didapat, namun merupakan
komplikasi serius kehamilan (Setiantiningrum, 2015).
ETIOLOGI
• Multiparitas
• Usia ibu yang tua saat kehamilan
• Hipertensi kronik
• Preeklamsia berat
• Eklampsia
• Obesitas
MANIFESTASI KLINIS
• Anamnesis :
• Ditemukan keluhan pada pasien seperti ortpneu, dispneu,
paroxysmal nocturnal dyspneu, palpitasi dan batuk
• Pemeriksaan Fisik :
• Ditemukan tekanan darah yang tinggi atau normal, peningkatan
tekanan vena jugularis, pembesaran jantung, bunyi gallop S3 dan
S4, ronki basah halus pada paru, hepatomegali, asites, edema
kaki.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang :
• Pemeriksaan laboratorium pada PPCM biasanya tidak menunjukkan
kelainan, kecuali telah terjadi komplikasi hipoksia kronik. Pemeriksaan
dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding, seperti pre-
eklampsia dan noncardiogenic pulmonary edema.
• Gold standard penegakan diagnosis PPCM adalah echocardiography,
yang dapat memeriksa fungsi ventrikel kiri. Pada pemeriksaan
ekokardiografi, dapat ditemukan dilatasi ventrikel.
• Pada pemeriksaan EKG, dapat ditemukan sinus takikardi atau aritmia
atrium, gelombang T terbalik.
• Pada foto toraks, dapat ditemukan kardiomegali, kongesti vena
pulmonal, dan infiltrat pada kedua basal paru.
PENATALAKSANAAN
• Oksigen dapat diberikan lewat face mask atau continuous positive airway pressure
(CPAP) dengan tekanan 5-7,5 cm H2O untuk membantu meringankan cardiac output
dan mendapatkan saturasi oksigen arteri ≥95%.
• Pembatasan garam kurang dari 2 g/ hari dapat mencegah retensi air, sedangkan loop-
diuretic dengan dosis efektif terkecil dapat menurunkan pulmonary congestion. Diuretik
terutama yang digunakan adalah loop diuretic (furosemide) dan golongan thiazide
(hydrochlorothiazide/ HCT).
• Terapi angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-I) adalah terapi lini pertama pada
wanita postpartum, tetapi kontraindikasi pada ibu hamil karena efek teratogeniknya
terutama pada trimester kedua dan ketiga, adanya hubungan peningkatan angka abortus,
fetopati karena hipotensi fetus, oligohidramnion-anuria, dan renal tubular dysplasia.
• Beta-blockers, seperti metoprolol, dapat menurunkan denyut jantung, memperbaiki
fungsi diastolik ventrikel kiri dan melindungi terhadap aritmia. Beta-blockers digunakan
sebagai terapi lini kedua.
• Antikoagulan disarankan untuk pasien PPCM, terutama bagi yang mempunyai ejection
fraction <35% dan mempunyai beberapa faktor risiko, seperti dilatasi ventrikel berat,
fibrilasi atrium, dan adanya trombus mural pada echocardiography atau riwayat adanya
trombus.
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA