Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PAP

(PENDIDIKAN AKADEMIK PENYELAMAN)

Disusun Oleh
MUHAMMAD IQBAL

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

Sejarah Selam

Sejarah Selam
Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau
tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menyelam, sebagai suatu profesi, sudah dikenal lebih dari 5000 tahun lalu.
Penyelam zaman dulu mungkin tidak bisa mencapai kedalaman lebih dari 100
feet. Biasanya kegiatan ini dilakukan untuk mengambil kerang dan mutiara.
Dalam sejarah Yunani, Herodotus menceritakan seorang penyelam bernama
Scyllis yang dipekerjakan Raja Persia Xerxes untuk mengambil harta karun yang
tenggelam pada abad ke 5 SM.
Sejak jaman dulu, penyelam juga dipergunakan untuk militer, seperti
menenggelamkan kapal musuh, memotong jangkar, dan melubangi kapal dari
bawah. Alexander The Great mengirimkan penyelam untuk meruntuhkan
pelabuhan di kota Tyra (Libanon) yang kemudian dikuasai tahun 332 SM.
Para penyelam jaman dulu juga dipergunakan untuk menyelamatkan barang yang
tenggelam. Pada abad pertama SM, khususnya di Mediterania barat, para
penyelam sudah terorganisir dan pembayarannya sudah diatur hukum.
Pembayarannya tergantung kedalaman air yang diselami. Jika kedalamannya 24
feet maka penyelam dibayar barang yang diselamatkan. Kedalaman 12 feet
maka diberikan 1/3, dalam kedalaman 3 feet maka diberikan 1/10.
Pipa udara
Penyelam jaman dulu hanya memikirkan bahwa panjangnya pipa udara adalah
sangat penting dalam penyelaman. Banyak design yang memakai pipa panjang
yang fleksibel dengan bagian atas mengapung. Tentunya hal ini tidak akan bekerja
dengan baik pada kedalaman 3 feet, karena akan menyebabkan penyelam
kekurangan oksigen dan akan tenggelam. Tekanan air juga meningkat sehingga
menekan pipa dan dada.
Hal ini menyebabkan design alat selam yang menggunakan pipa udara tidak
praktis dan sukar dilakukan.

Breathing Bag
Lukisan Asyiria pada abad 9 SM menggambarkan seorang penyelam
menggunakan tanki udara terbuat dari kulit. Namun penafsiran lain menjelaskan
bahwa itu adalah perenang yang menggunakan tanki udara untuk mengapung di
air.

Diving Bell
Sekitar tahun 1500-1800 lonceng selam telah berkembang, sehingga penyelam
dapat menyelam dalam hitungan jam. Lonceng selam adalah peralatan berbentuk
bel dimana dasarnya terbuka di dalam laut.
Lonceng selam pertama sangat besar sehingga penyelam dapat menyelam dalam
beberapa jam. pada perkembangan lanjut, lonceng selam ini terhubungkan dengan
kabel dari permukaan. Lonceng ini tidak dapat bermanuver dengan baik.
Penyelam dapat tetap didalam atau keluar lonceng sebentar sambil menahan
napas.
Lonceng selam pertama dibuat tahun 1513. Pada tahun 1680, petualang bernama
William Philip berhasil mengangkat harta tenggelam sebanyak $200.000 dengan
metode ini.
Pada tahun 1690, seorang ahli astronomi Inggris, Edmund Halley
mengembangkan lonceng selam, dengan menenggelamkan tong dengan pemberat.
Bersama 4 temannya ia dapat bertahan 1 1/2 jam dalam kedalaman 60 feet di
sungai Thomas. 26 tahun kemudian, dengan mengembangkan peralatannya
menjadi lebih baik ia dapat bertahan 4 jam dalam kedalaman 66 feet.

Diving Suit

Pada tahun 1715, seorang Inggris bernama John Lethbridge mengembangkan baju
selam. Pertama kali ia menciptakan sebuah tong dari kayu yang dilapisi kulit, juga
dilengkapi dengan kaca di bagian depan, dan lubang untuk lengan. Dengan
menggunakan peralatan ini penyelam bisa melakukan tugasnya. Peralatan ini
diturunkan dari kapal ke dalam air. Baju selam ini cukup berhasil, karena
kedalaman normal operasinya 60 feet dan selama 34 menit. Tapi kelemahannya
hampir sama dengan lonceng selam, yaitu terbatasnya suplai udara.

Pada tahun 1823 John dan Charles Deane, mempatenkan pakaian pemadam
kebakaran. Dengan pakaian tersebut, pemadam kebakaran dapat masuk ke dalam
bangunan yang terbakar. Pada tahun 1828, pakaian tersebut dipatenkan untuk
selam, dimana terdiri dari pakaian yang dapat menahan dingin, helm, dan hose
yang menghubungkan dengan permukaan. Suplai udara berasal dari permukaan
dan dikeluarkan lewat bagian bawah helm, sehingga jika posisi helm terbalik
maka akan cepat terisi air. Akhirnya oleh Augustus Siebe, helm ini dilengkapi
dengan seal di bagian leher dan katup kuras.
Beberapa penemu bekerja sama untuk membuat pakaian selam yang dilengkapi
dengan senjata. Pakaian ini dapat mengatur tekanan sehingga tekanan udara yang
dihirup sama dengan tekanan udara permukaan. Pakaian selam ini merupakan
pengembangan dari pakaian John Lethbridge.
Penggunaan pakaian ini dipertanyakan, karena bentuknya agak kaku untuk
melakukan tugas. Pada tahun 1930 kedalaman yang dicapai 700 feet, tetapi
dengan pengembangan sekarang sudah mencapai 2000 feet air asin (fsw).

Caissons
Pada saat yang sama dalam pengembangan pakaian selam, para penemu bekerja
keras untuk mengembangkan lonceng selam dengan meningkatkan ukuran dan
menambah kapasitas pompa udara sehingga dapat menjaga tekanan udara dan
mengeluarkan air di dalam lonceng.
Perkembangan pompa udara yang cepat menambah ukuran ruang yang cukup luas
sehingga beberapa pekerja dapat bekerja dibawah air. Hal ini bermanfaat terutama
dalam pembangunan kaki jembatan atau terowongan. Ruangan yang diciptakan
disebut caissons, dalam bahasa Prancis berarti kotak besar.
Caisson didesain sehingga penyelam dapat mudah mencapai permukaan. Dengan
mengggunakan sistem kunci, tekanan di dalam caisson dapat diatur saat penyelam
masuk dan keluar. Pada akhirnya caisson berkembang cepat.
Tapi dengan pemakaian caisson ini banyak pekerja mengalami penyakit
dekompressi, sehingga penyakit dekompresi disebut juga penyakit caisson.
SCUBA (Self Contained Breathing Apparatus)
Peralatan selam yang dikembangkan John Deane, Agustus Siebe memang
memberikan penyelam waktu yang lama dalam air, tetapi mobilitas sangat kurang.
Para penemu mencari metode lain tanpa menurunkan tingkat bahaya. Solusi
terbaik adalah menyediakan suatu alat suplai udara yang dapat dibawa.
Pada awalnya tidak berhasil karena terbatasnya kapasitas pompa udara untuk
menyimpan udara dalam tekanan tinggi. Setelah hal ini dapat diatasi, maka udara
dapat disimpan dalam suatu tempat tabung dalam tekanan tinggi sehingga
menyediakan suplai udara yang cukup lama.

Scuba berkembang dengan cepat sehingga berkembang menjadi 3 macam tipe


dasar:

Open Circuit Scuba (dimana seluruh udara buang langsung dikeluarkan ke


lingkungan sekitarnya). Regulatornya dikembangkan oleh Benoist
Rouquayrol, sedangkan sistemnya dikembangkan oleh Jacques-Yves
Cousteau dan Emile Gagnan.
Closed Circuit Scuba (dimana seluruh udara buang dimasukkan lagi ke
sistem sehingga dapat di daur ulang). Henry A. Fleuss mengembangkan
sistem ini pada tahun 1876 dan 1878, Fleuss kemudian berhasil menguji
peralatannya pada tahun 1879 dalam tanki air hampir selama 1 jam.
Semiclosed Circuit Scuba (kombinasi dari keduanya).

Tipe Penyelaman
Kegiatan menyelam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung antara
lain kepada, kedalaman, tujuan dan jenis peralatan yang digunakan.
Jika kedalaman yang dijadikan tolok ukur, penyelaman dapat dibedakan menjadi:

Penyelaman dangkal.Yaitu penyelaman dengan kedalaman maksimum 10


m
Penyelaman sedang.Yaitu penyelaman dengan kedalaman < 10 m s/d 30 m
Penyelaman dalam.Penyelaman dengan kedalaman > 30 m.

Jika didasarkan kepada tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan itu,
penyelaman bisa dibedakan menjadi :
Penyelaman untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain:

Tactical (Combat) diving yaitu penyelaman untuk tugas-tugas tempur

Submarine Rescue, penyelamatan kapal selam


Search & Rescue (SAR)
Inspection & Repair (inspeksi dan perbaikan)
Ship Salvage

Penyelaman-penyelaman jenis ini pada umumnya dilaksanakan oleh para


penyelam Angkatan Bersenjata.

Penyelaman komersial.Yaitu penyelaman professional antara lain untuk


kepentingan konstruksi dibawah permukaan air, penambangan lepas pantai
(Off shore drilling), salvage, dll.
Penyelaman Ilmiah (Scientific Diving). Penyelaman yang dilakukan untuk
kepentingan ilmiah, antara lain : penelitian biologi, geologi, arkeologi dan
kelautan pada umumnya.
Penyelaman Olah Raga (Sport Diving). Penyelaman yang dilakukan untuk
kepentingan mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan dan
kebugaran jiwa dan raga.

Untuk mengerti lebih jelas tipe-tipe penyelaman, maka disarankan lebih baik
membaca dulu fisika penyelaman, dan aspek medisnya.
Ada lima tipe umum selam sesuai metode, yaitu:
Breatholding atau Free Diving
Disebut juga skin diving atau snorkeling, merupakan penyelaman yang paling
mudah dan paling tua. Tidak menggunakan suplai udara, sehingga waktu
menyelam tergantung lamanya penyelam dapat menahan napas. Umumnya
penyelam menggunakan masker untuk melihat dalam air, fin untuk mengayuh,
dan snorkel untuk bernapas ketika berenang dengan muka menghadap ke bawah
air. Lebih baik lagi menggunakan baju wet suit, selain menghindari hipotermi,
juga dapat menambah daya apung.
Scuba diving
Menggunakan tabung dan regulator tekanan. Penyelam biasanya menggunakan
tabung selam yang berisi 72 atau 90 cubic feet (cuft) dengan tekanan 2200 atau
3300 pound per square inch gauge (PSIG). Seperti snorkeling, penyelam
menggunakan masker, fin, snorkel, pemberat, BC, jam selam, dan depth gauge.
Untuk menghindari hipotermia, penyelam menggunakan wet suit. Jika suhu air <
10 OC, biasanya menggunakan dry suit. Selain peralatan dasar, peralatan
tambahan juga diperlukan untuk keamanan, navigasi, dan komunikasi.
Surface Supplied or Tethered diving
Penyelaman ini memerlukan suplai udara dari permukaan secara terus menerus
biasanya untuk tujuan militer atau komersial.
Saturation diving

Konsep penyelaman ini adalah bahwa dalam 24 jam pada kedalaman tertentu,
jaringan tubuh telah menyeimbangkan tekanan sehingga waktu dan profil
dekompresi tetap sama walaupun penyelam berhari-hari dalam air.
Sebelum melakukan penyelaman, biasanya penyelam akan tinggal di dalam ruang
yang bertekanan sama dengan kedalaman, setelah itu diangkut kedalam kapsul
atau lonceng selam ke kedalaman yang diinginkan.
One Atmosphere diving
Pada penyelaman ini, tekanan udara yang digirup penyelam diatur supaya sama
dengan permukaan laut (1 ATM). Leonardo Da Vinci telah mendesain gambaran
yang sama dengan model modern (lihat Armored Diving Suit), tetapi baru
direalisasikan pada abad 20.
Rebreather diving
Konsepnya yaitu dengan mensirkulasikan kembali udara yang telah dibuang
penyelam, dengan membuang karbondioksida, dan menambah oksigen sebelum
masuk ke dalam tubuh penyelam kembali. Dengan adanya konsep ini, menyelam
akan lebih dalam dan lebih lama, dan gelembung udara tidak ada yang mungkin
mengganggu pandangan. Tetapi peralatan selam ini sangat berbahaya jika tidak
digunakan dan dipelihara dengan baik.
Mixed Gas diving
Pada penyelaman ini tidak menggunakan udara bebas, tetapi menggunakan udara
dengan komposisi tertentu. Udara dengan komposisi yang diatur ini dapat
dipergunakan dalam berabagai tipe selam lain.
Ada tiga macam campuran udara yang dipakai dalam penyelaman:
Enhanced Nitrox (I,II)
Nitrox adalah campuran gas yang terdiri dari oksigen dan nitrogen. Yang sering
digunakan ada dua, yaitu Nitrox 1 (32 % oksigen, 68 % nitrogen) dan Nitrox II
(36 % oksigen, 64 %). Hanya Nitrox I yang boleh digunakan dalam penyelaman
olahraga.
Sebenarnya kata Nitrox berarti campuran gas dengan komposisi oksigen < 21 %.
Biasanya dipergunakan dalam selam, dan penyelaman saturasi, dimana efek
samping keracunan oksigen dapat dihindarai. Secara teknis, jika kadar oksigen >
20 % maka disebut "enrich air nitrox" (EAN) atau "oxygen enrich air" (OEA).
Tapi dalam prakteknya istilah EAN dan Nitrox sering tertukar.
Dengan adanya EAN maka kemungkinan terjadinya penyakit dekompressi
menjadi berkurang, namun efek samping keracunan oksigen akan lebih besar.
Untuk penyelaman rekreasi, penggunaannya masih dalam perdebatan.
Keuntungan dan Kerugian Penggunaan EAN pada kedalaman 50-130 fsw:
Keuntungan:

Menurunkan risiko penyakit dekompresi.


Menurunkan kejadian keracunan nitrogen.
Mengurangi waktu nitrogen sisa (residual nitrogen).
Waktu surface interval lebih pendek.
Mengurangi waktu dekompresi jika bottom time maksimum terlewati.

Mengurangi waktu survace interval antara menyelam dan terbang.

Kerugian:

Memerlukan pelatihan khusus.


Menggunakan peralatan khusus Nitrox.
Meningkatkan oksidasi tabung scuba menjadi cepat berkarat.
Mempercepat kerusakan peralatan.
Meningkatkan risiko kebakaran.
Risiko keracunan oksigen lebih besar.

Heliox
Selain nitrox, yang sering digunakan adalah heliox, yaitu campuran helium dan
oksigen. Helium merupakan gas inert, yang menggantikan nitrogen.
Penggunaannya menghilangkan efek keracunan oksigen dan menurunkan
keracunan oksigen. Heliox disarankan dalam penyelaman > 130 fsw. Heliox
sangat mahal.
Trimix
Trimix adalah campuran gas helium, nitrogen dan oksigen. Komposisinya
tergantung dari profil waktu selam yang dipakai. Angkatan Laut AS
menggunakan pada kedalaman > 190 fsw, dan selalu digunakan pada kedalaman
ekstrim > 600 fsw.
Yang digunakan dalam penyelaman rekreasi adalah jenis helitrox yaitu trimix
yang diperkaya oksigen. Campuran yang sering digunakan adalah TX 26/17 (26
% oksigen, 17 % helium, dan 57 % nitrogen). Beberapa kematian penyelam
olahraga berkaitan dengan penggunaan heliox, sehingga penggunaan trimix
helitrox untuk penyelaman rekreasi masih diperdebatkan.

Sumber:
USN Diving Manual 6th

ORGANISASI SELAM DI INDONESIA POSSI / ISSA


Label: Penyelaman

Oleh: Muhammad Idris


POSSI (Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) atau ISSA
(Indonesian Sub-aquatic Sport Association) merupakan organisasi selam yang
resmi dan bersifat nasional di Indonesia. POSSI didirikan pada bulan Agustus
1977, sesaat setelah beberapa klub selam berdiri di beberapa wilayah Indonesia di
era 1970-an. POSSI merupakan anggota dari KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia) dan FOPINDO (Federasi Olahraga Perairan Indonesia) di tingkat
nasional, serta berafiliasi dengan CMAS (Confederation Mondiale des Actvities
Sub-aquatiques) atas World Under Water Federation (Federasi Selam Dunia) yang
berpusat di Roma, Italia di tingkat Internasional.
PB POSSI (Pengurus Besar POSSI) merupakan organisasi kepengurusan
yang bersifat nasional. PB POSSI membawahi beberapa Pengurus Daerah
(Pengda) yang tersebar di beberapa Propinsi di Indonesia, dimana masing-masing
Pengda membawahi beberapa klub selam di tingkat daerah.

Untuk mengatur berbagai kegiatan selam di Indonesia, maka PB POSSI


mengeluarkan beberapa peraturan antara lain :
1.

Buku Persyaratan dan Peraturan Dasar Selam Olahraga Selam Indonesia


(PPDSI) yang merupakan pedoman dasar dalam penyelenggaraan aktifitas selam
bagi seluruh peselam, instruktur dan klub selam yang merupakan anggota dari
POSSI

2.

Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang merupakan pedoman


pedoman dasar dalam mengatur penyelenggaraan organisasi POSSI
PB POSSI juga mengeluarkan kartu sertifikat bagi penyelam yang telah
memenuhi persyaratan dan telah menyelesaikan program kursus dan latihan sesuai
dengan kualifikasi standar yang ditentukan dan berdasarkan jenjang selamnya.
Secara umum kartu sertifikasi selam disusun berdasarkan jenjangnya
sebagai berikut:
1 STAR SCUBA DIVER
2 STAR SCUBA DIVER
3 STAR SCUBA DIVER
4 STAR SCUBA DIVER
1 STAR INSTRUCTOR
2 STAR INSTRUCTOR
3 STAR INSTRUCTOR
Sertifikat ini berlaku secara Nasional dan Internasional di lingkungan
negara anggota CMAS

Lambang POSSI

Lambang CMAS

CMAS berdiri pada tahun 1959 di Perancis dan merupakan Organisasi


Selam Dunia yang bersifat Non-Profit (Non Komersil) bagi penyelam amatir yang
bergerak di bidang Olahraga Bawah Air, Teknik dan Penelitian(Science). Dimana
lebih dari 90 negara tergabung dalam CMAS.

Sumber : Ariadno, Baroeno dkk. 2003. Buku Petunjuk STAR SCUBA Diver
CMAS-Indonesia. Jakarta: Dewan Instruktur Selam Indonesia.

ASPEK MEDIS PENYELAMAN

Snorkeling(Skin Diving)
Snorkeling merupakan kegiatan dasar yang harus dikuasai seorang calon penyelam. Ini
bertujuan untuk melatih pernapasan menggunakan mulut dan gerakan kaki yang
berguna pada saat penyelam.
Yang harus diperhatikan dalam snorkeling yaitu:

1. Dead Air Space


Pada umumnya snorkel yang dipakai penyelam tidak lebih dari 30 cm panjangnya. Hal ini
untuk menghindari Dead Air Space atau volume ruang udara mati yang mengakibatkan
udara hanya bergerak di daerah itu saja dan tidak ke lingkungan bebas. Sehingga
bertambah panjang snorkel akan bertambah besar ruang udara mati.
2. Kekurangan Oksigen (Hypoksia)
Seorang penyelam skin yang berusaha menahan napas untuk dapat berada di dalam air
lebih lama, apabila dipaksakan mengakibatkan penyelam akan mengalami kekurangan
oksigen (anoksia) sehingga jaringan tubuh tidak mendapat O2.

3. Shallow Water Blackout


Pingsan di air dangkal. Hal ini dikarenakan penyelam melakukan hiperventilasi berlebih
sehingga kadar karbondioksida menurun tajam dan selama penyelaman tubuh
mengalami hipoksia sedangkan respon/keinginan tubuh untuk bernapas belum ada.
Hiperventilasi adalah upaya penyelam untuk memperpanjang tahan napas pada skin
diving dengan bernapas dalam dan berlebihan. Hal ini dilakukan penyelam skin untuk
bertahan napas lebih lama dengan mengurangi/membuang gas CO2. Sebenarnya cara ini
berbahaya karena jika kadar CO2 turun, maka tidak akan terjadi perangsangan untuk
bernapas ke permukaan.

Penyelam skin yang melakukan over hiperventilasi di permukaan dan kemudian


menyelam pada kedalaman 10 feet (10 m) akan mengalami peningkatan tekanan parsial
O2 dalam darah dari 3 psi ke 6 psi. Bila diteruskan ke yang lebih dalam lagi sehingga
melewati batas dimana CO2 telah memberikan peringatan untuk muncul. Dikarenakan
CO2 kurang saat hiperventilasi, sedangkan O2 yang digunakan sudah pada titik rendah
psi yang pada akhirnya CO2 menumpuk hingga batasnya dan penyelam akan muncul
ke permukaan.
Sesampainya di permukaan, peredaran darah menurun dan O2 menjadi nol, maka
akibatnya akan pingsan dekat permukaan. Biasanya penyelam pingsan karena anoxia
(kehabisan O2). Gejalanya yaitu denyut nadi dan tekanan darah meningkat, biru pada
bibir, jari dan kaki, serta pingsan. Segera berikan udara segar/O2 murni dan jika pingsan
berikan pernapasan mulut ke mulut. Untuk itu bila penyelam melakukan snorkeling/ skin
diving, bernapas dalam dua kali sudah cukup untuk menyelam secara efisien. Jangan
melakukan hiperventilasi dan hindari menahan napas melewati peringatan CO2. Untuk
penyelam scuba jangan melakukan hiperventilasi.
4. Squeeze Paru
Merupakan barotrauma yang sangat jarang yang bisa terjadi pada breath hold diving/skin
diving. Penyelam mengalami sesak napas setelah mencapai permukaan dari kedalaman >
100 FSW. Dapat disertai dengan batuk berdarah/berbuih dan harus diberikan oksigen.
Gejala tersebut menurun dalam beberapa hari.
Hal ini terjadi ketika penyelam turun ke kedalaman dimana Volume Total Paru (TLV)
berkurang kurang dari Volume Residu (RV), pada poin itu tekanan transpulmonal
melebihi tekanan alveoli, hal ini akan menyebabkan pengeluaran cairan dan darah
membuat penyelam sesak napas.
Penyelam normal dengan TLV 6 liter dan RV 1,2 L hanya dapat menyelam hingga
tekanan 5 ATA (132 FSW) , lebih dalam dari itu akan mengalami squeeze paru. Akan
tetapi beberapa penyelam dapat menyelam lebih dari itu tanpa masalah.
SCUBA Diving
Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan pada Tubuh

Karena adanya perbedaan tekanan di kedalaman air, maka penyelam yang menyelam ke
dalam akan mengalami efek langsung tekanan air. Untuk itu diperlukan equalisasi yaitu
penyesuaian tekanan.
1. Efek Langsung Tekanan
Pada tubuh manusia terdapat rongga-rongga udara dan apabila untuk menyelam akan
mengalami tekanan langsung yang dapat berpengaruh terhadap rongga-rongga tersebut.
Rongga tersebut yaitu kulit (jika memakai dry suit), lubang telinga dan telinga tengah,
sinus, gigi, paru-paru, dan saluran pencernaan. Ketidakseimbangan tersebut akan
menyebabkan barotrauma yang dapat berupa squeeze, kerusakan organ, atau minimal
menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Squeeze adalah pengerutan jaringan
tubuh akibat dari tidak dapatnya jaringan tubuh menyamakan tekanan atau equalisasi.
Mask Squeeze
Terjadi pada saat penyelam lupa mengeluarkan udara ke dalam masker pada saat
equalisasi sehingga terbentuk tekanan negatif pada ruangan masker. Hal ini
mengakibatkan kapiler darah di muka rusak dan menyebabkan pendarahan ke dalam
kulit (ecchymosis) dan pendarahan konjungtiva.
Squeeze Lubang Telinga
Terjadi karena adanya udara yang terperangkap di dalam lubang telinga. Udara tersebut
dapat terperangkap karena:

Serumen (kotoran telinga).

Earplug (tidak boleh dipakai dalam penyelaman)

Hood atau penutup kepala.

Wet suit/dry suit yang menutup telinga.

Hal ini menyebabkan terbentuknya ruang bertekanan negatif sehingga dapat


menyebabkan hal yang sama. Gejala meliputi sakit pada telinga, pembengkakan,
kemerahan kulit lubang telinga. Pada kasus yang parah dapat terjadi robek gendang
telinga.
Squeeze Sinus (Barosinusitis)

Mekanismenya sama dengan squeeze lain. Jika pada saat turun ke dalam. Jika terdapat
sumbatan pada saluran sinus akan menyebabkan sinus squueze. Sumbatan ini
disebabkan oleh:

Sinusitis

(infeksi/alergi)

dimana

pembengkakan

jaringan

menyebabkan

penyumbatan saluran ke hidung.

Rhinitis (hay fever), prosesnya sama dengan sinusitis.

Polip, yaitu pertumbuhan jaringan kecil yang dapat menutupi saluran sinus. Polip
terdapat pada rongga hidung.

Lipatan jaringan yang berlebihan.

Sumbatan oleh lendir yang mengering.

Gejalanya yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
Tipe yang jarang yaitu reverse sinus squeeze yang terjadi pada saat naik ke
permukaan. Kondisi ini diakibatkan karena tingginya tekanan udara dalam sinus. Ini
biasanya terjadi pada penyelam yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas atau
alergi berat yang minum obat dekongestan (mengurangi produksi cairan) sesaat sebelum
menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah menyelam di kedalaman.
Pencegahan barosinusitis atau squeeze sinus yaitu dengan tidak menyelam pada saat
terkena infeksi saluran napas atas atau hal-hal lain yang dapat mengakibatkan
penutupan saluran sinus.

Squeeze Gigi (Barodontalgia)


Nama lainnya yaitu aerodontalgia. Kondisi ini disebabkan karena adanya gas yang
terperangkap di dalam gigi atau struktur sekitar gigi. Adanya gas akan mengakibatkan
terbentuknya tekanan negatif atau positif di dalam ruangan yang terbatas. Hal ini akan
merangsang struktur sensitif gigi danmengakibatkan rasa sakit. Barodontalgia dapt
disebabkan oleh kondisi sebgai berikut.

Karies (karang gigi).

Restorasi gigi (penambalan gigi).

Luka di daerah mulut.

Cabut gigi (belum lama).

Abses periodontal (kumpulan nanah dekat jaringan gigi).

Terapi pada akar gigi.

Jika terdapat sekumpulan udara tertangkap di gigi pada tekanan permukaan laut,
tekanan di luar gigi akan meningkat pada penyelaman, maka gigi akan pecah ke arah
dalam, dan ruangnya akan terisi darah. Kebalikannya, jika kumpulan udara terbentuk
selama di kedalaman, jika bergerak ke permukaan volumenya akan meningkat sesuai
hukum Boyle yang mengakibatkan gigi pecah ke arah luar. Untuk mencegah
barodontalgia, setiap penyelam harus menunda penyelaman sedikitnya 24 jam setelah
terapi/tindakan pada gigi.

Squeeze Telinga Tengah (Barotitis Media)


Tingkat kejadian squeeze telinga tengah sangat tinggi sekitar 40 % dialami oleh para
penyelam.
Hal ini terjadi jika terdapat sumbatan yang menghalangi equalisasi rongga di telinga
tengah yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran tuba eustachius.
Tersumbatnya saluran tuba eustachius dapat disebabkan oleh:

Infeksi saluran napas atas.

Allergi.

Rokok.

Polip.

Trauma wajah yang dialami sebelumnya.

Dapat juga terjadi jika penyelam lupa melakukan equalisasi dengan cara Manuver
Valsava dan Frenzel.

Manuver Valsalva yaitu meniup udara melawan dengan bibir dan hidung tertutup
dan lidah ke arah belakang untuk meningkatkan tekanan rongga faring yang
diteruskan ke dalam telinga tengah melalu tuba eustachius. Manuver ini juga
dapat membuka tuba eustachius yang tertutup. Biasa disebut mengedan.

Manuver Frenzel yaitu dengan menelan dengan lidah ke belakang dimana bibir
ditutup dan lubang hidung di tekan (memencet hidung).

Biasanya penyelam sudah mengalami sedikit rasa sakit pada perbedaan tekanan 60
mmHg. Manuver ini baik dilakukan pada kedalaman 4 feet. Jika penyelam tidak
melakukan equalisasi dengan manuver ini pada perbedaan tekanan lebih dari 100-400
mmHg (4,3-17,4 feet) maka akan terjadi squeeze yang dapat mengakibatkan robek
gendang telinga. Air dingin kemudian masuk ke telinga tengah dan menyebabkan
vertigo. Gejalanya terjadi sesaat penyelam turun dari permukaan air. Penyelam juga
mengeluh rasa sakit dan rasa penuh dalam telinga atau mengalami vertigo. Sakitnya
semakin parah sehingga penyelam dapat meneruskan atau menghentikan
penyelaman. Pencegahannya dengan selalu equalisasi setiap turun ke kedalaman.

Barotrauma Telinga Dalam


Merupakan barotrauma yang sangat serius karena akan menyebabkan ketulian
permanen. Barotaruma ini jarang terjadi. Trauma ini terjadi karena perbedaan tekanan
yang bermakna antara telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini disebabkan terlalu
kuatnya manuver Valsava atau turun ke dalam terlalu cepat.
Gejalanya utama yaitu berdenging, vertigo, dan tuli. Dapat juga disertai rasa penuh pada
telinga, mual dan muntah, berkeringat, dan pucat. Gejala ini bisa timbul segera setelah
trauma atau dapat berkembang dalam 1 jam, tergantung aktivitas penyelam selama dan
sesudah penyelaman.
Alternobaric Vertigo
Merupakan barotaruma yang sangat jarang. Terjadi pada saat naik ke permukaan yang
disebabkan karena perubahan tekanan tiba-tiba pada telinga tengah yang menyebabkan
perangsangan ke telinga dalam dan menyebabkan vertigo. Vertigo ini hanya sebentar
dan tidak memerlukan penanganan dapat membuat penyelam panik, yang dapat
mengakibatkan tenggelam, kerusakan paru, atau emboli udara, atau trauma lain yang
sangat serius.
Gejalanya yaitu kehilangan orientasi terhadap sekeliling dan tiba-tiba mual sekali.
Pencegahannya yaitu:

Jangan memaksakan diri bilamana rasa sakit menetap.

Jangan melakukan penyelaman terlalu dalam dan hentikan penyelaman.

Jangan menyelam sewaktu kepala sakit/pusing.

Bila mengalami hal ini berhenti atau berpegang pada sesuatu sampai perasaan itu hilang.
Jangan muncul kepermukaan selama masih ada reaksi dan bernapas dengan wajar.

Aerogastralgia (Gastrointestinal Barotrauma)


Hal ini sering terjadi pada penyelam yang masih baru. Karena saluran pencernaan lunak,
adanya gas di dalam usus selama turun ke dalam tidak menyebabkan barotaruma. Tetapi
adanya pengumpulan gas selama di kedalaman akan menyebabkan barotrauma pada
saat naik. Hal yang mengakibatkannya yaitu:

Manuver Valsava yang berlebihan, atau yang berulang-ulang terutama pada


posisi kepala di bawah yang mengakibatkan udara terdorong ke lambung.

Mengunyah permen karet selama penyelaman.

Memakan banyak ubi-ubian atau minum minuman berkarbonasi sesaat sebelum


menyelam.

Gejalanya yaitu rasa penuh pada perut, sakit pada perut, sering bersendawa, atau buang
angin. Hal yang serius jika terjadi perangsangan saraf yang menyebabkan jantung lemah
berkontraksi dan penekanan pada vena oleh usus, tapi hal ini jarang.

Squeeze Kulit
Squeeze kulit jarang terjadi. Jika pada area kulit penyelam ada kumpulan udara yang
terperangkap pada lipatan/lekukan dry suit. Selama penyelaman tekanan negatif terjadi
pada area tersebut, sehingga menyebabkan pembuluh darah kapiler kulit pecah dan
darah keluar mengisi ruang tekanan negatif. Kulit berwarna kemerahan. Tidak
memerlukan perawatan dan sembuh dalam beberapa hari/minggu.

Pengaruh Tekanan Sewaktu Muncul ke Permukaan


Pengembangan Paru Melewati Batas, Pulmonary Barotrauma of Ascent
(Pulmonary OverPressurization Syndrome) atau POPS

Pengembangan melewati batas pada paru-paru dapat terjadi pada penyelam yang
menyelam yang melewati tekanan lebih, dengan menahan napas tiba-tiba muncul di
permukaan yang lebih rendah, yang akan memecahkan alveoli (ingat hukum Boyle).
Gelembung akibat pecahnya alveoli bergerak ke bagian tubuh lain dan gejalanya
tergantung dari lokasi dan volume udara yang masuk. Manifestasinya yaitu:

Mediastinal emphysema

Subcutaneous emphysema

Pneumothorax

Emboli udara

Biasanya penyelam melakukan hal ini karena kehabisan udara, panik, mengalami
bouyancy positif secara tiba-tiba seperti melepas sabuk pemberat atau inflasi BC secara
cepat.
Hal ini mengingatkan penyelam untuk bernapas secara wajar dan tidak boleh menahan
napas saat muncul ke permukaan dan ini berlaku untuk penyelam yang memakai
peralatan scuba.
Mediastinal Ephysema
Manifestasi pengembangan paru yang melewati batas yang paling sering yaitu
mediastinal emphysema. Gelembung dari paru-paru yang pecah, masuk ke rongga antara
paru-paru di dekat jantung dan tenggorokan. Gejalanya yaitu sakit di daerah dada karena
udara menekan jantung, sesak napas, atau sakit pada saat makan. Dapat pula
pingsan. Penanganannya yaitu konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen,
sedangkan rekompressi dilakukan jika sangat parah. Hindari penerbangan selama fase
penyembuhan.
Subcutaneus Emphysema
Dari daerah mediastinum gelembung-gelembung udara bergerak naik ke daerah leher, di
bawah kulit di sekitar leher, kalau dipegang maka kulit terasa pecah.
Gejalanya yaitu sakit dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek dan
cepat, udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah menyebabkan kebiruan.

Penanganan sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah
pengawasan ahli.
Pneumothorax
Jarang sekali terjadi, jika terjadi berarti paru-paru pecah, seperti meletus dan gelembung
udara langsung memenuhi rongga udara antara paru-paru dan selaput paru (pleura).
Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang terkena.
Dalam kasus yang parah dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu pneumothorax yang
sangat besar dan membuat paru-paru yang terkena kolaps karena tekanan yang tinggi.
Ini merupakan keadaan darurat. Gejalanya yaitu sakit dada yang berat, pengembangan
dada tidak sama yaitu paru yang terkena agak tertinggal, dan adanya penekanan ke
trakea menjadi tidak lurus. Biasanya terjadi penekanan jantung sehingga cepat pingsan.
Penangan yaitu sama dengan emboli udara. Tetapi sebelum dilakukan rekompressi maka
udara yang ada di rongga dada harus dikeluarkan dengan memasukkan jarum oleh atau
dengan pengawasan ahli.
Emboli Udara
Adalah pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk dalam peredaran
darah, akibatnya terjadi penyumbatan peredaran darah oleh gelembung-gelembung
udara langsung dari paru-paru. Misalnya, jika penyelam naik ke permukaan dari 100
FSW, udara dalam paru mengembang 4 kali volume awal. Jika tidak dikeluarkan, maka
menekan paru dan alveoli pecah bersaamaan dengan pecahnya pembuluh darah. Udara
terbawa ke kapiler paru dan dibawa ke ventrikel kiri, kemudian di pompa kesuluruh tubuh
lewat arteri. Adanya kumpulan udara dalam arteri akan membentuk sumbatan sehingga
jaringan kekurangan oksigen. Jika otak mengalami hal tersebut maka akan berakibat
kematian.
Gejalanya yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat, gangguan
penglihatan, nyeri dada, kejang-kejang dan pingsan, terkadang disertai busa bercampur
darah di mulut.
Penanganannya adalah sebagai berikut.

Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada bagian kiri
badannya.

Gunakan oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan gelembunggelembung udara dan memberikan suplai oksigen ke otak.

Masukkan ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk mengurangi


besarnya gelembung-gelembung sehingga melancarkan peredaran darah ke
otak.

Pencegahan emboli udara yaitu penyelam harus bernapas secara wajar saat memakai
peralatan scuba dan tidak menahan napas saat muncul ke permukaan, keluarkan napas
secara terus menerus. Napas harus dikeluarkan minimal 10 feet terakhir dari permukaan.
Efek Tidak Langsung Tekanan
okygen Toxicity (Keracunan Okisgen)
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme. Oksigen yang
dihirup adalah 1/5 dari semua oksigen yang ada. Bila campuran gas yang dihirup terdiri
dari O2 20 % maka oksigen yang terpakai oleh tubuh adalah hanya 4 % nya sedangkan
16 % dihembuskan. Meskipun dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan tekanan parsial
oksigen menyebabkan keracunan. Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan yang tinggi
pada penyelaman meningkatkan tekanan parsial oksigen.
Pada kedalaman 40 m (5 ATA), maka penyelam akan menghirup tekanan O2 1 ATA atau
O2 100 % seperti menghirup udara murni di permukaan. Oksigen yang tinggi
menyebabkan terlalu cepatnya proses metabolisme, merusak protein tubuh dan syaraf.
Hal dapat terjadi pada penyelam yang menggunakan Nitrox.
Manifestasi gejala pada pernapasan yaitu batuk dan rasa sakit saat bernapas, pada
sistem saraf pusat gejalanya yaitu pelintiran pada otot muka sekitar bibir, gangguan
penglihatan, mual, banyak berkeringat dan kejang. Apabila terjadi di air maka berakibat
fatal. Penanganannya dengan diberikan udara segar, jangan oksigen murni. Oleh karena
itu jangan menyelam terlalu dalam dan gunakan udara biasa yang bersih bukan O2
murni.
Narcose

(Pembiusan oleh Nitrogen)

Merupakan bagian terbesar dari udara yang dihirup oleh manusia. Di permukaan nitrogen

merupakan gas lambat (inert gas) dan secara kimia tidak bercampur dalam darah.
Nitrogen melarutkan oksigen dalam campuran udara dan menjadikan udara aman untuk
bernapas. Nitrogen diserap dan disimpan dalam tubuh karena inert. Maka dengan inilah
alasan utama mengapa penyelam scuba bila muncul ke permukaan harus perlahan.
Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan parsial oksigen meningkat saat menyelam.
Nitrogen memiliki efek euforia (suasana senang berlebihan) yang meningkatkan
kepercayaan diri, dan mengurangi kognisi dan penilaian situasi sehingga menyebabkan
teknik menyelam kacau yang bisa fatal bagi penyelam. Biasanya terjadi mulai kedalaman
70- 100 feet tapi setelah kedalaman 100 feet semua penyelam akan mengalami
keracunan.
Pada penyelam scuba, gejalanya berupa kepala terasa ringan, euforia, perasaan gamang,
dan kelainan sensorik. Gejala memburuk jika semakin dalam. Pada kedalaman 100 FSW,
penyelam semakin keracunan, dengan gejala berkurangnya penilaian, rasa percaya diri
meningkat, dan reflek yang menurun. Pada kedalaman 250-300 FSW, terdapat halusinasi
lihat dan dengar dan pandangan gelap. Penyelam akan tidak sadar pada kedalaman 400
FSW. Hal ini sering disamakan dengan minum Martini (minuman alkohol). Oleh karena itu
penyelam scuba dengan udara kompresi tidak boleh menyelam lebih dari 100 FSW. Jika
ingin menyelam lebih dalam gunakan Heliox.
Jika terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW naiklah ke permukaan dan
istirahat atau ke kedalaman lebih dangkal sampai gejala menghilang. Hindari menyelam
terlalu dalam dan kenalilah kemampuan diri dan pelajari gejala-gejala tersebut.
Penyakit Dekompresi (Decompression Sickness)

Berbeda dengan emboli udara, Decompression sickness terjadi dimana terbentuknya


gelembung udara di dalam darah tanpa mengalami pecahnya alveoli paru. Gejalanya
lambat dibanding emboli, karena gas ini terbentuk di pembuluh darah yang
menyebabkan matinya sel-sel di jaringan secara perlahan.
Pencegahannnya: Menyelam menggunakan tabel dekompressi . Angkatan Laut dan
penyelam komersil seluruh dunia telah membuat tabel selam berdasarkan kalkulasi. Oleh
karena itu setiap penyelam harus bisa membac tabel selam. Yang dipakai umumnya
adalah U.S. Navy Standard Air Decompression Tables .

Anda mungkin juga menyukai