LaporanKasusIUFD
LaporanKasusIUFD
PENDAHULUAN
Angka kematian janin termasuk dalam angka kematian perinatal yang digunakan
sebagai ukuran dalam menilai kualitas pengawasan antenatal. Angka kematian perinatal di
Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh. Angka
yang ada ialah angka kematian perinatal dari rumah sakit besar yang pada umumnya
merupakan referral hospital, sehingga belum dapat menggambarkan angka kematian
perinatal secara keseluruhan.1
Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial baik dari faktor fetal, maternal,
plasenta maupun iatrogenik dengan 25 35 % kasus tidak diketahui penyebabnya1,2,3. Untuk
dapat menentukan penyebab pasti harus dilakukan pemeriksaan autopsi. Diagnosis dini dalam
kasus kematian janin adalah melalui pemantauan kesejahteraan janin serta pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) yang teratur. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang dapat menegakkan diagnosis kematian janin intra uterin.1-6
2,3,5
. Pemeriksaan kehamilan
(antenatal care) sangat berperan penting dalam upaya pencegahan kematian janin dan secara
tidak langsung dapat menurunkan angka kematian janin. 1-6
BAB II
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 31 tahun
Tanggal/tempat lahir
: 10-4-1980/Selat Panjang
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Indonesia
Alamat
Tgl. Masuk RS
: 18 Maret 2012
IDENTITAS SUAMI
Nama
: Tn. Z
Umur
: 36 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Indonesia
Alamat
1. Keluhan Utama
Gerakan janin sudah tidak terasa sejak 4 hari SMRS.
4. Riwayat menstruasi
Haid pertama kali pada umur 12 thn, lama 5-7 hari, siklus haid 28 hari, teratur,
banyaknya 2-3 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri yang hebat selama haid.
Hari Pertama Haid Terakhir, 10 Juli 2011. Haid terakhir selama 5-7 hari banyaknya 2-3
pembalut, tidak nyeri.
5. Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali, pada bulan Januari tahun 2000.
4) Hamil ini
7. Riwayat KB
Kontrasepsi pil selama 3 bulan sewaktu awal pernikahan kemudian berhenti.
1.
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
: 20 x/menit, reguler
- Suhu
Status Generalis
Kepala
Bentuk kepala
Rambut
Wajah
Mata
: Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tak langsung +/+
Telinga
: Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid
(-), sekret (-)
Hidung
: Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-), mukosa
hiperemis (-)
Bibir
Mulut
Leher
Bentuk
: Simetris, normal
KGB
Trakhea
: Lurus di tengah
Kelenjar tiroid
Thoraks
Dinding dada
Paru paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan
Abdomen : tampak buncit, tidak tampak tanda radang, linea nigra (+), striae alba (+),
teraba supel, defans muskuler -/-, nyeri tekan -/-, nyeri lepas -/-, bising usus (+) 3
kali/menit.
Ekstermitas : akral hangat pada ujung- ujung jari tangan dan kaki, oedem tungkai
+/+
2.
Pemeriksaan luar
Inspeksi : tampak perut buncit
Palpasi :
Leopold 2 : kiri
Pemeriksaan dalam
Vaginal Toucher: pembukaan 2 cm, portio tebal lunak, arah posterior, ketuban (+),
kepala Hodge I.
Taksiran berat janin : (32 cm 13) x 155 = 2945 gram
Pelvik Score : - dilatasi serviks 1-2 cm (skor 1)
- portio 31 50 % (skor 1)
- kepala bayi - 3 (skor 0)
- konsistensi serviks lunak (skor 2)
- posisi posterior (skor 0)
Total : 4 (<5)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
: 12,1 gr/dl
Leukosit
: 12.500 /UL
Trombosit
: 231.000 /UL
Hematokrit
: 36,6 %
GDS
: 88 mg/dl
E. RESUME
Ny. S, 31 tahun, datang dengan keluhan gerakan janin sudah tidak terasa sejak 4 hari
SMRS. Pasien menyangkal adanya mules-mules, keluar lendir darah dan keluar air-air dari
kemaluan. belum ada tanda-tanda mau melahirkan. Riwayat ANC di Puskesmas Lubuk Baja
rutin satu kali per bulan. Riwayat menstruasi teratur, HPHT: 10-Juli-2011. Riwayat
pernikahan: Menikah pertama kali pada tahun 2000. Riwayat kehamilan dan persalinan:
G4P3A0H3. Kontrasepsi: Pernah KB suntik 3 bulan setelah nikah kemudian berhenti.
Pada pemeriksaan fisik, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/m, S: 36,8 0C
Pada pemeriksaan obstetrik: TFU: 32 cm, dengan presentasi kepala, letak memanjang,
punggung janin di bagian kiri ibu dan kepala belum masuk pintu atas panggul. Pada vaginal
toucher didapatkan pembukaan 2 cm, portio tebal, lunak dan ketuban (+), kepala Hodge I.
Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan tanda-tanda proses infeksi pada ibu. Pada
pemeriksaan USG didapatkan kesan IUFD e.c. suspek hidrops fetalis.
F. DIAGNOSIS
G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi kepala, belum inpartu.
G. PENATALAKSANAAN
-
Pematangan serviks pasang kateter Foley dan misoprostol 1 tablet pervaginam dan
dilanjut dengan induksi persalinan
H. PROGNOSIS
Ibu
Ad vitam: Bonam
Ad functionam: Dubia ad Bonam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
Janin
Ad vitam: Malam
8
I. FOLLOW UP
19-03-2012 (pukul 06.10 WIB)
S: Kadang-kadang timbul mules, keluar darah dari kemaluan
O: KU / Kes : baik / CM
TD : 120/80 mmHg
S : 36,7oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/Abdomen: buncit, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
Status obstetrikus
Abdomen: buncit, TFU: 32 cm
Genital: lendir dan darah (+), jumlah sedikit
Vaginal toucher : tidak dilakukan
A: G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi kepala, belum
inpartu.
P: Observasi keadaan umum, tanda vital, kemajuan persalinan (pembukaan serviks dan
penurunan kepala janin)
Rencana partus pervaginam Induksi foley catheter
Terapi : IVFD Dextrose 5% ditambah syntocinon 10 UI drip 20 tetes/menit
ATP Dankos tab 3 x 1
Diet tinggi kalori dan protein (TKTP)
S : 36,8oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/Abdomen: buncit, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
9
Status obstetrikus
Abdomen: buncit, TFU: 32 cm
Genital: lendir dan darah (+), jumlah sedikit
A: G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi kepala, belum
inpartu.
P: Observasi keadaan umum, tanda vital, kemajuan persalinan (pembukaan serviks dan
penurunan kepala janin)
Terapi : IVFD Dextrose 5% ditambah syntocinon 10 UI drip 20 tetes/menit
ATP Dankos tab 3 x 1
Diet tinggi kalori dan protein
S : 36,7oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
Status obstetrikus
Abdomen: datar, TFU: dua jari di bawah pusat
Mammae: ASI +/+
Genital: lokia (+), jumlah sedikit
A: Nifas Hari ke-1, P4A0H3 post partum spontan IUFD
P: Observasi keadaan umum, tanda vital
Terapi oral : ATP Dankos tab 3 x 1
Amoxicillin kaplet 3 x 500mg
Asam Mefenamat kaplet 3 x 1
Linoral tab 3 x 1
Diet TKTP, mobilisasi, perawatan payudara, perhatikan higiene vagina dan sekitarnya
10
J. ANALISA KASUS
Pada kasus ini Ny. S, 31 tahun dengan diagnosa kematian janin intrauterin atau Intra
Uterine Fetal Death (IUFD). Dalam kasus ini, diagnosis Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
disesuaikan dengan literatur.
28 36 minggu
: 1x / 2 minggu
36 minggu persalinan
: 1x/ 1 minggu
Pasien dengan G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dirujuk dari klinik dengan kecurigaan
IUFD karena gerakan janin tidak dirasakan ibu 4 hari SMRS. Keadaan ini sesuai dengan
salah satu dasar diagnosis IUFD yang bersifat subjektif. Pasien menyangkal merasa mules,
keluar lendir darah dari kemaluannya, hal ini menjelaskan bahwa pada pasien ini belum ada
tanda tanda inpartu. Tanda-tanda inpartu ialah mules-mules (his) yang teratur, bloody show
(lendir darah), serta pembukaan dan penipisan serviks.
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, riwayat penyakit sistemik, infeksi, dan
alergi dalam kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol,
merokok, dan minum obat- obatan lama. Pasien juga tidak memiliki binatang peliharaan.
Usia kehamilan pada pasien ini sesuai dengan kehamilan 36-37 minggu berdasarkan hari
pertama haid terakhir pasien.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, inspeksi menjelaskan tanda- tanda
kehamilan pada pasien ini sesuai dengan masa kehamilan. Ukuran tinggi fundus uteri yang
berkurang dari usia kehamilan tidak ditemukan dalam kasus ini mengingat kematian janin
baru berlangsung 4 hari sebelum ke rumah sakit. Pada palpasi, gerak janin (-), dan pada
11
auskultasi dengan pemeriksaan Doppler tidak terdengar bunyi jantung janin, hal ini turut
membuktikan adanya kematian janin intra uterin. Janin IUFD, letak memanjang dengan
presentasi kepala, kepala janin di Hodge I.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan pemeriksaan darah dan urine dalam batas
normal pada wanita dengan kehamilan. Pada pemeriksaan USG, didapatkan kesan janin
IUFD, disertai dengan deskripsi yang menjadi dasar diagnosis IUFD, seperti tidak adanya
gerakan janin dan DJJ (-), sehingga dapat ditegakkan diagnosis IUFD dengan pasti.
Penyebab IUFD bisa karena faktor maternal, fetal dan plasental. Namun, pada pasien
ini faktor maternal dapat kita coba singkirkan, berdasarkan anamnesis pasien tidak ada
riwayat penyakit seperti Diabetes Mellitus ataupun Hipertensi yang sering menyebabkan
IUFD. Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini.
Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obatobatan lama.
Faktor fetal belum dapat kita singkirkan karena sebaiknya dilakukan pemeriksaan
autopsi apakah terdapat kelainan kongenital mayor pada janin. Pasien tidak memiliki
binatang peliharaan, makan daging setengah matang, yang menurut literatur dapat
menyebabkan infeksi toksoplasmosis pada janin. Anomali kromosom biasanya terjadi pada
ibu dengan usia diatas 40 tahun, dan dibutuhkan analisa kromosom. Inkompatibilitas Rhesus
juga sangat kecil kemungkinannya mengingat pasien dan suaminya dari suku yang sama.
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan dengan
penanganan aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih melalui induksi
persalinan pervaginam. Penanganan secara aktif pada pasien ini juga sudah sesuai dengan
prosedur yang seharusnya. Komplikasi IUFD lebih dari 6 minggu akan mengakibatkan
gangguan pembekuan darah, infeksi dan berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa
ibu. Pasien datang dengan keadaan belum inpartu dan servik belum matang, maka dilakukan
induksi pesalinan dengan pematangan serviks.
Tindakan induksi pada pasien pertama-tama menggunakan folley catheter no. 24 yang
diisi 60 cc dimasukan kedalam ostium eksterna uteri melalui kanalis servikalis dan ostium
interna uteri. Hal ini diharapkan akan merangsang pematangan serviks ditandai dengan
12
terlepasnya catheter yang dipasang. Penggunaan cara mekanik ini menurut pustaka
menunjukkan angka keberhasilan yang signifikan dalam tindakan awal untuk pematangan
servik. Dengan menggunakan mekanisma pemisahan membran ketuban dari desidua
diharapkan akan terjadinya pelepasan prostaglandin yang nantinya akan melunakkan servik.
Pada pasien ini terlepasnya folley catheter dengan sendirinya dan diteruskan proses
induksi dengan misoprostol. Tindakan induksi dengan penggunakan prostaglandin sintetis ini
menurut kepustakaan sangat efektif dalam memacu pematangan servik dan menginduksi
persalinan. ACOG sendiri merekomendasikan penggunaan misoprostol intravaginal pada
dosis 25 mikrogram atau
oksitosin, mencapai persalinan pervaginam lebih cepat dalam waktu 24 jam setelah induksi
dan menekan interval induksi persalinan.
dukungan psikologis agar pasien tidak terganggu akibat kematian janin yang dialaminya saat
ini, dan menyarankan kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan yang besar untuk
ibu. Menjelaskan pentingnya keluarga berencana agar kehamilan resiko tinggi dapat
dihindari.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist (1995) menyatakan
Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) ialah kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram
atau lebih.1,2,3
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin atau fetal
death dibagi menjadi1,2,3 :
20 minggu.
Intermediate Fetal Death: kematian janin yang berlangsung antara usia kehamilan 2027 minggu.
minggu.
II.
EPIDEMIOLOGI
Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada
survei yang menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian perinatal dari rumah sakit
besar yang pada umumnya merupakan referral hospital, sehingga belum dapat
menggambarkan angka kematian perinatal secara keseluruhan. Angka kematian perinatal di
RSUP Fatmawati pada tahun 2007 ialah 63,98 per 1000 kelahiran hidup. 1
III. ETIOLOGI1,2,3
Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial, yaitu :
1.
2.
Anomali kromosom
Abruptio plasenta
Perdarahan Feto-maternal
15
3.
4.
Cord accident
Insufisiensi plasenta
Asfiksia Intrapartum
Plasenta previa
Twin-to-twin transfusion
Chorioamnionitis
Antibodi Fosfolipid
Diabetes Mellitus
Hipertensi
Trauma
Persalinan abnormal
Sepsis
Asidosis
Hipoksia
Ruptur uteri
Obat-obatan
IV.
PATOFISIOLOGI
A.
FAKTOR FETAL
25 40% dari bayi dengan lahir mati ( stillbirths ) diakibatkan oleh faktor fetal. Salah
satu faktor yang biasanya mengakibatkan kematian janin ialah malformasi kongenital mayor.
Insidensi infeksi janin intra uterin juga sering menyebabkan kematian pada janin, infeksi
Rubella, CMV (CytoMegaloVirus, Parvovirus B-19, varicella dan listeriosis. 1,2,3
B.
FAKTOR PLASENTAL
Penyebab kematian janin terkait dengan adanya abnormalitas pada plasenta, tali pusat
16
1.
Plasenta ; Pada kehamilan, janin yang normal mendapatkan sirkulasi dari pembuluh
darah umbilikal dengan jumlah 350 400 ml/menit.2,3
2.
Tali Pusat ; terdiri dari 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis allantois dan
mesoderm primer. Panjang tali pusat normal ialah 50 60 cm dengan diameter 12 mm.
Hal ini berkaitan dengan aktivitas janin di dalam dua trimeter pertama.
C.
FAKTOR MATERNAL
Hipertensi dan Diabetes Mellitus adalah dua penyakit ibu yang sering menyebabkan
V.
Anamnesis :
Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi :
Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah dari usia kehamilannya.
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang biasanya dapat terlihat pada
ibu yang kurus.
Palpasi
Auskultasi: Tidak terdengarnya denyut jantung janin setelah usia kehamilan 10-12
minggu pada pemeriksaan ultrasonic Doppler merupakan bukti kematian
janin yang kuat.
Pemeriksaan Penunjang :
- USG (Ultrasonografi)
a) Tidak adanya pergerakan janin (termasuk denyut jantung) yang diukur selama
periode observasi 10 menit dengan USG, merupakan bukti kuat adanya
kematian janin.
b) Lama-kelamaan akan terjadi oligohidramnion dan kolaps tulang-tulang
tengkorak akan tampak.
- Foto Rontgen Abdomen
a) Spaldings Sign, yaitu tumpang tindih (overlapping) secara ireguler tulang
tengkorak, yang terjadi akibat likuefaksi massa otak dan melemahnya struktur
ligamentosa yang membentuk tengkorak. Biasanya tanda ini muncul 7 hari
setelah kematian. Namun ciri-ciri yang sama dapat ditemukan pada kehamilan
ekstrauterin dengan janin hidup.
b) Hiperrefleksi dari tulang belakang
c) Bayangan tulang-tulang iga bertumpuk-tumpuk, dimana tidak dapat lagi
ditemukan bentuk simetris torak.
d) Roberts sign, dimana didapatkan gambaran gas dalam ruang jantung dan
pembuluh darah.
18
Pemeriksaan Hematologi :
Pemeriksaan ABO dan Rh, VDRL, gula darah post prandial, HBA1C, ureum, kratinin,
profil tiroid, skrining TORCH, anti koagulan Lupus, anticardiolipin antibody.
Pemeriksaan Urine :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari sedimen dan sel-sel pus.
Pemeriksaan Autopsi :
Langsung pada plasenta, tali pusat termasuk autopsi bayi dapat memberi petunjuk pasti
sebab kematian janin.
Protokol Pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut Cunningham dan Hollier
(1997) 1:
1. Deskripsi bayi
malformasi
bercak/ noda
derajat maserasi
2. Tali pusat
prolaps
3. Cairan Amnion
konsistensi
volume
19
4. Plasenta
berat plasenta
5. Membran amnion
bercak/noda
ketebalan
Grade I (durasi > 8 jam) : kulit terdapat bulla dan mulai mengelupas.
Grade II (durasi 2-7 hari) : kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa
di rongga toraks dan abdomen
Grade III (durasi >8 hari) :hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh,
mungkin terjadi mumifikasi.
VI.
Pasien dan keluarganya memiliki kemungkinan besar terganggu secara psikis, tetapi
mereka harus diyakinkan tentang amannya persalinan spontan. Pada kebanyakan IUFD
(80%) pasien akan melahirkan secara spontan dalam waktu 2 minggu setelah janin mati.
Pasien dapat tinggal di rumah selama 2 minggu pertama tetapi dengan saran untuk datang ke
rumah sakit untuk bersalin. Bila persalinan spontan tidak terjadi dalam waktu 2 minggu,
pasien harus dirawat untuk menilai kadar fibrinogennya setiap minggu, atau dua kali
seminggu. Kadar fibrinogen serum yang menurun mencapai 150 mg% harus ditangani
dengan pemberian heparin terkontrol.
TINDAKAN :
Indikasi dilakukan tindakan :
20
METODE-METODE TERMINASI
Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi pematangan
serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5%
melalui tetesan infus intravena. Dua botol infus dapat diberikan dalam waktu yang
bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin
dinaikkan pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan
Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan menjadi 40 unit.
Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus dipikirkan, oleh karena itu
tidak boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan resiko
tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang setelah pemberian
prostaglandin per vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan
bila upaya berulang tetap gagal menginduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks posterior sangat
efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum matang. Pemberian dapat diulang
setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.
21
Partus Spontan
dalam 2 minggu
diindikasikan
(80%)
Psikologis
Infeksi
Penurunan kadar fibrinogen
Retensi janin lebih dari 2 minggu
Servik matang
Infus Oksitosin
Prostaglandin gel
Diulang setelah 6-8 jam
Gagal
gagal
Ditambah Prostaglandin/vaginam
22
VII.
KOMPLIKASI2,3
1. Gangguan psikologis
2. Infeksi, selagi ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi sangat kecil,
namun bila ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama oleh mikroorganisme
pembentuk gas seperti Cl.welchii.
3. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4 minggu, dapat
terjadi defibrinasi akibat silent Dissaminated Intravascular Coagulopathy (DIC).
Walaupun terjadinya terutama pada janin mati akibat inkompatibilitas Rh yang tetap
dipertahankan, kemungkinan kelainan ini terjadi pada kasus lainnya harus dipikirkan.
Kelainan ini terjadi akibat penyerapan bertahap dari tromboplastin yang dilepaskan
dari plasenta dan desidua yang mati ke dalam sirkulasi maternal.
4. Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan post
partum.
VIII. PENCEGAHAN 2,4
Resiko kematian janin dapat sepenuhnya dihindari dengan antenatal care yang baik.
Ibu menjauhkan diri dari penyakit infeksi, merokok, minuman beralkohol atau penggunaan
obat-obatan.
Tes-tes antepartum misalnya USG, tes darah alfa-fetoprotein, dan non-stress test fetal
elektronik dapat digunakan untuk mengevaluasi kegawatan janin sebelum terjadi kematian
dan terminasi kehamilan dapat segera dilakukan bila terjadi gawat janin.
fundus kurang dari kalibrasi usia kehamilan, pikirkan oligohidramnion, pertumbuhan janin
terhambat, ketuban pecah, dsb. Dapat pula digunakan taksiran berat janin dengan rumus
Johnson Tossec.
24
kehijauan. Pada infeksi, terjadi koloni kuman pada selaput dan cairan ketuban
(korioamnionitis) sehingga ketuban juga akan berwarna kehijauan dan keruh.
Pemeriksaan rasio lecithin/sphyngomyelin (L/S ratio) pada cairan ketuban digunakan
untuk menilai prediksi pematangan paru janin (pembentukan surfaktan).
7. Ultrasonografi (USG)
Dapat digunakan untuk menilai :
Tali pusat : jumlah pembuluh darah, sirkulasi (dengan dopller dapat menilai FDJP
(Fungsi Dinamik Janin Plasenta), SDAU (sirkulasi Darah Arteri
Umbilikalis)
25
Skor
Reaktivitas DJJ
<2
Akselerasi-Stimulasi
<2
Rasio SDAU
<3
Gerak nafas-Stimulasi
2 episode
<2 episode
10 cm
<10 cm
Seksio Sesarea
8. Cardiotokografi (CTG)
Menggunakan dua elektroda yang dipasang pada fundus ( untuk menilai aktivitas uterus)
dan pada lokasi punctum maximum denyut jantung janin pada perut ibu. Dapat pula
digunakan untuk menilai hubungan antara denyut jantung dan tekanan intrauterin. CTG bisa
digunakan untuk menilai fungsi kompensasi jantung janin terhadap stress fisologik, dengan
cara Non Stress Test (NST) dan Oxytocyn Challenge Test (OCT).
26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kematian janin intra uterin ( IUFD )
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Ante Natal Care yang teratur dan
efektif sangat dibutuhkan untuk mengetahui kesejahteraan janin untuk
mendeteksi penurunan kesejahteraan janin dan komplikasi pada ibu dapat
dihindari.
Pada kasus ini, kemungkinan penyebab IUFD ialah adanya abnormalitas dari
janin, yaitu hidrops fetalis. Namun, penyebab pasti hanya dapat ditegakkan
bila pada bayi yang dilahirkan dilakukan autopsi.
SARAN
Penyuluhan bagi para ibu dengan kehamilan untuk melakukan Ante Natal
Care secara teratur di RS atau Bidan.
Pada kasus kematian janin intra uterin dapat ditentukan sebab kematian
dengan pemeriksaan autopsi, dengan syarat persetujuan dari pihak keluarga.
27
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
st
4. Scott, James. Disaia, Philip. Hammond, B. charles, Danforth Buku Saku Obstetri
dan Ginekologi. Cetakan pertama, Jakarta ; Widya Medika, 2002.
6. http://www.geocities.com.
Pemantauan
Janin.
Handaya,
Bambang,
Prof.
Gulardi.1999
28
LAPORAN KASUS
Pembimbing:
dr. Juliansyah Badar, Sp.OG
Disusun oleh:
Mohd Syahmi bin Ahmad Nadzer
030.06.317
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya,
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Kematian Janin Intrauterin ini
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Otorita Batam.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr.
Juliansyah Badar, Sp.OG atas segenap waktu, tenaga, dan pikiran yang telah diberikan
selama proses pembuatan referat.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali perubahan di bidang
pengetahuan medis yang mengarah kepada kemajuan dan perbaikan kualitas kesehatan,
banyak data dan fakta yang signifikan perlu diketahui terutama oleh tenaga medis untuk
menegakkan diagnosa dengan baik. Sebagai tenaga medis yang berkualitas, diperlukan
pengetahuan yang cukup agar dapat memberikan penanganan yang tepat. Untuk itu melalui
referat ini penulis mencoba untuk sedikit menjabarkan mengenai Kematian Janin Intrauterin.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan sangat diharapkan demi
penyempurnaannya. Semoga referat ini dapat memberikan pemahaman baru bagi mahasiswa
kedokteran yang sedang mendalami Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan pada
khususnya.
30
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I.
PENDAHULUAN
BAB II.
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS
B.ANAMNESIS
C.PEMERIKSAAN FISIK
D.PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. RESUME
F.DIAGNOSIS
G.PENATALAKSANAAN
H.PROGNOSIS
I.FOLLOW UP
J.ANALISA KASUS
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
15
II.
EPIDEMIOLOGI
15
III.
ETIOLOGI
15
IV.
PATOFISIOLOGI
16
V.
18
VI.
PENATALAKSANAAN IUFD
20
VII.
KOMPLIKASI
23
VIII.
PENCEGAHAN
23
BAB IV
27
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
28
31