KIMIA FISIKA
PANAS PELARUTAN (HS)
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 2
Nama
:
1
2
3
4
5
6
7
Kelas
TUJUAN
II.
DASAR TEORI
Perubahan entalpi yang menyertai pelarutan suatu senyawa disebut panas
pelarutan. Panas pelarutan ini dapat meliputi panas hidrasi yang menyertai
pencampuran secara kimia, energy ionisasi bila senyawa yang dilarutkan
mengalami peristiwa ionisasi. Pada umumnya panas pelarutan untuk garam-garam
netral dan tidak mengalami dissosiasi adalah positif, sehingga reaksinya isotermis
atau larutan akan menjadi dingin dan proses pelarutan berlangsung secara
adiabatis. Panas hidrasi, khususnya dalam system berair, biasanya negative dan
relative besar. Perubahan entalpi pada pelarutan suatu senyawa tergantung pada
jumlah, sifat zat terlarut dan pelarutnya, temperature dan konsentrasi awal dan
akhir dari larutannya.
Jadi panas pelarut standar didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang
terjadi pada suatu system apabila 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam n1 mol
pelarut pada temperature 25 C dan tekanan 1 atmosfer.
Kalor pelarutan adalah entalpi dari suatu larutan yang mengandung 1 mol
zat terlarut, relative terhadap zat terlarut atau pelarut murni pada suhu dan tekanan
sama. Entalpi suatu larutan pada suhu T relative terhadap pelarut dan zat terlarut
murni pada suhu T0 dinyatakan sebagai :
H = n1H1 + n2H2 + n2Hs2
Dimana :
H = entalpi dari n1 + n2 mol larutan dari komponen 1 dan 2 pada suhu T relative
terhadap temperature T0.
Hs2 = panas pelarutan integral dari komponen 2 pada suhu T.
Pada percobaan ini pelarut yang digunakan sangat terbatas, dan mencari
panas pelarutan dua senyawa yaitu tembaga (III) sulfat.5H2O dan tembaga (II)
sulfat anhidrat. Dengan menggunakan Hukum HESS dapat dihitung panas reaksi :
CuSO4 (s) + aq ----->
CuSO4.5H2O
Menurut hukum HESS bahwa perubahan entalpi suatu reaksi kimia tidak
bergantung pada jalannya reaksi, tetapi hanya tergantung kepada keadaan awal
dan akhir dari suatu reaksi.
Sebagai contoh penggunaan Hukum HESS :
CuSO4 (s) + aq
----->
CuSO4 (aq)
= a kj
----->
= b kj
CuSO4.5H2O (s) = (a - b)
kj
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat antara lain :
1. Temperatur
Umumnya kelarutan akan naik seiring dengan naiknya suhu. Dalam
beberapa hal perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu dapat menjadi dasar
pemisahan.
2. Pelarut
Garam anorganik kebanyakan lebih dapat larut dalam air murni dari pada
pelarut organik.
3. Ion sekutu atau sejenis
Adanya ion sekutu dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan
kelarutan suatu endapan berkurang.
4. Ion asing
Dengan adanya ion asing maka kelarutan akan bertambah.
5. pH
6. Konsentrasi
Bila konsentrasi lebih kecil dari pada kelarutan, zat padat akan terlarut dan
sebaliknya, bila konsentrasi melebihi kelarutan maka akan terjadi pengendapan.
Proses pelarutan umumnya melibatkan atau kehilangan sejumlah
entalpi, kelaruttan sangat bergantung pada suhu.
Teori Tambahan
Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa
kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi dengan
kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk bubuk hijau
pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO45H2O),
berwarna biru terang.
Sifat-sifat kimia
Tembaga(II) sulfat pentahidrat akan terdekomposisi sebelum mencair pada
150 C, akan kehilangan dua molekul airnya pada suhu 63 C, diikuti 2 molekul
lagi pada suhu 109 C dan molekul air terakhir pada suhu 200 C.
Proses dehidrasi melalui dekomposisi separuh tembagatetraaqua(2+), 2 gugus
aqua yang berlawanan akan terlepas untuk menghasilkan separuh
tembagadiaqua(2+). Tahap dehidrasi kedua dimulai ketika 2 gugus aqua terakhir
terlepas. Dehidrasi sempurna terjadi ketika molekul air yang tidak terikat terlepas.
Pada suhu 650 C, tembaga (II) sulfat akan terdekomposisi menjadi tembaga(II)
oksida (CuO) dan belerang trioksida (SO3).
Warna tembaga(II) sulfat yang berwarna biru berasal dari hidrasi air. Ketika
tembaga(II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya akan terdehidrasi dan
berubah warna menjadi hijau abu-abu.
Tembaga sulfat bereaksi dengan asam klorida. Pada reaksi ini, larutan tembaga(II)
yang warnanya biru akan berubah menjadi hijau karena pembentukan
tetraklorokuprat(II):
Cu2+ + 4 Cl CuCl42
Tembaga(II) sulfat juga dapat bereaksi dengan logam lain yang lebih reaktif dari
tembaga (misalnya Mg, Fe, Zn, Al, Sn, Pb, etc.):
CuSO4 + Zn ZnSO4 + Cu
CuSO4 + Fe FeSO4 + Cu
CuSO4 + Mg MgSO4 + Cu
CuSO4 + Sn SnSO4 + Cu
3 CuSO4 + 2 Al Al2(SO4)3 + 3 Cu
Tembaga yang terbentuk akan terlapisi di permukaan logam lainnya. Reaksi akan
berhenti ketika tidak ada lagi permukaan kosong pada logam yang dapat dilapisi
oleh tembaga.
Kegunaan
Sebagai herbisida, fungisida dan pestisida
Tembaga(II) sulfat pentahidrat adalah sebuah fungisida. Namun, beberapa jamur
mampu beradaptasi dengan peningkatan kadar ion tembaga. Dicampur dengan
kapur biasanya disebut campuran Bordeaux dan digunakan untuk mengontrol
jamur pada tumbuhan anggur, melon, dan beri lainnya. Keguanaan lainnya adalah
senyawa Cheshunt, sebuah campuran dari tembaga sulfat dan amonium karbonat
digunakan dalam hortikultura untuk mencegah pelembaban pada biji.
Penggunaannya sebagai herbisida bukan pertanian, melainkan untuk kontrol
searangan tanaman air dan akar tumbuhan dengan pipa yang mengandung air. Hal
ini juga digunakan di kolam renang sebagai sebuah algaecide. Sebuah larutan
encer tembaga sulfat digunakan untuk mengobati ikan akuarium dari infeksi
parasit,[10] dan juga digunakan untuk menghilangkan siput dari akuarium. Ion
tembaga sangat beracun bagi ikan, sehingga perawatan harus dilakukan dengan
memperhatikan dosis. Sebagian besar spesies alga dapat dikontrol dengan
konsentrasi tembaga sulfat yang sangat rendah. embaga sulfat menghambat
pertumbuhan bakteri seperti Escherichia coli.
Untuk sebagian besar dari abad ke-20, tembaga arsenat dikrom (CCA) adalah tipe
dominan untuk pengawetan kayu. Untuk membuat pressure-treated wood, tabung
yang besar diisi dengan sebuah bahan kimia encer. Tembaga(II) sulfat pentahidrat
dilarutkan di dalam air bersama dengan zat aditif sebelum kayu ditempatkan di
dalam tabung. Ketika tabung diberi tekanan, bahan kimia diserap oleh kayu,
memberikan kayu fungisida, insektisida, dan sinar ultraviolet yang memantulkan
sifat yang membantu melestarikannya.
Reagen analisis
Beberapa tes kimia menggunakan tembaga sulfat. Tembaga sulfat digunakan
dalam larutan fehling dan larutan benedict untuk mengetes gula pereduksi, yang
nantinya akan mereduksi tembaga(II) sulfat yang berwarna biru menjadi
tembaga(I) oksida yang berwarna merah. Tembaga sulfat juga digunaka pada
reagen biuret untuk mengetes protein.
Tembaga sulfat juga digunakan dalam uji darah seseorang penderita anemia. Uji
darah dilakukan dengan meneteskannya pada larutan tembaga sulfat. Dengan efek
gravitasi, darah yang banyak mengandung hemoglobin akan dengan cepat
V.
CARA KERJA
1. Menentukan tetapan harga calorimeter
Memasukkan aquadest ke dalam calorimeter sebanyak 50ml.
Mengukurdanmencatatsuhu air dalam calorimeter (t1).
kamar(t2).
Menuangkan air yang telah dipanaskan ke dalam calorimeter.
Mengaduk dan mencatat suhu campuran yang merupakan suhu tertinggi (t3).
Catatan :
Serbuk CuSO4 pentahidrat dihaluskan pada mortar.
Serbuk CuSO4 anhidrat diperoleh dengan jalan memanaskan CuSO4 pentahidrat
sampai warnanya berubah dari biru menjadi putih. Simpan dalam desikator
sampai dingin dan selanjutnya ditimbang.
KESELAMATAN KERJA
VI.
VI.
DATA PENGAMATAN
T1
31
31
31
31
31
Suhu (0C)
T2
41
41
41
41
41
T3
37.5
37
36
36
35.5
Penambahan CuSO4
pentahidrat (0C)
32
32
32
32
32
32
32
31.5
31.5
31.5
31.85
Suhu awal = 32.5 0C
Massa = 5 gram
Suhu awal = 32.5 0C
Massa = 5 gram
a. Penentuan tetapan calorimeter
Waktu (detik)
30
60
90
120
Suhu
(oC)
36
36
35
35
Penambahan CuSO4
anhidrat (0C)
34
34
34
33.5
33.5
33.5
33.5
33
33
33
33.5
Suhu (oC)
Linear (Suhu (oC))
35
34.5
waktu (detik)
Penambahan CuSO4
pentahidrat (0C)
32
32
32
32
32
32
32
31.5
31.5
31.5
31.85
Penambahan CuSO4
anhidrat (0C)
34
34
34
33.5
33.5
33.5
33.5
33
33
33
33.5
34.5
34
33.5
CuSO4 pentahidrat
(0C)
33
Linear (CuSO4
pentahidrat (0C))
32.5
32
31.5
Linear (CuSO4
anhidrat (0C))
31
30.5
30
1
9 10
Waktu (menit)
VI. PERHITUNGAN
1. Menentukan tetapan harga calorimeter
Panas yang diterima
X
= m. cp (t3-t1)
= 50 gram . 4,2 J/gram oC . (35.5-31) oC
= 50 gram . 4,2 J/gram oC . 4,5 oC
= 945 J
= m . cp . (t2-t3)
= 50 gram . 4,2 J/gram oC . (41-35,5) oC
= 50 gram . 4,2 J/gram oC . 5,5 oC
= 1165 J
=y x
t3 t1
= ( 1155 945 ) J
(35,5 31 ) oC
= 46,7 J/oC
= 0,02 mol
0,02 mol
CuSO4 anhidrat
Q = m. cp (t5-t4) + k (t5-t4)
= 5 gram . 4,2 J/gram oC (33,5-32,5) oC +46,7 J/oC (33,5-32,5)oC
= 21 J + 46,7 J
= 67,7 J
n=
massa =
5 gram
BM
159,5 gr/mol
H = - Q
n
= 0,03 mol
maka :
CuSO4 (s) + aq
CuSO4.5H2O + aq
CuSO4 (aq)
CuSO4 + 5H2O
H= -2,257 kJ/mol
CuSO4.5H2O
H= 2,200 kJ/mol
H = H CuSO4.5H2O -
HCuSO4
= 2,2 (- 2,257)
= 4,457 kJ/mol
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada hukum hess dikenal sebagai hokum penjumlahan kalor sehingga
dapat dugunakan untuk menentukan panas reaksi secara tidak
langsung.
2. Panas netralisasi yang diperoleh dari CuSO4.5H2O adalah 2,2 kJ/mol
dan CuSO4 anhidrat adalah -2,257 kJ/mol.
3. Panas reaksi yang didapatkan dari hokum hess yaitu 4,457kJ/mol yaitu
menerima kalor.
X. GAMBAR ALAT
Hot Plate
Termometer
Oven
Desikator
Spatula
Mortar
Kalorimeter
Pipet ukur
Gelas Kimia
Kaca Arloji
Bola Karet