FISIKA DASAR II
Disusun Oleh :
Nama
: Wandy Gunawan
Nim
: 1301116
HUKUM KIRCHOFF
Di peralatan listrik, kita sudah biasa menjumpai serangkaian listrik yang
bercabang-cabang. Untuk menghitung besarnya arus listrik yang mengalir pada setiap
cabang yang dihasilkan oleh sumber arus listrik. Gustav Kirchhoff (1824-1887)
mengemukakan dua aturan hukum yang dapat digunakan untuk membantu
perhitungan tersebut. Hukum Kirchoff I disebut hukum titik cabang dan Hukum
Kirchhoff II disebut hukum loop.
1.1.
Hukum kirchoff I
jumlah kuat arus listrik yang masuk titik percabangan sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang meninggalkan titik percabangan.
Muatan listrik yang mengalir melalui rangkaian listrik bersifat kekal artinya
muatan listrik yang mengalir ke titik percabangan dalam suatu rangkaian
besarnya sama dengan muatan listrik yang keluar dari titik percabangan itu.
Perhatikan Gambar berikut.
Muatan Q1, Q2 dan Q5 menuju titik percabangan P dan muatan Q3 dan Q4
keluar dari titik percabangan P. Secara umum muatan listrik bersifat kekal, maka
jumlah muatan listrik yang masuk percabangan P sama dengan jumlah muatan
listrik yang keluar dari titik percabangan P. Dalam hal ini berlaku persamaan:
Jika muatan mengalir selama selang waktu t, kuat arus yang terjadi:
Hukum I Kirchoff yang membahas kuat arus yang mengalir pada rangkaian
listrik dapat diterapkan pada rangkaian listrik tak bercabang (seri) maupun
rangkaian listrik bercabang (paralel).
1.2.
Hokum Kirchoff II
Hukum Kirchoff secara keseluruhan ada 2, setelah yang diatas dijelaskan tentang
hukum beliau yang ke I. Hukum Kirchoff II dipakai untuk menentukan kuat arus
yang mengalir pada rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup (saklar dalam
keadaan tertutup). Perhatikan gambar berikut!
BAB II
HUKUM OHM
2.1.
Gambar 2.1
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya atau juga menyatakan bahwa besar arus
yang mengalir pada suatu konduktor pada suhu tetap sebanding dengan beda
potensial antara kedua ujung-ujung konduktor.Sebuah benda penghantar
dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinyatidak bergantung
terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.
Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar,
namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah. Hukum ini
dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada
tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The
Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827.
Ada 2 bunyi hukum Ohm yaitu :
1. Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda
potensial (Tegangan). Untuk sementara tegangan dan beda potensial
dianggap sama walau sebenarnya kedua secara konsep berbeda. Secara
matematika di tuliskan I V atau V I, Untuk menghilangkan
Gambar 2.2
dimana I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam
satuan Ampere, Vadalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung
penghantar dalam satuan volt, dan Radalah nilai hambatan listrik (resistansi)
yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuanohm.
tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang penampang, luas
penampang dan jenis bahan.
2.2.
punya jutaan elektron yang bergerak secara acak dengan kelajuan 10 pangkat 5 m/s.
Ketika kawat ini tidak kita hubungkan dengan sumber tegangan maka elektron akan
bergerak disekitar tempat nya saja, dia tidak akan bisa jauh-jauh dari tempatnya
semula. Hal ini disebabkan karena disekitarnya berdesak desakan dengan elektron
lain dan juga ada pengaruh gaya ikat inti. Bagaimana jika kawat tersebut kita
hubungkan dengan sumber tegangan maka elektron mulai mengalir dengan kelajuan 1
mm/s. Menurut para ahli energi yang diperoleh dari sumber tegangan digunakan
elektron untuk berpindah, dan saat berpindah elektron juga mengeluarkan energi.
Dalam perjalanannya elektron juga mendapat halangan elektron elektron yang lain.
Besarnya halangan yang dialami elektron inilah yang disebut dengan hambatan listrik
suatu benda.
Seperti penjelasan awal tadi hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
panjang, luas dan jenis bahan. Hambatan berbading lurus dengan panjang benda,
semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu benda. Hambatan juga
berbading terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas penampangnya maka
semakin kecil hambatannya.. Inilah alasan mengapa kabel tiang listrik dibuat besarbesar, tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan sehingga tegangan bisa
mengalir dengan mudah. Hambatan juga berbanding lurus dengan jenis benda
(hambatan jenis) semakin besar hambatan jenisnya maka semakin besar hambatan
benda itu. Secara matematika dapat dituliskan :
dimana adalah hambatan jenis (ohm/m), L adalah panjang benda (m) dan A
adalah luas penampang (m kuadrat) biasanya luas penampang bentuknya
lingkaran.
2.3.
2)
BAB III
LISTRIK MAGNET
3.1.
Pada pelajaran listrik telah dikaji bahwa jika sebuah muatan diletakkan dalam
medan listrik, ia mengalami gaya listrik dan energi listriknya dapat dipakai
sebagai tenaga gerak untuk berpindah tempat. Hal yang sama terjadi pada
magnet. Jika sebatang magnet diletakkan dalam suatu ruang, maka terjadi
perubahan dalam ruang ini, yaitu pada setiap titik dalam ruang akan terdapat
medan magnetik.
Arah medan magnetik di suatu titik didefinisikan sebagai arah yang
ditunjukkan oleh kutub utara jarum kompas ketika ditempatkan pada titik
tersebut. Perhatikan Gambar 3.1a.
(a)
(b)
Gambar 3.1. (a) Arah medan magnet, (b) Garis-garis medan magnet
Sama seperti medan listrik, medan magnetikpun dapat digambarkan dalam bentuk
garis-garis khayal yang disebut garis medan magnetik. Garis medan magnetik dapat
digambarkan dengan pertolongan sebuah kompas. Untuk menunjukkan garis medan
magnet yang disebabkan oleh sebuah magnet batang, dilakukan dengan jarum
kompas. Arah medan magnetik di suatu titik pada garis medan ini ditunjukkan dengan
arah garis singgung di titik tersebut. Gambar 3.1(b) menunjukkan garis-garis medan
magnetik.
Selama bertahun-tahun Hans Cristian Oersted, seorang guru fisika dari
Denmark, mempercayai ada suatu hubungan antara kelistrikan dan kemagnetan,
namun dia tidak dapat membuktikan secara eksperimen. Baru pada tahun 1820 dia
akhirnya Oersted mengamati bahwa ketika sebuah kompas diletakkan dekat kawat
berarus, jarum kompas tersebut menyimpang atau bergerak, segera setelah arus
mengalir melalui kawat tersebut. Ketika arah arus tersebut dibalik, jarum kompas
tersebut bergerak dengan arah sebaliknya. Jika tidak ada arus listrik mengalir melalui
kawat tersebut, jarum kompas tersebut tetap diam. Karena sebuah jarum kompas
hanya disimpangkan oleh suatu medan magnet, Oersted menyimpulkan bahwa suatu
arus listrik menghasilkan suatu medan magnet.
Gambar 3.2. Arus yang mengalir melalui sebuah kawat akan menimbulkan medan magnet
Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik itu ke elemen kawat
penghantar
Berbanding lurus dengan sinus sudut antara arah arus dan garis penghubung
titik itu ke elemen kawat penghantar
3.3.
bergerak dan kemagnetan itu adalah suatu fenomena. Konsep muatan magnet
dari Ampere ini akan kita bahas nanti (lihat konsep Ampere).
3.4.
Suatu jarum kompas yang ditempatkan dalam suatu medan magnetik akan
mensejajarkan dirinya dengan garis medan magnetik. Kutub utaranya akan
menunjukkan arah medan magnetik di titik itu.(Perhatikan Gambar 3.3.a).
Gambar 3.3.a
Gambar 3.3.b
Sekarang amati jarum sebuah kompas yang digerakkan pada titik sekitar
kawat berarus. Jarum kompas tampak bergerak sesuai dengan arah garis
singgung lingkaran yang berpusat pada kawat.(Perhatikan Gambar 3.3.b).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa arah garis medan magnetik akibat kawat
berarus adalah sejajar garis singgung lingkaran-lingkaran yang berpusat pada kawat
dengan arahnya ditunjukkan oleh kutub utara kompas.
3.4.2
3.5.
Keterangan:
= sudut antara sumbu kawat dan garis hubung P ke titik pada lingkaran
kawat dalam
derajad ()
dimana
Besarnya medan magnet di pusat kawat melingkar dapat dihitung
3.6.
Dengan arah medan magnet ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Arah
arus menentukan arah medan magnet pada Solenoida.
Gambar 3.6.
BAB IV
RESONASI BUNYI
4.1.
Resonasi
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda
lain yang bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan
bulat dari frekuensi itu. Resonansi sangat bermanfaat dalam kehidupan seharihari. Misalnya, resonansi bunyi pada kolom udara dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan bunyi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dibuat berbagai
macam alat musik. Alat musik pada umumnya dibuat berlubang agar terjadi
resonansi udara sehingga suara alat musik tersebut menjadi nyaring. Contoh alat
musik itu antara lain: seruling, kendang, beduk, ketipung dan sebagainya.
Resonansi sangat penting di dalam dunia musik. Dawai tidak dapat
menghasilkan nada yang nyaring tanpa adanya kotak resonansi. Pada gitar
terdapat kotak atau ruang udara tempat udara ikut bergetar apabila senar gitar
dipetik. Udara di dalam kotak ini bergerak dengan frekuensi yang sama dengan
yang dihasilkan oleh senar gitar. Udara yang mengisi tabung gamelan juga akan
ikut bergetar jika lempengan logam pada gamelan tersebut dipukul. Tanpa
adanya tabung kolom udara di bawah lempengan logamnya, Anda tidak dapat
mendengar nyaringnya bunyi gamelan tersebut. Reonansi juga dipahami untuk
mengukur kecepatan perambatan bunyi di udara. Untuk mengetahui proses
resonansi, kita tinjau dua garputala yang saling beresonansi seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.1.
(4.2)
(4.2)
(4.3)
Keterangan :
fn
Panjang dawai
Kemungkinan pertama terjadi seperti pada Gambar 4.4(a). Pola ini disebut
nada dasar (n = 0). Pada gelombang stasionernya terjadi 2 simpul dan 1 perut
dan memenuhi l = 1/2. Jika dipetik di tengah dawai, maka akan terbentuk pola
gelombang seperti Gambar 4.4.(b). Ada 3 simpul dan 2 perut. Pola ini dinamakan
nada atas pertama (n =1) dan berlaku l = . Sedangkan pada Gambar 4.4.(c)
dinamakan nada atas kedua, l = 3/2. Jika pola gelombangnya digambarkan
terus, maka setiap kenaikan satu nada akan bertambah gelombang lagi. Sifat
dawai ini dapat dituliskan seperti berikut.
. Dengan
.........................................(4.4)
4.3.
Pipa Organa
Pipa organa merupakan sejenis alat musik tiup. Bisa dicontohkan sebagai
seruling bambu. Anda tentu pernah melihat bahwa ada dua jenis seruling bambu.
Demikian juga dengan karakteristik pipa organa. Ada pipa organa terbuka (kedua
ujungnya terbuka) dan pipa organa tertutup (salah satu ujungnya tertutup).
Pipa organa merupakan semua pipa yang berongga di dalamnya, bahkan
Anda dapat membuatnya dari pipa paralon. Pipa organa ini ada dua jenis yaitu
pipa organa terbuka berarti kedua ujungnya terbuka dan pipa organa tertutup
berarti salah satu ujungnya tertutup dan ujung lain terbuka. Kedua jenis pipa ini
memiliki pola gelombang yang berbeda.
Jika pipa organa ditiup, maka udara-udara dalam pipa akan bergetar
sehingga menghasilkan bunyi. Gelombang yang terjadi merupakan
gelombang longitudinal. Kolom udara dapat beresonansi, artinya dapat
bergetar. Kenyataan ini digunakan pada alat musik yang dinamakan
Organa, baik organa dengan pipa tertutup maupun pipa terbuka. Pola
gelombang untuk nada dasar ditunjukkan pada Gambar 3.7. Panjang
kolom udara (pipa) sama dengan (jarak antara perut berdekatan).
Dengan demikian L =
atau 1= 2L
f1 =
(4.5)
f2 =
(4.6)
............................................................(4.6)
Dengan v = cepat rambat bunyi dalam kolom udara dan n = 1, 2, 3, . .
. . Jadi, pada pipa organa terbuka semua harmonik (ganjil dan genap)
muncul, dan frekuensi harmonik merupakan kelipatan bulat dari
harmonik kesatunya. Flute dan rekorder adalah contoh instrumen yang
berprilaku seperti pipa organa terbuka dengan semua harmonik muncul.
Jika ujung pipa organa tertutup, maka pipa organa itu disebut pipa
organa tertutup. Pada ujung pipa tertutup, udara tidak bebas bergerak,
sehingga pada ujung pipa selalu terjadi simpul. Tiga keadaan resonansi di
dalam pipa organa tertutup ditunjukkan pada Gambar 3.8.
atau 1 =
.......................................(4.7)
Pola resonansi berikutnya dengan panjang gelombang 3 disebut nada
atas pertama, ditunjukkan pada gambar 3.8b. Ini terjadi dengan
menyisipkan sebuah simpul, sehingga terjadi 2 perut dan 2 simpul.
. Dengan demikian,
atau
.....................................(4.8)
Perhatikan bahwa frekuensi ini sama dengan tiga kali frekuensi nada
dasar. Selanjutnya akan Anda peroleh bahwa frekuensi nada atas kedua,
yang getarannya seperti ditunjukkan pada Gambar 3.8c adalah
(4.9)
Tampak bahwa pada kasus pipa organa tertutup hanya harmonikharmonik ganjil yang muncul. Harmonik kesatu, f1, harmonik ketiga f3 =
3f1, harmonik kelima f5 = 5f1, dan seterusnya. Secara umum, frekuensifrekuensi alami pipa organa tertutup ini dinyatakan oleh :
.............................(4.10)
Alat musik yang termasuk keluarga klarinet merupakan contoh pipa
organa tertutup dengan harmonik ganjil untuk nada-nada rendah
4.4.
Efek Doppler
Fenomena perubahan frekuensi karena pengaruh gerak relatif antara sumber
bunyi dan pendengar, pertama kali diamati oleh Christian Doppler. Jika antara
sumber bunyi dan pendengar tidak ada gerakan relatif, maka frekuensi sumber
bunyi dan frekuensi bunyi yang didengar oleh seseorang adalah sama. Namun,
jika antara sumber bunyi dan si pendengar ada gerak relatif, ternyata antara
frekuensi sumber bunyi dan frekuensi bunyi yang didengar tidaklah sama. Suatu
contoh, misalnya ketika Anda naik bis dan berpapasan dengan bis lain yang
sedang membunyikan klakson, maka akan terdengar suara yang lebih tinggi,
berarti frekuensinya lebih besar dan sebaliknya ketika bis menjauhi anda, bunyi
klakson terdengar lebih rendah, karena frekuensi bunyi yang didengar berkurang.
Peristiwa ini dinamakan Efek Doppler.
Jadi, Effek Doppler adalah peristiwa berubahnya harga frekuensi bunyi yang
diterima oleh pendengar (P) dari frekuensi suatu sumber bunyi (S) apabila terjadi
gerakan relatif antara P dan S. Oleh Doppler dirumuskan sebagai :
.........................................................(4.11)
Dengan :
fP adalah frekuensi yang didengar oleh pendengar.
fS adalah frekuensi yang dipancarkan oleh sumber bunyi.
vP adalah kecepatan pendengar.
vS adalah kecepatan sumber bunyi.
v adalah kecepatan bunyi di udara.
Pengaruh Angin
Persamaan (3.24) untuk efek Doppler diperoleh dengan mengabaikan
kecepatan angin vw. Jika kecepatan angin cukup berarti sehingga tak dapat
diabaikan, maka kecepatan angin vw harus dimasukkan ke dalam
persamaan efek Doppler. Dengan demikian efek Doppler dengan
memasukkan pengaruh angin adalah
....................................(4.12)
Perjanjian tanda untuk vw sama seperti vp dan vs yaitu positif jika searah
dengan arah dari sumber ke pendengar.
4.5.
4.5.1. Intensitas
Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan tiap satuan
luas tiap satuan waktu. Karena energi tiap satuan waktu kita ketahui
sebagai pengertian daya, maka intensitas bisa dikatakan juga daya tiap
satuan luas. Secara matematis :
(4.13)
Keterangan :
Luas (m2)
(4.14)
Sehingga, persamaan (3.21) dapat kita modifikasi menjadi :
(4.15)
secara
tidak
langsung
kuat
bunyi
sebanding
dengan
intensitasnya.
(4.16)
Keterangan :
TI
I0
bersama-sama,
maka
besarnya
taraf intensitas
bunyi
dinyatakan sebagai :
(4.17)
(4.18)
4.6.
(4.19)
c. Manfaat resonasi
(4.20)
Di mana:
v = cepat rambat bunyi (m/s)
L = dalamnya laut (m)
t = waktu (t)
BAB V
KALORIMETER
5.1. Pengertian Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Kalorimeter
umumnya digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Kalor jenis suatu
zat dapat di hitung dengan menggunakan massa air dingin, massa bahan contoh,
massa kalorimeter, dan mengukur suhu air dan bahan contoh sebelum dan
sesudah percobaan.
Ada beberapa jenis kalorimeter, yaitu:
1. Kalorimeter alumunium
2. Kalorimeter elektrik
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu calorimeter sebesar 10oC pada
air dengan massa 1 gram disebut tetapan calorimeter. Dalam proses ini berlaku
Azas Black, yaitu:
Qlepas
Qteriima
Qair panas
m1 c (Tp-Tc) =
(5.1)
Keterangan:
m1
m2
= kapasotas kalor
Tc
Tp
Td
Sedang hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi disebut
termodinamika. Termodinamika dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang
menangani hubungan kalor, kerja, dan bentuk lain energi dengan kesetimbangan
dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan.
Hukum pertama termodinamika menghubungkan perubahan energi dalam suatu
proses termodinamika dengan jumlah kerja yang dilakukan pada sistem dan
jumlah kalor yang dipindahkan ke sistem (Keenan, 1980).
Hukum kedua termodinamika yaitu membahas tentang reaksi spontan dan tidak
spontan. Proses spontan yaitu reaksi yang berlangsung tanpa pengaruh luar.
Sedangkan reaksi tidak spontan tidak terjadi tanpa bantuan luar.
Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa entropi dari Kristal sempurna
murni pada suhu nol mutlak ialah nol. Kristal sempurna murni pada suhu nol
mutlak menunjukan keteraturan tertinggi yang dimungkinkan dalam sistem
termodinamika. Jika suhu ditingkatkan sedikit di atas 0 K, entropi meningkat.
Entropi mutlak selalu mempunyai nilai positif.
Kalor jenis dapat diperoleh dari hubungan massa zat (m), kalor jenis zat (c) dan
perubahan suhu (T ), yang dinyatakan dalam persamaan berikut:
Q = m.c. T
Keterangan:
Q
= kalor jenis
untuk dilakukan pengukuran. Jika benda atau sistem diisolasi dari alam, maka
temperatur harus tetap konstan. Jika energi masuk atau keluar, temperatur akan
berubah. Energi akan berpindah dari satu tempat ke tempat yang disebut dengan
panas dan kalorimetri mengukur perubahan suatu tersebut. Bersamaan dengan
kapasitas dengan kapasitas panasnya, untuk menghitung perpindahan panas.
Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika
zat menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu
sehingga zat tersebut akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud
dari padat menjadi cair. Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari
cair menjadi padat maka zat tersebut akan melepaskan sejumlah kalor. Dalam
Sistem Internasional (SI) satuan untuk kalor dinyatakan dalam satuan kalori (kal),
kilokalori (kkal), atau joule (J) dan kilojoule (kj).
1 kilokalori= 1000 kalori
1 kilojoule= 1000 joule
1 kalori = 4,18 joule
(5.2)
1 kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air
sehingga suhunya naik sebesar 1oC atau 1K. jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1oC atau 1K dari 1 gram zat disebut kalor jenis Q=m.c. T,
satuan untuk kalor jenis adalah joule pergram perderajat Celcius (Jg-1oC-1) atau
joule pergram per Kelvin (Jg-1oK-1) (Petrucci, 1987).
5.2. Cara kerja
Sebelum zat-zat pereaksi di reaksikan di dalam calorimeter, terlebih dahulu
suhunya di ukur, dan usahakan agar masing-masing pereaksi ini memiliki suhu
yang sama. Setelah suhunya diukur kedua larutan tersebut dimasukkan kedalam
calorimeter sambil diaduk agar zat-zat bereaksi dengan baik, kemudian suhu
akhir diukur.
Jika reaksi dalam calorimeter berlangsung secara eksoterm maka kalor yang
timbul akan dibebeaskan ke dalam larutan itu sehingga suhu larutan akan naik,
dan jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara endoterm maka reaksi itu
akan menyerap kalor dari larutan itu sendiri, sehingga suhu larutan akan turun.
Besarnya kalor yang diserap atau dibebaskan reaksi itu adalah sebanding dengan
perubahan suhu dan massa larutan, jadi:
Qreaksi = mlarutan . clarutan . T
(5.3)
Kalorimetri
yang
lebih
teliti
adalah
yang
lebih
terisolasi
serta
BAB VI
adalah medan temperatur atau medan tekanan udara, yang kerap diilustrasikan dalam
laporan cuaca sebagai isoterm dan isobar, dengan menghubungkan titik-titik yang
memiliki suhu atau tekanan yang sama.
6.1 Teori Medan
Teori Medan biasanya mengacu pada konstruksi dinamika suatu medan, yaitu
spesifikasi bagaimana suatu medan berubah terhadap waktu atau terhadap komponen
lain dari medan tersebut. Biasanya ini dilakukan dengan menulis Lagrangian atau
Hamiltonian dari medan tersebut, dan memperlakukannya sebagai sistem mekanika
klasik atau kuantum dengan jumlah derajat kebebasan tak terhingga. Teori medan
yang dihasilkan disebut sebagai teori medan klasik atau teori medan kuantum.
Dalam fisika modern, medan yang paling sering dipelajari adalah model empat gaya
fundamental yang pada suatu hari mungkin menghasilkan Teori Medan Terpadu
6.1.1
Medan Klasik
Terdapat beberapa contoh medan klasik. Dinamika suatu medan klasik biasanya
dispesifikasikan oleh kerapatan Lagrange dalam komponen medan. Dinamika
tersebut dapat diperoleh menggunakan prinsip Aksi.
Michael Faraday pertama kali menyadari pentingnya medan sebagai objek fisika,
selama penyelidikannya tentang magnetisme. Dia menyadari bahwa medan listrik dan
medan magnet tidak hanya medan gaya yang menentukan gerakan partikel, tetapi
juga memiliki realitas fisika sendiri, karena mereka mengandung energi.
Gagasan ini pada akhirnya berujung pada penciptaan teori medan terpadu pertama
oleh James Clerk Maxwell, dengan diperkenalkannya persamaan untuk medan
elektromagnetik. Versi modern persamaan ini disebut sebagai Persamaan Maxwell.
Pada akhir abad ke-19, medan elektromagnetik dipahami sebagai kumpulan dua
medan vektor dalam ruang. Saat ini, para fisikawan merumuskannya sebagai medan
tensor tunggal asimetris orde-2 dalam ruang-waktu.
Teori gravitasi Einstein, teori relativitas umum, adalah contoh lain teori medan. Di
sini medan utama adalah tensor metrik, medan tensor orde-2 simetris dalam ruangwaktu.
6.1.2
Medan Maknum
Saat ini para fisikawan percaya bahwa mekanika kuantum semestinya mendasari
semua fenomena fisis, sehingga suatu teori medan klasik, paling tidak dalam
prinsipnya, dapat dirumuskan dalam bentuk mekanika kuantum. Keberhasilan
kuantisasi ini menghasilkan teori medan kuantum yang terkait. Sebagai contoh
kuantisasi
elektrodinamika
klasik
menghasilkan
elektrodinamika
kuantum.
Elektrodinamika kuantum dapat disebut sebagai teori ilmiah paling berhasil. Data
percobaan mengkonfirmasi ramalannya dengan kecermatan lebih tinggi daripada teori
lain manapun. Dua teori medan kuantum dasar lainnya adalah kromodinamika
kuantum dan teori elektrolemah. Ketiga teori medan kuantum ini dapat diturunkan
sebagai kasus khusus model standar fisika partikel. Teori Relativitas Umum, teori
medan gravitasi klasik, sampai saat ini belum berhasil dikuantisasi.
Teori medan klasik masih bermanfaat pada keadaan sifat-sifat kuantum tidak muncul,
dan dapat menjadi wilayah penelitian aktif. Elastisitas bahan, dinamika fluida, dan
persamaan Maxwell merupakan contoh-contohnya.
6.1.3
medan-medan tersebut hampir selalu dapat diturunkan dua kali. Namun fungsi
tergeneralisasi tidaklah kontinu. Ketika berurusan dengan medan klasik pada
temperatur terhingga, metode matematika medan acak kontinu mesti dipakai, karena
medan klasik yang berfluktuasi secara termal tidak dapat diferensiasikan di mana pun
(nowhere differentiable).
Simetri Ruang-Waktu
Medan vektor (seperti besar dan arah gaya pada tiap titik dalam medan
magnet yang diberikan dengan menempatkan vektor pada tiap titik dalam
ruang. Komponen-komponen vektor ini bertransformasi seperti biasa dalam
rotasi dalam ruang.
Medan tensor (seperti tensor tegangan kristal) diberikan oleh tensor pada tiap
titik ruang. Komponen tensor ini bertransformasi seperti biasa dalam rotasi
dalam ruang.
Simetri Internal
Medan boleh jadi memiliki simetri internal selain simetri ruang-waktu. Dalam banyak
keadaan bisa muncul keperluan terhadap medan yang merupakan senarai skalar
ruang-waktu: (1,2...N). Sebagai contoh, dalam ramalan cuaca skalar-skalar tersebut
adalah suhu, tekanan, kelembapan, dan sebagainya. Dalam fisika partikel, simetri
muatan warna interaksi quark adalah contoh simetri internal interaksi kuat, seperti
juga simetri isospin atau flavor.
Bila ada simetri suatu masalah yang tidak melibatkan ruang-waktu, yang didalamnya
komponen-komponen ini bertransformasi ke dalam satu sama lain, maka himpunan
simetri ini dinamakan simetri internal. Klasifikasi muatan medan dapat juga dibuat di
bawah simetri internal