Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN BENCANA

Kasus
Masalah banjir belum juga terselesaikan di Ibu Kota. Banjir cukup
merata di seluruh wilayah Jakarta. Sejumlah akses jalan terputus. Air setinggi
20cm hingga beberapa meter menggenangi jalanan Ibu Kota. Banjir pun tak
pilih-pilih lokasi, mulai dari perkampungan hingga Kompleks Istana
Kepresidenan kebanjiran. Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari
terakhir membuat volume air bertambah. Sungai dan waduk meluap. Tanggul
pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air. Namun, banjir
seharusnya tak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi itu.
Analisa Kasus
Jakarta merupakan daerah yang sangat sering menjadi langganan
banjir setiap tahunnya. Menurut Ilmu Sipil (2014), ada beberapa penyebab
mengapa Jakarta mempunyai tingkat kejadian banjir yang cukup tinggi,
diantaranya adalah:
1. Sungai atau saluran irigasi tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Hal ini
dapat disebabkan karena tumpukan sampah di sungai dan/ penggunaan
sebagian ruas sungai sebagai area hunian.
2. Pendangkalan atau pengecilan ukuran sungai.
3. Pintu air yang tidak berfungsi dengan baik.
4. Pembagian area banjir untuk mengantasipasi wilayah ring 1 agar tidak
kebanjiran. Misalnya istana negara atau area perkantoran pemerintah
lainya yang dilindungi dari banjir. Hal tersebut tentunya menyebabkan
sebagian debit banjir harus dipindahkan dan ditanggung daerah lain.
5. Budaya masyarakat atau pengusaha yang kurang peduli atau tidak cinta
lingkungan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan rusaknya beberapa air
sungai di jakarta, saluran yang sebelumnya terisi air hijau menyegarkan
kini berubah menjadi air hitam pekat penuh sampah/limbah dan bau.
6. Banyaknya pembangunan gedung, jalan, rumah dan bangunan lainya. Hal
tersebut membuat tertutupnya sebagian permukaan bumi khususnya kota
jakarta sehingga air hujan yang seharusnya menyerap kedalam perut bumi
harus mengalir langsung di permukaan yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan banjir.
7. Penebangan pohon atau berkurangnya area tanaman hijau sehingga
keseimbangan alam menjadi terganggu.
8. Banyaknya pemukiman yang dibiarkan tumbuh berkembang di area-area
bantaran sungai, bantaran waduk, maupun kawasan lahan basah di seluruh
area Jabodetabek yang semakin mengurangi kapasitas tampungan dan
resapan air ketika musim penghujan tiba.

Menurut Maharani (2013), ada beberapa hal yang menyebabkan


banjir Jakarta. Yang pertama adalah berubahnya ruang terbuka hijau di
Jakarta menjadi kawasan pembangunan, seperti pemukiman, gedung, dan
jalan sehingga resapan air hujan pun menjadi berkurang. Kedua, sistem
drainase yang buruk di Jakarta. Seharusnya, saluran air berujung pada daerah
resapan, bukan ke sungai ataupun laut. Ketiga, tidak optimalnya fungsi
waduk dan situ. Banyak waduk di Jakarta yang akhirnya dijadikan sebagai
hunian sehingga mengurangi tempat-tempat penampungan air. Keempat,
belum dilakukannya normalisasi sungai-sungai di Jakarta. Masih banyak
pemukiman-pemukiman di sekitar sungai yang seharusnya dipindah ke
temapat yang layak huni.
Permasalahan banjir yang ada di Jakarta sudah sangatlah kompleks
dikarenakan banyaknya sebab dari banjir yang terus melanda setiap tahunnya.
Upaya pemerintah pun menjadi sangat rumit apabila harus mengatasi
masalah-masalah dari sebab banjir di Jakarta dalam waktu yang singkat.
Menurut Siregar (2014), pemerintah dapat membagi perannya seperti
menjaga tata bangunan dan lingkungan di kawasan resapan air di hulu
(inspeksi ruang hijau), menjaga waduk-waduk dan sungai (waterway
inspection), mencegah penyerobotan (squatter control) dan mengorganisir
penduduk untuk relokasi (resettlement organization), membuat sistem
penyerapan tapak (site based infiltration system) skala mikro yang memadai
di daerah hilir, mencegah pengurugan di lahan basah melalui konsep
permukiman berbasis konservasi lahan basah, mengelola mesin pompa air,
dan sebagainya, sesuai kapasitas di tingkat daerah.

Asuhan Keperawatan
Pengkajian
DO:
Timbulnya penyakit
kulit, diare, ISPA,
leptosirosis akibat
peningkatan pajanan
lingkungan dari
patogen yang berasal
dari genangan air
banjir

Diagnosis
Risiko infeksi

Intervensi

Evaluasi

Bekerja bersama komunitas untuk menurunkan dan mengelola


insiden dan prevalensi penyakit menular pada populasi
khusus: mengajarkan teknik mencuci tangan yang benar dan
menerapkan kewaspadaan universal (menggunakan sepatu
boot atau jas hujan)
Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan
memanfaatkan riwayat kesehatan, pemeriksaan kesehatan, dan
prosedur lainnya
Meminimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius :
membersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan
masing-masing individu (misalnya dalam tenda pengungsian)
Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien yang
beresiko
Perawatan di rumah (untuk yang tidak mengungsi saat banjir
atau berlaku untuk di tenda pengungsian):
Mengajarkan metode mengolah, menyiapkan, dan
menyimpan makanan yang aman (mempertahankan
kebersihan)
Mengajarkan komunitas untuk membuang balutan luka
yang kotor atau sampah biologis lainnya (misalnya
dimasukan ke dalam kantong plastik)

Faktor resiko infeksi akan


hilang, dibuktikan oleh
pengendalian risiko komunitas
seperti penyakit menular,
sistem imun, dan keparahan
infeksi
Memperlihatkan higiene
personal yang adekuat
Mengindikasikan status
gastrointestinal, pernapasan,
dan imun dalam batas normal

Rujuk pasien dan keluarga ke lembaga sosial atau sumber

DS: kecemasan,
ketakutan, pikiran
yang mengganggu,
tidak berdaya
DO: sikap hati-hati
yang berlebihan,
kesulitan konsentrasi,
serangan panik

DO:

di komunitas untuk membantu mengelola kebersihan


rumah dan nutrisi
Pengendalian infeksi: mengajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
Untuk bayi dan anak-anak:
Ajarkan orang tua jadwal imunisasi yang dianjurkan untuk
polio, campak, dll
Rujuk ke lembaga sosial untuk memperoleh bantuan
finansial membayar biaya imunisasi (misalnya jaminan
asuransi)
Untuk lansia
Rekomendasikan untuk mendapat imunisasi influenza dan
pneumonia; rekomendasikan pembatasan kontak dengan orang
lain selama puncak musim influenza (musim banjir)
Risiko Sindrom Mengkaji respon psikologis terhadap trauma
Pasca Trauma Meningkatkan perasaan aman klien
Melakukan konseling terhadap korban banjir sebagai sarana
untuk mengungkapkan kecemasan klien.
Membantu klien dalam meningkatkan koping yang efektif
untuk menghadapi kerugian yang disebabkan bencana banjir
yang dialami
Peningkatan sistem pendukung klien (seperti mencari dukungan
dari keluarga, teman, dan komunitas).
Memberikan informasi atau rujukan kepada sumber-sumber di
komunitas seperti konselor, pemuka agama, atau lembaga sosial
untuk membantu mengurangi trauma.
Resiko
Identifikasi kontaminan lingkungan yang ada di komunitas

Menunjukan status peningkatan


pengendalian diri terhadap
depresi
Klien akan menunjukkan
interaksi sosial yang adekuat
Mengidentifikasi penggunaan
strategi koping yang efektif.
90% komunitas yang
mengalami trauma akibat
bencana akan menunjukkan
pemulihan dari perasaan
trauma.
Menunjukan keamanan

Terdapat kerugian
ekonomis(peningkata
n potensi pemajanan
ganda, kurang akses
ke pelayanan
kesehatan, diet buruk)
dan pemajanan
bencana (ulah
manusia)

kontaminasi

DO:
Banyak warga yang
cedera tidak

Ketidak
mampuan
anggota

Mempersiapkan respon yang efektif untuk menghadapi


bencana: segera mengungsi dan menyelamatkan harta benda
saat musim penghujan tiba
Mencegah dan mendeteksi penyakit dan cedera pada populasi
yang beresiko terhadap bahaya lingkungan
Mengembangkan dan memberikan instruksi dan pengalaman
belajar untuk memfasilitasi adaptasi secara volunter perilaku
yang kondusif untuk kesehatan individu, keluarga, kelompok,
atau komunitas
Mengidentifikasi kontaminan lingkungan yang ada di
komunitas (misalnya area limbah atau pembuangan sampah)
Memberikan informasi mengenai penggunaan pakaian
pelindung, misalnya sepatu boot atau mantel saat musim
penghujan atau banjir

Identifikasi anggota komunitas yang tidak mampu menolong


dirinya sendiri bila terjadi bencana banjir (lansia dan balita).
Memberikan tanda khusus terhadap tempat tinggal anggota

lingkungan rumah, yang


dibuktikan oleh indikator
(menyebutkan 1-5; tidak adekuat,
kurang adekuat, cukup adekuat,
adekuat, atau sangat adekuat):
Penyimpanan dan pembuangan
bahan berbahaya yang aman
Koreksi resiko bahaya timbel
Eliminasi tingkat bahaya
kebisingan
Pemeliharaan detektor karbon
monoksida
Penempatan label peringatan
tanda bahaya yang
sesuai(misalnya mengetahui
info akan adanya banjir melalui
stasiun televisi dll)
Komunitas akan
memperlihatkan bukti tindakan
perlindungan kesehatan seperti
sistem sanitasi yang baik
(menggunakan air yang bersih
untuk makan, minum, dan
mandi)
Anggota komunitas mampu
melakukan pertolongan/
penanganan sederhana terhadap

mendapatkan
pertolongan dengan
segera karena warga
tidak memiliki
kemampuan untuk
melakukan
pertolongan ketika
terjadi cedera saat
bencana banjir.
DO:
Banjir timbul akibat
aliran sungai yang
terhambat oleh
sampah, tidak adanya
kegiatan kerja bakti
untuk membersihkan
lingkungan

komunitas
menolong diri
sendiri dan
anggota bila
ada yang
cedera akibat
bencana banjir

komunitas yang berisiko (lansia dan balita) dan


mensosialisasikannya kepada semua anggota masyarakat
Pelatihan cara penanganan cedera sederhana seperti bidai
sederhana, perlakuan terhadap korban cedera untuk
meminimalisasi cedera, dan cara menghentikan perdarahan.

korban yang mengalami cedera


Pada saat simulasi, 90%
anggota komunitas mengenali
jenis cedera dan dapat
melakukan penanggulangan
sederhana ketika terjadi
kegawatdaruratan.

Kurangnya
kepedulian
anggota
komunitas
terhadap
lingkungan
yang dapat
menyebabkan
banjir

Penyuluhan tentang pentingnya menjaga lingkungan yang dapat


mencegah terjadinya bencana banjir (tidak membuang sampah
sembarangan).
Pendidikan kesehatan di sekolah, kantor swasta, dan pemerintah
mengenai kepedulian lingkungan sekitar.
Penyebaran pamflet untuk mengingatkan anggota komunitas
untuk menjaga lingkungan.
Kerjasama lintas sektoral untuk Pengerukan sungai/kali dan
saluran air yang ada, membuat sumur resapan air dan lubang
biopori disekitar rumah kita serta memperlebar dan
merehabilitasi kali/sungai, untuk menambah kapasitas sungai
dalam menampung debit air

Anggota komunitas dapat


melakukan kegiatan rutin dalam
membersihkan lingkungan yang
dapat mencegah terjadinya
bencana banjir.
Anggota komunitas peduli
terhadap pencegahan terjadinya
banjir
Sebesar 90 % Masyarakat
memiliki kesadaran untuk tidak
membuang sampah ke saluran
air/sungai dan menjaga
kebersihan lingkungannya.

DO:
Warga tidak
mengetahui prosedur
ketika evakuasi

Kurang
Penyuluhan tentang tanda-tanda banjir.
pengetahuan
Sosialisasi jalur evakuasi menuju tempat penampungan.
mengenai tanda Menyiapkan/ membentuk tim yang bertindak sebagai koordinator
bencana banjir
evakuasi bila banjir tiba-tiba datang.

Komunitas mengenal tanda


banjir
Bila mendengar sirine, anggota
komunitas dengan sigap

sebelum terjadi banjir,


kurangnya persiapan
warga untuk
mengungsi sebelum
banjir datang

Simulasi dengan setting bencana banjir bekerjasama dengan tim


SAR.
Kerjasama lintas sektoral dengan BMKG untuk deteksi dini
adanya tanda banjir.
Kerjasama dengan pihak pemerintah setempat menyediakan area
yang khusus tempat pengungsian bila terjadi banjir.

berkumpul di tempat evakuasi


yang sudah disiapkan
sebelumnya
Bila ada simulasi 90% anggota
kelompok komunitas dapat
merespon dan menyiapkan diri
menghadapi banjir.

Anda mungkin juga menyukai