TERAPI SELENIUM
oz
ARIFIN H;ANDRIAS
TERAPI SELENIUM
oksidatif pada DNA, protein, lipid dan makromolekul lainnya. Namun, pada konsentrasi nanomolar,
radikal bebas dapat memainkan peran penting dalam proses fisiologis, misalnya, dengan berfungsi sebagai
utusan kedua dalam jalur transduksi sinyal. Dengan demikian, ROS dapat merusak sel lewat modulasi
persinyalan antar jaringan sel.14, 15
ROS memiliki waktu paruh yang sangat singkat; Namun, peningkatan stres oksidatif dapat diukur
dengan adanya produk sampingan dari lipid, DNA, atau oksidasi protein. Penanda kimia status antioksidan
serta stres oksidatif baru-baru ini telah ditinjau. 16-18 Di antara berbagai penanda yang ada, malondialdehid
menjadi uji peroksidasi lipid yang sangat global dan mentah, namun tetap menjadi yang paling berguna
dalam rangkaian klinis. Hal ini harus digunakan berkaitan dengan tingkat mikronutrien plasma serta
plasma GSHPx17, dimana GSHPx merupakan penanda yang sangat sensitif dari respon terhadap
suplementasi antioksidan. Selain itu, stres oksidatif dan disfungsi mitokondria telah diakui sebagai fitur
kunci dari sepsis berat dan syok septik.19, 20 Untuk alasan ini, dalam dekade terakhir, suplemen antioksidan
pada pasien sakit kritis telah dievaluasi. 21,
22
antioksidan, terutama dosis tinggi selenite intravena, sebagai monoterapi atau kombinasi dengan
antioksidan lain, adalah strategi yang aman dan berkaitan dengan kecenderungan reduksi hasil, termasuk
kematian.21
Stres oksidatif yang diobservasi pada pasien sepsis terbukti lewat beberapa penelitian. Total
kapasitas antioksidan plasma (TAC) adalah ukuran kemampuan kumulatif sistem antioksidan pasien untuk
mengikat radikal bebas. Peneliti telah menunjukkan bahwa pada awalnya TAC antara pasien sepsis dan
relawan yang sehat adalah sama, namun tingkat TAC pada pasien sepsis menurun dari waktu ke waktu dan
hal ini menunjukkan bahwa pada pasien sepsis, mereka kehilangan kemampuan untuk mengais ROS.
Dalam studi in vitro di mana sel endotel dari vena umbilikalis manusia dipaparkan oleh plasma dari pasien
dengan syok septik menunjukkan bahwa terjadi produksi ROS dalam jumlah tinggi 23 dan persediaan
glutathione intraseluler, yang mana merupakan antioksidan paling melimpah dalam sel, berkurang drastis. 24
Jumlah ROS yang diproduksi berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit serta hasil pretreatment
dengan n-acetylcysteine atau glutathione yang mana akan menurunkan produksi ROS dan kematian sel. 24
Berkurangnya kadar glutathione juga telah ditunjukkan pada biopsi otot dari pasien dewasa dengan sepsis
dibandingkan dengan kontrol pasien non-septik yang menjalani operasi panggul dan tingkat disfungsi
mitokondria sangat berhubungan dengan kadar glutathione dalam tubuh serta hasil akhir pasien. 25
Hilangnya proses sintesis glutathione yang kemudian diikuti oleh penurunan kadar glutathione darah juga
telah diamati pada pasien anak dengan sepsis.26
Pada pasien sepsis kadar antioksidan lainnya dalam serum telah terbukti mengalami penurunan.
Sebagai contoh, pasien dewasa dengan sepsis memiliki konsentrasi serum antioksidan Vitamin A, Vitamin
oz
ARIFIN H;ANDRIAS
TERAPI SELENIUM
E, beta karoten dan lycopene lebih rendah dibandingkan dengan kontrol pasien yang sehat. 27 Selain itu,
peningkatan kadar serum zat reaktif asam thiobarbituric menggambarkan peningkatan peroksidasi lipid
akibat stres oksidatif yang ditunjukkan pada kelompok pasien sepsis. Peningkatan aktivitas enzim xantin
oksidase juga telah diamati pada pasien dewasa dengan sindrom sepsis dan disfungsi organ multiple
dibandingkan dengan pasien ICU yang non-sepsis serta pasien kontrol yang sehat. Xantin oksidase adalah
enzim yang diaktifkan saat terjadi cedera iskemik reperfusi, yaitu proses terbentuknya ROS. Seluruh
pasien sepsis mengalami peningkatan penanda serum stres oksidatif lainnya seperti malondialdehid dan
peroksidasi lipid yang mana mendukung hipotesis bahwa sepsis disebabkan oleh proses stres oksidatif. 28
Ketika antioksidan terkuras pada keadaan sepsis, maka pertahanan antioksidan endogen akan
kewalahan oleh produksi radikal bebas yang terjadi akibat sepsis, hal ini akan mengakibatkan stres
oksidatif, yang didefinisikan pada tahun 1985 oleh Sies sebagai "gangguan dalam keseimbangan antara
prooksidan-antioksidan yang pada akhirnya prooksidan mengakibatkan kerusakan sel dan penyakit " 29.
Peradangan yang diinduksi oleh proses stres oksidatif, dengan cepat berdampak pada kompartemen
intraseluler serta
selanjutnya dapat diamplifikasi atau sebaliknya semua bergantung pada status antioksidan intraseluler.
Serangkaian mikronutrien, termasuk selenium, membatasi pelepasan NFB yang disebabkan oleh
peningkatan ROS. Sesungguhnya, selenium telah terbukti menekan NFB dan dengan demikian
membatasi perluasan respon inflamasi.30,31 Telah dihipotesiskan bahwa redistribusi trace elemen yang
terjadi selama respon fase akut mungkin dapat mengakibatkan berbagai kerusakan jika dibiarkan
berkepanjangan, hal ini akibat dari menipisnya kompartemen antioksidan yang berada di sirkulasi. 32 Di
antara mikronutrien lainnya, selenium tampaknya merupakan zat antioksidan paling poten dalam konteks
klinis33, diikuti oleh zinc dan vitamin C, E, serta -Karoten.
oz
ARIFIN H;ANDRIAS
TERAPI SELENIUM
meningkatkan pertahanan antioksidan dan mengurangi kerusakan oksidatif. 34 Lebih dari 25 turunan
selenoprotein
telah
berhasil
diidentifikasi,
termasuk
diantaranya
peroksidase
glutation,
phosphohydroxylglutathione peroksidase dan thioredoxin reduktase. 34,35 Penting untuk dicatat bahwa dalam
setiap enzim antioksidan ini, selalu ada satu atom selenium, berupa selenocysteine, pada situs aktif yang
diperlukan untuk aktivitasnya.36,37 Pada individu yang sehat, selenoprotein P adalah selenoprotein utama
dalam plasma, dimana terhitung sebesar 52% dari total selenium dalam plasma. Glutation peroksidase
menyumbang sebesar 39%, albumin sebanyak 9% dan selenium bebas kurang dari 1% daripada total
selenium dalam tubuh.36 Sejumlah selenoprotein non-enzimatik juga terlibat dalam meregulasi kadar
selenium dalam tubuh. Sebagai contoh, selenoprotein protein serum P memainkan peran penting dalam
distribusi selenium di berbagai jaringan dalam tubuh dan merupakan standar ukuran yang baik untuk
menilai status nutrisi selenium. Selain itu selenoprotein P juga terbukti berperan dalam melindungi sel
endotel dari kerusakan oksidatif.38
Jika selenium berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap stres oksidatif, dan
sepsis telah terbukti mengakibatkan stres oksidatif, apakah homeostasis selenium berubah selama sepsis?
Beberapa penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya penurunan kadar plasma selenium pada
keadaan sepsis. Konsentrasi serial selenium di plasma pada umumnya menurun pada seluruh pasien sakit
kritis; 134 pasien dirawat di ICU dewasa dan paska bedah menunjukkan penurunan kadar serum selenium
dibandingkan dengan kontrol pasien yang sehat. 39 Sebuah korelasi negatif signifikan yang ditemukan
antara tingkat selenium plasma dengan skor tingkat keparahan penyakit, dimana pasien yang sakit paling
parah memiliki kadar selenium terendah. Kadar selenium yang rendah juga tampaknya dikaitkan dengan
peningkatan risiko infeksi nosokomial, kegagalan organ dan kematian. Selain itu, pasien dengan sepsis,
SIRS dan hipoperfusi memiliki kadar selenium terendah. 39 Hasil yang serupa diamati pada orang dewasa
dengan berbagai tingkat SIRS, sepsis dan syok septik.40
Temuan adanya konsentrasi selenium plasma atau konsentrasi selenium whole blood yang rendah
pada pasien sakit kritis telah mendorong beberapa percobaan suplementasi selenium. Terlepas dari hasil
yang menjanjikan, dosis optimal, cara dan waktu pemberian masih dalam tahap penelitian dan belum dapat
ditetapkan secara umum.41-44 Biasanya, status gizi selenium dinilai dengan pengukuran langsung
konsentrasi selenium plasma atau secara tidak langsung dengan mengukur aktivitas GPx. 45 Namun, pada
penelitian yang mengevaluasi pasien dengan respon inflamasi sistemik, konsentrasi selenium plasma
menunjukkan hasil yang kontroversial. 46-48 Heyland et al. dalam studi REDOX menunjukkan bahwa
median kadar dasar selenium plasma berada dalam batas normal pada pasien dengan disfungsi organ
multiple.48 Dalam penelitian yang melibatkan 91 pasien sakit kritis, Stefanowicz et al. baru-baru ini
menunjukkan bahwa selenium plasma dipengaruhi oleh respon inflamasi sedangkan konsentrasi selenium
di eritrosit tidak terpengaruh dan dapat digunakan untuk menilai Status selenium di berbagai asupan
selenium.45 Selain itu, konsentrasi selenium pada eritrosit dapat mencerminkan status gizi jangka panjang
karena penggabungan selenium ke dalam sintesis eritrosit.49
Aktivitas antioksidan Selenium adalah sebagai konstituen dari selenoenzymes GSHPx yang
berbeda dan serangkaian selenoprotein lainnya.50 Hal ini telah berulang kali membuktikan bahwa selenium
oz
ARIFIN H;ANDRIAS
TERAPI SELENIUM
plasma mengalami depresi pada keadaan SIRS dan sepsis. 51,52 Aktivitas Plasma GSHPx menurun secara
paralel dengan selenium plasma, sedangkan suplementasi selenium mengembalikan aktivitas enzim 51 dan
berhubungan dengan perbaikan hasil klinis.
oz
ARIFIN H;ANDRIAS
TERAPI SELENIUM
kejadian infeksi nosokomial jika dibandingkan dengan pasien yang diberikan plasebo. 56 Sebuah uji klinis
yang serupa mengikutsertakan 200 pasien dewasa yang dirawat di ICU dengan kegagalan organ akibat
trauma berat, operasi jantung atau perdarahan subarachnoid. Pasien menerima suplementasi intravena
dengan vitamin C, vitamin B1, selenium dan seng atau plasebo secara acak selama 5 hari. Pasien yang
menerima rejimen penelitian menunjukkan kadar selenium, seng dan glutation peroksidase dalam serum
lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sementara itu kadar penanda
inflamasi C Reactive protein (CRP) turun secara signifikan lebih banyak pada kelompok yang menerima
rejimen penelitian dibandingkan dengan kelompok kontrol, tidak ada perbedaan yang terlihat pada
komplikasi infeksi. Selain itu, lama masa rawatan di rumah sakit tidak jauh berbeda antara kedua
kelompok tersebut. Namun, pada subkelompok pasien trauma yang berhasil bertahan hidup, kelompok
pasien yang mendapatkan suplementasi antioksidan menunjukkan masa rawatan di rumah sakit yang lebih
pendek.57 Baru-baru ini dilakukan sebuah kajian retrospektif pada pasien dewasa dengan diagnosis trauma
saat sebelum dan sesudah inisiasi pemberian protokol terapi berupa koktail antioksidan yang mengandung
asam askorbat, -tokoferol dan selenium kepada semua pasien yang mengalami cedera akut. 58 Pasien yang
dirawat setelah pelaksanaan protokol antioksidan menunjukkan penurunan angka mortalitas, lama rawatan
ICU dan di rumah sakit, dengan perbaikan yang paling signifikan terdapat pada pasien yang paling sakit
dengan probabilitas kelangsungan hidup <50%.58
Uji coba pada manusia juga mulai menunjukkan perbaikan dalam berbagai hal. Sebuah uji klinis
acak terkendali dengan kontrol menggunakan plasebo, dilakukan suplementasi selenium pada 42 pasien
dewasa dengan SIRS menunjukkan kadar selenium dalam serum yang lebih tinggi secara signifikan serta
peningkatan aktivitas glutation peroksidase setelah 3 hari pemberian suplementasi jika dibandingkan
dengan kelompok plasebo.59 Sementara itu tidak ada perbedaan dalam hal angka mortalitas secara
keseluruhan antara kedua kelompok, penurunan severity of illness score secara signifikan juga didapati
pada kelompok yang diberikan selenium. Baru-baru ini, uji klinis suplementasi selenium yang lebih besar
dengan teknik acak dan menggunakan kontrol plasebo dilakukan pada pasien dewasa dengan SIRS, sepsis
dan syok septik menunjukkan penurunan angka 28-day mortality (42,4% vs 56,7% pada kelompok
plasebo; p = 0,049).60 Pasien secara acak diberi plasebo atau selenium dengan bolus awal sebesar 1000 g
selama 30 menit diikuti oleh infus kontinu setiap hari selama 14 hari sebanyak 1.000 g/ hari. Pasien pada
kelompok yang disuplementasi selenium memiliki kadar selenium dan aktivitas glutation peroksidase-3
dalam batas atas normal selama masa suplemetasi sementara pada kelompok plasebo dijumpai kadar
selenium dan aktivitas glutation peroksidase-3 yang lebih rendah sepanjang perjalanan penelitian.
Perbedaan terbesar dalam angka 28-day mortality terlihat pada pasien yang sakitnya paling kritis, seperti
diantaranya : pasien yang mengalami syok septik dan DIC, pasien dengan skor APACHE III> 102, atau
pasien dengan disfungsi lebih dari 3 organ. 60 Namun, tidak semua uji klinis yang dilakukan dengan
menggunakan selenium pada pasien sakit kritis menunjukkan hasil yang positif. Salah satunya yaitu
penelitian uji klinis yang dilakukan pada 60 orang pasien dewasa dengan syok septik berat secara acak
diberi plasebo atau suplemen selenium sebanyak 4000 g lewat infus kontinu pada hari pertama kemudian
diikuti oleh pemberian sebanyak 1.000 g / hari dengan infus kontinu selama 9 hari berikutnya. 61 Tidak ada
oz
ARIFIN H;ANDRIAS
TERAPI SELENIUM
perbedaan yang ditemukan diantara kedua kelompok dalam hal mortalitas, lama rawatan di rumah sakit,
tingkat kegagalan organ serta infeksi nosokomial. Kurangnya hasil positif dalam kelompok yang diberikan
suplemen selenium mungkin diakibatkan penjadwalan pemberian dosis obat yang kurang optimal, dan
protokol uji klinis di atas tidak menggunakan dosis bolus awal sebanyak yang diberikan pada uji klinis
yang lain dimana dapat diperoleh manfaat dari hasil positif pemberian suplementasi selenium.
Diperkirakan bolus inisial selenium tersebut mengakibatkan down regulasi NF- yang mana akan
mengurangi produksi sitokin inflamasi.
Dalam sebuah penelitian secara acak terkontrol dengan sampel penelitian sebanyak 42 pasien yang
menerima suplementasi selenium moderat (maksimum, 535 g / hari) selama 9 hari, hal yang diamati oleh
peneliti ialah berkurangnya angka kejadian gagal ginjal akut dan kebutuhan untuk Renal Replacement
Therapy.51 Kelompok penelitian dari Jerman yang metode penelitiannya serupa baru saja menyelesaikan
studi suplementasi selenium acak prospektif multicenter pada pasien dengan sepsis berat. 62 Intervensi
terdiri dari suplementasi intravena 1000 g selenium vs plasebo setiap hari selama 2 minggu setelah
diberikan loading dose. Sementara ini tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal untuk menurunkan
angka mortalitas, para peneliti menemukan penurunan yang signifikan pada mortalitas 28-hari pada
subkelompok pasien dengan kuartil tertinggi skor Acute Physiology and Chronic Health Evaluation III dari
81,5% menjadi 55,6%, dan pada pasien shock septic dengan DIC dari 66,7% menjadi 40,5%. Sakr dan
rekan melaporkan data penelitian mereka yang memperlihatkan efek mengecewakan pemberian selenium
pada pasien dalam keadaan sepsis berat.63 Tingkat kematian tetap tidak terpengaruh kendati telah diberikan
suplementasi selenium secara intensif. Para penulis menyimpulkan bahwa selenium tambahan diatas
kebutuhan basal tubuh sebesar 100 g/ hari tidak memberikan tambahan manfaat kesehatan yang
menguntungkan.
Kesimpulan
Saat ini belum dapat diketahui dengan jelas apakah suplementasi selenium parenteral harus
diberikan secara rutin kepada pasien sakit kritis yang disertai dengan sepsis. 64,65 Tinjauan sistematis dan
teoritis menunjukkan bahwa ada bukti yang cukup kuat untuk merekomendasikan pemberian suplementasi
selenium parenteral pada orang dewasa yang sedang mengalami sakit kritis. 66 Namun uji klinis yang
dilakukan secara acak dengan melibatkan suplementasi selenium parenteral pada pasien sakit kritis yang
disertai sepsis memberikan hasil yang bertentangan.67-69 Sebagai tambahan, pada populasi pasien di
perawatan intensif yang heterogen dengan spektrum penyakit yang luas, penggunaan nutrisi campuran dan
kurangnya jadwal administrasi yang optimal (yaitu, dosis, rute, waktu, dan durasi) mengurangi keakuratan
interpretasi dari hasil uji klinis.
DAFTAR PUSTAKA
oz
ARIFIN H;ANDRIAS
TERAPI SELENIUM
1.
2.
Baue AE: MOF, MODS, and SIRS: What is in a name or an acronym? Shock 2006;26: 438449
Galley HF, Davies MJ, Webster NR: Xanthine oxidase activity and free radical generation in patients with sepsis syndrome. Crit
Care Med 1996; 24:16491653
3.
4.
5.
6.
7.
8.
care unit patient: a systematic review of the literature. Shock 37: 416.
Suffredini AF, Munford RS (2011) Novel therapies for septic shock over the past 4 decades. JAMA 306: 194199.
Jones NE, Heyland DK (2008) Pharmaconutrition: a new emerging paradigm. Curr Opin Gastroenterol 24: 215222.
Dupertuis YM, Meguid MM, Pichard C (2009) Advancing from immunonutrition to a pharmaconutrition: a gigantic challenge. Curr Opin Clin Nutr
9.
10.
Berger MM, Shenkin A: Update on clinical micronutrient supplementation studies in the critically ill. Curr Opin Clin Nutr
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Lovat R, Preiser JC: Antioxidant therapy in intensive care. Curr Opin Crit Care 2003, 9:266270.
Droge W: Free radicals in the physiological control of cell function. Physiol Rev 2002, 82:4795.
Crimi E, Sica V, Williams-Ignarro S, et al: The role of oxidative stress in adult critical care. Free Radic Biol Med 2006; 40:398
17.
406
Mishra V, Baines M, Wenstone R, et al: Markers of oxidative damage, antioxidant status, and clinical outcome in critically ill
18.
19.
20.
Galley HF: Bench to bedside review: Targeting antioxidants to mitochondria in sepsis. Crit Care 2010, 14:230.
Motoyama T, Okamoto K, Kukita I, Hamaguchi M, Kinoshita Y, Ogawa H: Possible role of increased oxidant stress in multiple organ
21.
failure after systemic inflammatory response syndrome. Crit Care Med 2003, 31:10481052.
Heyland DK, Dhaliwal R, Suchner U, Berger MM: Antioxidants nutrients: a systematic review of trace elements and vitamins in the
22.
23.
Huet O, Obata R, Aubron C, et al. Plasma-induced endothelial oxidative stress is related to the severity of septic shock. Crit Care
24.
25.
26.
27.
28.
patients with septic shock and secondary organ dysfunction. Crit Care Med 1995; 23(4): 646-51.
Galley HF, Davies MJ, Webster NR. Xanthine oxidase activity and free radical generation in patients with sepsis syndrome. Crit
29.
30.
31.
modulation of p38 MAPK and NF-kappaB signaling pathways. Exp Biol Med (Maywood) 2004; 229:203213
Kretz-Remy C, Arrigo AP: Selenium: A key element that controls NF-kappa B activation and I kappa B alpha half life.
32.
33.
oz
34.
Kryukov GV, Castellano S, Novoselov SV, Lobanov AV, Zehtab O, Guig R, Gladyshev VN: Characterization of mammalian
35.
36.
ARIFIN H;ANDRIAS
TERAPI SELENIUM
37.
Forceville X: Effects of high doses of selenium, as sodium selenite, in septic shock patients a placebo-controlled, randomized, doubleblind, multi-center phase II studyselenium and sepsis. J Trace Elem Med Biol 2007, 21:6265.
38.
Burk RF, Hill KE, Motley AK. Selenoprotein metabolism and function: evidence for more than one function for selenoprotein P.
39.
40.
and outcome in critically ill patients. Crit Care Med 1998; 26(9): 1536-44.
Sakr Y, Reinhart K, Bloos F, et al. Time course and relationship between plasma selenium concentrations, systemic inflammatory
response, sepsis, and multiorgan failure. Br J Anaesth 2007; 98(6): 775-84.
41.
42.
Vincent JL, Forceville X: Critically elucidating the role of selenium. Curr Opin Anesthesiol 2008, 21:148154.
Alhazzani W, Jacobi J, Sindi A, Hartog C, Reinhart K, Kokkoris S, Gerlach H, Andrews P, Drabek T, Manzanares W, Cook DJ, Jaeschke
RZ: The effect of selenium therapy on mortality in patients with sepsis syndrome: a systematic review and meta-analysis of randomized
43.
44.
45.
http://ccforum.com/content/18/3/R92
46.
Duncan A, Talwar D, McMillan DC, Stefanowicz F, OReilly DS: Quantitative data on the magnitude of the systemic inflammatory
47.
response and its effect on micronutrient status based on plasma measurements. Am J Clin Nutr 2012, 95:6471.
Nichol C, Herdman J, Sattar N, ODwyer PJ, St J, OReilly D, Littlejohn D, Fell G: Changes in the concentration of plasma selenium and
48.
selenoproteins after miner elective surgery: further evidence for the negative acute phase response. Clin Chem 1998, 44:1764-1766.
Heyland D, Muscedere J, Wischmeyer PE, Cook D, Jones G, Albert M, Elke G, Berger MM, Day AG: Canadian Critical Care Trials
49.
50.
Group: a randomized trial of glutamine and antioxidants in critically ill patients. N Engl J Med 2013, 368:14891497.
Navarro-Alarcon M, Cabrera-Vique C: Selenium in food and the human body: a review. Sci Total Environ 2008, 400:115141.
Burk RF, Hill KE: Selenoprotein P: An extracellular protein with unique physical characteristics and a role in selenium
51.
52.
53.
54.
55.
antioxidants in mechanically ventilated patients with severe sepsis and septic shock. Crit Care Med 2006; 34(9): 2325-33.
Beale RJ, Sherry T, Lei K, et al. Early enteral supplementation with key pharmaconutrients improves Sequential Organ Failure
Assessment score in critically ill patients with sepsis: outcome of a randomized, controlled, double-blind trial. Crit Care Med
56.
57.
supplementation: aggregation of two randomised trials. Crit Care 2006; 10(6): R153.
Berger MM, Soguel L, Shenkin A, et al. Influence of early antioxidant supplements on clinical evolution and organ function in
58.
critically ill cardiac surgery, major trauma, and subarachnoid hemorrhage patients. Crit Care 2008; 12(4): R101.
Collier BR, Giladi A, Dossett LA, Dyer L, Fleming SB, Cotton BA. Impact of high-dose antioxidants on outcomes in acutely
59.
60.
response syndrome improves clinical outcome. Crit Care Med 1999; 27(9): 1807-13.
Angstwurm MW, Engelmann L, Zimmermann T, et al. Selenium in Intensive Care (SIC): results of a prospective randomized,
placebocontrolled, multiple-center study in patients with severe systemic inflammatory response syndrome, sepsis, and septic
61.
62.
controlled, randomized, double-blind, phase II study. Crit Care 2007; 11(4): R73.
Angstwurm MWA, Engelmann L, Zimmermann T, et al: Selenium in intensive care (SIC): Results of a prospective randomized,
placebo controlled multi-centre study in patients with severe SIRS, sepsis, and septic shock. Crit Care Med 2006; 35:118126
63.
Sakr Y, Maia VP, Santos C, Stracke J, Zeidan M, Bayer O, Reinhart K: Adjuvant selenium supplementation in the form of sodium selenite
in postoperative critically ill patients with severe sepsis. Crit Care 2014, 18:R68.
oz
ARIFIN H;ANDRIAS
TERAPI SELENIUM
64.
McClave SA, Martindale RG, Vanek VW, McCarthy M, Roberts P, et al. (2009) Guidelines for the Provision and Assessment of Nutrition Support
Therapy in the Adult Critically Ill Patient: Society of Critical Care Medicine (SCCM) and American Society for Parenteral and Enteral Nutrition
65.
66.
67.
387 400.
Avenell A, Noble DW, Barr J, Engelhardt T (2004) Selenium supplementation for critically ill adults. Cochrane Database Syst Rev: CD003703.
Valenta J, Brodska H, Drabek T, Hendl J, Kazda A (2011) High-dose selenium substitution in sepsis: a prospective randomized clinical trial.
68.
69.
severity in critically ill patients with systemic inflammation. Intensive Care Med 37: 1120 1127.
Andrews PJ, Avenell A, Noble DW, Campbell MK, Croal BL, et al. (2011) Randomised trial of glutamine, selenium, or both, to supplement
parenteral nutrition for critically ill patients. BMJ 342: d1542.
oz
10