Nanny NM Soetedjo Sub-Bagian Endokrinologi dan Metabolisme Bagian /SMF Penyakit Dalam , Fakultas Kedokteran, UNPAD, Bandung Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang paling sering dijumpai, dan berkaitan dengan peningkatan risiko 3 kali lipat untuk komplikasi penyakit kardiovaskuler, dan juga penurunan harapan hidup. Komplikasi mikro- dan makrovaskuler adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada penderita DM. Hiperglikemia menyebabkan kerusakan jaringan organ target melalui 4 jalur yaitu jalur polyol, jalur AGE, jalur PKC, dan jalur hexosamine. Hiperglikemia intraseluler menyebabkan peningkatan produksi ROS oleh mitochondria dengan akibat kerusakan DNA, yang kemudian mengaktifkan PARP. PARP kemudian memodifikasi GAPDH, menurunkan aktivitasnya, dengan akibat aktivasi dari jalur polyol, peningkatan produksi AGE di intraseluler, aktivasi jalur PKC dan NFB, aktivasi jalur hexosamine dengan akibat akhir timbul diabetic vascular complications. Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dengan membentuk reaksi redoks biokimia dan merupakan suatu bagian yang normal dari metabolisme sel. Keseimbangan redoks menggambarkan proses fisiologis normal pada proses reduksi dan oksidasi sebagai upaya tubuh memperbaiki ketidakstabilan, kerusakan, penurunan akibat reactive oxigen species (ROS) seperti Superoksida (O20), hidrogen peroksida (H2O2), radikal hidroksil (OH 0) dan oksigen tunggal serta senyawa organik seperti reactive nitrogen species (RNS) terutama dalam bentuk peroksi nitrit (ONOO0). Ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan berpotensi menyebabkan kerusakan yang disebut stres oksidatif. Stres oksidatif menggambarkan banyaknya ROS pada proses oksidasi. Baik redoks maupun stres oksidatif berkaitan dengan gagalnya pertahanan kapasitas antioksidan tubuh terhadap produksi ROS yang berlebih. Stres oksidatif sering dikaitkan dengan berbagai patofisiologi penyakit antara lain diabetes tipe 2 dan aterosklerosis. Pada keadaan diabetes, stres oksidatif menghambat pengambilan glukosa di sel otot dan sel lemak serta menurunkan sekresi insulin oleh sel- pankreas. Stres oksidatif secara langsung mempengaruhi dinding vaskular sehingga berperan penting pada pathogenesis komplikasi diabetes tipe 2. Antioxidants terdapat dalam makanan atau sebagai suplemen seperti vitamin E, vitamin C, -carotene, selenium, flavonoid, ubiquinone dan glutathione (GSH) mempunyai manfaat meningkatkan proteksi kesehatan terhadap pengaruh radikal bebas dengan upaya mencegah kerusakan akibat proses oksidasi. Proses ini akan mencapai efisiensi yang maksimal dengan tersedianya enzim antioxidant sebagai trace element co-faktor, seperti Superoxide dismutase (SOD), protein co-factor dengan Cu, Zn, Mn, atau Fe. Bukti ilmiah, kesimpulan penelitian observasional yang besar menyatakan bahwa anti oksidan dapat memproteksi terhadap serangan penyakit jantung. Sedangkan pada penelitian epidemiologi lainnya menunjukan bahwa ada asosiasi antara peningkatan asupan vitamin anti oksidan seperti vitamin E dan vitamin C dengan menurunnya angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit jantung koroner. Hubungan ini dikaitkan anatara proses aterosklerosis dengan hipotesis modifikasi oksidasi.
Antioksidan tingkat seluler akan menginhibisi adhesi monocyte, proteksi
cytotoxic akibat LDL teroksidasi, dan menginhibisi aktivasi platelet. Pada penderita dengan kadar kolesterol HDL rendah, diberikan statin dan niacin disertai suplemen antioksidan ternyata terdapat hubungan antatra regresi dan berkurangnya plak pada cardiac event. Selanjutnya antioksidan tingkat seluler ini memproteksi terhadap disfungsi endotel sebagai awal proses atherosclerosis dengan memelihara aktivitas endothelium-derived nitric oxide. Penelitian lain ternyata penderita diabetes mellitus dengan dislipidemia yang diperlakukan pembatasan asupan retinoid atau peningkatan asupan -tocopherol akan mengurangi insidensi komplikasi. Pada penderita diabetes arsitektur sel beta pancreas sudah terjadi gangguan akibat kegagalan regenerasi sel beta, bahkan kadang-kadang fungsi sudah rusak, selain itu secara teoritis kekurangan atau kelebihan vitamin dapat menimbulkan metabolisme glukosa dan resistensi insulin. Dengan demikian penderita diabetes memerlukan kombinasi dari ligan seperti retinoids, metabolit vitamin D, atau PPAR Agonists unutk memperbaiki atau mempermudah reparasi sel beta pancreas. Untuk mencapai keadaan tersebut dibutuhkan lebih dari satu antioksidan pada penderita diabetes mellitus. ADA 2008 dalam Diabetes Care tahun 2008 menganjurkan pemberian antioksidan pada penderita DM usia tua (elderly), juga pada penderita Dm dengan kelainan jantung. Dalam pengelolaan penderita diabetes mellitus dengan keadan hiperglikemia, hiperlipidemia serta hipertensi pemberian antioksidan spesifik dapat dipertimbangkan pada sebagai upaya proteksi kerusakan sel beta pancreas, menurunkan resistensi insulin dan mencegah komplikasi baik microvascular maupun macrovascular.