Anda di halaman 1dari 13

ANALISA PENYAKIT KESHAN DENGAN UJI AKTIVITAS SELULER GLUTATHIONE PEROKSIDASE (GSH-PX) Makalah ini disusun untuk memenuhi

tugas mata kuliah kimia analisis klinis dan forensik

Dosen Pembimbing : Diana Candra Dewi, M.si

Disusun : Moch. Afis Habibi NIM. 08630023

JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Selenium merupakan salah satu trace elemen esensial bagi tubuh. Mikronutrien ini

menjadi bagian yang penting dari enzim yang tergantung selenium, yang disebut selenoprotein. Terdapat 11 selenoprotein yang telah teridentifikasi, yaitu enzim glutathione peroksidase (4 jenis), iodothyronine deiodinase (3 jenis), thioredoksin reduktase, selenofosfat sintetase, selenoprotein P dan selenoprotein W. Tinjauan kepustakaan ini hanya akan membahas selenium yang berfungsi sebagai komponen dari enzim glutathione peroksidase. Selenium tubuh berasal dari makanan dan minuman. Daging dan makanan laut mempunyai kandungan selenium yang tinggi. Kandungan total selenium dalam tubuh bervariasi antara 3mg sampai 20,3 mg. Distribusi selenium pada tubuh paling banyak terdapat di hepar, ginjal, otot dan plasma. Absorbsi selenium terjadi di duodenum dengan besar penyerapan 50% sampai 100% dan diekskresikan melalui urine, feses dan pernafasan. Kebutuhan selenium (berdasarkan RDA) untuk anak sebesar 20 mcgr/hari sedangkan untuk dewasa sebesar 55 mcg/hari. Enzim glutathione peroksidase terdiri dari 4 atom selenium yang terikat sebagai

selenocystein. Enzim ini terdiri dari 4 tipe, yaitu seluler glutathione peroksidase (cGPx), ekstraseluler glutathione peroksidase (eGPx), gastrointestinal glutathione peroksidase (GPx-GI) dan fosfolipid glutathione peroksidase (PhGPx). Enzim glutathione peroksidase mencegah kerusakan sel dengan cara mengkatalisa peroksida menjadi air dan oksigen. Karena kemampuannya inilah maka enzim ini disebut sebagai enzim antioksidan. Sebagai komponen dari enzim yang berfungsi sebagai antioksidan, selenium telah dihubungkan dengan berbagai penyakit, seperti penyakit kardiovaskuler (aterosklerosis, miokard infark dan kardiomiopati), penyakit paru-paru (asma, kistik fibrosis), penyakit gastrointestinal (penyakit Crohns), penyakit virus (penyakit Keshan, influenza dan HIV), kanker, sistem imun, penyakit sendi (penyakit Kashin-Beck) dan infertilitas pada laki-laki. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud penyakit Keshan? 2. Bagaimana cara analisis orang yang terjangkit penyakit Keshan dan cara pengobatannya?

1.3

Tujuan 1. Untuk mengetahui penyebab penyakit Keshan. 2. Untuk mengetahui cara menganalisis penyakit keshan dan cara mengobatinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Selenium Selenium adalah trace elemen esensial dalam tubuh manusia. Mikronutrien ini

merupakan bagian dari enzim yang tergantung selenium yang disebut selenoprotein. Terdapat 11 selenoprotein yang telah teridentifikasi, yaitu enzim glutathione peroksidase (4 jenis), iodothyronine deiodinase (3 jenis), thioredoksin reduktase, selenofosfat sintetase, selenoprotein P dan selenoprotein W. Selenium ditemukan pertama kali pada tahun 1817 oleh Jons Jakob Berzelius, seorang ahli kimia yang berasal dari Swedia. Kata selenium berasal dari nama Dewi Bulan, Selene. Pada tahun 1957 Dr. Klaus Schwarz dan Fultz melaporkan bahwa selenium dapat mencegah nekrosis hepar pada tikus yang mengalami defisiensi vitamin E. Pada manusia, fungsi selenium baru ditemukan pada tahun 1973. Dr. John Rottuck dari Universitas Wisconsin menemukan bahwa selenium dapat bergabung dalam molekul suatu enzim yang disebut glutathione peroksidase (GPx). cepat. Selenium adalah elemen kimia non metalik pada group VI A, pada tabel periodic dengansymbol Se, nomor atom 34, berat atom 78,96 A. Titik beku 217,0 C, titik didih 684,9 C. Ada 4 tingkat oksidasi, yaitu elemental Se (0), selenate (+6), selenite (+4) dan selenide (-2). Selenium memiliki 3 bentuk, yaitu kristal berwarna merah, bubuk berwarna merah dan kristal heksagonal warna abu-abu. Di alam, terdapat berbagai senyawa yang mengandung selenium, yaitu elemental selenium, garam inorganik (selenite dan selenate), organik (selemomethionine, selenocystein dan selenocystine), gas (hydrogen selenide) dan cair (selenium oksiklorid, selenium dioksid dan asam selenius). Dalam kehidupan sehari-hari, kita mendapat asupan selenium dari makanan dalam bentuk organik dan dari minuman dalam bentuk garam inorganik. Kandungan selenium dalam tubuh manusia bervariasi antara 3 mg sampai 20,3 mg, tergantung dari kandungan selenium pada tanah di daerah tersebut. Tanah dengan kandungan selenium rendah menyebabkan kandungan selenium pada tanaman juga rendah sehingga ambilan selenium juga rendah, begitu pula sebaliknya. Di Amerika Serikat kadar selenium pada orang dewasa berkisar antara 13 mg sampai
0 0 12

Sejak itu, terutama tahun 1980-an informasi mengenai selenium meningkat dengan

20,3 mg tetapi di German berkisar 6,6 mg, di Polandia 5,2 mg dan 3 mg sampai 6,1 mg di New Zealand. Sedangkan konsentrasi selenium pada air susu berkisar antara 15 sampai 20 mcg/L. Rumus kimia selenomethioine dan selenocystein dapat dilihat pada gambar :

Gambar.1. Rumus kimia selenomethionine dan selenocystein.

Selenomethionine adalah selenium murni yang berikatan dengan asam amino methionine. Selenomethionine terdapat secara alami pada makanan. Selenomethionine mempunyai 2 bentuk, yaitu selenomethionine dengan isomer L dan isomer D. Bentuk yang digunakan tubuh adalah selenomethionine dengan isomer L Dengan diet yang normal, konsentrasi selenium terbanyak terdapat di hepar dan otot masing-masing sebesar 30%. Selain itu dapat juga ditemukan di ginjal (15%), plasma (10%), lien, pankreas, jantung, otak, paru-paru, tulang, rambut dan kuku. Konsentrasi serum selenium pada orang dewasa >4x dibandingkan pada fetus dan neonatus, tetapi sebaliknya konsentrasi selenium pada serebrum fetus dan neonatus lebih besar dibandingkan pada orang dewasa. Tetapi penyebab fenomena ini belum diketahui. Distribusi selenium di dalam tubuh dapat berubah sesuai dengan kebutuhan organ vital, sebagai contoh, pada penelitian yang dilakukan oleh Behne,dkk tahun 2000, dilakukan pengurangan selenium dalam jangka panjang, terjadi penurunan secara drastis kadar selenium di hepar, otot dan darah sampai <1% dari normal, tetapi di otak kadar selenium masih terdapat 60%.

Glutathione peroksidase (GPx) adalah protein dengan bentuk tetramer. Mempunyai berat molekul sebesar 85.000 D. Enzim ini mengandung 4 atom selenium yang terikat sebagai selenocysteine. Enzim glutathione peroksidase membantu mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas dengan cara mengkatalisa berbagai hidroperoksida. Glutathione peroksidase mereduksi H2O2 menjadi H2O dan glutathione disulfide (GSSG) dengan bantuan glutathione tereduksi (GSH). Selenium yang mengandung enzim glutathione peroksidase terdiri dari empat jenis, yaitu seluler glutathione peroksidase (GPx-1), gastrointestinal glutathione peroksidase (GPx-2), ekstraseluler glutathione peroksidase (GPx-3) dan phospholipid hydroperoksidase (GPx-4).

2.2

Penyakit Keshan Penyakit Keshan adalah sejenis penyakit kardiomiopati yang terutama memengaruhi anak

usia 2-10 tahun, Kardiomiopati adalah penyakit melemahnya fungsi otot jantung yang dapat beresiko menimbulkan gangguan irama detak jantung (bisa terlalu cepat, terlalu lambat, kadang teratur, kadang tidak teratur) dan juga beresiko menimbulkan kematian akibat serangan jantung mendadak. Penyakit Keshan dicirikan dengan lesi nekrotik pada seluruh miokardium dengan derajat infiltrasi seluler dan kalsifikasi yang berbeda-beda. Bentuk akut penyakit ini ditandai dengan terjadinya insufisiensi jantung yang tiba-tiba, sedangkan bentuk kronik ditandai dengan pembesaran jantung yang berat dengan berbagai derajat insufisiensi. Insiden penyakit ini berhubungan dengan rendahnya intake selenium dan suplementasi selenium dapat mencegah terjadinya penyakit ini. Selenium (Se) adalah suatu zat gizi mikro (trace element) yang sangat esensial pada sejumlah protein yang berkaitan dengan fungsi enzim, termasuk glutation peroksidase, glutation reduktase, dan tioredoksin reduktase. Selenoprotein (ikatan antara Se dan protein) dipercaya memainkan peran penting sebagai enzim antioksidan (selenosistein) (Beck, 2001). Lebih dari 20 jenis selenoprotein telah cirikan melalui pemurnian, kloning, ekspresi rekombinan, dan perkiraan fungsinya menggunakan teknik bioinformatika (Arthur et al., 2003). Selenium berperan penting dalam fungsi imunitas. Selenium mempengaruhi baik sistem imunitas bawaan (innate), nonadaptif, dan buatan (aquired). Selain itu, Se mempengaruhi fungsi neutrofil (Arthur, 2003).

Selain peran Se dalam fungsi imunitas, kekurangan Se diketahui mempengaruhi virus patogen. Salah satu contohnya adalah efek kekurangan Se pada patogenitas coxsackievirus, suatu jenis virus mRNA (Levander, 1997; Beck, 2001, Beck et al., 2003). Penelitian pada Keshan disease penyakit cardiomyophaty di Cina menunjukkan bahwa penyakit ini disebabkan oleh infeksi coxsackievirus dan kekurangan Se. Karena peradangan adalah ciri dari myocarditis yang diinduksi coxsackievirus, para ahli meneliti ekspresi mRNA untuk beberapa peradangan chemokine (Beck, 2001), untuk mengetahui bagaimana kekurangan Se berkaitan dengan Keshan disease. Monocyte chemotactic protein-1 mRNA (MCP-1 mRNA) diekspresiskan secara jelas pada hari kesepuluh pada tikus yang kekurangan Se dibandingkan dengan yang cukup Se. Peningkatan ekspresi MCP-1 mRNA ini bertanggung jawab pada peradangan yang terjadi pada tikus yang kekurangan Se. Selain perubahan pada ekspresi MCP-1 mRNA, ekspresi mRNA untuk -interferon (-IFN) juga menurun pada tikus yang keurangan Se. -interferon berperan melindungi sel dari infeksi virus, dan menurunnya -IFN berkaitan dengan meningkatnya infeksi virus pada tikus yang kekurangan Se (Beck, 2001). Para peneliti juga menemukan terjadi mutasi virus pada inang yang kekurangan Se (Beck, 2001). 2.3 Penyembuhan Penyakit Keshan Penyakit keshan dapat di cegah dengan mengkonsumsi suplemen selenium sebanyak 50 g/hari. Contohnya sayuran yang berasal dari tanah yang memiliki kadar selenium tinggi. Idealnya, suplementasi selenium dalam bentuk yang sama seperti yang terdapat dalam makanan (selenium organik). Lebih dari 80% selenium dalam jagung, gandum dan kedelai berbentuk Lselenomethionine, maka bentuk inilah yang paling tepat sebagai bentuk suplemen selenium.Pada penelitian di New Zealand ditemukan bahwa bioavailability selenomethionine sebesar 75% dibanding dengan sodium selenite yang hanya sebesar 59%. Studi di Finlandia membuktikan bahwa selenomethionine meningkatkan kadar selenium lebih tinggi dan tinggal dalam darah lebih lama dibandingkan dengan selenium inorganik.

BAB III METODE PENELITIAN Analisa penyakit keshan dengan uji aktivitas seluler glutathione peroksidase (GSH-Px): A. Preparasi Sampel 1. Pemngambilan sampel 100 l plasma darah. 2. Ditambah dengan 200 l buffer phosfat pH 7,0, kemudian dikocok dengan vortex. 3. Larutan disentrifus pada 3,000 rpm selama 5 menit dalam kondisi dingin. Supernatan digunakan untuk mengukur aktivitas glutathione peroksidase (GSH-Px). 4. Dua ratus l buffer phosfat 0,1 M pH 7,0 mengandung 0,1 mM EDTA 5. ditambahkan dengan 200 l sampel. dua ratus l glutathione tereduksi(GSH) 10 nM dan 200 l enzim glutathione reduktase 2,4 unit kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37C. 6. Tambahkan 200 l NADPG 1,5 nM kedalam larutan, diinkubasi lagi pada suhu yang sama selama 3 menit. 7. Tambahkan 200 l H2O2 1,5 nM. B. Identifikasi Sampel 1. Absorbansi dibaca pada spektrofotometer diantara waktu 1-2 menit pada panjang gelombang 340 nM. Perhitungan aktivitas GSH - Px:

Keterangan: abs Vt 2 = Perubahan absorban = Volume total dalam ml = 2 mol GSH yang setara dengan 1 mol NADPH

1000 = Perubahan menjadi milliunit Vs = Volume sampel dalam ml

BAB IV PEMBAHASAN

Pada metode analisa penyakit keshan dapat dilakukan dengan uji aktivitas glutathione peroksidase (GSH-Px). Dimana hal ini dikarenakan penyakit keshan sendiri diakibatkan oleh virus coxsackievirus, dimana virus ini dapat terus tumbuh dan aktif didalam tubuh akibat kurangnya aktivitas enzim glutathione peroksidase (GSH-Px), dimana hal ini berhubungan juga dengan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung selenium, yang mana seleneium itu sendiri didalam tubuh terikat didalam enzim glutathione peroksidase (GSH-Px). Sehingga secara jelas dapat diketahui bahwa berkurangnya aktivitas kerja enzim glutathione peroksidase (GSHPx) ini karena diakibatkan juga kekurangan selenium. Seluler glutathione peroksidase adalah enzim yang mengandung selenium yang pertama kali ditemukan. Terdiri dari homotetramer dengan subunit yang berukuran 22 kDa dan terdapat di seluruh jaringan tubuh. GSH-Px memegang peranan penting dalam melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh paraquat, yaitu suatu radikal bebas yang dapat menghasilkan lipid peroksidase. untuk mengetahui bagaimana kekurangan Se berkaitan dengan Keshan disease. Monocyte chemotactic protein-1 mRNA (MCP-1 mRNA) diekspresiskan secara jelas pada hari kesepuluh pada tikus yang kekurangan Se dibandingkan dengan yang cukup Se. Peningkatan ekspresi MCP-1 mRNA ini bertanggung jawab pada peradangan yang terjadi pada tikus yang kekurangan Se. Selain perubahan pada ekspresi MCP-1 mRNA, ekspresi mRNA untuk -interferon (-IFN) juga menurun pada tikus yang keurangan Se. -interferon berperan melindungi sel dari infeksi virus, dan menurunnya -IFN berkaitan dengan meningkatnya infeksi virus pada tikus yang kekurangan Se (Beck, 2001). Para peneliti juga menemukan terjadi mutasi virus pada inang yang kekurangan Se (Beck, 2001). Perubahan genome virus coxsackie pada defisiensi selenium juga berhubungan dengan rendahnya aktivitas seluler glutathione peroksidase (GPx-1). Pada tikus dengan aktifitas seluler GPx yang rendah didapatkan perubahan nucleotide virus sebanyak 7 buah dibandingkan dengan tikus biasa. Sehingga dari sini dapat kita ketahui bahwa untuk mengetahui seorang anak mengidap penyakit keshan adalah dengan cara menganalisa aktivitas glutathione peroksidase didalam darah.

Preparasi Sampel darah yang diambil sebanyak 100 l plasma darah dengan menggunakan alat suntik, kemudian di tambahkan dengan Larutan buffer phosfat, Larutan disentrifus pada 3,000 rpm selama 5 menit dalam kondisi dingin. Supernatan digunakan untuk mengukur aktivitas glutathione peroksidase (GSH-Px). Dua ratus l buffer phosfat 0,1 M pH 7,0 mengandung 0,1 mM EDTA ditambahkan dengan 200 l sampel. dua ratus l glutathione tereduksi(GSH) 10 nM dan 200 l enzim glutathione reduktase 2,4 unit kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37C. Tambahkan 200 l NADPG 1,5 nM kedalam larutan, diinkubasi lagi pada suhu yang sama selama 3 menit. Tambahkan 200 l H2O2 1,5 nM. Diidentifikasi aktivitas seluler glutathione peroksidase (GSH-Px), dengan pengukuran nilai Absorbansi pada sampel dengan dibaca pada spektrofotometer diantara waktu 1-2 menit pada panjang gelombang 340 nM. Dan hasil yang didapatkan dapat diketahui Aktivitas GSH-Px p, Pada penelitian ini bentuk Se organik yang digunakan adalah selenomethionine, dimana diketahui bahwa jika Se dalam bentuk selenomethionine akan menghasilkan kadar Se jaringan lebih tinggi daripada makanan yang mengandung Se dalam jumlah yang sama tetapi dalam bentuk Se organik. Hal ini yang menyebabkan aktivitas GSH-Px pada T7 lebih tinggi, karena sintetis enzyme tersebut sangat dipengaruhi oleh ketersediaan Se didalam tubuh. Semakin tersedia maka semakin tinggi pula untuk mensintetis enzym tersebut. Tingginya aktivitas GSH-Px dalam darah yang mendapat T7 disebabkan tingginya kandungan Se dalam makanan sehingga ketersediaan Se lebih besar dibandingkan dengan kontrol dan ransum. Se inorganik tersebut akan disimpan sebagai cadangan Se dan siap jika dibutuhkan untuk sintetis GSH-Px. SURAI et al. (2006) melaporkan Se berperan dalam pertahanan antioksidan dan merupakan bagian penting dari GSH-Px, serta ketersediaan Se merupakan kunci efektif sintesis GSHPx. Dari Pernyataan diatas dapat diketahui begitu pentingnya Selenium dalam aktivitas glutathione peroksidase (GSH-Px), dimana semakin banyaknya kadar selenium didalam tubuh atau yang kita makan akan semakin meningkatkan aktivitas dari glutathione peroksidase (GSHPx), dimana hal ini berhubungan dengan penyakit keshan yang disebabkan oleh virus coxsackievirus yang mengalami mutasi karena kekurangan selenium dan aktivitas enzim glutathione peroksidase (GSH-Px).

BAB V PENUTUP

Selenium merupakan trace elemen esensial bagi tubuh. Mikronutrien ini merupakan komponen enzim glutathione peroksidase, yaitu enzim yang berfungsi sebagai antioksidan. Enzim ini terdiri dari 4 tipe, yaitu seluler glutathione peroksidase (cGPx), ekstraseluler glutathione peroksidase (eGPx), gastrointestinal glutathione peroksidase (GPx-GI) dan fosfolipid glutathione peroksidase (PHGPx). Penyakit Keshan adalah sejenis penyakit kardiomiopati yang terutama memengaruhi anak usia 2-10 tahun, Kardiomiopati adalah penyakit melemahnya fungsi otot jantung yang dapat beresiko menimbulkan gangguan irama detak jantung (bisa terlalu cepat, terlalu lambat, kadang teratur, kadang tidak teratur) dan juga beresiko menimbulkan kematian akibat serangan jantung mendadak. Penyakit Keshan dicirikan dengan lesi nekrotik pada seluruh miokardium dengan derajat infiltrasi seluler dan kalsifikasi yang berbeda-beda. Bentuk akut penyakit ini ditandai dengan terjadinya insufisiensi jantung yang tiba-tiba, sedangkan bentuk kronik ditandai dengan pembesaran jantung yang berat dengan berbagai derajat insufisiensi. Insiden penyakit ini berhubungan dengan rendahnya intake selenium dan suplementasi selenium dapat mencegah terjadinya penyakit ini. Dapat diketahui begitu pentingnya Selenium dalam aktivitas glutathione peroksidase (GSH-Px), dimana semakin banyaknya kadar selenium didalam tubuh atau yang kita makan akan semakin meningkatkan aktivitas dari glutathione peroksidase (GSH-Px), dimana hal ini berhubungan dengan penyakit keshan yang disebabkan oleh virus coxsackievirus yang mengalami mutasi karena kekurangan selenium dan aktivitas enzim glutathione peroksidase (GSH-Px).

Pada metode analisa penyakit keshan dapat dilakukan dengan uji aktivitas glutathione peroksidase (GSH-Px). Dimana hal ini dikarenakan penyakit keshan sendiri diakibatkan oleh virus coxsackievirus, dimana virus ini dapat terus tumbuh dan aktif didalam tubuh akibat kurangnya aktivitas enzim glutathione peroksidase (GSH-Px), dimana hal ini berhubungan juga dengan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung selenium, yang mana seleneium itu sendiri didalam tubuh terikat didalam enzim glutathione peroksidase (GSH-Px). Sehingga secara

jelas dapat diketahui bahwa berkurangnya aktivitas kerja enzim glutathione peroksidase (GSHPx) ini karena diakibatkan juga kekurangan selenium. Penyakit keshan dapat di cegah dengan mengkonsumsi suplemen selenium sebanyak 50 g/hari. Contohnya sayuran yang berasal dari tanah yang memiliki kadar selenium tinggi. Idealnya, suplementasi selenium dalam bentuk yang sama seperti yang terdapat dalam makanan (selenium organik). Lebih dari 80% selenium dalam jagung, gandum dan kedelai berbentuk Lselenomethionine, maka bentuk inilah yang paling tepat sebagai bentuk suplemen selenium.Pada penelitian di New Zealand ditemukan bahwa bioavailability selenomethionine sebesar 75% dibanding dengan sodium selenite yang hanya sebesar 59%. Studi di Finlandia membuktikan bahwa selenomethionine meningkatkan kadar selenium lebih tinggi dan tinggal dalam darah lebih lama dibandingkan dengan selenium inorganik.

DAFTAR PUSTAKA

Arthur JR, McKenzie RC, and Beckett GJ. 2003. Selenium in the immune system. J Nutr 133: 1457S-1459S. Beck MA. 2001. Antioxidants and viral infections: host immune response and viral pathogenicity. J Am Coll Nutr 20: 384S-388S. Beck MA, Levande OA, and Handy J. 2003. Selenium deficiency and viral infection. J Nutr 133: 1463S-1467S. Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan edisi ketiga . Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Nakamuro K, Okuno T, Hasegawa T. Metabolism of Selenoamino Acids and Contribution of Selenium Methylation to Their Toxicity. Journal of Health Science 2000;46:418-21. AKIL et al. Pengkayaan selenium organik, inorganik dan vitamin E dalam produk puyuh. JITV 14(1): 1-10. SURAI, P.F. 2000. Organic Selenium: Benefit In:

Biotechnology in The Feed Industry. Nottingham University Press. Nottingham UK. pp. 205-260. Schrauzer GN. Selenomethionine: A Review of Its Nutritional Significance, Metabolism and Toxicity. Journal of Nutrition 2000;130:1653-56. Haas EM. Selenium. Staying Healthy with Nutrition: The Complete Guide to Diet and Nutritional Medicine. http://www.spesialis.info/?apa-akibatnya-jika-kekurangan-kelebihan-selenium-,202, pada tanggal 28 November 2011 http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/15629/selenium-dalam-susu-penting-nihbunda, diakses pada tanggal 28 November 2011. diakses

Anda mungkin juga menyukai