2.2.2 Langkah
Ciri khas dari Silat adalah penggunaan langkah. Langkah ini penting di dalam permainan silat yang
baik dan benar. Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah tiga dan langkah empat.
2.2.4 Jurus
Pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas
dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan tehnik-tehnik lanjutan pencak
silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau
gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan,
atau aliran seluruh tubuh.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gizi Pada Atlet
Untuk memperbaiki makanan seseorang atau atlet sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan selama
latihan atau melakukan suatu aktivitas. Untuk seorang atlet membutuhkan 25-35% lemak, 15% protein ,
50-60% hidrat arang dan vitamin serta mineral lainnya. Jadi untuk pembinaan kondisi fisik dibutuhkan
banyak makanan yang mengandung gizi yang mengadung unsur-unsur: protein, lemak, garam-garam
mineral, vitamin dan air.
Tabel 1. metabolisme basal pada atlet pencak silat berdasarkan umur laki - laki
Kelompok umur Berat Badan
( tahun ) 40 45 50 55 60
3 – 10 557.7 562.7 567.7 572.7 557.7
10 -18 708.5 713.5 718.5 723.5 728.5
18 – 30 934.3 739.3 744.3 749.3 754.3
> 30 930.6 935.6 940.6 945.6 950.6
Tabel 2. metabolisme basal pada atlet pencak silat berdasarkan umur perempuan
Kelompok umur Berat Badan
( tahun ) 40 45 50 55 60
3 – 10 561.5 566.5 571.5 576.5 581.5
10 -18 801.2 803.2 808.2 813.2 818.2
18 – 30 550.7 555.7 560.7 565.7 570.7
> 30 877.7 882.7 887.7 892.7 897.7
Tabel 3. Penggunaan Tenaga / hari olahraga Pencak Silat Berdasarkan umur dan kelas yang di pertandingkan
Kelompok Umur Penggunaan tenaga / hari
40 45 50 55 60
3 – 10 1115 1125,4 1135,4 1145,4 1115,4
10 -18 1417 1427 1437 1447 1457
18 – 30 1868,6 1478,6 1488,6 1498,6 1508,.6
> 30 1861,2 1871,2 1881,2 1891,2 1901,2
Protein dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat berasal dari hewani maupun nabati.
protein hewani dianggap berkualitas lebih tinggi dari pada protein nabati, karena mengandung asam-asam
amino yang lebih komplit. Tetapi hasil penelitian akhir-akhir ini membuktikan bahwa kualitas protein nabati
dapat setinggi kulaitas protein hewani, asalkan makanan sehari-hari beraneka ragam. Dengan susunan
hidangan yang beragam atau sering pula disebut sebagai menu seimbang, maka kekurangan asam amino
dari bahan makanan yang satu, dapat ditutupi oleh kelebihan asam-asam amino dari bahan makanan
lainnya.
Makanan yang terbaik untuk atlet harus mensuplai cukup protein tetapi tidak berlebihan untuk
keperluan perkembangan dan perbaikan jaringan otot yang aus, produksi hormon, dan mengganti sel-sel
darah merah yang mati dengan yang baru. Seringkali atlet mengkonsumsi makanan yang mengandung
tinggi protein, sehingga mereka mendapatkan dobel dari kebutuhannya; kelebihan protein yang dikonsumsi
ini disimpan dalam bentuk lemak badan.
Tabel. 5. makanan sumner protein untuk atlet.
Protein Hewani Protein Nabati
( Protein yang berasal dari hewan ) ( Protein Yang berasal dari tumbuh –
tumbuhan)
Daging kacang-kacangan
ikan tempe
ayam tahu
telur
susu
3.6.2 Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat makanan yang memberikan tenaga paling banyak. Zat ini juga berfungsi
sebagai oksidasi atau pembakaran lemak. Karena karbohidrat maka penghancur protein sebagai tenaga
berkurang, sehingga protein banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembangun.
Didalam tubuh karbohidrat merupakan sumber energi yang paling lemah,karbohidrat yang tidak
dapat dicerna, memberikan volume kepada 151 usus danrangsangan mekanis yang terjadi, melancarkan
gerak peristaltik yang melancarkanaliran bubur makan (chymus) melalui saluran pencernaan serta
memudahkanpembuangan tinja (De-feaksi) (Ahmad Djaeni Sedia Octama, 1996:36).
Di dalam makanan ada 3 macam karbohidrat
1. Monosakarida : gula sederhana (glukosa), fruktosa
2. Disakarida : sukrosa dan maltosa
3. Polysakarida : tepung dan glikogen
Semua macam karbohidrat ini sebelum diserap akan dijadikan glukosa, semua makanan yang dari
tepung atau buah - buahan yang manis mengandung karbohidrat.
Jenis karbohidrat yang dikonsumsi atlet pada setiap kali makan utamanya harus berasal dari
makanan sumber karbohidrat yang bergizi, namun makanan terserbut volumenya besar (bulky) sehingga
dapat mempengaruhi asupan yang adekuat atau meningkatkan frekuensi buang air besar. Penggunaan
gula dan bentuk karbohidrat lain yang padat dapat menjamin konsumsi energi dan karbohidrat yang
adekuat. Mengurangi jumlah serat atau pemberian makanan cair mungkin dapat dilakukan.
Produk susu
- Susu skim - 12 sdm
- Yoghurt – buah - 400 g
- Yoghurt – natural - 800 g
Sayuran
- Jagung - 4 tongkol
- Kentang - 2,5 sdg/3 kecil (260 g)
- Bayam - 5 gelas (500 g)
- Daun singkong - 5 gelas (500 g)
Buah
- Pisang - 2 bh sdg/4 bh kecil
- Mangga - 3 bh sdg (360 g)
- Nenas - 1 bh sdg (360 g)
- Pepaya - 4 ptg besar (500 g)
- Kismis - 4,5 sdm
3.6.3 Lemak
Lemak, mendengar kata ini mungkin yang teringat adalah kegemukan, kolesterol ataupun hal-hal
negatif lain yang di sebabkan oleh kebanyakan memakan makanan yang berlemak atau juga berminyak.
Kelebihan lemak tubuh, terutama bagi atlet sangat tidak diharapkan karena akan berpengaruh
kepada kecepatan, power dan juga performa olahraga.
Diluar reputasinya yang dikenal ‘buruk’, lemak bersama dengan karbohidrat, protein, vitamin, mineral
dan juga air merupakan jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh karena mempunyai fungsi yang penting
diantaranya untuk :
- mengangkut & membantu penyerapan vitamin larut lemak A, D, E dan K,
- membentuk jaringan sel-sel tubuh.
- melindungi organ-organ tubuh seperti hati atau juga ginjal
- menyediakan energi untuk tubuh ( 1 gram lemak ~ 9 kkal energi)
Untuk Atlet atau penggiat olahraga di perlukan asupan lemak sebesar 20 -25 % dari total
kebutuhan energi melalui konsumsi lemak. (International Conference on Foods, Nutrition & Sports
Performance, 1991 )
Tabel 7. Kebutuhan Lemak Pada Olah Raga Pencak Silat
Kelompok Umur Berat Badan
40 45 50 55 60
3 – 10 223 225.08 227.08 229.08 223
10 -18 283.4 285.4 287.4 289.4 291.4
18 – 30 373.72 295.72 295.72 299.72 301.72
> 30 372,2 374.24 376.24 378.24 380.24
Sumber Lemak
Berdasarkan dari perbedaan struktur kimianya, lemak terkategorikan menjadi dua jenis yaitu lemak
jenuh (saturated fats) dan lemak tak jenuh (unsaturated fats).
Lemak jenuh(saturated fats) biasanya dikenal sebagai lemak yang kurang sehat karena jumlah
konsumsinya secara berlebih menjadi penyebab peningkatan kolesterol dan penyakit jantung. Oleh
karenanya jumlah konsumsi jenis lemak ini disarankan untuk dibatasi atau diharapkan tidak melebihi 10%
dari total kebutuhan kalori untuk menjaga kesehatan tubuh.
Sedangkan jenis lemak lainnya yaitu tak jenuh atau unsaturated fats dikategorikan sebagai lemak
yang sehat karena mempunyai berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh
4. minyak Kelapa
Dengan perhitungan KKB seperti cara di atas, maka baik kelebihan maupun kekurangan berat badan
dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan kalorinya untuk berat badan yang
ideal.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada beberapa faktor penyebab dari lemahnya kualitas latihan adalah terbatasnya
kemampuan pelatih dan sumber – sumber yang telah digunakan untuk mendukung proses latihan.
Hal tersebut ditandai dengan menurunya prestasi bermain bulutangkis serta berjalan tampa arah
yang jelas. Pelatih sebagai pengajar selalu dihadapkan dengan masalah keterbatasan kualitas
pelatih yang kurang memadai sehingga mereka kurang mampu dalam melaksanakan profesinya
secara kompeten.
Bulutangkis sebagai aktivitas jasmani merupakan salah satu cabang olahraga yang populer
yang berkembang pesat di indonesia. banyak orang melakukan olahraga bulutangkis dengan
berbagai macam tujuan, diantaranya untuk rekreasi dan hiburan, menjaga kebugaran dan kesehatan
sampai untuk tujuan olahraga prestasi. Sebagai cabang olahraga prestasi, bulutangkis termasuk
olahraga kompetitif yang memerlukan gerakan ekplosif, banyak gerakan refleks, kecepatan
mengubah arah dan juga membutuhkan nutrisi yang baik untuk para atlet bulutangkis.
Metode latihan yang digunakan oleh pelatih dalam praktik latihan bulutangkis
membutuhkan tenaga yang ekplosif sehingga dapat menyediakan Gizi makanan pada atlet, dan
latihan ini cenderung melakukan gerakan dimana atlet melakukan latihan fisik berdasarkan
gerakan kecepatan. gerakan yang telah diketahui sebelumnya tanpa control yang jelas dalam
melakukan gerakan. Masih banyak pelatih bulutangkis yang melatih mempergunakan pendekatan
atau metode tradisioanal yang paling disenangi pelatih dalam pelaksanaan proses latihan sehingga
lupa dalam proses pengaturan gizi atlet dalam permainan bulutangkis. Proses latihan secara
tradisional sering mengabaikan tugas – tugas latihan dan tidak sesuai dengan taraf perkembangan
atlet (Tholik Mutahir, 2002:18).
Tuntutan terhadap metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan dan
gejala – gejala yang timbul dalam pelatihan. Beberapa alasan tentang penting kebutuhan metode
latihan yang efisien menurut Rusli Lutan (1988:26) adalah ”(1) efesiensi akan menghemat waktu,
energy dan biaya, (2) metode efesien akan memungkinkan atlet untuk menguasai tingkat
keterampilan yang lebih tinggi”.
Agar metode latihan yang akan di terapkan dapat dirancang dengan baik, terlebih dahulu
ditelusuri faktor - faktor yang mempengaruhi kepelatihan bulutangkis. Latihan fisik pada setiap
cabang olahraga merupakan pondasi utama dalam pembinaan teknik, taktik serta mental
selanjutnya. Semua komponen biomotor harus dalam dikembangkan untuk menunjang prestasi
atlet. Dengan modal fisik yang prima tentunya atlet akan dapat menguasai tahap latihan
selanjutnya.
Pembinaannya meliputi faktor fisik, teknik, taktif dan mental. Selama ini pada latihan yang
diberikan lebih menekankan pada faktor teknik. Sedangkan kondisi fisik belum dibina secara
maksimal, hal ini bisa disebabkan bahwa faktor dianggap telah terwakili pada saat latihan
sehingga kondisi fisik secara otomatif meningkat. Anggapan tersebut kurang benar, karena
bulutangkis memerlukan untuk kondisi fisik tersedia sehingga membutuhkan pembinaan fisik
yang lebih tepat. Unsur kondisi fisik yang diperlukan pada permainan bulutangkis antaran lain,
power, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan
daya tahan.
Keberhasilan dalam proses latihan bermain bulutangkis adalah intensifnya atlet
melakukan latihan. Perbedaan kemampuan terutama terjadi karena kualitas fisik yang berbeda
(sugiyanto, 1997:353). Senada dengan hal tersebut Rusli Lutan (1988:332) mengatakan bahwa
faktor – faktor yang mempengaruhi proses latihan keterampilan bermain bulutangkis adalah: (1)
kondisi internal, dan (2) kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup faktor-faktor yang terdapat
pada individu, atau atribut lain yang membedakan atlet satu dengan atlet yang lainnya. Salah satu
faktor kondisi internal adalah kemampuan fisik.
Stamina merupakan salah satu faktor penting yang sangat menunjang prestasi atlet.
Stamina atlet yang baik hanya dapat diperoleh apabila mengkonsumsi gizi sesuai dengan
kebutuhan baik pada waktu latihan maupun pada waktu pertandingan. Prestasi olahraga yang
tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting
untuk mewujudkannya adalah melalui gizi seimbang yaitu energi yang dikeluarkan untuk olahraga
harus seimbang atau sama dengan energi yang masuk dari makanan. Makanan untuk seorang atlet
harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga.
Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu
makanan juga harus mampu mengganti zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan
untuk aktifitas olahraga. Pengaturan makanan terhadap seorang atlet harus individual. Pemberian
makanan harus memperhatikan jenis kelamin atlet, umur, berat badan, serta jenis olahraga. Selain
itu, pemberian makanan juga harus memperhatikan periodisasi latihan, masa kompetisi, dan masa
pemulihan.
Olahraga aerobik dan anaerobik, keduanya memerlukan asupan energi. Namun, penetapan
kebutuhan energi secara tepat tidak sederhana dan sangat sulit. Perkembangan ilmu pengetahuan
sekarang hanya dapat menghitung kebutuhan energi berdasarkan energi yang dikeluarkan.
Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan
energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-
komponen tersebut yaitu basal metabolic rate (BMR), specific dynamic action (SDA), aktifitas
fisik dan faktor pertumbuhan.
Latihan - latihan yang rutin sangatlah dibutukan untuk menghadapi kompetisi. Dan untuk
menopang latihan yang baik dan berkualitas juga dibutuhkan nutrisi yang tepat. Jika tubuh di-
ibaratkan sebuah mesin, maka mesin tersebut memerlukan bahan bakar yang berkualitas. Gizi atau
nutrisi yang tepat haruslah memenuhi unsur Nilai Gizi, Mineral, Vitamin dan Cairan. Kekurangan
elemen penting diatas bisa menyebabkan kurang konsentrasi, kelelahan umum, tenaga sedikit,
mudah kram otot dan nafas pendek dan lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka proses menganalisis Gizi pada atlet bulutangkis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebutuhan energy pada Atlet bulutangkis?
2. Bagaimana kebutuhan Gizi pada Atlet Bulutangkis?
3. Bagaiman status Gizi pada atlet bulutangkis?
4. Bagaimana asupan gizi pada atlet Bulutangkis?
5. Bagaimana pengaturan gizi atlet bulutangkis sebelum dan sesudah pertandingan.?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan energy atlet bulutangkis?
2. Untuk mengetahui kebutuhan gizi atlet bulutangkis?
3. untuk mengetahui asupan nutrisi makanan atlet bulutangkis?
D. Manfaat
Memberikan sumbangsi pengetahuan kepada para pembaca yang budiman mengenai Kebutuhan
gizi pada atlet bulutangkis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Olahraga Bulutangkis
Olahraga bulutangkis yang dimainkan dengan kok dan raket, kemungkinan
berkembangkan dimesir kuno sekitar 2000 tahun yang lalu tetapi juga disebut-sebut di india dan
republic rakyat cina. Nenek moyang terdininya diperkirakan ialah sebuah permainan Tionghoa,
Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi
dengan kaki. Misi permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama
mungkin tanpa menggunakan tangan.
Di Inggris sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang
disebutBattledores dan shuttlecock sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan
memakai dayung/tongkat (Battledores) dan bersiasat bersama untuk menjaga kok tetap di udara
dan mencegahnya dari menyentuh tanah. Ini cukup populer setiap hari di jalan-jalan London pada
tahun 1854 ketika majalah punch mempublikasikan kartu untuk ini. Penduduk Inggris membawa
permainan ini ke Jepang, Republic Rakyat Cina, dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka
mengolonisasi asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di wilayah
setempat.
Olahraga kompetisi bulutangkis diciptakan oleh petugas tentara Britania di Pune, India
pada abab ke-19 saat mereka menambah jarring dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab
kota Pune sebelumnya dikenal sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenal sebagai poona pada
masa itu. Para tentara pembawa permainan itu kembali ke inggris pada 1850-an. Olahrgaa ini
mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang
penyalur mainan Inggris, berjudul ”Badminton Battledore a new game” ”(Battledore bulutangkis-
sebuah permainan baru)” ini melukiskan permainan tersebut dimainkan digedung badminton
(Badminton House), estat Duke of Beaufort’s di Gloucestershire, Inggris. Peraturan pertama ditulis
oleh klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi bulutangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan
kejuaraan internasional digelar pertama kali pada tahun 1899 dengan kejuaraan All
England. Bulutangkis menjadi sebuah olahraga terpopuler di dunia, terutama diwilayah Asia
Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olahraga ini, dan di negara-negara Skandinavia.
International Badminton Federation (IBF) didirikan pada tahun 1934 membukukan
Inggris, Irlandia, Skotlandia, Wales, Denmark, Belanda, Kanada, Selandia baru, dan Perancis
sebagai anggota-anggota pelopornya. India bergabung sebagai afiliat pada tahun 1936. Pada
IBF Ektraordinary General Meeting di Madrid, Spanyol, September 2006, usulan untuk
mengubah nama International Badminton Federation menjadi Badminton World
Federation (BWF) diterima dengan suara bulat oleh sejumlah 206 dari berbagai delegasi yang
hadir. Olahraga ini menjadi olahraga Olimpiade Musim Panas di Olimpiade Barcelona tahun 1992.
Indonesia dan Korea Selatan sama-sama memperoleh dua medali emas pada tahun itu.
Di Indonesia bulutangkis sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini merupakan salah
satu cabang olahraga yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Pada tanggal 5 Mei 1951 di
Indonesia didirikanlah organisasi induk cabang olahraga bulutangkis yang dikenal dengan nama
Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal
munculnya pebulutangkis handal yang dapat mengharumkan nama bangsa, seperti yang
dibuktikan pebulutangkis tunggal yaitu Susi Susanti dan Alan Budikusumah yang meraih dua
medali emas pada Olimpiade Barcelona tahun 1992. Perlu diingat juga bahwa olahraga
bulutangkis walk in untuk pertama kalinya dipertandingkan di Olimpiade tersebut, bahkan dalam
kejuaraan-kejuaraan dunia seperti dalam Thomas dan Uber Cup sudah beberapa kali piala tersebut
direbut tim Indonesia.
Atlet bulutangkis Indonesia seperti Rudi Hartono, Tjuntjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata,
Ii Soemirat, Verawati Fajrin, Ivana Lie, Susi Susanti, Liem Swe King, Icuk Sugiarto, Joko
Supriyanto, Alan Budikusumah, Haryanto Arbi, Ricky Subagja, Rexy Mainaki, Taufik Hidayat,
dan yang lainnya adalah sederetan atlet yang pernah menjadi juara dunia pada zamannya dan tak
pernah hilang dalam perjalanan sejarah bulutangkis Indonesia. Prestasi bulutangkis di Indonesia
pada beberapa tahun terakhir ini mengalami penurunan. Beberapa kejuaran bergengsi seperti
Thomas Cup, Uber Cup dan All England tidak dapat diraih oleh atlit-atlit bangsa Indonesia.
B. Pengembangan Kondisi fisik Atlet Bulutangkis
a. Sistem Energi Atlet Bulutangkis
1. Sistem Energi
Agar program latihan mempunyai mempunyai pengaruh yang bermanfaat, maka program
itu harus disusun untuk mengembangkan kemampuan fisiologis tertentu yang diperlukan untuk
kinerja keterampilan berolahraga. Salah satu kemampuan fisiologis yang perlu dikembangkan
adalah penyediaan energy untuk aktifitas otot (Fox, 1984). Berdasarkan waktu penampilan atau
pelaksana olahraga dapat dibedakan dalam 4 (empat) bidang rangkaian kesatuan energi. Hal ini
dapat dilihat didalam tabel sebagai berikut (Fox, 1984).
Tabel 2. Empat bidang rangkaian kesatuan energy.
Bidang Waktu penampilan Sistem energy Contoh jenis aktivitas
utama yang terlibat
1 Kurang dari 30 ATP – PC o Lari 100 meter, tolak peluru,
detik pukulan dalam tenis dan Golf
2 30 detik – 1,5 menit ATP – PC dan o Lati cepat 200 – 400 meter,
Lactid Acid renang 100
3 1,5 – 3 menit Lactid acid dan o Lari 800 meter nomor – nomor
oksigen senam, tinju (1 ronde 3
menit), gulat, (periode 2
menit).
4 Lebih dari 3 menit Oksigen o Sepakbola, lari marathon,
jogging
Sumber: Edward L. Fox. Sports Physiology. (New York: WB. Saunders Company,
1984), p.35.
Ada tiga sistem metabolism yang dapat memproduksi ATP yaitu : (a) Sistem ATP – PC
(adenosine Triphosphate Phospho Creatine); (b) Sistem LA (Lactid acid), dan (c) Sistem aerobic
atau oksigen (Fox, 1984). Adapun karakteristik umu dari sistem energy tersebut di atas dapat
dilihat dalam tabel 2.
2. Energy untuk Atlet Bulutangkis
Dalam kepustakaan belum ada penentuan atau belum ditemukan mengenai besarnya
energy yagn diperlukan dalam permainan bulutangkis. Namun demikian beberapa hal
dikemukakan bahwa permainan bulutangkis diidentifikasi dengan permainan tenis. Apabila
memperhatikan kondisi permainan, terutama frekuensi pukulan dalam permainan bulutangkis,
sekurang – kurangnya sistem energy yagn diperlukan sama dengan permainan tenis. Adapun
sistem energy yang diperlukan dalam permainan tenis adalah : (1) ATP – PC sebesar 70%; (2) LA
– 02 sebesar 20%; dan (3) 02 sebesar 10%.
Tabel 3. Karakteristik umum energy sistem energy
Sistem ATP – PC Sistem Asam Laktat Sistem Oksigen
Anaerobic (tampa Anaerobic (tampa Aerobic (dengan
oksigen) oksigen) oksigen)
Sangat cepat Cepat Lambat
Bahan bakar kimia: PC Bahan bakar makan: Bahan bakar makanan:
glikogen glikogen, lemak dan
protein
Produksi ATP sangat Produksi ATP terbatas Produksi ATP tidak
terbatas terbatas
Penyimpanan didalam Efek sampingan asal Efek sampingan asal
terbatas laktat yang laktat yang
menyebabkan otot menyebabkan otot
melelahkan melelahkan
Menggunakan aktivitas Menggunakan aktivitas Menggunakan daya
lari cepat atau berbagai dengan durasi antara 1- tahan atau aktivitas
power yang tinggi, 3 menit dengan durasi panjang
lama aktivitas pendek
Sumber: Edward L. Fox. Sports Physiology. (New York: WB. Saunders Company,
1984), p.22.
Sistem Bahan bakar 02 Kecepatan Produksi
kimia/makanan ATP
Anaerobik Phosphocreatine Tidak Sangat cepat Sedikit
o Sistem ATP – memerlukan terbatas
PC
o Sistem Glikolisis Tidak Cepat Sedikit/
Glikolisis (Glukosa) memerlukan terbatas
Aerobic Glikgen, lemak, Memerlukan Lambat Banyak/
o Sistem oksigen protein tidak
terbatas
Sumber: Merle L, Foss dan Steven J. Keteyian. Fox’s physiological Basic for exercise dan
sport.( Boston: McGraw-Hill, 1988), p.34.
b. Kebutuhan fisik atlet bulutangkis
Sukarman (1987) mengemukakan bahwa syarat fisik untuk menjadi atlet bulutangkis yang
baik adalah ;
(1) Ia harus dapat berlari atau menenting dengan cepat kesana kemari
(2) Ia harus mempertahankan irama lari cepat atau menenting selama pertandingan
(3) Ia harus lincah
(4) Tangannya harus kuat untuk mensemes
(5) Ia harus dapat mensemes beberapa pulu kali dengan kekuatan maksimum, tampa kelelahan
(6) Kalaperlu ia harus dapat meloncat untuk mensemes; dan
(7) Seluruh otot tubuh harus kuat, teruatama otot – otot kaki.
Furqon, Muchsin, dan Kunto (2002: 102) mengemukakan bahwa kualitas fisik atlet
bulutangkis adalah harus memiliki.
(1) Power dan kapasitas anaerobik (termasuk kecepatan dan kekuatan) yang baik, agar mampu
meloncat/melompat, melenting dengan cepat ke segala arah, melakukan pukulan smash, lob, drive
secara berulang
(2) Daya tahan dan kekuatan otot serta daya tahan kardiorespiratori (kapasitas aerobik) yang baik,
untuk mempertahankan irama gerak tersebut
(3) Kelincahan dan kecepatan
(4) Kecepatan reaksi dan kecepatan dalam memberikan respons kepada pukulan awal (stimulus)
(5) Kelenturan dan kecepatan terutama tampak dapal gerakan – gerakan menekuk dan meliuk tubuh,
kaki dan lengan pada saat memukul dan mengembalikan bola lawan
(6) Koordinasi (harpir seluruh aktifitas harus dilakukan secara serentak yang memerlukan koordinasi
gerakan yang baik); dan
(7) Kualitas otot yang baik, terutama otot – otot; pergelangan tanga, lengan bawah dan atas; bahu,
dada, leher, perut, kaki, paha dan punggung bagian bawah
c. Kebutuhan Energi Atlet Bulutangkis
Energi diperlukan untuk proses fisiologi yang berlangsung dalam sel tubuh. Proses ini
meliputi kontraksi otot, pembentukan dan penghantar impuls syaraf, sekresi kelenjar, produksi
panas untuk mempertahankan suhu tubuh, mekanisme taransport aktif dan berbagai reaksi sintesis
dan degradasi (sloane, 2004).
Sumber energi tubuh berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Sumber energi ini dipakai
oleh sel untuk membentuk sejumlah besar ATP dan ATP dipakai sebagai sumber energi untuk
berbagai fungsi sel (Gayton dan Hall, 2004).
Gerakan tubuh saat melakukan olahraga dapat terjadi karena otot berkontraks. Olahraga
aerobik dan anaerobik, keduanya memerlukan asupan energi. Besarnya kebutuhan energi
tergantung dari sistem energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan
memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu
basal metabolic rate (BMR), specific dynamic action (SDA), aktivitas fisik dan faktor
pertumbuhan.
1. Basal Metabolic Rate (BMR)
Metabolisme adalah jumlah seluruh reaksi kimia dan fisik serta pengubahan energi dalam
tubuh yang menopang dan mempertahankan kehidupan (Sloane, 2004). Metabolisme dalam tubuh
memungkinkan sel melangsungkan kehidupannya (Gayton, 1997). Metabolisme dapat dibagi
menjadi 2 katagori, yaitu anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme meliputi reaksi kimia untuk membentuk kompleks molekul yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan yang disintesis dari zat yang lebih mudah
disertai dengan penggunaan energi. Katabolisme meliputi reaksi kimia molekul menjadi molekul
yang berukuran kecil disertai dengan pelepasan energi. Reaksi anabolisme dan katabolisme
berlangsung dalam sel tubuh secara bersamaan dan berkelanjutan (Sloane, 2004).
Besarnya kebutuhan energi seseorang saat melakukan aktivitas dapat dihitung dengan
memperhatikan beberapa komponen, salah satunya adalahBasal Metabolic Rate (BMR)
atau metabolisme basal. Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk aktivitas
jaringan tubuh sewaktu istirahat jasmani dan rohani. Energi tersebut dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi tubuh berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon,
maupun berupa denyut jantung, bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu tubuh.
Metabolisme basal ditentukan dalam keadaan individu istirahat fisik dan mental yang sempurna.
Pengukuran metabolisme basal dilakukan dalam ruangan bersuhu nyaman setelah puasa 12 sampai
14 jam (keadaan postabsorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini tidak benar-benar basal.
Taraf metabolisme pada waktu tidur ternyata lebih rendah dari pada taraf metabolisme basal, oleh
karena itu selama tidur otot-otot terlelaksasi lebih sempurna.
Metabolisme basal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan
komposisi tubuh dan faktor pertumbuhan. Metabolisme basal juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan keadaan emosi atau setres. Orang dengan berat badan
besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai metabolisme basar yang lebih besar dengan
orang yang mempunyai berat badan besar dengan proporsi lemak yang besar. Metabolisme basal
seorang laki-laki lebih besar dibanding dengan perempuan. Umur juga mempengaruhi
metabolisme basal dimana umur yang lebih muda mempunyai metabolisme basal lebih besar
dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah dan ketegangan, misalnya saat bertanding menghasilkan
metabolisme basal 5% sampai 10% lebih besar. Hal ini terjadi karena sekresi hormon epinefrin
yang meningkat, demikian pula tonus otot meningkat.
Tabel 1. BMR Untuk Laki-laki Berdasarkan Berat Badan.
Energi (kalori)
Berat badan
10 – 18 tahun 18 – 30 tahun 30 – 60 tahun
55 1625 1514 1499
60 1713 1589 1556
65 1801 1664 1613
70 1889 1739 1670
75 1977 1814 1727
80 2065 1889 1785
85 2154 1964 1842
90 2242 2039 1899
Keterangan:
a. BMR = Basal Metabolic Rate
b. BB = Berat Badan (Kilogram)
c. TB = Tinggi Badan (Meter)
d. U = Usia (Tahun)
1. Specific Dynamic Action
Bila seseorang dalam keadaan basal mengkonsumsi makanan maka akan terlihat produksi
panas. Produksi panas yang meningkat di mulai satu jam stelah pemasukan makanan, mencapai
maksimum pada jam ketiga, dan dipertahankan di atas taraf basal selama 6 jam atau lebih.
Kenaikan produksi panas di atas metabolisme basal yang disebabkan oleh makanan
disebut specific dynamic action (SDA). SDA adalah penggunaan energi sebagai akibat dari
makanan itu sendiri. Energi tersebut digunakan untuk mengolah makanan dalam tubuh, yaitu
pencernaan makanan, dan penyerapan zat gizi, serta transportasi zat gizi.
SDA dari tiap makanan atau lebih tepatnya zat gizi berbeda-beda. SDA untuk protein
berbeda dengan karbohidrat, demikian pula untuk lemak. Akan tetapi SDA dari campuran
makanan besarnya kira-kira 10 % dari besarnya metabolisme basal.
2. Aktivitas Fisik
Setiap aktivitas fisik memerlukan energi untuk bergerak. Aktivitas fisik berupa aktivitas
rutin sehari-hari, misalnya membaca, pergi kesekolah, bekerja sebagai karyawan kantor. Besarnya
energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktivitas fisik.
Tabel 4. Faktor Aktivitas Fisik (perkalian dengan BMR)
Tingkat aktivitas Laki-laki Perempuan
Istirahat ditempat tidur 1,2 1,2
Kerja sangat ringan 1,4 1,4
Kerja ringan 1,5 1,5
Kerja ringan-sedang 1,7 1,6
Kerja sedang 1,8 1,7
Kerja berat 2,1 1,8
Kerja berat sekali 2,3 2,0
Setiap aktivitas olahraga memerlukan energi untuk kontraksi otot. Olahraga dapat berupa
olahraga aerobik maupun olahraga anaerobik. Besarnya energi yang digunakan tergantung dari
jenis, intensitas dan lamanya aktivitas olahraga.
Tabel 5. Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga (kal/menit).
Berat badan (kg)
Aktivitas olahraga
50 60 70 80 90
Balap sepeda:
9 km/jam 3 4 4 5 6
15 km/jam 5 6 7 8 9
Bertanding 8 10 12 13 15
Bulutangkis 5 6 7 7 9
Bulutangkis 7 8 10 11 12
Bola voli 2 3 4 4 5
Dayung 5 6 7 8 9
Golf 4 5 6 7 8
Hockey 4 5 6 7 8
Jalan kaki:
10 menit/km 5 6 7 8 9
8 menit/km 6 7 8 9 10
5 menit/km 10 12 15 17 19
Lari:
5,5 menit/km 10 12 14 15 17
5 menit/km 10 12 15 17 19
4,5 menit/km 11 13 15 18 20
4 menit/km 13 15 18 21 23
Renang:
Gaya bebas 8 10 11 12 14
Gaya punggung 9 10 11 13 15
Gaya dada 8 10 11 13 15
Senam 3 4 5 5 6
Senam aerobic
Pemula 5 6 7 8 9
Terampil 7 8 9 10 12
Tenis lapangan:
Rekreasi 9 10 12 14 15
Bertanding 9 10 12 14 15
Tenis meja 3 4 5 5 6
Tinju:
Latihan 11 13 15 18 12
Bertanding 7 8 10 11 12
Yudo 10 12 14 15 17
3. Pertumbuhan
( Sumber: Smith,1989:114).
Waktu makan:
o 3 – 4 jam sebelum bertanding: makanan utama terdiri dari nasi, sayur, lauk-pauk dan buah.
o 2 – 3 jam sebelum bertanding: snack/makanan kecil, misalnya: krackers, roti, dll.
o 1 – 2 jam sebelum bertanding: cairan/minuman.
Pertandingan sepanjang hari:
Sehari sebelum bertanding istirahat yang cukup, dan makan pagi, siang dan malam terdirii
dari makanan lengkap tinggi karbohidrat. Minuman ekstra cairan sepanjang hari. Pada hari
pertandingan, makan pagi bergantung toleransi atlet seperti biasanya, pada hari pertandingan
usahakan makan snack tinggi karbohidrat (krackers, biskuit) setiap 1,5 – 2 jam untuk
mempertahankan gula darah dalam keadaan normal, makan siang rendah lemak, berarti makanan
tidak boleh digoreng, tidak menggunakan santan kental dan minumlah air sebelum merasa haus.
Kebutuhan Cairan:
Tubuh manusia sebagian besar atau sekitar 60% adalah cairan, maka selama berlatih atau
bertanding status hidrasi atlet harus benar-benar dipertahankan, sebab kekurangan cairan 1% akan
mengurangi prestasi, kekurangan 3-5% akan menganggu sirkulasi dan kekurangan 25% berakibat
kematian (Tauhid, 1986:45).
Cairan yang diperlukan untuk mempertahankan status hidrasi atlet diperoleh dari intake
makanan, hasil metabolisme, dari minuman sebelum, selama dan sesudah bertanding.
Pada pertandingan olahraga endurance, seperti marathon, seorang atlet dapat kehilangan
kehilangan cairan melalui keringat sebanyak 2-4 liter per jam, lewat pernapasan sebesar 130
cc/jam, dalam keadaan biasa kehilangan cairan lewat tractus respiratoris hanya 15 cc/jam (Tien,
1982:104).
Pemeliharaan status hidrasi sangat penting, sebab akan menentukan kinerja termasuk daya
tahan atlet selama bertanding. Minuman selain bermanfaat menggantikan cairan yang hilang juga
berguna untuk mengurangi panas badan dan memberi kesempatan penambahan karbohidrat.
Kebutuhan cairan bagi orang awam dengan kerja sedang, sekitar 6 gelas sehari, sedangkan
untuk olahragawan adalah sekitar satu liter setiap pengeluaran energi sebanyak 1.000 kalori atau
2,5 -4 liter sehari.
Sehari sebelum bertanding minumlah ekstra cairan paling sedikit 2-3 gelas besar. Dua jam
sebelum bertanding dapat minum 2-3 gelas karena ginjal baru akan mengeluarkan air seni 60-90
menit kemudian, dan 5-15 menit sebelum bertanding minum 1-2 gelas. Selama bertanding atlet
dapat minum pada saat istirahat, seperti pada cabang olahraga sepakbola dan bolavoli.
Untuk cabang olahraga marathon dan balap sepeda nomor jalan raya tiap 10-15 menit
minum 200-300 ml (1-2 gelas). Pada cuaca panas kebutuhan cairan semakin meningkat 3 kali dari
yang dianjurkan. Untuk mengetahui apakah atlet cukup minum sebagai pengganti keringat keluar,
dapat dilihat dari jumlah dan warna urine. Jika jumlah urine sedikit dan warnanya tua, berarti
kurang minum, dapat juga dengan menimbang berat badan, setiap kehilangan berat badan 0,5 kg
setelah berlatih atau bertanding minumlah 2 gelas air.
3. Makanan Saat Bertanding
Pada umumnya pertandingan yang berlangsung lebih dari 90 menit, seperti marathon dan
balap sepeda,pada saat-saat bertanding di pos-pos tertentu terdapat tambahan makanan untuk
memenuhi kebutuhan kalori selama bertanding.
Sebaiknya makanan dalam bentuk cair, mengandung 400-500 Kalori, mislnya campuran
juice buah, gula dan tepung maizena, yoghurt dengan tepung-tepungan yang disesuaikan dengan
selera atlet. Makanan cair lebih cepat dicerna, diminum 2 jam sebelum bertanding.
Jenis makanan cair harus diperkenalkan dan dibiasakan dahulu sebelum dipergunakan
dalam pertandingan. Jika atlet kurang menyukainya, dapat diberikan makan padat seperti pisang ,
crackers, kue apem, dan lain-lain atau produk makanan suplemen yang mudah dan ringan dibawa
yang mengandung banyak karbohidrat.
4. Makanan Setelah Bertanding
Untuk mempersiapkan atlet mengikuti pertandingan pada hari berikutnya perlu disusun
diet khusus, dengan tujuan untuk memulihkan simpa-nan energi dan zat gizi (memulihkan
simpanan glikogen, mengembalikan status hidrasi dan keseimbangan elektrolit).
Syarat-syarat makanan setelah bertanding:
a. Cukup energi,
b. Tinggi karbohidrat (60-70%), vitamin dan mineral,
c. Cukup protein dan rendah lemak,
d. Banyak cairan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Setiap penurunan 500 gram berat badan tubuh memerlukan cairan pengganti sejumlah 500 cc.
b. Pada penurunan berat badan 4-7% berat badan akan kembali normal setelah 24-48 jam.
c. Berikan minum dengan interval waktu tertentu.
d. Jenis minuman juice buah yang banyak mengandung kalium dan natrium, misalnya juice tomat,
belimbing, dll.
e. Untuk memulihkan kadar gula darah, tubuh memerlukan karbohidrat 1 gram /Kg berat badan,
berikan 1 jam setelah bertanding.
f. Pilihlah jenis karbohidrat kompleks dan disakarida.
g. Pada umumnya atlet malas makan setelah bertanding, untuk itu berikan ½ porsi dari biasanya dan
tambahlah makanan cair yang banyak karbohidrat.
5. Pemulihan Status Gizi
Masa pemulihan dapat diartikan sebagai masa akhir pertandingan, dalam periodisasi
latihan disebut masa transisi. Pada masa ini olahragawan tetap melakukan kegiatan fisik yang
bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik serta mempertahankannya kualitas yang telah dicapai
pada masa kompetisi, selanjutnya dipersiapkan untuk memasuki masa periodi-sasi latihan
berikutnya.
Pengaturan makanan mengikuti tata laksana makanan setelah bertanding. Kebutuhan
energi disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari.
Biasanya pada masa ini sudah tidak berada pada pemusatan latihan, atlet harus tetap
mempertahankan kebiasaan makan yang sudah terpola seperti pada saat di pemusatan latihan.
Berbagai hal yang perlu dipertimbangkan:
a. Kebutuhan energi disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gizi pada atlet atau mereka yang aktif, seyogyanya tetap mengikuti anjuran yang baku sesuai
umur, jenis kelamin, berat dan lamanya aktivitas fisik yang dilakukan.Kebutuhan energi dapat
dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. komponen-komponen
tersebut yaitu yaitu basal metabolic rate(BMR), specific dynamic action (SDA), aktivitas fisik dan
faktor pertumbuhan. Menu makanan atlet harus mengandung karbohidrat sebanyak 60 – 70%,
lemak 20 – 25% dan protein sebanyak 10 – 15% dari total energi yang dibutuhkan.