Anda di halaman 1dari 5

23

BAB 3 KERANGKA TEORI, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Tikus Putih NO & Anion Siklus


STZ ATP
galur wistar Superoksida Kreb

Sekresi dan Sel β Pankreas


Sintesis Insulin Rusak

Hiperglikemia S. aureus

Asam Teichoic

Adhesi dan
Kolonisasi

Enzim Toksin

NF-KB

Aktivitas Fagositosis Keterangan Gambar:


: Variabel tergantung

Respiratory Burst Sitokin Pro Inflamsi : Perlakuan infeksi


(IL 1; IL-6; TNF- α) : Perlakuan DM
SOD Radikal Bebas : Model hewan coba
Inflamasi
: Peningkatan
Stress Oksidatif : Penurunan
: Aktivitas
: Perlakuan
Kerusakan Jaringan
24

Tikus model diabetes infeksi Staphylococcus aureus yang diinduksi

streptozotosin akan mengalami kerusakan sel β pankreas melalui proses

pembentukan NO (nitric oxide) dan anion superoksida yang menghambat siklus

Krebs serta menurunkan konsumsi oksigen pada mitokondria sel. Kerusakan sel

beta pankreas dapat mengakibatkan penghambatan sekresi dan sintesis insulin

yang menyebabkan tikus model menderita diabetes melitus. Pada tikus model

yang menderita diabetes melitus akan mengalami gangguan metabolisme

karbohidrat, ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah, peningkatan

trigliserida, peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL). Fungsi hormon insulin

yang terganggu mengakibatkan gangguan metabolisme tersebut karena gula dalam

darah berlebihan.

Diabetes melitus adalah sindrom klinis yang kompleks, yang digambarkan

oleh hiperglikemia persisten dalam pengaturan penurunan sekresi dan sensitivitas

insulin, yang menghasilkan kompilasi perubahan metabolisme yang menyimpang.

Perubahan metabolisme utama termasuk peningkatan pembentukan produk akhir

glikasi lanjut (AGEs), aktivasi protein kinase C isoform, dan peningkatan fluks

melalui jalur polyol dan hexosamine. Perubahan ini menyebabkan peningkatan

produksi superoksida, yang mengaktifkan jalur peradangan, diabetes melitus

dihubungkan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, individu

dengan diabetes melitus telah terbukti memiliki tanggapan yang abnormal,

termasuk gangguan kekebalan humoral, defek pada fungsi neutrofil, dan respon

sel T. Diabetes melitus berkontribusi terhadap disfungsi imun.


25

Kompartemen hematopoietik secara konstan memproduksi kembali

imunitas innate dan adaptif yang terdiferensiasi yang berguna untuk

penyembuhan luka, regenerasi jaringan, dan kontrol terhadap patogen lain yang

masuk. Infeksi Staphylococcus aureus mempengaruhi sistem kekebalan tubuh

secara global dengan mempengaruhi masa hidup, produksi, dan fungsi sel imun

innate dan adaptif, yang mengarah ke gangguan homeostasis dalam penggantian

sel kekebalan tubuh. Pada pasien dengan diabetes melitus homeostasis ini dapat

berubah akibat kelebihan gizi dan peningkatan adipositas. Gangguan kekebalan

yang karena metabolik meningkatan frekuensi, keparahan, dan durasi infeksi.

Hiperglikemia menyebabkan stres oksidatif lebih lanjut, karena mampu

menghasilkan radikal bebas lebih banyak, dan menurunkan kerja antioksidan

dalam tubuh. Anion superoksida (O2-) merupakan radikal bebas. Superokasida

dismutase (SOD) distimulasi untuk mengkonversikan superoksida (O2-) dengan

hidrogen peroksida sehingga SOD berperan sebagai katalis untuk menukarkan

superoksida dengan oksigen (O2) dan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen

peroksida (H2O2) akan dihilangkan oleh enzim katalase yang lebih banyak

terdapat di dalam sel intraselular dibanding sel ekstraselular. Katalase ini

bertindak sebagai penghancur hidrogen peroksida dan superoksida. Secara

ringkasnya dapat disimpulkan seperti di bawah :

2O2- + 2H+ SOD


H2O2 + O2
katalase
2H2O2 2H2O + O2

Kadar SOD dalam jaringan yang berada dibawah kondisi stres

menunjukkan adanya penurunan. Penurunan kadar Superokasida dismutase (SOD)

dibawah kondisi stres sangat tidak diharapkan, karena fungsi SOD sebagai
26

antioksidan penangkal radikal superoksida yang jumlahnya meningkat pada

kondisi stres oksidatif. Nuclear Factor kappa Beta (NF-KB) dapat aktif melalui

berbagai pengaruh seperti stres fisik, stres kimia, stres oksidan, stres lingkungan,

stres fisiologis, mitogen, protein termodifikasi, ligan reseptor, mediator fisiologis

dan patologis, mediator apoptosis, bakteri dan produknya, jamur dan produknya,

virus dan produknya, parasit dan produknya, sitokin proinflamasi, dan berbagai

kondisi patologis. Pada penelitian hewan coba model diabetes melitus yang

diinfeksi Staphylococcus aureus diinduksikan streptozotosin dan Staphylococcus

aureus yang akan mempengaruhi stres oksidan, imunitas, mediator apoptosis,

kondisi patologis dan lain sebagainya. Keadaan ini akan berpengaruh pada kadar

relatif SOD dan NF-KB hewan coba.

3.2 Kerangka Konseptual

S. aureus

NF-KB
Rattus norvegicus
Streptozotosin
(Tikus Putih)
SOD

Sterptozotosin dapat menurunkan respon jaringan perifer terhadap aksi

insulin, terjadinya penurunan pada sel β pankreas mengakibatkan terganggunya

produksi insulin dan pada akhirnya terjadi peningkatan kadar gula darah,

kemudian terjadi hiperglikemi diabetik. Komplikasi makrovaskular DM

menyebabkan penyakit pembuluh darah perifer dan penurunan resistensi infeksi

akibat bakteri. Infeksi S. aureus mampu memproduksi protein yang mengganggu


27

mobilisasi polimorfonuklear. Sehingga respon imun pada keadaan DM infeksi S.

aureus dapat terganggu karena adanya penyakit makrovaskuler yang merusak

pembuluh darah perifer dan S. aureus memiliki protein yang dapat menganggu

mobilisasi polimorfonukelar. Keadaan ini akan mempengaruhi kadar relatif SOD

dan NF-KB.

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ada, maka hipotesis yang

diajukan adalah sebagai berikut:

1. Induksi streptozotosin (STZ) dan Staphylococcus aureus dapat

mempengaruhi kadar relatif SOD.

2. Induksi streptozotosin (STZ) dan Staphylococcus aureus dapat

mempengaruhi kadar relatif NF-KB.

Anda mungkin juga menyukai