PENDAHULUAN
ada
penelitian
terbaru
mengenai
insiden
Neurodermatitis
Sirkumskripta, terakhir dilakukan oleh Julius L. Danto dkk. Pada 3700 kasus
penyakit kulit, didapatkan angka kejadian neurodermatitis sirkumskripta sebesar
14,6% pada masyarakat china.7 Terbilang cukup besar dan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Sehingga peningkatan dan pengembangan pengetahuan mengenai
etiopatogenesis serta
mengenai
neurodermatitis
sirkumskripta
dan dijadikan
bahan
pembelajaran selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Defenisi
Neurodermatitis Sirkumskripta atau juga dikenal sebagai Liken Simpleks
Kronikus adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan
likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon kutaneus
akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama.
Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki karakteristik
berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan
kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena
sehingga tampak serperti kulit batang kayu. 1,2,3
B.
Epidemiologi
Etiologi
Etiologi pasti neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui, namun diduga
pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau
aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan dan gosokan mungkin
respon terhadap stres emosional. Selain itu, faktor-faktor yang dapat
menyebabkan neurodermatitis seperti pada perokok pasif, dapat juga dari
makanan, alergen seperti debu, rambut, makanan, bahan- bahan pakaian yang
dapat mengiritasi kulit, infeksi dan keadaan berkeringat.2,3
Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga penderita
sering menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan
kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang
penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit.3,4
Liken simpleks kronis ditemukan pada regio yang mudah dijangkau tangan
untuk menggaruk. Sensasi gatal memicu keinginan untuk menggaruk atau
menggosok yang dapat mengakibatkan lesi yang bernilai klinis, namun
patofisiologi yang mendasarinya masih belum diketahui. 2,3 Hipotesis mengenai
pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal
kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit
seperti dermatitis atopik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan
emosi.6
Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenefikasi, contohnya kulit
yang cenderung ekzematosa seperti dermatitis atopi dan diathesis atopi. Terdapat
hubungan antara jaringan saraf perifer dan sentral dengan sel-sel inflamasi dan
produknya dalam persepsi gatal dan perubahan yang terjadi pada liken simpleks
kronis. Hubungan ini terutama dalam hal lesi primer, faktor fisik, dan intensitas
gatal.2,3,4
Pada sebuah studi mengenai liken simpleks kronis dengan menggunakan
P-phenylenediamine (PPD) yang terkandung dalam pewarna rambut menunjukkan
bahwa terjadi perbaikan bermakna secara klinis gejala liken simpleks kronis
setelah penghentian pajanan PPD; hal ini menunjukkan bahwa dasar liken
simpleks kronis adalah peran sensitisasi dan dermatitis kontak.8
D.
Histopatologi
Perubahan histopatologi likenifikasi pada neurodermatitis sirkumskripta
bervariasi tergantung dari lokasi dan durasinya. Paling sering ditemukan akantosis
dan hiperkeratosis dengan berbagai tingkatan. Rete ridges tampak memanjang
dengan semua komponen epidermis mengalami hiperplasia. Dermis bagian papil
dan sub-epidermal mengalami fibrosis dan terdapat pula serbukan infiltrat radang
kronis dan limfa histiosit di sekitar pembuluh darah. Pada lesi yang sudah sangat
kronis, khususnya pada likenifikasi yang gigantik (sangat besar), akantosis dan
hiperkeratosis dapat dilihat secara gross, dan rete ridges tampak ireguler namun
tetap memanjang dan melebar.2,3
Hiperkeratosis
Penebalan Epidermis dengan rete ridges ireguler dan memanjang
Fibrosis vertikal dan kolagen pada papila dermis
Gambar 2. Perubahan histopatologi pada likenifikasi Neurodermatitis
Sirkumskripta.6,8
E.
Manifestasi Klinis
Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai
bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan
seringkali bersifar paroxismal. Lesi kulit yang mengalami likenifikasi umumnya
akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga terkadang pasien secara
refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak disadari. 4,6,8
Area predileksi neurodermatitis sirkumskripta antara lain berada di tengkuk,
occiput (liken Simpleks Nuchea), sisi leher, tungkai bawah, pergelangan kaki dan
punggung kaki, skalp, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum dan
vulva, juga diatas alis atau kelopak mata dan periauricle.6
Berikut
ini
adalah
berbagai
gambaran
lesi
pada
neurodermatitis
sirkumskripta.
Gambar 6. Neurodermatitis Sirkumskripta di area skrotum pada seorang lakilaki kulit hitam2
F.
Diagnosis
8
Diagnosis morfologi dari likenifikasi biasanya tidak sulit, liken planus, liken
amiloides, dan psoriasis harus disingkirkan, dan lesi tipikal harus tampak pada sisi
yang lain. Jika diagnosis likenifikasi telah ditegakkan, penyebab yang
mendasarinya harus dianalisa secara hati-hati. Lesi yang tersebar simetris dapat
menandakan adanya likeniffikasi sekunder dari dermatitis kontak.
G.
Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang perlu diperhatikan sebagai diagnosis banding
a.
pertama.
Lesi timbul cepat, beberapa menit sampai dengan
beberapa jam
Fenomena
decresendo
yaitu
reaksi
puncak
b.
c.
Dermatitis Atopik1,4
Keluhan gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi Dermatitis Atopik di
lipat siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan pada Liken Simpleks Kronis di
siku dan punggung kaki (Ekstensor), ada pula yang di tengkuk. Dermatitis
Atopik biasanya sembuh dalam usia 2 tahun sedangkan Neurodermatitis
Sirkumskripta dapat berlanjut sampai tua
d.
Liken Planus1,2,3
Liken planus ditandai dengan timbulnya papul-papul yang berwarna
ekstremitas sisi fleksor, selaput lendir, dan alat kelamin. Pasien biasanya
merasa sangat gatal, dan gejala ini bisa menetap hingga waktu 1-2 tahun.
Selain itu, terdapat pula lesi patognomonik di mukosa, yaitu papul polygonal,
datar dan berkilat, serta kadang ditemukan delle.1
Liken planus memiliki lima bentuk morfologi: hipertrofik, folikular,
vesikular dan bulosa, erosif dan ulseratif, serta atrofi. Liken planus bentuk
hipertrofilah yang harus dibedakan dengan neurodermatitis. Bentuk ini
meliputi plak yang verukosa berwarna merah-coklat atau ungu, serta terletak
pada daerah tulang kering.
Diagnosis liken planus yang khas dibantu dengan pemeriksaan
histopatologi, di mana papul menunjukkan penebalan lapisan granuloma,
degenerasi mencair membran basalis dan sel basal. Dapat pula ditemukan
infiltrat seperti pita yang terdiri atas limfosit dan histiosit pada dermis bagian
atas.
Liken planus diobati dengan kortikosteroid topical dan sistemik.
Umumnya pengobatan ini kurang memuaskan, hingga jika perlu dapat
diberikan suntikan setempat atau bebat oklusif. Selain itu dapat juga
ditambahkan krim asam vitamin A 0,05%.
e.
Psoriasis1,2
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya adalah autoimun, bersifat
11
Pemerikasaan Penunjang2
Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung
yang
bervariasi
mengenai
derajat
hiperkeratosis
dengan
Tatalaksana2,3,9,10
Terapi Neurodermatitis Sirkumskripta bertujuan untuk memutus itch-
scratch cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal
justru akan memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab
sistemik dari gatal harus diidentifikasi.
12
perban
oklusif.
Jika
diberikan
perban
oklusif
saja
(tanpa
J.
Prognosis
Neurodermatitis sirkumskripta dapat menjadi lesi yang persisten dan
bersifat berulang. Eksaserbasi dapat terjadi bila dipicu adanya respon terhadap
stres emosional.
BAB III
KESIMPULAN
14
Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai
bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan
seringkali bersifar paroxismal. Area predileksi neurodermatitis sirkumskripta
antara lain berada di tengkuk, occiput (liken Simpleks Nuchea), sisi leher, tungkai
bawah, pergelangan kaki dan punggung kaki, skalp, paha bagian medial, lengan
bagian ekstensor, skrotum dan vulva, juga diatas alis atau kelopak mata dan
periauricle.
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta dinilai dari riwayat perjalanan
penyakit
dan
morfologi
likenifikasi.
Diagnosis
banding
yang
perlu
dipertimbangkan adalah penyakit lain yang memiliki gejala pruritus, seperti dermatitis
kontak iritan, Dermatitis Kontak Alergi, dermatitis atopi, liken planus, liken amiloidosis,
psoriasis.
Pemeriksaan yang paling bermakna pada dermatitis sirkumskripta adalah
pemeriksaan dermatopathology. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran
yang bervariasi mengenai derajat hiperkeratosis dengan paraorthokeratosis dan
orthokeratosis, serta psoriasiform epidermal hiperplasia
Terapi Neurodermatitis Sirkumskripta bertujuan untuk memutus itchscratch cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal
justru akan memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab
sistemik dari gatal harus diidentifikasi.
Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan
pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian dibalut
dengan perban oklusif kering. Dipilih kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti
Clobetassol Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat.
Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara Intralesi, biasanya
sangat efektif (3mg/ml). Pemberian antihistamin topikal, seperti salep Doxepin
5%, krim capsaicin, atau salep tacrolimus dapat bersifat efektif dan signifikan
pada beberapa pasien dan dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Namun
penggunaan antihistamin topikal ini dapat menyebabkan sensasi pusing.
Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi keluhan
15
pruritus namun peran dan keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangat
rendah.
Neurodermatitis sirkumskripta dapat menjadi lesi yang persisten dan
bersifat berulang. Eksaserbasi dapat terjadi bila dipicu adanya respon terhadap
stress emosional.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema, and
noninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrews Diseases of
The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2000:
69-94.
4.
16
5.
6.
7.
8.
9.
Stewart KM. Clinical care of vulvar pruritus, with emphasis on one common
cause, lichen simplex chronicus. Dermatol Clin 2010 Oct; 28(4):669-80.
17