LIPID
LIPID
Asam lemak
Inti Steroid
Transesterifikasi
Saponifikasi
Hidrolisis
Hidrogenasi
Transesterifikasi
Hidrogenasi
reaksi kimia yang menghasilkan adisi hidrogen (H2).
Hidrogen beradisi ke ikatan rankap dua dan tiga hidrokarbon.
Sehingga Hidrogenasi lemak takjenuh menghasilkan lemak
jenuh
Saponifikasi
Hidrolisis
Bilangan
Peroksida
Bilangan
Asam
Bilangan
Iodium
Bilangan
Penyabunan
Bilangan
peroksida
Bilangan asam
Bilangan Iodium
Bilangan
penyabunan
Sederhana
Kompleks
Turunan
Klasifikasi Lipid
Sederhana
Malam/Lilin
Beeswax
Carnauba
Jojoba
Spermacetic
Lemak
Lemak
Malam/Lilin
Beeswax
Carnauba
Jojoba
Sederhana
Malam/Lilin
Beeswax
Sederhana
Malam/Lilin
Carnauba
Sederhana
Malam/Lilin
Jojoba
Sederhana
Malam/Lilin
spermacetic
Kompleks
Lipid
kompleks
atau
campuran adalah ester asam
lemak yang mengandung gugus
tambahan selain alkohol dan
asam lemak.
Fosfolipid
Glikolipid
Gliserofosfolipid
Glikospingolipid
Spingofosfolipid
Gangliosida
Sfingolipid
sulfolipid
Lipoprotein
Kompleks
Fosfolipid
Kompleks
Fosfolipid
Gliserofosfolipid
Kompleks
Fosfolipid
Spingofosfolipid
Kompleks
Glikolipid tersusun dari campuran
asam lemak dengan karbohidrat
(monosakarida)
Glikolipid
Glikospingolipi
d
Kompleks
Glikolipid
Gangliosida
Kompleks
Sfingolipid
Kompleks
Sulfolipid adalah bahan penyusun
penting dalam membran kloroplas.
sulfolipid
Lipoprotein
Turunan
Asam
lemak
Sterol
jenuh
Kolestrol
Tak
jenuh
Garam
empedu
Hormon
steroid
Ercosanoid
Prenol
Steroid
Turunan
Asam
lemak
Turunan
Asam
lemak
jenuh
Asam
lemak
jenuh
merupakan asam lemak yang
mengandung ikatan tunggal
pada rantai hidrokarbonnya.
Ikatannya rapat dan teratur
biasanya berwujud padat.
(pada suhu ruang)
Turunan
Asam
lemak
Tak
jenuh
Turunan
Asam
lemak
Tak
jenuh
Turunan
Asam
lemak
jenuh
Tak
jenuh
Turunan
Sterol
Turunan
Sterol
Kolestrol
Turunan
Sterol
Garam empedu
Turunan
Sterol
Hormon steroid adalah hasil produksi
kolestrol. Hormon Steroid terdiri dari hormon
(androgen : testosterone, estrogen :
estradiol), hormon adrenal (aldosteron), dan
steroid anabolic (turunan testosterone)
Hormon steroid
Turunan
Ercosanoid
Eicosapentaenoic
Acid
(EPA)
merupakan asam lemak omega 3
dengan 5 double bonds.
Contoh dari senyawa ini adalah
Prostaglandins-3, Thromboxane-3 dan
Leukotriene-5
Arachidonic Acid (AA) merupakan
asam lemak omega 6 dengan 4
double bonds.
Contoh dari senyawa ini adalah
Prostaglandins-2,
Trhromboxane-2
dan Leukotriene-4
Dihomo-Gamma-Linolenic
Acid
(DGLA) merupakan asam lemak
omega 6 dengan 3 double bonds.
Turunan
Prenol
Trivial
IUPAC
Penamaan Penamaan
n-x/
Nomor
asam
lemak
IUPAC
C18:3
FUNGSI
Outline
Cadangan Energi
Penyusun Struktur Membran
Pemberi Sinyal pada Molekul (Sinaling)
Pemelihara Suhu Tubuh
Cadangan Energi
1 gram karbohidrat 4
kkal
Triasilgliserida
Terletak di adiposa (lemak) jaringan.
Lemak disimpan dalam bentuk trigliserida
Trigliserida dihidrolisis dalam usus dan diserap
sebagai asam lemak dan monogliserida.
Enzim lipase dalam sel lemak akan memecah
trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta
melepasnya ke dalam pembuluh darah saat tubuh
membutuhkan energi.
Lilin (Wax)
Ester antara asam lemak dengan alkohol membentuk lilin
(waxes).
Lilin sering digunakan sebagai lapisan pelindung untuk kulit,
rambut dan lain-lain.
Bagi mikroorganisme, lilin digunakan sebagai sumber energi.
Contoh: pada plankton
Triglycerol
Hydrolyzable
Phospholipids
Lipid
Prostaglandin
Nonhydrollizable
Steroid
Vitamin
D
E
K
Prostaglandin (PGI 2)
Bagian dari Eicosanoid
Eicosanoid: bahasa Yunani dari 20 sehingga dapat
diartikan sebagai senyawa yang memiliki 20 karbon.
NSAID
Steroid
Memiliki 4 cincin siklik
Contoh: kolesterol dan hormon seks (testosteron dan
progesteron)
Peran sebagai signaling molecules: memberikan
sinyal untuk pubertas
Vitamin E
Berperan sebagai antioksidan yang menjaga saraf
Vitamin K
Berperan untuk meregulasi sintesis prothrombin
yang digunakan dalam pembekuan darah
Kekurangan vitamin K menyebabkan sulitnya darah
untuk membeku
Insulator
Thermogenesis
Brown
Fat
White
Fat
BIOSINTESIS
FUNGSI
Acetyl-CoA-ACP transacetylase
(AT)
TAHAP OKSIDASI
BIOSINTESIS ASAM
LEMAK
Pembentukan Malonil
CoA
Tahap 1 Sintesis
Asam Lemak:
Kondensasi
Aktivasi gugus asetil
dan malonil untuk
membentuk asetoasilACP
Secara
bersamaan,
CO2
diproduksi
BIOSINTESIS EICOSANOID
Merupakan kelompok molekul yang paling ampuh dalam
menyampaikan sinyal (molecul signaling) dengan
mempengaruhi jaringan yang dekat dengan sel-sel yang
memproduksi molekul ini (penyampai pesan dalam jarak
pendek)
Keluar sebagai respon dari hormon atau simultan lainnya.
Terbentuk dari 20-Carbon Polyunsaturated Fatty Acid (Asam
Lemak).
Terdapat dua jalur sintesis dalam biosintesis Eicosanoid
Jalur Cyclic (cyclic pathway)
Jalur Linier (linier pathway)
Jalur Cyclic
Jalur Linier
Produk yang dihasilkan dalam jalur ini (rantai
lurus)
Sintesis Leukotrienes
Proses Sintesis:
Proses katalisis penggabungan O2 ke dalam
arachidonate dengan bentuan enzim
lipoxygenase
Variasi dari leukotrien dibedakan pada
posisi kelompok peroksida dalam rantai
Sintesis Jalur Linier tidak dihambat oleh
Aspirin atau senyawa NSAID lainnya
Biosintesis Triasilgliserol
(Trigliserida)
Siklus Triasilgliserol
Penghancuran dan sintesis
kembali triasilgliserol
Triasilgliserol yang dihasilkan di
jaringan adiposa ditransfer ke
darah menjadi bahan bakar dan
ada juga yang disintesis kembali
menjadi triasilgliserol di hati, lalu
ditransfer kembali ke jaringan
adiposa
Terjadi pada saat tubuh
mengalami kelaparan
Prekursor : Asam
Fosfatidik
Hidrolisis dilakukan oleh
enzim asam fosfatidik
fosfatase, menghasilkan 1,2
diasilgliserol
1,2 diasilgliserol kemudian
dikonversi menjadi
triasilgliserol melalui
transesterifikasi oleh fatty acylCoA ketiga
BIOSINTESIS MEMBRAN
FOSFOLIPID
Membran
fosfolipid
dibagi
menjadi dua kelas utama, yaitu
gliserofosfolipid dan spingolipid.
Gliserofosfolipid
Biosintesis Spingolipid
Biosintesis spingolipid berlangsung dalam
empat tahapan yaitu :
a)Sintesis 18-karbon amina spinganin dari
palmitoil-KoA dan serin
b)Pelekatan asam lemak dalam ikatan amida
untuk menghasilkan N-asilspinganin
c)Desaturasi gugus spinganin untuk membentuk
N-asilspingosin (ceramide)
d)Pelekatan ujung utama gugus fosfolipid untuk
menghasilkan spingolipid seperti cerebroside
atau spingomyelin
Tahapan-tahapan ini terjadi di retikulum
BIOSINTESIS KOLESTEROL
Ada 4 tahap untuk membentuk kolesterol,
1)SINTESIS MEVALONAT
2)KONVERSI MEVALONAT MENJADI DUA
ISOPRENE AKTIF
3) KONDENSASI ISOPRENE AKTIF MENJADI
SQUALENE
4)KONVERSI SQUALENE MENJADI EMPAT
CINCIN NUKLEUS STEROID
1. Sintesis Mevalonate
Langkah awal dari sintesis kolesterol
adalah pembentukan mevalonate.
Langkah 1 pembentukan
asetoasetil-koA yang membutuhkan 3
molekul asetil-koA
Langkah 2 pembentukan -hidroksi-metilglutaril-koA. Proses ini
melibatkan katalis thiolase dan HMGKoA sintase.
Langkah 3 reaksi reduksi -hidroksi-metilglutaril-koA membentuk
mevalonate dengan didonornya 2
elektron dari NADPH. Proses ini
dibantu oleh katalis HMG-koA
reduktase.
Proses pembentukan mevalonate
terjadi di sitosol dengan bantuan
energi dari mitokondria.
2. Sintesis Isoprenoid
Langkah kedua dari sinesis kolesterol adalah
pembentukan isoprenoid
Langkah 1 dengan bantuan ATP dan katalis
mevalonate kinase, Mevalonate akan
difosforilasi menjadi 5-fosfomevalonate
Langkah 2 dengan bantuan dengan ATP dan
fosfomevalonat kinase, 5-fosfomevalonate akan
diubah menjadi 5-pirofosfomevalonat
Langkah 3 dengan bantuan ATP dan
fosfomevalonate dekarboksilase, akan
menghasilkan 3-isopentenil pirofosfat
Langkah 4 3-isopentenil pirofosfat diubah
menjadi 3-fosfo-5-pirofosfomevalonat dengan
hasil fosforilasi gugus hidroksi dari
pirofsfomevalonate
Langkah 5 akan di hasilkan 3-isopentil
pirofosfate atau dimetilalil pirofosfat
3. Sintesis Skualen
Langkah 1 dengan bantuan
dimetilalil transferase, 3,3-dimetilalil
pirofosfat dan 3-isopentenil
pirofosfat akan berkondensasi
membentuk geranil firofosfat ( 10 C
)
Langkah 2 geranil firofosfat akan
di transfer ke isopentenil pirofosfat
dan akan menghasilkan farnesil
pirofosftat (15 C). Proses ini dengan
bantuan pherenil transferase
Langkah 3 2 molekul farnesil
pirofosftat akan berkondensasi
membentuk preskualen. Dengan
bantuan sintase preskualen akan
dibentuk skualen yang sudah
simetris
4. Sintesis Akhir
Kolestrol
Langkah 1 dengan bantuan
enzim skualen monooksigenisase
dan NADPH dan oksigen, skualen
akan diubah menjadi skualen
2,3-epoksida
Langkah 2 skualen 2,3epoksida disiklisasi dengan enzim
siklase skualen eposida menjadi
ianosterol
Langkah 3 denganreaksi
perpindahan metil dan reaksi
reduksi, ianosterol adkan diubah
menjadi kolesterol.
Progestagen
Tempat berlangsung: Korpus Luteum
Progesteron dibentuk dari Prognenolone
Gugus hidroksil C-3 menjadi gugus keto
Ikatan ganda dari C-5,6 menjadi C-4,5
KOLESTEROL
Pregnenolon
e
KOLESTEROL
Pregnenolone
Pregnenolon
e
ANALISA LIPID
Deteksi Lipid
Uji Kualitatif
Akrolein
Salkwoski
FTIR
LiebermanBuchard
Bilangan
Ester
Bilangan
Saponifikasi
Uji Kuantitatif
Kelarutan Lipid
Ketengikan
TLC
Bilangan
Iodin
Bilangan Asam
Peroksida
Bilangan FFA (Free
Fatty Acid)
Liquid Solvent
Extraction
-Batch Solvent
-Semi-continuous
-Accelerated
-Supercritical Fluid
GC/MS
HPLC
Uji Kualitatif
1. AKROLEIN
Tujuan
: menentukan adanya gliserin atau lemak
Parameter:
(+) tercium bau akrolein (bau seperti lemak terbakar/tengik) dan
ditandai dengan asap putih
Tahapan :
Uji Kualitatif
2. KELARUTAN LIPID
Tujuan : menguji kelarutan lipid dilakukan pada berbagai larutan
Parameter:
(+) larut dalam pelarut organik (kloroform, benzena, eter)
(-) larut dalam pelarut air
Senyawa lipid merupakan senyawa non polar dan hanya larut di dalam
senyawa non polar, maka senyawa lipid tidak dapat larut dalam air.
Uji Kualitatif
3. KETENGIKAN
Tujuan : Mengetahui tingkat oksidasi lipid
Parameter:
(+) Larutan berwarna merah muda, maka larutan bersifat tengik
(-) Larutan berwarna putih , maka larutan bersifat tidak tengik
Tahapan:
Menyiapkan sampel uji lalu tambahkan HCl pekat pada sampel
Memasukkan serbuk CaCO3 menutupnya dengan sumbat karet
yang dijepitkan kertas floroglusinol
Membiarkan selama 10-20 dan amati yang terjadi. Bau tengik
yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh pembentukan
senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Tengiknya
suatu larutan karena golongan trigliserida banyak teroksidasi
oleh oksigen dalam udara bebas.
Uji Kualitatif
4. SALKOWSKI
Tujuan : mengidentifikasi keberadaan kolesterol
Parameter:
(+) lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna
merah (hasil reaksi antara kloroform dengan kolesterol
yang menghasilkan kolastadiena) dan asam sulfat terlihat
berubah menjadi kuning (sisa dari H2SO4) dengan warna
fluorosens hijau (hasil reaksi kolastadiena dengan asam
sulfat berupa asam sulfonat) serta terbentuk cincin
coklat (reaksi antara kolesterol dengan asam sulfat pekat)
Tahapan:
Melarutkan kolesterol dengan kloroform anhidrat
Menambahkan asam sulfat dengan volume yang sama
Uji Kualitatif
5. LIEBERMAN-BUCHARD
Tujuan : mengidentifikasi adanya kolesterol dengan cara
menambahkan asam sulfat
Parameter:
(+) perubahan warna dari merah muda menjadi biru-ungu dan
akhirnya menjadi hijau
Tahapan:
Menambahkan asam sulfat ke dalam campuran yang berisi
kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3
kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5kolestadiena
Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung
kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini
menandakan hasil yang positif.
Uji Kualitatif
6. TLC (Thin Layer Chromatography)
Tujuan : memisahkan dan menentukan konsentrasi dari berbagai
jenis lipid
dalam makanan (seperti, kolesterol, monogliserida,
digliserida, trigliserida, dan fosfolipid)
Tahapan:
Sebuah pelat TLC dilapisi dengan bahan penyerap yang
ditempatkan ke dalam suatu pelarut yang tepat
Sejumlah kecil sampel lipid yang akan dianalisis diletakkan diatas
piring TLC, dengan waktu pelarut bergerak ke atas piring karena
gaya kapilaritas dan memisahkan fraksi lipid yang berbeda atas
dasar afinitas mereka untuk menyerap materi
Pada akhir pemisahan piring disemprot dengan pewarna sehingga
membuat tempat yang terlihat. Dengan membandingkan jarak
yang tempat bergerak dengan standar komposisi diketahui adalah
mungkin untuk mengidentifikasi lipid yang terdapat dalam
sampel.
Uji Kualitatif
7. FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy)
Tujuan : menganalisis keberadaan lemak berdasarkan jenis
lemak
Parameter:
berdasarkan emisi atau absorbsi sinar inframerah oleh
molekul lemak yang jadi sampel
Hasil:
Uji Kualitatif
8. BILANGAN IODIN
Tujuan :
mengukur derajat ketidakjenuhan, menunjukkan jumlah
ikatan rangkap C=C dalam sejumlah lemak atau minyak.
Bilangan iodium dinyatakan sebagai gram iodium yang
diserap per 100 g sampel.
Parameter:
dimana asam lemak tidak jenuh mampu mengikat
iodium dan membentuk senyawa yang jenuh, sehingga
akan menunjukan banyaknya ikatan rangkap dalam asam
lemak sampel
semakin banyak ikatan rangkap maka akan semakin
banyak pula iodium yang dapat bereaksi, semakin tinggi
nilai iodinnya
Uji Kualitatif
9. BILANGAN PEROKSIDA
Tujuan : menentukan derajat kerusakan pada lemak/minyak
*derajat kerusakan: nilai seberapa mudah lipid dapat teroksidasi.
Dimana lipid yg sudah teroksidasi berakibat terhadap rusaknya
struktur lipid tsb
Tahapan:
Diamkan selama 1 menit dengan sesekali digoyang kemudian
tambahkan 30 ml aquades
Titrasilah dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai warna kuningnya
hampir hilang
Tambahkan 0,5 ml larutan pati 1%.
Lanjutan titrasi sampai warna biru menghilang, bilangan
peroksida dinyatakan dalam mili-equivalen dari peroksida dalam
setiap 1000 g sample.Rumus perhitungan penentuan bilangan
peroksida :
Bilangan Peroksida = ml Na2S2O3 x N thio x 1000/ berat
sample
Uji Kualitatif
10. BILANGAN FFA (Free Fatty Acid)
Tujuan : menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang ada di
dalam lemak setelah lemak tersebut di hidrolisis
Parameter:
semakin tinggi nilai FFA, maka semakin tinggi derajat
kerusakan suatu lipid
Asam lemak bebas ini menunjukan gugus karboksilat
yang sudah tersaponifikasi (sudah lepas) sehingga bisa
berdiri sendiri. Asam lemak bebas merupakan hasil
degradasi trigliserida sebagai akibat dari kerusakan
minyak.
Langkah-langkah
menentukan
bilangan
FFA
menggunakan prinsip titrasi namun sebelumnya sampel
dipanaskan terlebih dahulu. Penentuan bilangan FFA
menggunakan persamaan:
Uji Kualitatif
11. BILANGAN ESTER
Tujuan : menyatakan suatu ukuran kadar ester dalam lemak/minyak.
Bilangan ester menyatakan berapa mg KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan ester yang terdapat dalam 1 gram lemak/minyak
Tahapan:
merefluks campuran lemak/minyak dengan KOH berlebih hingga
terbentuk sabun
kemudian KOH berlebih dititrasi, dimana tahap reaksinya adalah:
Trigliserida + KOH Gliserol + R-COOK (sabun)
KOH (sisa) + HCl KCl + H2O
Uji Kualitatif
12. BILANGAN SAPONIFIKASI
Tujuan : menghitung indeks rata-rata berat molekul triasilgliserol dalam
sampel
Bilangan saponifikasi adalah banyaknya jumlah basa yang diperlukan untuk
menyabunkan secara sempurna satu gram lemak atau minyak. Bilangan
saponifikasi dinyatakan dengan milligram basa (misal KOH) yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram sampel
Parameter :
bilangan penyabunan besar berat molekul kecil (minyak tsb memiliki
asam lemak dengan rantai karbon pendek)
bilangan penyabunan kecil berat molekul besar(minyak tsbmemiliki
asam lemak dengan rantai karbon panjang)
Uji Kualitatif
12. BILANGAN SAPONIFIKASI
Penyabunan adalah proses
pemutusan lemak netral
menjadi gliserol dan asam
lemak dengan adanya alkali.
Dasar
analisa
bilangan
penyabunan yaitu dengan
mempersabun
lemak /
minyak
dan
mentitrasi
larutannya
Uji Kualitatif
12.
BILANGAN
SAPONIFIKASI
Dimana,
Tb = Volume Titrasi Blanko
Ts = Volume Titrasi Sample
BM = Berat molekul larutan
basa alkali
Uji Kuantitatif
1.
SOLVENT EXTRACTION
Dalam metode ini ada berbagai jenis analisis. Cara melakukan metode ini
secara umum adalah :
Mengeringkan sampel sebelum ekstraksi solven, untuk penetrasi pada
sampel
Reduksi Ukuran Partikel, dengan cara menumbuk atau lainnya untuk
memudahkan ekstrasi
Hidrolisis Asam untuk memecahkan ikatan dengan polisakarida dan
protein
Memilih solven ideal untuk ekstraksi lipid
Uji Kuantitatif
a) Batch Solvent Extraction
Metode ini berdasarkan pada pencampuran sample dan pelarut ke dalam
wadah yang sesuai contohnya corong pemisah yang memisahkan pelarut
organik dan fase aqueous.
Fase aqueous: di dekantasi
Pelarut organic: di evaporasi dan konsentrasi lipid dalam pelarut
ditentukan dengan mengevaporasi pelarut organik dengan mengukur
sisa massa lipid
Metode ini juga dapat dilakukan berulang untuk meningkatkan akurasi dan
memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi
Uji Kuantitatif
b) Semi-Continuous Solvent Extraction
Alat yang paling sering digunakan dalam metode ini adalah soxhlet,
dimana efisiensi ekstraksi lebih baik dari pada metode Batch Solvent
Extraction.
Tahapan:
Sampel dikeringkan, dihaluskan dan diletakkan dalam thimble berpori.
Thimble diletakkan dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan
kondensor.
Labu soxhlet dipanaskan, solven menguap, terkondensasi dan masuk
ke bejana ekstraksi yang berisi sampel, dan mengesktraksi sampel.
Lemak tertinggal di labu karena perbedaan titik didih. Pada akhir
ekstraksi, solven diupakan dan massa lemak yang tersisa ditimbang..
Uji Kuantitatif
b) Semi-Continuous Solvent Extraction
Uji Kuantitatif
c) Continuous Solvent Extraction
Salah satu metode yang sering digunakan adalah
metode Goldfish.
Metode Goldfish merupakan metode yang mirip
dengan metode Soxhlet kecuali labu ekstraksinya
yang dirancang sehingga solven hanya melewati
sampel, bukan merendam sampel.
Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
ekstraksi, tapi dengan kerugian bisa terjadi saluran
solven dimana solven akan melewati jalur tertentu
dalam sampel sehingga ekstraksi menjadi tidak
efisien.
Masalah ini tidak terjadi pada metode Soxhlet,
karena sampel terendam dalam solven.
Uji Kuantitatif
d) Accelerated Solvent Extraction
Metode ini dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi
untuk mempercepat ekstrasi serta meningkatkan
efektivitas solven dalam mengekstraksi lipid. Namun,
harus diperhatikan keadaannya agar fasa solven
tetap cair.
Uji Kuantitatif
e) Supercritical Fluid Extraction
Metode ini disebut dengan Supercritical Fluid Extraction karena
menggunakan senyawa superkritik sebagi pelarut untuk menghasilkan
keadaan yang superkritik pada tekanan dan suhu tertentu.
Biasanya senyawa superkritik yang digunakan adalah CO2. Senyawa tsb
digunakan untuk mempermudah ekstraksi pada lemak dan membentuk
lapisan solven terpisah dari komponen aqueous. Tekanan dan suhu solven
kemudian diturunkan menyebabkan CO2 berubah menjadi gas, sehingga
menyisakan fraksi lemak, yang dapat diukur massanya
Uji Kuantitatif
e) Supercritical Fluid Extraction
Prinsip dari alat ini:
Sampel makanan dipanaskan dalam
bejana bertekanan tinggi dan sampel
dicampur dengan cairan CO2 superkritik.
CO2 mengekstraksi lemak dan
membentuk lapisan solven terpisah dari
komponen air.
Tekanan dan suhu solven kemudian
diturunkan menyebabkan CO2 berubah
menjadi gas, sehingga menyisakan fraksi
lemak.
Kandungan lemak dalam makanan
dihitung dengan menimbang lemak yang
terekstraksi, dibandingkan dengan berat
Uji Kuantitatif
2. Non-Solvent Extraction
Metode ini tidak memakai solven dalam
mengekstrasi lemak. Contoh dari metode
ini adalah metode Babcock, Gerber dan
Deterjen
a) Metode Babcock
Metode ini menggunakan botol babcock,
sampel dipipet ke dalamnya. Cara kerjanya
adalah sebagai berikut :
Pelepasan lipid dari zat lain seperti protein
atau polisakharida dengan asam sulfat
Sentrifugasi saat 55-60oC yang akan
menyebabkan lipid cair naik ke leher botol
yang diberi skala mengukur
Uji Kuantitatif
b) Metode Gerber
Metode ini mirip dengan metode babcock. Metode ini
menggunakan asam sulfat dan isoamil alcohol. Isoamil alkohol
digunakan untuk mencegah pengarangan gula karena panas dan
asam sulfat.
c) Metode Deterjen
Metode ini untuk mengatasi masalah keamanan penggunaan
asam sulfat yang sangat korosif. Sebagai pengganti asam sulfat,
metode ini menggunakan surfaktan pada sampel.
Surfaktan akan menggantikan membran yang menyelubungi
droplet emulsi dalam sampel susu, menyebabkan lemak terpisah.
Sampel disentrifugasi sehingga lemak akan berada di leher botol
sehingga kadar bisa ditentukan.
Uji Kuantitatif
3. GC-MS
Tujuan: memisahkan berbagai macam asam lemak dalam
sampel, mengetahui komposisi setiap asam lemak dalam
sampel, serta untuk memperjelas asam lemak yang
mempunyai panjang rantai yang mirip dan mempunyai posisi
ikatan rangkap berbeda
Prinsip kerja : memisahkan senyawa-senyawa dalam sample
yang bersifat volatile berdasarkan titik didih, ukuran dan
kepolaran. Titik didih lemak dipengaruhi oleh panjang rantai
lemak. Sehingga untuk memodifikasi asam lemak agar
menjadi volatile dan rantai pendek dengan saponifikasi dan
metilasi menjadi metil ester.
Uji Kuantitatif
3. GC-MS
Komponen dalam GC adalah:
Gas Pembawa membawa sampel ke dalam kolom kromatografi
Oven GC mengontrol temperaturdan menguapkan metil estermetil ester yang masuk,temperatur harus seragam di semua area.
Fase diam mengikat metil ester-metil ester sesuai kepolarannya
MS tahap kelanjutan setelah sampel melalui GC, sampel yang
masuk harus dalam wujud uap, satu/lebih elektron dihilangkan dari
molekul untuk menghasilkan ion VE, medan listrik dalam MS akan
mempercepat pergerakan ion, ion dengan massa yang lebih besar dan
muatan terkecil akan berbelok paling kecil sudutnya. Ion ini akan
menyentuh dinding detektor dan menghasilkan arus kecil.
Uji Kuantitatif
4. HPLC
Kelebihan: mampu memisahkan lipid non volatile dengan berat molekul
yang tinggi
HPLC sering disebut kromatografi cair kinerja tinggi. HPLC memiliki tingkat
sensitifitas yang tinggi sehingga lebih mudah untuk melakukan identifikasi
dan pemisahan sample.
Uji Kuantitatif
4. HPLC
Metode HPLC sering dipakai untuk isolasi dan kuantisasi
kolesterol dan kolesteryl ester. Terbagi menjadi 2 yaitu,
HPLC Asam Lemak
Jenis kolom yang digunakan adalah normal dan reversed,
asam lemak jenuh dan tak jenuh dapat dipisahkan
sebagai metil ester. Asam lemak dengan gugus OH dapat
dideteksi pada 254 nm tanpa derivatisasi.
HPLC Gliserida
Sering dilakukan pemisahan terhadap trigliserida
berdasarkan jumlah atom C-nya. Terdapat hubungan
linier antara log waktu retensi dengan jumlah atom C
kejenuhan. Setiap tambahan ikatan rangkap 2 atom
memperpendek waktu retensi
APLIKASI LIPID
Aplikasi Lipid
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
Kandungan
Jumlah atom
asam
total (%)
Asam lemak jenuh
Asam butirat
3.0 4.5
-7.9
Asam kaproat
1.3 2.2
-1.5
12
Asam kaprilat
0.8 2.5
+16.5
16
Asam kaprat
1.8 3.8
+31.4
20
10
Asam laurat
2.0 5.0
+43.6
24
12
Asam miristat
7.0 11.0
53.8
28
14
Asam palmitat
25.9 29.0
62.6
32
16
Asam stearat
7.0 3.0
69.3
36
18
Asam oleat
30.0 40.0
14.0
34
18
Asam linoleat
2.0 3.0
-5.0
32
18
Asam linolenat
Dibawah 1.0
-5.0
30
18
Asam arakidonat
Dibawah 1.0
-49.5
32
20
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
Kadar penstabil
dalam es krim
yaitu antara 0%
sampai 0,4%
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
berfungsi untuk
meningkatkan kandungan padatan di
dalam es krim
sumber protein
menstabilkan emulsi lemak setelah
proses homogenisasi
menambah cita rasa
membantu pembuihan
meningkatkan dan menstabilkan daya
Kadar
ikat skim
air dalam es krim yaitu antara 9%
sampai 12%
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
berfungsi :
memberikan rasa manis
juga dapat meningkatkan cita rasa
menurunkan titik beku yang dapat
membentuk kristal-kristal es krim yang
halus sehingga meningkatkan
penerimaan dan kesukaan konsumen.
Bahan pemanis selain Penambahan bahan
pemanis sekitar 12% sampai 16%
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuatan
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
pendahul
uan
Komposisi
utama
Bahan
baku
pembuata
n
SUMBER LIPID
Sumber
Nabati
Sumber
Hewani
Sumber Nabati
Sumber Hewani
Sumber AsamLinoleat(GLA,18 : 3 6)
Sumber
Eicosapentaenoic
acid (EPA, 20:5 n-3)