sejenisnya ; dan industrial wastewater berasal dari industri (sangat bervariasi sesuai dengan
jenis industrinya). Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari bahan baku
yg di gunakan, pemakaian air dalam proses, dan bahan aditif yang digunakan selama proses
produksi.
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting, yaitu : Tinja (faeces), berpotensi
mengandung mikroba pathogen, air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen (N) dan
Fosfor, serta kemungkinan kecil mikro-organisme dan grey water yang merupakan air bekas
cucian dapur, mesin cucidan kamar mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah
sullage. Campuran faeces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran excreta
dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba pathogen banyak terdapat pada
excreta. Untuk industrial wastewater, zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi
sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain: nitrogen,
sulfide, amoniak, lemak garam-garam zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut dan
sebagainya.
Sampai awal 1900-an limbah cair dari kota (municipal wastewater) yang berasal dari
pemukiman, komersial, industri dan urban runoff tidak diolah terlebih dahulu, sehingga
masuk langsung ke perairan termasuk laut. Baru akhir 1940an sampai sekarang, banyak kota
di dunia membangun sistem sewer (selokan) terutama untuk mencegah meledaknya berbagai
penyakit. Sewer merupakan suatu alat atau saluran yang berguna untuk mengalirkan limbah
domestik dan industri serta air hujan (storm water) ke wastewater treatment plant (WWTP)
dan perairan. Tapi pada saat sekarang limbah industri harus diolah terpisah.
Rata-rata volume limbah domestik per kapita adalah 400 L/kapita/hari. Tidak semua
komponen wastewater (limbah cair) adalah polutan (bahan pencemar), pencemaran dikatakan
terjadi bila bahan terlarut maupun tersuspensi menyebabkan bahaya bagi manusia dan
lingkungan.
sebagai konsumen tertinggi sebab konsentrasi kontaminan tertinggi hasil biokumulasi akan
terjadi didalam tubuh manusia.
Dalam limbah cair yang belum diolah juga terdapat kontaminan-kontaminan khas yang
terbagi kedalam padatan (padatan total, total terlarut, total tersuspensi, total volatile, BOD5,
COD, alkalinitas, minyak dan lemak), nitrogen (total, organik, ammonia, nitrit, nitrat), dan
fosfor (total, organik, anorganik). Limbah cair memiliki pH antara 6,5 sampai 7,5 dan
indikator pathogen yang terkandung didalamnya adalah koliform yang terdapat sebanyak 108109 per 100 ml air limbah. Pada air minum diharuskan lebih kecil dari 1/100 ml air. Untuk
bahan organik yang terkandung dalam limbah cair adalah karbohidrat, protein, lemak, urea
(urine), surfactant, phenol, dan pestisida. Untuk logam berat adalah Hg, Pb, Cd, dll. Pathogen
yang terkandung biasanya pathogen yang menyebabkan penyakit typhoid, paratyphoid,
dysentery, diarrhea, dan cholera.
D. Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment)
Pengolahan air limbah bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat, mencegah
kondisi kurang baik pada badan air penerima, dan agar badan air penerima tetap layak
digunakan kembali untuk pertanian dan industry. Untuk mengatur hasil pengolahan air
limbah maka perlu dibuat kriteria kualitas air untuk semua badan air penerima, sehingga
tingkat pengolahan air limbah dapat menyesuaikan kualitas badan air penerima.
Pada pengolahan air limbah secara konvensional terdiri dari tiga proses yaitu :
Preliminary processes
Pada proses ini dilakukan pumping, screening dan grit removal. Dimulai dengan
mengumpulkan dan memompa limbah yang berasal dari influent. Kemudian limbah
dialirkan ke salah satu saluran dimana objek-objek besar yang mengalir bersama limbah
dihambat dan diendapkan melalui proses screening. Selanjutnya limbah dipompa ke
dalam grit channel. Grit channel merupakan ruangan atau saluran yang melambatkan
kecepatan aliran yang menyebabkan material inorganik mengendap kebawah ruangan dan
selanjutnya dilakukan perlakuan primer.
Primary treatment
Pada perlakuan primer dilakukan pemisahan fisik bahan organik tersuspensi dalam
bak pengendapan untuk mengurangi kebutuhan oksigen biologis (BOD). Pengolahan
pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan kasar, mengurangi ukuran padatan,
memisahkan minyak atau lemak, dan proses menyetarakan menurut, bertujuan untuk
menghilangkan zat-zat yang bisa mengendap seperti suspended solid, zat-zat yang
mengapung seperti lemak, serta akan mengurangi 50-70% suspended solid, 25-40%
BOD. Selain itu langkah ini merupakan pengolahan yang bisa diterima sebagai langkah
pertama yang dapat diterimasebelum air limbah masuk ke pengolahan air limbah.
Desain dari primary settling tank, yang pertama mempunyai surface-loading rate
untuk limbah domestik sebesar 800 gal/(d)(ft2), detention time selama 90-150 min,
ukuran rectangular: D= 10-15 ft, L=15-30 ft, P=80-120 ft, Ukuran Circular: D= 71-2 ft,
dan diameter sebesar 40-150 ft
Secondary treatment
Bertujuan untuk menurunkan BOD dan Suspended Solid melalui biological treatment.
Cairan yang bersal dari primary treatment dialirkan ke bak biological treatment
kemudian dialirkan ke tangki pengendapan terakhir (final sedimentation tank). Dari total
volume endapan lumpur aktif (activated sludge) yang dihasilkan, 25%-nya akan
digunakan kembali sehingga dimasukkan lagi kedalam tangki aerasi, sedangkan yang
75%- nya akan dibuang ke laut, ditimbun di rawa-rawa, atau dijadikan pupuk. Peralatan
pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge,
stabilization pond, dan menggunakan attached biological growth.
Untuk stabilization pond terdiri dari 3 tipe yaitu, anaerobic stabilization pond,
facultative stabilization pond, dan aerobik maturation stabilization pond. Pada anaerobic
stabilization pond, pengolahan limbah dilakukan dalam kondisi anaerob atau tanpa
oksigen, sedangkan pada facultative dan aerobic maturation stabilization pond
pengolahan limbah dilakukan dengan penambahan oksigen melalui kontak dengan
permukaan air. Activated sludge atau lumpur aktif merupakan proses dimana campuran
limbah dengan mikroorganisme dilakukan aerasi dan pengadukan menyebabkan
teroksidasinya bahan organik terlarut.
Air yang tertinggal cukup jernih sehingga dapat langsung disalurkan ke badan-badan air
Desinfeksi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu klorinasi dan menggunakan ozon.
Klorinasi biasanya menggunakan gas khlor, sodium and calcium hypochlorite (NaOCl dan
CaOCl)). Kelebihan dari klorinasi adalah waktu pembnuhan pathogen yang sangat cepat yaitu
sekitar 15-30 menit dan juga meninggalkan residu toxic chlorine yang dapat membunuh
pathogen secara komplet, sedangkan kekurangannya adalah dibutuhkan dechlorination
effluent, dan dapat membentuk trihalomethane yang bersifat karsinogenik. Sedangkan untuk
ozone merupakan agent oksidasi yang sangat kuat, lebih baik dari chlorine, tetapi sangat
mahal dan tidak meninggalkan residu karena cepat terdekomposisi menjadi oksigen.
Klorinasi dapat berdampak buruk bagi lingkungan laut karena dapat bereaksi
membentuk chlorinated organic compounds yang sama bahayanya dengan DDT dan PCB.
Selain itu juga chlorine bereaksi dengan bromida membentuk HOBr acid dan OBr ion yang
merupakan biosida yang sangat kuat. Dengan ammonium ion (NH4-) chlorine bereaksi
membentuk NH2Cl yang sangat beracun.