Bab II-4 N
Bab II-4 N
10
Tipe
Desmoglein 1
Autoimun
Infeksi
Desmoglein 2
Genetik
Infeksi
Genetik
Desmoglein 3
Autoimun
Desmoglein 4
Peyakit
Pemfigus foliaceus
Pemfigus vulgaris tipe mukokutaneus
Pemfigus paraneoplastik
Staphylococcal scalded skin syndrome
Bullous impetigo
Keratoderma palmoplantar striata
Infeksi traktus respiratorius dan urinarius
Kardiomiopati Dilatasi
Pemfigus Vulgaris (Tipe dominan mukosa,
mukokutaneus)
Pemfigus paraneoplastik
Genetik
Hipotrikosis
(Burns, Breatnach, Cox, dan Griffiths, 2010)
11
12
(PV)
merupakan
penyakit
auto-imunobulosa
studi
menunjukkan bahwa kondisi ini lebih sering ditemui pada beberapa ras
tertentu. Mayoritas kasus yang pernah dilaporkan berasal dari ras Yahudi
Ashkenazi, penduduk asli Mediterania, dan India (Burns, Breatnach,
13
Cox, dan Griffiths, 2010; Weller R, Hunter dan Mann, 2015). Sejalan
dengan ini, insidensi pemfigus vulgaris juga tinggi di wilayah yang
mayoritas penduduknya adalah ras Yahudi. Contohnya Jerusalem, yang
insidensinya mencapai 16 per 1000.000 populasi (Zeina et al, 2015).
Penyakit ini sangat jarang ditemukan di Negara Barat. Di Eropa Tengah,
insidensinya hanya berada pada rentang 0.6 0.8 kasus/1000.000
populasi setiap tahunnya. Di negara Eropa lainnya, seperti Prancis dan
Jerman, insidensinya hanya sebesar 1.3 per 1000.000 populasi (Marazza
et al, 2009; Langan et al, 2008; Wolff, Johnson, Saavedra, 2013).
2. Gender
Ditinjau dari segi gender, pemfigus vulgaris dapat mengenai semua jenis
kelamin. Namun apakah rasionya ekuivalen atau tidak belumlah jelas
karena data yang tersedia dari berbagai literatur masih saling
bertentangan. Sebuah studi observasi non-analitik retrospektif yang
dilakukan oleh Wilson et al (1994) menunjukkan bahwa persentase
penderita pemfigus lebih tinggi di kalangan perempuan (perempuan=
60,6%; laki-laki = 39,4%). Dua studi lain juga menunjukkan hasil yang
sama (Pisanti dan Sharav, 1974; Salmanpour dan Shankar, 2006).
Sementara itu, data dari literatur lainnya memperlihatkan rasio insidensi
yang ekuivalen antara laki-laki dan perempuan, yakni sebesar 0.9:1.0
(Wolff, Johnson, dan Saavedra 2013; Burns, Breatnach, dan Cox, 2010).
14
15
16
17
memicu
signal
intraselular
(teori
intracellular signal)
dan
membran
mukosa
penderita
pemfigus
vulgaris,
18
bula seharusnya terbentuk karena resultan dari sinyal; faktanya, ini tidak
terjadi apabila desmoglein-1 juga ada pada sel terkait (mekanisme
kompensasi isoform desmoglein lainnya) (Amagai dan Stanley, 2012).
Observasi di atas menunjukkan bahwa tahap inisial pembentukan lesi
disebabkan oleh adanya steric hindrance, penghalang yang terbentuk
antar desmoglein akibat karena terikatnya antibodi antidesmoglein.
Inilah yang mengawali hilangnya fungsi adhesi, bukan oleh adanya
sinyal yang dihasilkan pengikatan tersebut. Namun demikian, sinyal
semacam ini dapat muncul setelah hilangnya fungsi adhesi, yang
kemudian memperberat inisiasi disfungsi adhesi sel (Amagai dan
Stanley, 2012).
Sinyal Intraselular
Hipotesis sinyal intraselular menyatakan bahwa pengikatan antibodi
antidesmoglein pada permukaan sel keratinosit dapat mengaktifkan
sejumlah
sinyal
jalur
intraselular. Sinyal
ini
ditujukan
untuk
19
leukotrien B4 dapat dideteksi dalam cairan bula. TNF- dan IL-6 juga
ditemukan dalam serum dan lesi kulit pada penderita pemfigus vulgaris
dan dapat menginduksi aktivator plasminogen serta aktivitas plasmin.
Semua substansi ini merupakan mediator yang efeknya nyata dalam
reaksi inflamasi (Burns, Breatnach, Cox, dan Griffiths, 2010).
D. Gambaran Klinis
Pemfigus vulgaris dikarakterisasi oleh munculnya bula pada area
mukosa (mucosal dominant pemphigus vulgaris), dan juga pada area kulit
(mucocutaneus pemphigus vulgaris) (Weller, Hunter, Mann, 2015). Hampir
semua pasien pemfigus vulgaris memiliki lesi mukosa (50 70%). Bula
tersebut sangat mudah mengalami ruptur, meninggalkan erosi luas yang
disertai rasa nyeri. Gejala ini dapat didahului oleh lesi kutaneus di mulut
atau mungkin menjadi satu-satunya manifestasi dari penyakit. Seringnya,
pasien memiliki lesi erosi buccal yang bentuknya iregular, nyeri dan
berbatas tegas, yang sembuhnya sangat lambat (gambar 2.3 dan 2.4). Erosi
tersebut akan melebar ke perifer bersama pengelupasan epitel. Permukaan
mukosa lain mungkin terlibat termasuk konjungtiva, nasal, faring, laring,
esofagus, uretra, vulva dan cervix (Burns, Breatnach, Cox, dan Griffiths,
2010).
Gambar 2.3
Gambar 2.4
(Gambar 2.3 Mukosa oral dengan lesi erosif pada pemfigus vulgaris tipe mukosa;
Gambar 2.4: Mukosa oral dengan lesi erosi yang lebih luas)
(Burns, Breatnach, Cox, dan Griffiths, 2010; Weller, Hunter, Mann, 2015)
20
epidermis
yang
masih
tampak
normal
dari
dermis,
Gambar 2.5 PV
Gambar 2.6 PV
(Gambar 2.5: Lesi di daerah kulit kepala pada pasien yang didiagnosis menderita
pemfigus vulgaris; Gambar 2.6: lesi yang muncul di aksila, salah satu tempat predileksi
pemfigus vulgaris)
(Masjedi M, Asilian A, Shahmoradi Z et al, 2014; Weller, Hunter, dan Mann, 2015)
21
Gambar 2.7 PV
Gambar 2.8 PV
(Gambar 2.7: Pemfigus Vulgaris. Bula Flaksid dan Erosi di Lengan; Gambar 2.8: lesi
ekstensif di daerah punggung pada pasien pria berusia 53 tahun yang membutuhkan
tirah baring)
(Burns, Breatnach, Cox, dan Griffiths, 2010; Wolff, Johnson, Saavedra, 2013)
(Gambar 2.9 Lesi bula kendur dan lunak dengan dasar eritema yang merupakan
gambaran klasik di awal penyakit pemfigus vulgaris. Pada gambar 2.10 terlihat bula
yang sudah pecah, meninggalkan lesi erosi pada kulit penderita)
(Zeina et al, 2015; Wolff, Johnson, Saavedra, 2013)
22
Gambar 2.11. Pemfigus Vulgaris. Perubahan Pigmen pada Lesi yang Mengalami
Penyembuhan
(Zeina et al, 2015)
Pada sejumlah kasus, lesi di daerah lipatan kulit akan segera membentuk
granulasi vegetatif, dan pemfigus vulgaris yang lesinya terdistribusi di
daerah fleksura menyatu dengan variannya, pemfigus vegetans (Burns,
Breatnach, Cox, dan Griffiths, 2010). Distrofi kuku, paronikia akut dan
subungual hematoma juga pernah diobservasi dalam pemfigus tipe ini
(Kolivras, Gheeraert, dan Andre, 2003)
E. Histopatologi dan Imunologi
Pada gambaran histopatologik didapatkan bula intraepidermal suprabasal
dan sel-sel epitel yang mengalami akantolisis pada dasar bula yang
menyebabkan percobaan Tzanck positif. Percobaan ini berguna untuk
menentukan adanya sel-sel akantolitik, tetapi bukan diagnostik pasti untuk
penderita pemfigus. Pada pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
elektron dapat diketahui bahwa permulaan perubahan patologik ialah
perlunakan segmen interseluler (Djuanda, Hamzah, dan Aisah, 2011).
Diagnosis pemfigus dikonfirmasi melalui immunofluoresensi direk yang
menunjukkan deposit IgG di atas permukaan keratinosit sepanjang
epidermis, di dalam dan di sekitar lesi (gambar 2.12). IgG1 dan IgG4
merupakan sub-class antibodi yang tersering; C3, IgM dan IgA muncul lebih
jarang dibanding IgG. Immunofluoresensi direk
mungkin merupakan
23
F. Diagnosis Banding
Pemfigus vulgaris dibedakan dengan dermatitis herpetiformis dan
pemfigoid bulosa. Dermatitis herpetiformis dapat mengenai anak
maupun dewasa, keadaan umumny baik, keluhannya sangat gatal, ruam
polimorf, dinding vesikel/bula tegang dam berkelompok, serta
mempunyai tempat predileksi. Sebaliknya, pemfigus vulgaris terutama
terdapat pada orang dewasa, keadaan umumnya buruk, tidak gatal, bula
berdinding
kendur,
dan
biasanya
generalisata.
histopatologis
dermatitis
herpetiformis,
subepidermal,
sedangkan
pada
pemfigus
letak
Pada
gambaran
vesikel/bula
vulgaris
terletak
di
di
24
A. Etiopatogenesis
Pada kedua tipe pemfigus vegetans antibodi bereaksi dengan antigen
desmoglein-1 dan -3, dan mungkin juga antigen lainnya, seperti desmocollin
1 dan 2 pada tipe Hallopeau serta periplakin. Studi yang telah dilakukan oleh
sejumlah peneliti sebelumnya secara konsisten melaporkan adanya
autoantibodi terhadap desmoglein-3 pada pasien dengan pemfigus vegetans
(Elder, Elenitsas, Johnson et al, 2009; Cozzani et al, 2007). Fiksasi
komplemen mungkin bertanggung jawab terhadap infiltrasi kutaneus oleh
netrofil maupun eosinofil, dan ini merupakan gambaran khas dari pemfigus
vegetans (Burns, Breatnach, Cox, dan Griffiths, 2010).
B. Gambaran Klinis
1. Tipe Neumann
Gambaran biasanya menyerupai pemfigus vulgaris, kecuali timbulnya
pada usia lebih muda. Tempat predileksi di muka, aksila, genitalia
eksterna, dan daerah intertrigo yang lain. Yang khas pada peyakit ini
ialah terdapatnya bula-bula yang kendur, menjadi erosi dan kemudian
25
Gambar 2.14. Plak Veruka Hipertrofik Vegetatif Tipe Neumann di Lipat Inguinal
pada Penderita Pemfigus Vegetans
(Young-Min S et al, 2011)
2. Tipe Hallopeau
Perjalanan penyakitnya kronik, tetapi dapat seperti pemfigus vulgaris
dan fatal. Lesi primer ialah pustul-pustul yang bersatu, meluas ke perifer,
menjadi vegetatif dan menutupi daerah yang luas di aksila dan perineum.
Gambaran yang khas berupa granulomatosis seperti beledu seringkali
terlihat di dalam mulut (Djuanda, Hamzah, Aisah, 2011). Pernah
ditemukan 1 kasus dimana pemfigus foliaceus mendahului onset
pemfigus vegetans tipe Hallopeau (Cecchi, Tuci, Brunetti et al, 1994).
26
C. Patologi
1. Tipe Neumann
Lesi dini sama seperti pada pemfigus vulgaris, tetapi kemudian timbul
proliferasi papil-papil ke atas, pertumbuhan ke bawah epidermis, dan
terdapat abses-abses intraepidermal yang hampir seluruhnya berisi
eosinofil (gambar 2.16) (Djuanda, Hamzah, Aisah, 2011).
2. Tipe Hallopeau
Lesi permulaan sama dengan tipe Neumann, terdapat akantolisis
suprabasal, mengandung banyak eosinofil, dan terdapat hiperplasia
epidermis dengan abses eosinofilik pada lesi yang vegetatif. Pada
keadaan yang lebih lanjut akan tampak papilomatosis dan hiperkeratosis
tanpa abses (gambar 2.15) (Djuanda, Hamzah, Aisah, 2011).
27
D. Diagnosis Banding
Pada dasarnya sama dengan pemfigus vulgaris, diagnosis banding
lainnya untuk pemvigus vegetans meliputi: eritema multiform akut,
dermatitis herpetiform dan Hailey-Hailey disease (Burns, Breatnach, Cox,
dan Griffiths, 2010)
2.6. Pemfigus Foliaceus dan Variannya
Pemfigus foliaceus (PF) merupakan tipe pemfigus yang umumnya
bersifat ringan, termasuk kelompok penyakit autoimun berbula yang
dikarakterisasi oleh hilangnya adhesi sel keratinosit (akantolisis) di lapisan
atas epidermis yang kemudian menjadi penyebab dari formasi bula
superfisial (Schwartz RA, Majewski S, dan Majewski SS, 2015). Secara
28
29
C. Patogenesis
Antigen yang diserang oleh antibodi dalam pemfigus foliaceus terletak
di domain aminoterminal ekstraselular desmoglein-1. Antigen ini tidak lain
adalah cadherin desmosomal dengan berat molekul 160-kDa. Mikroskopi
imunoelektron telah mendemonstrasikan bahwa pada pemfigus foliaceus
antibodi antidesmoglein secara eksklusif terikat dalam jumlah yang lebih
banyak pada desmosom lapisan epidermis bagian atas dibanding bagian
basal. Pola ini merupakan pola resiprokal dari pemfigus vulgaris, yang
menunjukkan adanya korelasi langsung dari pola pengikatan dengan pola
distribusi desmogein-1 pada epidermis (Burns, Breatnach, Cox, dan
Griffiths, 2010). Namun demikian, epitop desmoglein yang dikenali oleh
autoantibodi pada pemfigus foliaceus endemik mungkin berbeda dengan tipe
lain yang non-endemik (Akiyama et al, 1993).
Pengikatan antibodi (predominan IgG4) menghasilkan efek langsung
pada fungsi cadherin desmosomal di lapisan atas epidermis, menyebabkan
30
D. Manifestasi Klinis
Umumnya terdapat pada orang dewasa, antara umur 40 50 tahun.
Sebaliknya, tipe endemik (fogo selvagem), biasanya mengenai anak-anak
dan dewasa muda, dengan insidensi puncak pada dekade kedua dan ketiga
masa kehidupan (Djuanda, Hamzah dan Aisah, 2011; Burns, Breatnach,
Cox, dan Griffiths, 2010).
Gejalanya tidak seberat pemfigus vulgaris. Perjalanan penyakit kronik,
remisi terjadi temporer. Penyakit mulai dengan timbulnya vesikel/bula,
skuama dan krusta dan sedikit eksudatif, kemudian memecah dan
meninggalkan erosi. Mula-mula dapat mengenai kepala yang berambut,
muka dan dada bagian atas sehingga mirip dermatitis seboroika. Kemudian
menjalar simetrik dan mengenai seluruh tubuh setelah beberapa bulan. Yang
khas ialah terdapatnya eritema yang menyeluruh disertai banyak skuama
yang kasar, sedangkan bula yang berdinding kendur hanya sedikit, agak
berbau. Lesi di mulut jarang terdapat, dan gejala sistemik seperti demam,
malaise serta nyeri sendi pernah dilaporkan (Djuanda, Hamzah dan Aisah,
2011; Burns, Breatnach, Cox, dan Griffiths, 2010).
31
pemfigus.
Pemfigus
foliaceus
dapat
terlihat
seperti
Gambar 2.19 PF dengan lesi eritroderma Gambar 2.20 PF dengan lesi eritroderma
32
Gambar 2.20: Wanita berusia 41 tahun, asal Puerto Rico yang telah menderita pemfigus
foliaces selama 9 tahun, muncul dengan ruam eritroderma; Gambar 2.21: Pasien yang
sama, menunjukkan ruam eritroderma di bagian punggung; Gambar 2.22: Pasien pria
dengan pemfigus foliaceus yang tampak eritrodermik, lesi menyebar disertai erosi yang
nyeri.
(Schwartz RA, Majewski S, dan Majewski SS, 2015; Burns, Breatnach, Cox, dan
Griffiths, 2010)
33
34
35
36
hematologis,
onkologis,
endokrin,
B. Pemeriksaan Fisik
Status general
Pemeriksaan status generalis mencakup:
37