BAHASA INDONESIA
[Bahan ajar ini diperbanyak hanya untuk kalangan sendiri]
Oleh
Nuryani
Yogyakarta, 2009
Penulis
DAFTAR ISI
PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II KALIMAT DALAM PENYUSUNAN KARANGAN 4
A. Ada Keserasian Bentuk dan Makna 6
B. Unsur-unsur Pembentuknya Lengkap 6
C. Subjek dan Objek Kalimat Tidak Boleh Berkata Depan 7
D. Kata yang mana dan di mana bukan Kata Penghubung 8
E. Tidak Berunsur Kata Mubazir 10
F. Penggunaan Kata Penghubung secara Eksplisit 10
G. Unsur Kehematan dalam Kalimat 13
BAB III PARAGRAF DALAM KARANGAN 15
A. Pengertian Paragraf 15
B. Syarat Paragraf yang Baik 16
C. Cara Penyusunan Paragraf 21
D. Pola Pengembangan Paragraf 25
E. Cara Membentuk Kesatuan Hubungan Antarkalimat dalam Paragraf 29
BAB IV EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN 36
A. Pemakaian Huruf Kapital 36
B. Penulisan Gabungan Kata 38
C. Singkatan dan Akronim 41
D. Angka dan Lambang Bilangan 43
E. Penulisan Unsur Serapan 44
F. Pemakaian Tanda Baca 50
DAFTAR RUJUKAN 54
BAB I
PENDAHULUAN
Contoh (2) tersebut bukan merupakan paragraf yang baik karena ha-
nya terdiri atas satu kalimat panjang. Agar menjadi paragraf yang
baik, contoh tersebut perlu diubah menjadi sebagai berikut.
(3) Bank sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari sistem
perekonomian di negeri kita.
(4) Dalam menghadapi percaturan dunia bisnis, di mana negara yang
satu dengan negara yang lain saling bersaing untuk mem-
perebutkan pasaran dunia dalam memperdagangkan hasil
produksi yang berkualitas baik dengan harga yang mampu
dijangkau oleh konsumen.
Kalimat (3) tersebut merupakan kalimat yang salah karena belum se-
lesai. Bandingkanlah dengan (3a) berikut.
(3a) Bank sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari sis-
tem perekonomian di negeri kita ....
Dari kalimat (3a) dapat diketahui bahwa kalimat (3) tersebut belum
memiliki sebutan (atau predikat), padahal kalimat yang benar dan
lengkap setidak-tidaknya berunsur subjek (atau pokok) dan predikat
(atau sebutan). Subjek adalah bagian kalimat yang diterangkan oleh
predikat. Predikat adalah bagian kalimat yang berfungsi sebagai pen-
jelas atau yang memberikan keterangan pokok (lih. Ngafenan, 1985:
75). Jadi, kesalahan kalimat (3) tersebut terletak pada tidak adanya
atau tidak jelasnya predikat atau sebutannya. Kalimat (3) tersebut be-
lum merupakan kalimat yang lengkap.
Kendati efektif, kalimat (4) juga salah. Kesalahan kalimat (4) itu
terletak pada penggunaan kata di mana yang tidak sesuai dengan
kaidah penggunaannya. Dalam bahasa Indonesia, kata di mana seha-
rusnya hanya digunakan dalam kalimat tanya seperti di bawah ini.
Dari bentuk (9a) dapat diketahui bahwa kalimat (9) tersebut belum
memiliki jabatan predikat. Kalimat (9) dapat menjadi kalimat yang
lengkap kalau kata yang dihilangkan sehingga menjadi sebagai
berikut.
Kalimat (13) dan (14) juga tidak benar karena jabatan objek atau
hal yang dibicarakan, yaitu tentang pentingnya sektor pariwisata ini dan
tentang kelompok senyawa aldehida dan keton, didahului kata depan
tentang. Kalimat (13) dan (14) tersebut diizinkan apabila kata depan
tentang yang mendahului objek dihilangkan sehingga kalimatnya
menjadi sebagai berikut.
(15) Di antara tiga mesin ketik ini, menurut Anda, yang mana yang
terbaik?
(16) Di dalam kendaraan, aku bertanya kepada polisi yang menjem-
putku. “Lukanya gawat, Mas?” Di mana dia tertabrak? Mobil
apa?”
Pemakaian yang mana dan di mana seperti pada contoh (17) dan (18)
itu tidak tepat karena tidak sesuai dengan aturan pemakaian kedua
kata itu dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, kedua kata
itu tidak diizinkan dipakai sebagai kata penghubung. Oleh karena itu,
contoh (23) dan (24) itu harus diubah menjadi sebagai berikut.
(21) Memasuki era pasar bebas sekarang ini, kita perlu tahu apa
yang dimaksud dengan pasar bebas.
(22) Menghadapi perkembangan yang pesat ini, kita perlu ber-
upaya seoptimal mungkin untuk dapat memanfaatkan
peluang-peluang yang ditimbulkannya.
Contoh (21) dan (22) tersebut merupakan kalimat majemuk karena
masing-masing terdiri atas dua bagian, yaitu memasuki era pasar bebas
sekarang ini dan kita perlu tahu apa yang dimaksud dengan pasar bebas
untuk contoh (21) dan menghadapi perkembangan yang pesat ini dan kita
perlu berupaya seoptimal mungkin untuk dapat memanfaatkan peluang-
peluang yang ditimbulkannya untuk contoh (22). Namun, sebagai
kalimat majemuk, kedua contoh tersebut tidak taat kaidah karena
tidak berunsur kata penghubung sebagai syarat suatu kalimat disebut
kalimat majemuk sehingga perlu dihindari penggunaannya dalam
karangan. Kalimat majemuk seperti contoh (21) dan (22) tersebut
boleh dipakai dalam karangan asalkan dilengkapi dengan kata peng-
hubung. Jadi, contoh (21) dan (22) tersebut akan menjadi kalimat
majemuk yang taat kaidah apabila dilengkapi, misalnya. dengan kata
penghubung sebelum pada contoh (21) dan untuk contoh (22) sehingga
masing-masing berubah menjadi sebagai berikut.
(22a) Sebelum memasuki era pasar bebas sekarang ini, kita perlu tahu
apa yang dimaksud dengan pasar bebas.
(23a) Untuk menghadapi perkembangan yang pesat ini, kita perlu
berupaya seoptimal mungkin untuk dapat memanfaatkan
peluang-peluang yang ditimbulkannya.
Kata-kata manakala, bahwa, dan, dan jika dalam contoh (24) tersebut
merupakan kata penghubung dalam kalimat majemuk. Menurut
kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, keempat kata peng-
hubung itu tidak diizinkan digunakan dalam paragraf. Oleh karena
itu, penggunaan kata dan, misalnya, pada awal kalimat seperti dalam
contoh berikut hendaknya dihindari.
(28) (a) Salah satu hasil akhir yang diharapkan dicapai dari pro-
ses perkuliahan di perguruan tinggi adalah mahasiswa yang
mandiri. (b) Dalam perkuliahan di perguruan tinggi, ada dua
jenis kegiatan belajar, yaitu kegiatan belajar tatap muka dengan
dosen (kuliah) dan kegiatan belajar yang dilakukan mahasiswa
tanpa kehadiran dosen (kegiatan terstruktur dan belajar man-
diri). (c) Di perguruan tinggi suasana belajar yang pasif dan
menerima saja atau rote learning tidak diharapkan terjadi.
(30) (a) Titik berat pendidikan orang dewasa berbeda dari pen-
didikan anak-anak. (b) Titik berat pendidikan anak- anak adalah
proses pemberian dasar-dasar pengetahuan, pembentukan sikap
mental dan moral serta pendidikan kewargaan negara. (c) Titik
berat pendidikan orang dewasa adalah peningkatan kehidupan
serta pemberian keterampilan dan kemampuan untuk
memecahkan persolan-persoalan yang dialami dalam hidup dan
dalam masyarakat.
Paragraf yang baik hanya mengandung satu ide pokok. Oleh
karena itu, bila dalam satu paragraf terdapat lebih dari satu ide
pokok, paragraf itu bukan merupakan paragraf yang baik, dan untuk
menjadi paragraf yang baik, paragraf itu harus dipecah ke dalam
beberapa paragraf. Perhatikanlah contoh yang berikut.
Paragraf (34) yang terdiri atas empat kalimat, yaitu kalimat (a)-(d), itu
bersifat padu. Kalimat (a) berisi “paragraf sebagai satuan informasi”.
Satuan informasi itu dijabarkan lebih terinci pada kalimat (b)-(c). Pa-
ragraf tersebut kemudian ditutup dengan kalimat (d) yang
sesungguhnya merupakan penegasan dari kalimat (a)-(c).
Suatu paragraf dinyatakan memiliki kesatuan (coherence) apa-
bila kalimat-kalimat pembentuknya tidak terlepas dari ide pokoknya.
Kalimat-kalimat pembentuknya terfokus pada ide pokok dan mence-
gah masuknya hal-hal yang mendapat kesulitan dalam memelihara
kesatuan itu (Akhadiah dkk., 1989:148). Perhatikanlah contoh yang
berikut.
(35) (a) Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari eks-
presi diri. (b) Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri
kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. (c) Dengan
komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan,
kita pikirkan, dan kita ketahui pada orang lain. (d) Dengan
komunikasi pula, kita mempelajari dan mewarisi semua yang
pernah dicapai nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh
orang-orang yang sezaman dengan kita.
(39) (a) Kemenangan Clinton atas Bush memang luar biasa dan ge-
milang. (b) Namun, kegemilangan ini harus disertai suatu tugas
untuk segera memulihkan AS sebagai negara ekonomi yang ter-
kuat untuk menjadi adidaya dan satpam dunia.
(40) (a) Hutang Amerika Serikat sekarang ini berjumlah sekitar empat
trilyun dolar. (b) Bunga hutang yang harus dibayarnya tiap
tahunnya melampaui anggaran militernya, bahkan mencapai
rekor dalam senjata AS, yakni sekitar 270 milyar dolar. (c)
Hutang AS sekarang ini lebih besar dari hutang tahun 1980
ketika Presiden Ronald Reagan memangku jabatannya. (d) Ini
menjadi tugas Bill Cinton sekarang untuk memperkecil hutang
tersebut.
Contoh (39) dan (40) tersebut merupakan paragraf yang disusun de-
ngan menempatkan kalimat topik pada awal paragraf, yaitu pada
kalimat (a), diikuti oleh kalimat(-kalimat) pengembang. Kalimat topik
pada paragraf (39) adalah Kemenangan Clinton atas Bush memang luar
biasa dan gemilang, sedangkan dalam paragraf (40) adalah Hutang
Amerika Serikat sekarang ini berjumlah sekitar 4 trilyun dolar. Sementara
itu, kalimat lainnya, yaitu kalimat (b) untuk paragraf (39) dan kalimat
(b), (c), dan (d) untuk paragraf (40), merupakan kalimat pengembang.
Paragraf dapat disusun dengan cara menempatkan kalimat
topik pada akhir paragraf. Paragraf yang disusun dengan cara seperti
itu dinamai paragraf induktif. Bentuk susunan paragraf induktif ini
adalah kalimat(-kalimat) pengembang ditempatkan mendahului ka-
limat topik. Contohnya sebagai berikut.
(42) (a) Karena uang banyak, harga barang menjadi mahal. (b)
Uang terpaksa naik. (c) Setiap kali, harga berubah dan membu-
bung tinggi. (d) Mereka rugi dan akhirnya gulung tikar. (e) Peng-
angguran merajalela dan rakyat menderita.
Contoh (41) dan (42) tersebut merupakan paragraf yang disusun de-
ngan cara meletakkan kalimat topik pada akhir paragraf. Kalimat to-
pik kedua paragraf tersebut adalah kalimat (e), sedangkan kalimat-
kalimat lainnya, yaitu kalimat (a)-(d), merupakan kalimat
pengembang.
Paragraf dapat pula disusun dengan cara menempatkan
kalimat topik di awal dan diulang pada akhir paragraf. Dalam hal ini,
ide pokok yang diletakkan pada awal paragraf biasanya berisi
pernyataan yang bersifat umum, sedangkan yang terletak di akhir
paragraf sebenarnya merupakan ulangan dari ide pokok yang terletak
pada bagian awal paragraf (Ramlan, 1993:6). Kalimat topik ulangan
itu tentu saja tidak harus sama persis dengan kalimat topik yang
diletakkan pada awal paragraf. Kalimat topik ulangan itu boleh
diubah bentuk kata-katanya, susunan kalimatnya, tetapi ide pokok te-
tap sama (Soedjito dan Hasan, 1986:14). Paragraf yang kalimat
topiknya terletak di awal dan akhir paragraf itu biasanya disebut
paragraf campuran. Contohnya sebagai berikut.
(43) (a) Sebuah karangan tidak mungkin baik jika paragrafnya tidak
tersusun dengan baik. (b) Paragraf merupakan satuan terkecil
sebuah karangan. (c) Isinya membentuk satuan pikiran sebagai
bagian dari pesan yang disampaikan oleh penulis dalam ka-
rangannya. (d) Paragraf yang tidak jelas susunannya akan me-
nyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. (e) Oleh
sebab itu, sebuah karangan tidak akan baik jika paragrafnya tidak disu-
sun dengan baik.
(46) (a) Arti dari kata “koleksi” adalah suatu kegiatan untuk
mengumpulkan benda-benda sejenis atau beberapa jenis terus-
menerus selama waktu yang tidak terbatas. (b) Contohnya adalah
mengumpulkan perangko, suatu kegemaran atau hobi yang la-
zim.
Contoh (45) dan (46) tersebut merupakan paragraf yang terdiri atas
dua kalimat, yaitu kalimat (a) dan (b). Kalimat (a) merupakan kalimat
topik, sedangkan kalimat (b) merupakan kalimat pengembang. Sesua-
tu yang disampaikan dalam kalimat (b) itu adalah “contoh” untuk ide
pokok yang dituangkan dalam kalimat (a).
Sesuatu yang diungkapkan dalam kalimat pengembang dapat
pula berupa “alasan”. Contohnya sebagai berikut.
(47) (a) Sering kali, untuk memainkan suatu mainan anak masih
memerlukan bantuan orang tua. (b) Alasannya adalah anak
memang belum tahu bagaimana caranya memperoleh
kegembiraan semaksimal mungkin dari mainan barunya.
Paragraf (47) tersebut terdiri atas dua kalimat, yaitu kalimat (a) dan
kalimat (b). Kalimat (a) adalah kalimat topik, sedangkan kalimat (b)
merupakan kalimat pengembang. Kalimat pengembang teersebut
berisi “alasan” untuk ide pokok yang diungkapkan dalam kalimat
topik.
Alasan yang tertuang dalam kalimat pengembang dapat meru-
pakan “akibat” dari ide pokok dalam kalimat topik. Amatilah contoh
berikut.
(48) (a) Sebelum awal abad XX, banyak kritikus mengakui bahwa
struktur plot yang rapi, yang diajukan oleh Aristoteles dan peng-
ikutnya, tidak dapat dikenakan pada novel. (b) Akibatnya, mes-
kipun tetap relevan untuk cerita pendek, pembicaraan tentang
struktur menjadi berkurang.
Kalimat topik dalam paragraf (48) tersebut adalah kalimat (a), se-
dangkan kalimat (b) merupakan kalimat pengembang. Kalimat (b)
merupakan akibat dari ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat (a)
sehingga antara kalimat topik dan kalimat pengembang tersebut
terbentuk hubungan “sebab-akibat”. Sebaliknya, pada contoh berikut
ini, kalimat pengembang, yaitu kalimat (b), merupakan “sebab” dari
ide dalam kalimat topik, yaitu kalimat (a).
(49) (a) Saran dan kritik yang ditujukan untuk memperbaiki usa-
ha penyempurnaan program Applied Approach ini akan kami
terima dengan senang hati. (b) Hal ini karena usaha
penyempurnaan program itu baru merupakan satu langkah dari
langkah-langkah yang harus dilalui dalam peningkatan kualitas
dosen di perguruan tinggi.
Kalimat pengembang dapat pula berupa “perbandingan” dari
ide pokok yang dituangkan dalam kalimat topik. Contohnya sebagai
berikut.
Ide pokok dalam contoh (50) tersebut adalah ‘perbedaan tujuan an-
tara eksposisi dan argumentasi’. Ide pokok itu diungkapkan dalam
kalimat topik, yaitu kalimat (a). Perbedaan tujuan itu kemudian
dibandingkan dalam kalimat, yaitu dalam kalimat (b) dan (c).
Yang dikemukakan dalam kalimat pengembang dimungkinkan
pula berupa “sesuatu yang berlawanan” dengan ide pokok yang di-
tuangkan dalam kalimat topik. Perhatikanlah contoh yang berikut.
Contoh (51), yang dikutip dari Ramlan (1993:48), itu terdiri atas dua
kalimat, yaitu kalimat (a) dan (kalimat (b). Kalimat (a) merupakan
kalimat topik, sedangkan kalimat (b) merupakan kalimat pengem-
bang. Kalimat pengembang itu berisi “sesuatu yang berlawanan” de-
ngan ide pokok yang tertuang dalam kalimat topik.
Yang disajikan dalam kalimat pengembang dimungkinkan be-
rupa “definisi” dari sesuatu yang diungkapkan dalam kalimat topik.
Contohnya sebagai berikut.
Paragraf (54) tersebut berunsurkan dua kalimat, yaitu kalimat (a) dan
(b). Paragraf tersebut bersifat menyatu. Kesatuan itu ditunjukkan
lewat penggunaan kata tunjuk itu pada kalimat (b).
Di samping kata itu, kata ini, tersebut, berikut, berikut ini, dan di
bawah ini juga berfungsi sebagai penanda hubungan penunjukan.
Contohnya sebagai berikut.
(54) (a) Tikar yang berukuran besar dibuat dari daun pandan
atau sejenis gelagah yang disebut werot. (b) Gelagah ini dipipih-
kan dahulu, dipotong tiga, karena daun itu terdiri atas tiga segi,
dan dianginkan sampai kering. (c) Daun ini berwarna kuning dan
bisa langsung dipakai, kecuali jika menghendaki warna yang
lain. (d) Untuk itu, gelagah direndam di tempat yang berair
selama 24 jam lalu dimasak dengan daun atau kulit kayu yang
mengandung warna tertentu. (e) Setelah dijemur akan diperoleh
warna tetap yang diinginkan. (f) Hiasan tikar ini umumnya
berbentuk segi empat dengan berbagai ukuran atau garis-garis
lebar yang panjang menyilang dan diselingi garis-garis kecil.
(57) (a) Berikut ini akan diuraikan siapa Austin dan hasil kar-
yanya beserta pokok-pokok pemikiran filsafatnya, baik yang
umum maupun yang khusus, terutama pemikiran filsafat bahasa
Austin dalam How To Do Things with Words secara panjang lebar.
(b) Yang diuraikan terutama yang menyangkut masalah
perbedaan antara ucapan-ucapan performatif dan ucapan-ucapan
konstatif beserta syarat-syarat yang harus dipenuhi agar ucapan-
ucapan tersebut dapat disebut sebagai ucapan-ucapan performa-
tif atau ucapan-ucapan konstatif.
(59) (a) Kaum pria tidak memiliki sesuatu yang luar biasa. (b)
Rambut mereka dipotong pendek dan beberapa di antaranya
memperhatikan sisiran rambut. (c) Mereka yang muda-muda sa-
ngat rapi. (d) Yang mencolok dari mereka adalah kemampuan
meniru kaum muda. (e) Mereka bahkan mengenal penampilan ala
polka. (f) Dahulu rambut mereka dibiarkan panjang dan dipotong
seperti rambut wanita seperti yang masih dilakukan orang Baltik.
(g) Beberapa di antara mereka dicukur gundul. (h) Dengan jang-
gut, mereka tidak menemukan banyak kesulitan karena umumnya
mereka tidak berjanggut. (i) Apakah mereka malu berjanggut atau
kegenitan mereka menentangnya, tidak diketahui. (j) Yang pasti,
kadang-kadang mereka rukun duduk bersama dan saling
mencabuti janggut. (k) Sementara itu, waktu berjalan terus. (l) Se-
karang, memelihara janggut sangat mereka hargai, bukti seder-
hana yang menandakan bahwa janggut dipelihara dengan sangat
saksama.
Paragraf (59) tersebut terdiri atas dua belas kalimat, yaitu kalimat (a)-
(l). Hubungan antarkalimat dalam paragraf (59) itu bersifat menyatu.
Kesatuan itu ditunjukkan dengan penggantian kata kaum pria pada
kalimat (a) dengan kata ganti orang mereka pada kalimat (b)-(l).
Di samping kata mereka, kata dia, -nya, dan beliau juga dapat di-
gunakan untuk membentuk kesatuan hubungan antarkalimat dalam
paragraf. Berikut ini disajikan contoh-contohnya.
(66) (a) Diskusi kelas merupakan cara yang paling efektif untuk
melatihkan keterampilan strategi kognitif kepada mahasiswa. (b)
Hal ini dapat dicapai jika anggota kelas mempunyai homogenitas
yang cukup tinggi atas keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki. (c) Dengan demikian, setiap anggota kelas dapat
memperlihatkan pemilihan strategi pemecahan masalah yang asli
dan kreatif. (d) Umpan balik menjadi mekanisme untuk menilai
keaslian strategi pemecahan masalah dan tingkat kreativitas
mahasiswa. (e) Namun, seperti juga dalam pemilihan masalah
dan kasus untuk latihan, situasi yang ideal jarang ditemukan. (f)
Yang sering ditemukan adalah suasana diskusi kelas yang sebagi-
an anggotanya masih mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
menunjukkan bahwa mereka belum menguasai keterampilan-
keterampilan yang menjadi prasyarat bagi latihan strategi
kognitif. (g) Oleh karena itu, dosen perlu bekerja keras untuk
menghindari situasi seperti itu.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Mi-
salnya:
SALAH BENAR
Sudahkah anda tahu? Sudahkah Anda tahu?
Surat anda sudah sampai. Surat Anda sudah sampai.
SALAH BENAR
acapkali acap kali
andaikata andai kata
ibukota ibu kota
intisari inti sari
kerjasama kerja sama
seringkali sering kali
simpangsiur simpang siur
sumberdaya sumber daya
3. Pun yang berarti ‘juga’ atau ‘saja’ ditulis secara terpisah dari kata
yang mendahuluinya. Misalnya:
SALAH BENAR
Apapun diperhatikannya. Apa pun diperhatikannya.
Siapapun boleh datang. Siapa pun boleh datang.
4. Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengi-
kutinya. Misalnya:
SALAH BENAR
ku tulis kutulis
ku dengar kudengar
kau tulis kautulis
kau dengar kaudengar
4. Per yang berarti ‘mulai’, demi’, dan ‘tiap’ dituliskan terpisah dari
kata yang mengikutinya, sedangkan yang per yang merupakan
imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Mi-
salnya:
SALAH BENAR
perhari per hari
perhelai per helai
perbulan per bulan
satu persatu satu per satu
dua per tiga dua pertiga
Per hatikanlah kalimat ini. Perhatikanlah kalimat ini.
7. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah
huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung
(-). Misalnya:
SALAH BENAR
nonIndonesia non-Indonesia
panAfrikanisme pan-Afrikanisme
4. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti
satu titik. Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan atas
hlm. halaman
Yth. Yang terhormat
5. Akronim nama diri ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Mi-
salnya:
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
6. Akronim yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kecil. Misal-
nya:
pemilu pemilihan umum
rapim rapat pimpinan
tilang bukti pelanggaran
rudal peluru kendali
3. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya. Misalnya:
Pengantar Ilmu Ekonomi
Dasar-dasar Manajemen
Pendidikan Kewarganegaraan
Tim Belanda lebih banyak memiliki peluang emas, tetapi karena pe-
nyelesaiannya kurang sempurna, akhirnya hanya imbang 1 - 1 lawan
Mesir.
Mereka bukan pemain yang penuh bakat, melainkan pemain yang hanya
memiliki keinginan kuat.
Penghasilan utama daerah Maluku adalah rempah-rempah, sedangkan
penghasilan utama Jawa Barat adalah padi.
Suku kata yang berupa satu vokal (huruf hidup) tidak boleh di-
tempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah dismpaikan ....
Bukan:
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasai. 1993. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
PT Mediyatama Sarana Perkasa.
Akhadiah, Sabarti dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Cipta Loka Caraka. 2002. Teknik Mengarang. Yogyakarta: Kanisius.
Hutomo, Suripan Sadi. 1983. “Bahasa Baku dan Sastra” dalam Majalah
Horison Nomor 1 Tahun 1983, halaman 24-25.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores:
Nusa Indah.
Liang Gie, The dan A. Widyamartaya. 1983. Kamus Seni Mengarang. Yog-
yakarta: Akademi Kepengarangan.
Liang Gie, The. 1992. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta: Aka-
demi Kepengarangan.
--------. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Natawidjaja, P. Suparman. 1979. Bimbingan Cakap Menulis. Jakarta: BPK Gu-
nung Mulia.
Ngafenan, Mohamad. 1985. Istilah Tata Bahasa Indonesia. Klaten: PT Intan.
Parera, Jos Daniel. 1982. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.
Poerwadarminta, W.J.S. 1967. ABC Karang-Mengarang. Jogja: U.P. Indonesia.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
----------. 2003. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M.. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: PT Gramedia.
Soedjito dan Mansur Hasan. 1986. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung:
Remadja Karya CV.
Tarigan, Djago. 1986. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan
Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
Yohanes, Yan Sehandi. 1991. Kalimat dalam Penulisan Karangan. Bandung: PT
Remadja Rosdakarya.