Anda di halaman 1dari 5

KAMPUS

Dr dr Felix Kasim, M.Kes

Rektor Universitas Kristen Maranatha

PTS JUGA
ASET BANGSA
Integrity, Care, and Excellence (ICE), itulah tiga prinsip yang menjadikan
Universitas Kristen Maranatha tidak hanya meluluskan puluhan ribu
mahasiswa selama 48 tahun tapi juga menciptakan mahasiswa yang siap
kerja, berprestasi, dan bermanfaat bagi masyarakat.
INTEGRITAS - September 2013

89

KAMPUS

ebagai perguruan tinggi swasta,


UK Maranatha tentu juga
dituntut kreatif karena harus
mandiri secara finansial. Rektor
UK Maranatha Dr dr Felix Kasim, M.Kes
mengatakan, saat ini soal pendanaan
menjadi isu penting dalam dunia
pendidikan tinggi, khususnya PTS.

Sebab, tidak semua PTS di
Indonesia, yang jumlahnya tiga
ribuan, mampu menutupi operasional,
padahal PTS juga dituntut menciptakan
program-program studi dengan lulusan
siap pakai. Univesitas yang berlokasi
di Bandung, Jawa Barat, ini hanya
sedikit mendapat bantuan pemerintah
sehingga harus bisa mengoptimalisasi
dosen dan perlengkapan teknologinya.

Sekalipun menghadapi tantangan
cukup berat, sebagai universitas yang
sudah berdiri 48 tahun, UK Maranatha
berkewajiban menyediakan fasilitas dan
dosen terbaik untuk para mahasiswa.

90


Felix menjelaskan, di forum
APTSI (Asosiasi PTS Indonesia) soal
pendanaan mengemuka.

PTS juga aset bangsa dan
sebaiknya
tidak
dibeda-bedakan
dengan PTN yang mendapat anggaran
operasional dari pemerintah pusat,
katanya.

Ia menegaskan, UK Maranatha
tidak menanti dalam diam dan berharap
solusi dari pemerintah. Ada beberapa
cara yang dilakukan Maranatha dalam
menjawab tantangan soal pendanaan
yang hampir dihadapi tiga ribuan PTS
di seluruh Indonesia.

Pertama, berkompetisi mencari
pendanaan dari hibah-hibah yang
diberikan pemerintah, seperti hibah
penelitian dan pengajaran. Hibah
tersebut bisa juga dari Kementerian
Riset dan Teknologi, LIPI, dan lembagalembaga lainnya.

INTEGRITAS - September 2013

Kedua, menggali pendanaan dari para


alumni.

Sudah ada 25 ribu alumni, dan
banyak di antara mereka yang telah
berkiprah di masyarakat dalam berbagai
sektor. Membangun relasi dengan para
alumni merupakan keharusan bagi
jajaran universitas.

Artinya, pendanaan itu tidak
hanya dalam bentuk uang atau
nominal tapi juga ada peluang lulusan
kita diterima bekerja dan ada juga
beberapa alumni menyediakan fasilitas
laboratorium, jelas Felix.

Ketiga, menggalang kerja sama
dengan para mitra dalam kawasan
regional, nasional, dan internasional,
menyangkut beasiswa untuk para
mahasiswa dan dosen serta berbagai
proyek penelitian.

Minim Dukungan

Selama
ini,
menyangkut
penelitian, dukungan pemerintah
kepada perguruan tinggi di Indonesia
juga minim.

Itu memang selalu menjadi titik
lemah Indonesia saat ini karena begitu
banyaknya PT, dan tenaga pengajar,
dan itu butuh biaya, kata Felix.

Sebab lain yang membuat
Indonesia lemah dalam riset adalah
karut-marut kebijakan dan regulasi
yang dikeluarkan pemerintah, dalam
hal ini Ditjen Pendidikan Tinggi.
Felix
mencontohkan
kebijakan
yang mengharuskan para dosen
menulis jurnal nasional tapi tidak
mempersiapkan sarana pendukung
bagi para dosen sehingga mereka
benar-benar siap mengikuti peraturan
tersebut.

Kebijakan itu menurut Felix
perlu dikaji kembali. Mungkin di
Jawa infrastruktur ok, tapi bagaimana
dengan di luar Jawa?

Saat ini para dosen juga diwajibkan
masuk dalam Litbang Kinerja Dosen
dan melakukan penelitian bila ingin
mendapat sertifikasi dan tunjangan
dari pemerintah. Maka, mau tidak

mau, para dosen harus melakukan


penelitian. Sementara pemerintah
masih membedakan antara PTN dan PTS
dalam hal pemberian dana penelitian
yang hanya dialokasikan untuk PTN.

Karena memang sudah menjadi
ciri khas UK Maranatha yang tidak ingin
berdiam diri menghadapi tantangan,
universitas ini melakukan pendanaan
penelitian internal dengan bekerjasama
pada perusahaan-perusahaan industri.

Sebenarnya keinginan kami
adalah regulasi yang jelas, tidak
simpang siur karena bila para dosen
menjadi apatis terhadap peraturan
berbahaya, kata Felix.
Menciptakan Lulusan Unggulan

Untuk menciptakan para sarjana
berkualitas tinggi, UK Maranatha
mengembangkan pola pembelajaran
enterpreneurship dalam setiap program
studi, khususnya di fakultas ekonomi.
Para mahasiswa didorong bersikap
kreatif dan diberi pengarahan agar
mampu menciptakan peluang kerja
bagi orang lain, bukan hanya untuk diri
sendiri.

Menurut Felix. setiap program
studi Maranatha selalu mengedepankan
nilai integritas, kepedulian dan

excellence bagi para mahasiswa,


dosen, dan tenaga nonpendidikan.
Keunggulan program kami adalah
menginginkan para lulusan tidak hanya
memiliki kemampuan untuk dirinya
tapi bagaimana juga supaya ia bisa
mempraktekkan ilmunya menjadi
pencerah bagi masyarakat.

Mengenai program unggulan,
di fakultas kedokteran saat ini ada
program pengembangan studi herbal,
lalu pada Program Studi Psikologi ada
program konseling untuk anak-anak
berkebutuhan khusus. Sedangkan
jurusan teknik sipil memprioritaskan
pengembangan
studi
tentang
transportasi, fakultas ekonomi sedang
mendorong para mahasiswa menjadi
enterpreneur, fakultas seni rupa dan
desain mengarah ke desain fesyen,
desain interior, dan seni murni. Adapun
di fakultas informasi teknologi berupa
penguatan ilmu jaringan komputerisasi
dan sebagainya, dan fakultas hukum
tentang hukum investasi dan bisnis,
di fakultas sastra sedang gencar
dilakukan pertukaran mahasiswa untuk
memperkenalkan budaya Indonesia ke
dunia internasional.

Secara spesifik, mereka juga
memiliki Program Pusat Bahasa
Mandarin yang merupakan kerja
sama enam PTS Indonesia dengan

INTEGRITAS - September 2013

91

KAMPUS
negara Cina, antara lain Universitas
Hasanuddin, Tanjung Pura, Surabaya,
dan Maranatha. Pada Maret 2013
Maranatha membuka pameran Korean
Center di dalam kampus, sebagai
implementasi program sister city
antara Suon dan Kota Bandung. Korean
Center juga melibatkan MCU dan Hasim
University.

Felix mengakui, sejak lima tahun
terakhir ini perkembangan jumlah
mahasiswa
Maranatha
memang
berkembang dan berada dalam level
yang cukup memuaskan, yaitu sekitar
12 ribu mahasiswa yang terdiri dari
berbagai daerah dan agama.

Memang Maranatha merupakan
universitas Kristen, tetapi kemajemukan
mahasiswanya merupakan kekuatan
kami. Sampai saat ini tidak ada gejolak
sama sekali, kehidupan yang harmonis
dan saling mengisi. Jadi, memang
mencirikan Indonesia mini, ujar Felix
bangga.

92

Yang jelas, hampir 40 persen

mahasiswa
Islam.

Maranatha

beragama

Berangkat dari Pelayanan Pendidikan



Selain pengembangan internal,
Maranatha juga mendorong mahasiswa
dan dosen untuk melakukan pelayanan
pendidikan
kepada
masyarakat.
Motivasi didirikannya universitas ini
adalah panggilan dua gereja yang
bersatu untuk melayani dalam bidang
pendidikan, yaitu Gereja Kristen
Pasundan (GKP) dan Gereja Kristen
Indonesia (GKI) pada 11 September
1965. Dan motivasi itu tetap dijaga
sampai sekarang.

UK Maranatha sering mengalokasikan dana untuk membantu anakanak di daerah tertinggal dan kurang
mampu. Kemudian membuat MOU
dengan pemerintah daerah di Papua,
Jawa Barat, dan Sumatera Utara.

Lulusan SMU dari sana kita
terima dan mereka membuat ikatan
dinas dengan daerah asal mereka

INTEGRITAS - September 2013

supaya setelah lulus mereka bisa


kembali mengabdi di daerah mereka,
jelas Felix.

Maranatha juga bekerja sama
dengan Nadlatul Ulama untuk memberi
pendidikan bagi para santri seperti
menyediakan fasilitas komputer atau
memfasilitasi ilmu pengelolaan ternak.

Jadi kami tidak hanya memberi
pendanaan tapi juga memberi
kemampuan bekerja dan menjadi
agen perubahan di lingkungan masingmasing, paparnya.

Selain kegiatan sosial tersebut,
Maranatha
bersama
Cipaganti
Coorporation juga menggelar rangkaian
kegiatan donor darah di Maranatha pada
Agustus 2013 sebagai salah satu upaya
memenuhi jumlah target labu darah
dalam program Gerakan 1.000 Labu.
Layanan donor darah menargetkan
100 pendonor dari kalangan mahasiswa
Maranatha. Jumlah mahasiswa yang
mencapai kurang lebih 12 ribu orang
menjadi poin strategis untuk menggaet

calon partisipan pendonor darah.



Animo serta respons dari
para pendonor sangat antusias
akan program kemanusiaan ini dan
tercatat 101 labu darah berhasil
dikumpulkan pada pelayanan donor
darah yang diselenggarakan persis di
depan Gedung RS Gigi dan Mulut UK
Maranatha.
Tantangan Internal dan Eksternal

Ada tiga masalah utama
yang dihadapi pendidikan tinggi di
Indonesia saat ini. Pertama, dengan
jumlah PTS 3.000-an dan PTN 90-an,
pemerintah memiliki beban tersendiri
sebagai pemangku kebijakan untuk
mendorong dan memberi penguatan,
tidak hanya kepada PTN tapi juga
PTS. Bila dilihat dari angka partisipasi
kasar pendidikan, untuk pendidikan
menengah saja tidak mencapai target
yang diinginkan karena capaiannya
tidak lebih dari lima persen.

Tentu kami sebagai bagian
dari swasta harus ikut mendukung
program percepatan pemerintah,
tambah Felix.

Masalah
ketiga
adalah
kesenjangan kualitas lulusan antara
wilayah Indonesia timur, barat dan
tengah.

Itu bisa kita pahami karena
memang pusat-pusat pembinaan dan
pemangku kebijakan lebih banyak di
daerah Jawa atau Indonesia bagian
barat, ujar Felix.

Ia berharap agar pemerintah
membuat pola pembinaan yang jelas
terhadap pendidikan tinggi yang merata
di semua daerah. Saya kira kuncinya
mudah, yaitu semangat bersama antara
pemangku kebijakan dan pelaksana
kebijakan PT untuk saling mengisi. Ini
yang masih perlu kita benahi.

Terakhir adalah pendanaan.
Tidak semua universitas swasta mampu
membiayai program-program studi yang
lulusannya siap pakai sehingga tentu
saja butuh dukungan pemerintah.


Seperti halnya PTS lain, Maranatha
juga harus menghadapi tantangan
eksternal, yaitu AFTA 2014 yang
membuka masuknya perguruan tinggi
asing ke Indonesia. Felix tidak melihat
hal tersebut hanya sebagai ancaman
tapi juga peluang. Dengan adanya
universitas asing maka universitas
lokal bisa membangun kerjasama
dengan mereka untuk membangun
kekuatan yang lebih besar. PT asing
pasti membutuhkan dukungan dari
perguruan tinggi lokal, dan menurut
saya itu menjadi peluang bagi
Maranatha yang sudah berpengalaman
48 tahun.

Lantas, siapa yang menjadi
inspirasinya selama ini? Ada beberapa
tokoh yang disebutkannya dan memiliki
nilai tersendiri dalam perjalanannya

sebagai pemimpin utama dalam sebuah


lembaga pendidikan. Sosok utama yang
menginspirasinya adalah Jesus yang
menebarkan kasih.

Dengan kasih kita mudah masuk
dalam berbagai hal, kita bisa berdialog
dan memberi harapan, tutur Felix.

Sosok kedua adalah Mahatma
Gandhi.
Bagi
Felix,
Mahatma
mengajarkannya
bahwa
menjadi
pemimpin adalah menjadi teladan.
Sosok ketiga yaitu Ki hajar Dewantara
dengan moto tut wuri handayaninya. Dan satu lagi Panglima Besar
Soedirman, apa pun risikonya dia yang
maju, dia tidak berlindung di balik
orang. Dia tetap di depan.
HENDRIK

INTEGRITAS - September 2013

93

Anda mungkin juga menyukai