ANATOMI FISIOLOGI
HIV/AIDS
danenv. Gag berarti group antigen, pol mewakili polimirase, envatauanvelope. Gen
gag mengode protein inti. Gen pol mengodeenzim reverse transcriptase, protease
danintegrase. Gen env, mengode komponen structural HIV yang dikenal dengan
glikoprotein (Nursalam & Kurniawati, 2008).
A. Limfosit T dan Limfosit B
Ketika sistem imun melemah atau rusak oleh virus seperti HIV,
tubuh akan lebih mudah terkena infeksi oportunistik. Sistem imun terdiri atas
organ dan jaringan limfoid, termasuk didalamnya sumsum tulang, thymus,
nodus limfa, limfa, tonsil, adenoid, appendiks, darah dan pembuluh limfa.
Seluruh komponen dari sistem imun tersebut adalah penting dalam produksi
dan perkembangan limfosit atau sel darah putih. Limfosit B dan T diproduksi
oleh sel-sel sumsum tulang. Sel B tetap berada di sumsum tulang untuk
melengkapi proses maturasi, sedangkan limfosit T berjalan kekelenjar
thymus untuk melengkapi proses maturasi. Dikelenjer thymus inilah limfosit
T menjadi bersifat imunokompetent, multiple dan mampu berdifiriensasi.
Limfosit Sel B dan T
1. Sel B
Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antibodi humoral.
Masing-masing sel B mampu mengenali antigen spesifik dan
mempunyai kemampuan untuk mensekresi antibodi spesifik. Antibodi
bekerja dengan cara membungkus antigen, membuat antigen lebih
mudah untuk difagositosis (proses penelanan dan pencernaan antigen
oleh leukosit dan magrofag). Atau dengan membungkus antigen dan
memicu sistem komplemen (yang berhubungan dengan respons
inflamasi). Antibodi adalah molekul khusus yang mengandung serum
protein yang tinggi. Antibodi dikelompokkan menjadi 5 jenis yaitu: igG,
BUKU SAKU ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS
dalam proses regulasi dan inflamasi respon imun, dan membawa reseptor
untuk sitokin. Sel dendrit, tipe lain dari fagosit juga merupakan APC.
Netrofil adalah fagosit granulosit yang penting dalam proses inflamasi
(Nursalam & Kurniawati, 2008).
B. Struktur Virus HIV
dimana
replikasi
virus
menjadi
semakin
cepat.
(karena mampu bergerak seperti ini maka gp41 dinamakan peptida fusi) dan
kemudian menyisipkan diri ke membran sel pejamu dan memudahkan terjadinya fusi
membran sel HIV dengan membran sel pejamu dan sel inti HIV dapat masuk ke
dalam sitoplasma sel pejamu.
Di dalam sel pejamu bagian inti nukleoprotein keluar, enzim di dalam
kompleks nukeoprotein ini menjadi aktif. Genom RNA HIV ditranskripsi menjadi
DNA oleh enzim transkriptase reversi (RT= Reverse Transcriptase). DNA HIV yang
terbentuk kemudian masuk ke nukleus sel pejamu melalui bantuan enzim integrase.
Integrasi diperkuat bila pada saat yang sama DNA pejamu bereplikasi karena
terstimulasi oleh antigen atau bakteri superantigen. DNA virus HIV yang sudah
berintegrasi ke dalam DNA sel pejamu dinamakan DNA provirus. DNA provirus ini
dapat dormant, atau tidak aktif mentranskripsi sampai berbulan-bulan atau bertahuntahun tanpa adanya protein baru atau virion.
Daur hidup HIV dalam sel terinfeksi diawali dari infeksi HIV dalam sel
inang. Setelah selubung protein dilepaskan, RNA masih terkait dengan protein disalin
menjadi DNA, yang selanjutnya menjadi 2 untai DNA (Provirus) yang disisipkan
dakam DNA sel. Provirus dapat tetap laten atau aktif membentuk virus baru secara
terkendali atau pembentukan virus secara cepat sehingga sel inang lisis (Subowo,
2010).
BAB II
KONSEP MEDIS HIV/AIDS
A. Defenisi HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai
sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena
berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya selsel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi
yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik,
nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem
kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4
semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai
nol) (KPA, 2007c).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai
sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena
berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-
sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi
yang masuk ke tubuh manusia.
Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah HIV( mungkin
hanya sebatas mencegah penyebarannya melalui ARV). Orang yang terinfeksi
HIV akan menjadi karier selama hidupnya, firman Allah s.w.t. yang berbunyi:
Terjemahannya:
dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu
dengan
orang-orang
sabar. (Al-Baqarah:155)
A. Etiologi HIV/AIDS
10
sedikit
11
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati di
luar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrofag, dan sel glia
jaringan otak (Siregar, 2008).
B. Patofisiologi HIV/AIDS
BUKU SAKU ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS
12
HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120, sehingga akan
terjadi fusi membrane HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke
dalam sitoplasma sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA
HIV dari RNA HIV melalui enzim polymerase. Enzim integrasi kemudian akan
membantu DNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk.
DNA virus yang dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk akan
membentuk RNA dengan fasilitas sel induk, sedangkan mRNA dalam
sitoplasma akan diubah oleh enzim protease menjadi partikel HIV. Partikel itu
selanjutnya mengambil selubung dari bahan sel induk untuk dilepas sebagai
virus HIV lainnya. Mekanisme penekanan pada sistem imun ini akan
menyebabkan pengurangan dan terganggunya jumlah dan fungsi sel limfosit T.
(Widoyono, 2011).
C. Manifestasi Klinis HIV/AIDS
1. Masa inkubasi 6 bulan 5 tahun.
2. Window period selama 6-8 minggu, adalah waktu saat tubuh sudah
terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium.
3. Seseorang dengan HIV dapat bertahan sampai dengan 5 tahun. Jika tidak
diobati, maka penyakit ini akan bermanifestasi sebagai AIDS.
4. Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti:
a) Diare kronis
b) Kandidiasis mulut yang luas
c) Pneumocystis carinii
d) Pneumonia interstisialis limfotik
e) Ensefalopati kronik.
(Widoyono, 2011).
13
Manifestasi klinis HIV/AIDS juga dapat terlihat berdasarkan stadium klinis dari
penyakit HIV/AIDS ini sendiri yang telah ditentukan oleh WHO, yaitu :
14
15
16
Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi
untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula
kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang
terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV,
menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS.
Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi
pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh
respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).
2. Non Farmakologi
Penanganan HIV secara kompretensif terdiri dari pemeriksaan fisik
secara berkala, edukasi, konseling, sosial suport, makanan yang bergizi,
penanganan mencefgah infeksi yang berat. Monitor hasil lab, merunjuk dan
melaksakan perawatan komprensif.
F. Prognosis HIV/AIDS
Sebagian besar HIV/AIDS berakibat atal, sekitar 75% pasien yang
didiagnosis AIDS meninggal tiga tahun kemudian. Penelitian melaporkan ada
17
5% kasus pasien terinfeksi HIV yang tetap sehat secara klinis dan imunologis.
(Widoyono, 2011).
BAB III
PROSES ASUHAN
KEPERAWATAN HIV/AIDS
pelayanan
kesehatan
dan
distribusi
yang
lemah.
Dan sebagai tenaga kesehatan, perawat sebagai mitra bagi dokter dan tenaga
kesehatan
lainnya
perlu
memiliki
pengetahuan
tentang
HIV/AIDS
dan
Universal Precautions
18
Prinisip-prinsip
19
20
3) Efek samping pada wanita: efek samping pada wanita lebih berat
dari pada pada laki-laki, salah satu cara mengatasinya adalah
dengan menggunakan dosis yang lebih kecil. Beberapa wanita
melaporkan menstruasinya lebih berat dan sakit, atau lebih panjang
dari biasanya, namun ada juga wanita yang berhenti sama sekali
menstruasinya. Mekanisme ini belum diketahui secara jelas.
3. Pemberian Nutrisi
Pasien dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat membutuhkan beberapa
unsur vitamin dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari apa yang
biasanya diperoleh dalam makanan sehari-hari. Sebagian besar ODHA akan
mengalami defisiensi vitamin sehingga memerlukan makanan tambahan
(New Mexico AIDS Infonet, 2004 & Falma Foundation, 2004).
HIV
menyebabkan
hilangnya
nafsu
makan
dan
gangguan
21
glikogen
sehingga
metabolisme
berubah
dari
ambilan
glukosa
22
darah,
untuk
mencegah
hipoglikemia,
tubuh
meningkatkan
glikogenolisis
dan
23
Koping
yang
efektif
menempati
tempat
membagi
koping
dalam
bentuk
yaitu coping
24
daya
psikologis
merupakan
kepribadian
dan
ini
bermanfaat
dalam
mengatasi
situasi
strees,
25
26
27
28
29
memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak
begitu mudah diserang stres.
5. Dukungan sosial (social support)
Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah
sendiri, tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting
dalam menyelesaikan masalah seseorang. Hal ini karena induvidu
merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan
agama ataupun bagian dari kelompok lainnya.
D. Asuhan Keperawatan Respons Spiritual
Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan
pasien terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000), sehingga PHIV akan
dapat menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu
mengambil hikmah. Asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah :
1. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan.
Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan
sosial. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun
kesembuhan, akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk
berobat.
2. Pandai mengambil hikmah.
Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan
kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang
dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud
30
dari sang pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri
kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus.
Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.
3. Ketabahan hati.
Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan
hati dalam menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang
kuat akan tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Induvidu tersebut
biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya.
Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan
diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci
atau pendapat orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan
pada umat-Nya. Melebihi kemampuannya (Al Baqarah, 2:286). Pasien harus
di yakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah
yang sangat penting dalam kehidupannya. Pada respon spiritual pasien HIV,
penggunan strategi koping meningkatkan harapan dan ketabahan pasien
serta memacu pasien untuk pandai mengambil hikmah.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, amin huda, Hardhi kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta: Penerbit Mediaction.
Nursalam,Ninuk dian kurniawati. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Terinfeksi. Jakarta :salemba Medika.
BUKU SAKU ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS
31
2011.
Penyakit Tropis
Epidemologi,
32