INDONESIAKARYASUPARTOBRATA:PEMBACAANPASCAKOLONIAL
TheExoticism,Language,Identity,andResistence
inSupartoBratasIndonesianNovels:APostcolonialReading
TirtoSuwondo
BalaiBahasaYogyakarta,JalanIDewaNyomanOka70,Yogyakarta55224
Telepon(0274)562070,Posel:suwondo_tirto@yahoo.com
(Makalahditerimatanggal14Agustus2012Disetujuitanggal30Agustus2012)
Abstrak:PenelitianinisecarakhususmembahasnovelnovelIndonesiakaryaSupartoBrata.Ma
salahyangdibahasmeliputieksotisme,bahasa,indentitas,danresistensiterhadapkekuasaankolo
nialditinjaudariperspektifpascakolonial.Daripembahasanyangdilakukandiperolehhasilbah
wadalamnovelnovelkaryaSupartoBratatampakjelasbahwakekuasaankolonial(Belandadan
Jepang)masihmemandangpribumisebagaimasyarakatyangeksotis,yangbodoh,yangperludi
binaagarmenjadipandai.Sementaraitu,bahasakolonial(BelandadanJepang)masihdipandang
sebagaibahasayangtinggiderajatnyasehinggajikapribumihendakmemperolehderajat(iden
titas)yangsetaraharusmampuberbahasaBelandadanJepang.Berkenaandenganhalitu,berkat
kepandaianyangditanamkanolehpemerintahkolonial,yangantaralainmelaluipenguasaanba
hasadanpengetahuanataubudayaBarat,masyarakatpribumijustrumemanfaatkanhalituseba
gaiupayauntukmelakukanresistensiterhadapkekuasaandalamrangkamencapaikemerdekaan
(kebebasan)penuh.
KataKataKunci:SupartoBrata,eksotisme,bahasa,indentitas,resistensi.
Abstract: The research is particularly a discussion on the Indonesian novels written by Suparto
Brata. The problem under discussion involves the issues of exoticism, language, identity, and
resistance against the colonial powers in the perspective of postcolonialism. From the analysis,
Suparto Bratas novels obviously delineate that the colonial powers (Dutch and Japan) were so
underestimating the natives as exotic, unintelligent folks, that such people was necessary to be
taughtforthemtobemoreeducated.Also,thecoloniallanguages(DutchandJapanese)wereso
highlyperceivedthatthenativesweretobeenforcedtospeakthoselanguagesiftheywantedtheir
socialstatus(identity)toberegardedequal.Accordingly,owingtosuchintelligencesendowedfrom
thecolonialrulers,amongothersarethelanguageskillandtheknowledgeonWesterncultures,the
nativepeoplethentookthebenefitsbywayofmakingresistanceagainstthecolonialpowersunder
theagendaoffullindependence(freedom).
KeyWords:SupartoBrata,exoticism,language,identity,resistance.
PENDAHULUAN
Sebagai sebuah produk budaya, karya
sastra merupakan salah satu media al
ternatifpalingefektifgunamengekspre
sikanberbagaipersepsitentangkarakter
kehidupan seharihari masyarakat
(Ashcroftetal.,2003:xxi).Demikianjuga
karya sastra Indonesia yang menjadi
ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161
148
Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)
2011),danMawadah(2010).
Baik langsung maupuntidak, bebe
rapapenelitiandiatasmemilikirelevan
sidenganpenelitianini.Watson(1972),
misalnya, dalam penelitiannya meng
ungkappertalianantaraberbagaikecen
derungan dalam sastra Indonesia
dengan kebijakan kebahasaan dan ke
sastraan kolonial Belanda. Demikian ju
ga dengan Faruk (2007) yang meneliti
novelnovel kolonial karya pengarang
Belanda dan novelnovel karya penga
rangpribumipadamasakolonial.Dida
lam penelitiannya Faruk mengungkap
bagaimana praktik kekuasaan penjajah
Belanda yang berlangsung sejak abad
ke18itudirepresentasikandalambebe
rapa novelkolonial mulai dari Robinson
Crusoe (1875) karya Daniel Defoe
sampaidenganSitiNurbaya(1920)kar
yaMarahRusli.Halserupatampakpula
dalampenelitianAllen(2004)danWinet
(2010). Dalam disertasinya Allen meng
ungkap corak dan karakteristik karya
(novel)tigapengarangternamaIndone
sia (Pramoedya Ananta Toer, Y.B.
Mangunwijaya, dan Putu Wijaya); se
dangkan Winet dalam disertasinya
mengungkappraktikkekuasaankolonial
yang masih mendominasi karyakarya
teaterdanpanggungteaterdiIndonesia.
Hanyasaja,dalamkaitannyadengan
kajian ini, beberapa penelitian di atas
hanya relevan dalam hal teori (strategi
pembacaan) karena objek yang dikaji
bukan novelnovel Indonesia karya
SupartoBrata.Beberapakajianyangber
kait erat dengan penelitian ini ialah ka
jian yang dilakukan oleh Puryanti
(2005), Sungkowati (2007, 2011), dan
Mawadah(2010).Kendatidemikian,ka
jian Puryanti (2005) secara khusus ha
nyamembahasmasalahmodernitasdan
lokalitas dalam novel Mencari Sarang
Angin,demikianjugaSungkowati(2007)
yang membahas ambivalensi dan pre
tensi sejarah dalam novel Mencari
Sarang Angin. Sementara, kajian
Sungkowati(2011)hanyamembahasci
tra Belanda dalam novel Gadis Tangsi,
Kerajaan Raminem,dan Mencari Sarang
Angin; sedangkan kajian Mawadah
(2010) hanya membahas semangat na
sionalisme dalam novel Gadis Tangsi.
Olehsebabitu,disatusisibeberapaka
jiantersebutberbedadenganpenelitian
inidandisisilainpenelitianinibersifat
memperkayadanmelengkapihasilhasil
kajiantersebut.
Sesungguhnyamasihadakajianlain
yang mengungkap pascakolonialitas da
lam sastra Indonesia, misalnya terlihat
dalambukuantologiesai SastraIndone
sia Modern: Kritik Pascakolonial (2008)
hasilsuntinganKeithFoulcherdanTony
Day. Kajiankajian dalam buku antologi
itusemulamerupakanbahandiskusipa
da lokakarya di Universitas SidneyAus
traliatahun1998.Selainitu,adapulaar
tikelberjudulMovingPictures:Western
Marxism and Vernacular Literature in
ColonialIndonesiakaryaKeithFoulcher
yang dimuat dalam buku Chewing Over
the West:Occidental Narratives inNon
Western Readings (2009) hasil sunting
anDorisJedamski.Akantetapi,satuhal
yangperludicatatialahbahwabeberapa
kajian yangdituangkandalam bukubu
ku tersebut tidak ada satu pun yang
membahas novelnovel karya Suparto
Brata.
Kajian atas karya sastra Indonesia
untuk mengungkap praktik kekuasaan
kolonialyangberpengaruhterhadapka
rakterkehidupanmasyarakatIndonesia
pada saat ini tetap relevan karena hal
yangsamajugamasihterjadidiberbagai
negaralain.Haltersebut,misalnya,tam
pak pada paparan mengenai terjadinya
perubahan karakter kehidupan masya
rakat pascakolonial di Italia (Triulzi,
2006);mengenaiperjuanganpolitikdan
nasibparapengungsisertakaummargi
nal di Timur Tengah (Barbaour, 2007);
mengenai efek kolonialisme di Malaysia
(Syazliyati Ibrahim, Razanawati Nordin,
149
ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161
TEORI
Sebagaidisiplinilmuyangbersistemteo
ri (kritik) pascakolonial baru menemu
kanbentuknyapada1990an.Beberapa
bukuyangberpengaruhterhadapkeber
terimaan konsep teori pascakolonial,
menurutBarry(2010:223),diantaranya
In Other World (Spivak, 1987), The
EmpireWritesBack(Ashcroft,1989),Na
tionandNaration(Babha,1990),Culture
andImperialism(Said,1993).Dalamper
jalanan sejarahnya teori pascakolonial
munculsebagaireaksiatasberbagaiper
nyataanuniversalyangdibangunolehil
muwan humanisme liberal. Dari sini
muncullahberbagaidikotomisepertiBa
ratTimur, putihhitam (ras), penjajah
terjajah, pusatpinggiran, kitamereka,
sampaipadasuatusimpulanbahwaBa
rat(Eropa)identikdenganbaikdanTi
mur (nonEropa) dianggap orang lain
(the other) dan identik dengan buruk
yang semuanya itu terwujud dalam
praktik imperialisme dan kolonialisme.
Mengenaipraktikkekuasaanyangdemi
kian telah diungkap secara gamblang
oleh Said dalam bukunya Orientalism
(1978).
Berkaitdenganhaldiatasdapatdi
katakan bahwa teori pascakolonial ada
lah seperangkat gagasan yang menga
rahkanperhatianpadahubunganantara
kebudayaan dan imperialisme (Ryan,
150
METODE
Berdasarkankonsepteoridiatas,pene
litian atas novelnovel Indonesia karya
Suparto Brata ini dipusatkan pada satu
hal, yaitu bagaimana praktik kekuasaan
kolonial(yangantaralainmencakupek
sotisme, bahasa, identitas, dan resisten
si)diekspresikanataudirepresentasikan
Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)
HASILDANPEMBAHASAN
Eksotisme
Eksotisme adalah istilah yang berkaitan
dengan sudut pandang (Barry, 2010:
226). Dalam konteks kajian pascakolo
nial sudut pandang ini dipergunakan si
penjajah (Barat) untuk mengidentifikasi
siterjajah(Timur).Terjajahdianggapse
bagai the other yang berbeda dengan
dirinya(penjajah).Karenadirinyameng
anggapBaratadalahsumberperadaban,
denganbegituiamerasalebihberadab,
kemudian Timur dianggap tidak ber
adabsehinggaperludiberadabkan.Dari
anggapanitulahkemudianTimurmenja
di objek representasi, menjadi wacana,
menjadi lapangan pengetahuan (oleh
orientalis) yang semata untuk mem
bangun konstruksi bahwa dirinya (Ba
rat)lebihunggul,lebihteratur,danlebih
bermoral. Karena itu, Timur bagaikan
kanvas yang dapat dilukisi dan suatu
saatdapatdihapuskembalisesuaiselera
mereka.Denganbegitu,Timurdianggap
sebagai ruang/wacana yang selalu me
narik,yangselalumintaperhatian, yang
selalueksotis.
Walaupun terbungkus secara rapi
sebenarnya novelnovel Suparto Brata
masihmenggambarkanhaltersebut.Da
lamGadisTangsi,misalnya,tampakperi
lakumasyarakattangsiLorongBelawan,
Medan,terkecualitokohTeyi,digambar
kan sebagai masyarakat yang jauh dari
nilai keteraturan, kebaikan, dan kebera
daban;disiniperihalseksdanungkapan
kasarmenjadisuatuhalyangbiasa.Bah
kan, dalam tindakan yang paling
sederhanapun,misalnyaketikapenjaga
tangsi membunyikan lonceng pagi hari,
gambaranbagusberadapadapihakBe
landadangambaranburukberadapada
pihak pribumi. Perhatikan kutipanberi
kut.
Tiittoteettettotettiittooooot,totiit
toteettettotettiittooooot!!
Nah, terompet pertama sudah ber
bunyi. Waktu bangun telah tiba. Itu
bunyiterompettiupanLandaDawa.Be
gitu nyaring, iramanya teratur, halus,
danpanjang.LandaDawamemangjago
meniup terompet. Berbeda dengan
tiupanSudarmin,misalnya,yangbunyi
nya terasa tersengalsengal, patahpa
tah, dan seringkali hilang tibatiba.
(Brata,2004:1)
Gambaranburukdemikianyangke
mudian melahirkan perbedaan dikoto
misbahwapenghunitangsitermasukke
golonganmasyarakatyangtidakteratur,
marginal,tidaktahuadat,yangberbeda
dengan Belanda. Sebab, Belanda digam
barkan sangat bijak, tegas, teratur, dan
berkuasamenentukansegalanya.
Bahkan,perbedaandikotomis(rela
si dominatif) yang sama juga tampak di
lingkungan golongan lain seperti Cina
(pedagang). Jadi, dalam relasi ini, posisi
terendah ditempati golongan pribumi,
kemudianTimurAsing(Cina),danposisi
tertinggididudukigolonganBelanda.Se
lanjutnya,gambaranperilakutersebutti
dakhanyaterlihatketikamerekamasih
berada di lingkungan tangsi Lorong
151
ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161
152
Kendatiawalnyakecewa,beberapasaat
kemudian Darwan tidak lagi kecewa
karena memang ia telah bertekad
untuk mencapai citacita memajukan
bangsa Jawa. Sebagai keturunan darah
biru dan berpendidikan Belanda ia
benarbenar ingin mandiri, tidak
bergantung pada kekayaan Ramanya,
dan ingin membaur dan merakyat
dengan segala konsekuensinya (Brata,
2005:8).
Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)
Bahasa
Berkenaan dengan persoalan bahasa,
penjajah Belanda berbeda dengan pen
jajah Inggris. Kalau penjajah Inggris se
cara tegas mewajibkan masyarakat ter
jajah untuk menggunakan bahasa pe
nguasa (Inggris), misalnya di Australia,
Selandia Baru, Amerika (Kanada), dan
Jamaika,tidakdemikianpenjajahBelan
dadiIndonesia.Halinilahyangolehpara
ahli kajian pascakolonial disebut koloni
huniandankolonitaklukan(Ashcroftet
al,2003:1718).Australia,SelandiaBa
ru, Kanada, dan Jamaika menjadi koloni
hunian bangsa Inggris, sementara
Indonesiamenjadikolonitaklukanbang
sa Belanda. Dalam koloni hunian penja
jah langsung menguasai dan bertempat
tinggaldidaerahjajahan,sedangkanda
lam koloni taklukan penjajah tidak ber
tempat tinggal di tanah jajahan tetapi
kembali ke negeri masingmasing sete
lahmasingmasingdaerahjajahanmem
perolehkemerdekaansecarapolitik.
Karena Hindia Belanda (Indonesia)
hanya menjadi koloni taklukan, bahasa
yang hidup di Hindia Belanda (Indone
sia) hingga sekarang tidak hilang (mus
nah).Sebab,ketikaBelandamenjajahIn
donesia, Belanda memberi ruang yang
luasbagibahasaMelayudanbahasadae
rah. Hal ini terbukti, sekolahsekolah di
masapenjajahan,misalnyaSekolahOng
koLorobagirakyatbiasa,bahasadaerah
tetap menjadi bahasa pengantarnya, se
dangkansekolahuntukpriyayi,misalnya
HIS atau MULO, di samping bahasa Be
landa juga masih diberlakukan bahasa
Melayudanbahasadaerah.Itusebabnya,
Indonesiasampaikinitetapmemilikiba
hasa Melayu (Indonesia)selain me
mang sejak lama telah menjadi lingua
francadiNusantaradanakhirnyamenja
dibahasanasionaltidaksepertidiAus
tralia,SelandiaBaru,Kanada,atauJama
ikayangakhirnyasampaisekarangtetap
berbahasaInggris.
Dalam seluruh novel Suparto Brata
yangditulisdalambahasaIndonesiame
mangmunculbahasalain,khususnyaba
hasa Belanda, Jawa, dan sedikit bahasa
Jepang.Namun,kehadiranbahasaBelan
da, Jepang, dan Jawa tidak menampak
kan adanya ketumpangtindihan (kreoli
sasi) karena masingmasing diperguna
kandalamkontekstertentu.Misalnyasa
ja, bagi tokohtokoh yang masuk ke da
lam golongan hibrida, campuran, atau
Indo,tokohtersebuttetapmenempatkan
bahasa itu sebagai sarana komunikasi
tertentu.BahasaBelandadigunakanjika
berhadapan dengan Belanda, bahasa
Jepang digunakan jika berhadapan
153
ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161
denganJepang,demikianjugabahasaJa
wa digunakan di lingkungan komunitas
Jawa. Karena itu, bagi tokoh pribumi
yangmampuberbahasaBelandaseperti
Teyi dalam Gadis Tangsi, Kerajaan
Raminem, dan Mahligai di Ufuk Timur,
atau Darwan dan Yayi dalam Mencari
SarangAngin,atauRumsariyangpandai
berbahasaJepangdalamSaksiMata,atau
EdiPratamayangpandaiberbahasaMe
layu(Indonesia)dalam RepublikJungkir
Balik,sematamatabahasayangmereka
pergunakan adalah untuk mencapai tu
juantertentudalamkontekstertentupu
la.
MengapaTeyi(dalamGadisTangsi)
yanghanyaberasaldarimasyarakatbia
sa (penjual pisang goreng, anak
Wongsodirjo,seorangtentaraKNIL)giat
belajarbahasadantatakramaJawayang
haluskepadaPutriParasi?Tidaklainka
rena sejak bertemu dengan Putri Parasi
ia berkeinginan untuk menjadi priyayi
dan ingin masuk ke dalam lingkungan
keraton Surakarta; bahkan ia berharap
suatusaatdapatmenjadiistriRadenMas
Kus Bandarkum (adik Putri Parasi).
Mengapa Teyi juga giat belajar bahasa
BelandakepadaPutriParasi?Tidaklain
karenaiamerasadenganmampuberba
hasaBelandaakanmendapatperlakuan
yang baik dari orang Belanda dan Ci
na/Jepang. Hal itu terbukti, dengan ke
mampuannya berbahasa Belanda, Teyi
berhasil bergaul dekat dengan orang
orangBelandadanselalumendapatban
tuanjikasedangmenemuikesulitan.Se
lain itu, dengan kemampuannya berba
hasaBelandadanberpenampilansopan
serta berpakaian rapi ia dihargai oleh
orangorang (toko) Jepang pada saat ia
berbelanja; padahal sebelumnya ketika
masuktokoinginmembelipitaiadicuri
gai sebagai pencuri dan bahkan ditang
kap.
Mengapahambaditangkap,Gusti?Bu
kankah uang hamba sembilan sen, cu
kupjugauntukmembelipitaitu?
154
Penampilan,Teyi.Penampilandanso
pansantun....Sopansantunditokoha
rusdijaga.Meskipunuangmucukup,ti
dakbisakamuditerimasebagaipembe
liditokoinikalaukamuberpakaianse
bagaipenjualpisanggorengditangsi....
Ya. Hampir semuanya orang Belanda.
AtauberpakaiancaraBelanda.Baikla
kilaki maupun perempuan. Hanya
orangBelandayangbolehmasukketo
ko ini? Mengapa kita juga boleh ma
suk?
Penampilan, Teyi, penampilan. Meski
punkitamengenakankaindankebaya,
dan hanya kamu yang telanjang kaki,
merekatidakberanimengusirkita.Kita
tampil terpelajar, sederajat dengan
pengunjunglain.KitabicarabahasaBe
landa kepada pelayan toko, bahasa
yangjugadigunakanolehparapembeli
bangsa Belanda! Bahasa menunjukkan
bangsa, berbahasa secara benar me
nunjukkan keluhuran martabat kita.
(Brata,2004:207208)
Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)
sebagaiwartawankoranberbahasaJawa
Dagblad Expres mendapatkan kesem
patanyangsangatluasuntukmenulisar
tikel di koran berbahasa Belanda. Seba
gaiorangyangpandaiberbahasaMelayu
Darwanjugaselalumendapatperlakuan
yangbaikdaripenguasaJepang.Demiki
anjugatokohKuntaradalamSaksiMata
dan tokoh Edi Pratama dalam Republik
Jungkir Balik. Dengan kemampuannya
berbahasa Jepang, Kuntara, seorang pe
lajar SMP, selalu diperlakukan dengan
baikolehJepang(TuanIchiro),bahkania
menjadi penghubung antara tentara Je
pang dan masyarakat pribumi. Semen
tara itu, dengan kemampuannya berba
hasaMelayudanJepangEdiPratamaju
ga mendapatkan perlakuan yang baik
dari para serdadu Jepang. Karena itu,
melaluiprosespeniruan(mimikri)baha
saitupula,tokohtokohtersebutmampu
menempatiposisiyangistimewa.
Kendati demikian, di balik kemam
puanberbahasa(Belanda/Jepang)terse
but,merekatetapmenempatkanbahasa
sendirisebagaiupayamempertahankan
identitasnya. Bahkan, dalam novelno
velnya, Suparto Brata lebih mengede
pankan nilainilai lokal (pribumi) mela
lui banyak ungkapan bahasa yang ber
nilaibudayaJawa;halinimerupakansa
lah satu usaha untuk mempertahankan
kesadaran nasional dalam rangka me
lawan (resistensi) penjajah. Hal ini mi
salnya terlihat pada ungkapan Tuan
Ayat, pemimpin redaksi Dagblad Ex
press, yang disajikan dalam penerbitan
korannya untuk memberi semangat pa
dabangsa.
Hanyasaja,adasatuhalyangperlu
dicatatberkenaandenganpersoalanba
hasadalamkontekspascakolonialdiIn
donesia. Bukti menunjukkan bahwa ne
gara yang dulu dijajah dan menjadi ko
lonihuniansertabahasapribumidiganti
dengan bahasa penjajah pada akhirnya
justru menjadi negara yang maju, mi
salnyaterjadidiAustralia,SelandiaBaru,
danKanada.Sementara,negarayangdu
ludijajahdanhanyamenjadikolonitak
lukanbahasa pribumi tetap diberi ru
anguntukhidupterbuktisampaiseka
rang tetap menjadi negara yang kalah
bersaing dengan negaranegara maju.
Berkaitan dengan hal ini, pertanyaan
yang dapat diajukan ialah, apakah ini
merupakan strategi penjajah agar ma
syarakat terjajah tetap bodoh sehingga
terusdapatdikuasai?Barangkalijawab
nya memang demikian karena dengan
tetap berada dalam bahasa dan tra
disinya masyarakat terjajah tidak akan
mampu menduduki derajat dan kepan
daian yang sama dengan penjajah. Ka
renaitu,masyarakatterjajahakantetap
berada dalam posisinya yang marginal
danmudahdikuasai.
Identitas
Identitas merupakan masalah penting
dalamkaryapascakolonial.Padaumum
nya karya pascakolonial menyajikan to
kohtokoh yang beridentitas ganda aki
bat terjadi benturan budaya penjajah
danterjajah.Tokohtokohdenganidenti
tas ganda inilah yang sering digunakan
penulis (pengarang) sastra pascakolo
nialuntukmelakukaneksperimenresis
tensinya. Dari tokoh semacam ini dapat
diketahui bagaimana usaha resistensi
nya berhasil atau tidak. Dari beragam
tindakan tokohtokoh hibrid semacam
itudapatdisinyalirapakahtujuankritik
sastrapascakolonialyangmenginginkan
manusiadiseluruhduniadiperlakukan
secara sama dan manusiawi itu terca
pai. Melalui tokohtokoh hibrid
155
ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161
156
Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)
denganRokhimyangjelasdantegasber
pihakpadasikapnasionalismenya.Iden
titasyangambivaleninilebihterasalagi
ketikapada masa pemberontakan
PKIDarwan harus berperan sebagai
jurnalis yang wajib bertindak adil dan
objektif.
Berbedadenganidentitasdalamno
velnovel di atas, tokohtokoh seperti
BulikRumdanMasWiradaddalamSaksi
Mata lebih tegas dan jelas. Meskipun
BulikRumyangberasaldarikalanganis
tana itu terkesan memiliki hubungan
baikdenganTuanIchiro,tentaraJepang
yang menjadi direktur pabrik karung
Asko,danbahkanbersediamenjadigun
diknya, tetapi sesungguhnya ia dalam
keadaan terpaksa. Dalam keterpaksaan
nya bersedia menjadi gundik itu ia me
milikitujuanlain,yakniinginmewujud
kan citacita membantu Mas Wiradad,
suaminya,dalamusahamemerangipen
jajahJepang.Usahanyaitusebagiantelah
iawujudkan,misalnyaberhasilmencuri
dokumen penting dan berhasil pula
membawabomyangmeledakdimarkas
TuanIchiro.Karenaitu,baikBulikRum
maupunMasWiradad,keduanyasecara
tegasberpihakpadakaumterjajahyang
ingin segera melenyapkan penjajah dan
segera pula memperoleh kemerdekaan
penuhsebagaimanatelahdijanjikanoleh
Jepang pada sidang istimewa Teikoku
Ginkai di Tokyo 17 September 2604
(Brata,2001:4).Halserupaterlihatpula
padatokohKuntara,tokohutamanovel
ini, seorang remaja (pelajar SMP), yang
walaupun berhubungan dekat dengan
TuanIchirodanPakOkada(gurunya,se
kaligus pembunuh Bulik Rum), ia tetap
berkerashatiinginmewujudkancitacita
MasWiradaduntuksegeramelenyapkan
penjajah.
AkuakanmenghancurkanTuanIchiro
danPakOkada.Akuakanmenghancur
kankekuasaanpemerintahBalatentara
Dai Nippon! gema suara dalam hati.
Bukan!BukanjanjiKuntara.Ituucapan
MasWiradad!(Brata,2001:288)
Resistensi
Resistensimerupakankarakteristikpen
ting dalam konteks kritik pascakolonial.
157
ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161
158
inginsegeramenjadikanmasyarakatpri
bumipandaiagarcepatterbebasdaribe
lenggupenjajahan.
Demikian antara lain bentuk resis
tensiterhadappenjajaholehelitkeraton.
Sementaraitu,bentukresistensiyangdi
lakukanolehkelompokmasyarakatbia
saterhadapkelompok elitkeratontam
pakpadatokohTeyidalamtrilogi Gadis
Tangsi. Hal demikian terlihat pada pro
sesmimikriTeyidenganbelajartatakra
ma dan bahasa Jawa adiluhung dengan
tujuan agar dirinya dapat masuk ke da
lamkelompokelitkeraton.Keberhasilan
Teyi masuk ke dalam tata nilai budaya
keraton membuktikan bahwa eksklusi
vitas keraton dapat dibongkar sehingga
budaya priyayi sesungguhnya bukanlah
bersifat sangat tertutup karena dengan
caracaraatausyarattertentuelitpriyayi
dapat dimasuki atau dicapai oleh orang
biasadariluarkeraton.
Berbeda dengan hal di atas, resis
tensi terhadap budaya elit priyayi oleh
elit priyayi itu sendiri tampak pada to
kohPutriParasidalamGadisTangsidan
tokoh Darwan dalam Mencari Sarang
Angin. Resistensi yang dilakukan oleh
PutriParasiialahkesediaannyamening
galkanistanauntukmengikutisuaminya
yangbertugasditangsiLorongBelawan.
Dengan meninggalkan istana, mening
galkankemewahan,kebangsawanan,ke
kayaan,dankeagunganberartiiaberani
melawan adatistiadat yang dipegang
kuatolehtradisikeraton.Halinitampak
padakutipanberikut.
Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)
hidupyangkeropos.(Brata,2004:110)
...Fanatiktidakmaumemahamikenya
taan hidup dari sudut pandang orang
lain? Itulah kebodohan bangsa. Kalau
mau memakmurkan negeri, mau me
nyejahterakan bangsa, kebodohan itu
lah yang harus diberantas. Bangsa
diberipendidikanberbahasayangbaik,
bertingkahyangbudiman,danberilmu
pengetahuanyangluas,sertadibudaya
kanmembacadanmenulis.Bukanme
nyamaratakankayamiskindanmenye
ragamkanpahamataukepercayaanhi
dup melalui perebutan kekuasaan dan
tindakan keras begini. Paham dan ke
percayaanhiduptidakbisadipaksakan
kepada setiap orang karena tiap anak
bangsabebasmemilihdanpunyabuda
yasendiriyangtumbuhdarihatinura
ni....(Brata,2005:711)
SIMPULAN
Dariseluruhbahasandidepanakhirnya
dapat dinyatakan beberapa hal berikut.
Pertama, dalam konteks sastra Indo
nesiamodern,novelnovelSupartoBrata
dapat dikategorikan sebagai karya pas
cakolonial sehingga pemahaman terha
dapnya,antaralain,dapatdilakukande
ngan strategi pembacaan pascakolonial.
Hal yang menandai kategori itu ialah
bahwa di dalamnya dapat dikenali ada
nya representasi sikap, perilaku, dan
praktikpraktik kehidupan serta relasi
kuasayangmencerminkanbahwahalitu
159
ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161
DAFTARPUSTAKA
Allen,Pamela.2004.MembacadanMembaca
Lagi. Diterjemahkan oleh Bakdi
Sumanto dari buku Reading Matters:
AnExaminationofPluralityofMeaning
in Selected Indonesian Fiction 1980
1995 (1999). Magelang: Indonesia
Tera.
Ashcroft, Bill, Gareth Griffiths, Helen Tiffin.
2003.MenelanjangiKuasaBahasa:Teo
ridanPraktikSastraPoskolonial.Diter
jemahkanolehFatiSoewandidanAgus
MokamatdaribukuTheEmpireWrites
160
Back:TheoryandPracticeinPostcolo
nialLiteratures(1989).Yogyakarta:Ka
lam.
Azevedo, Rui Vitorino. 2010. The Other in
Me: The In Between Identities of Two
Immigrant Autobiographers. Babil
nia: Revista Lusfona de Lnguas, Cul
turaseTraduo,Num.89,p.1126.
Barbour, John D. 2007. Edward Said and
The Space of Exile. Literature & Theo
logy,Vol.21.No.3,September2007,p.
293301.
Barry, Peter. 2010. Beginning Theory: Peng
antar Komprehensif Teori Satra dan
Budaya. Diterjemahkan oleh Harviyah
Widiawati dan Evi Setyarini dari buku
Beginning Theory, an Introduction to
LiterarydanCulturalTheory(Manches
terUniversityPress,1995).
Bogdan, Robert and Steven J. Taylor. 1992.
IntroductiontoQualitativeResearchMe
thods:APhenomenologicalApproachto
The Social Sciences. New York: John
Wiley&Sons.
Brata, Suparto. 2002. Saksi Mata. Jakarta:
Kompas.
.2004.GadisTangsi.Jakarta:Kompas.
.2005. Mencari Sarang Angin. Jakarta:
Grasindo.
.2006. Kerajaan Raminem. Jakarta:
Kompas.
.2007. MahligaidiUfukTimur.Jakarta:
Kompas.
.2009. Republik Jungkir Balik. Yogya
karta:Narasi.
Edkins, Jenny and William, Nick Vaughan
(Ed.). 2009. Critical Theorists and Inte
rnational Relations. London and New
York:Routledge.
Faruk.2007.BelengguPascaKolonial:Hege
monidanResistensidalamSastraIndo
nesia.Yogyakarta:PustakaPelajar.
Foulcher, Keith dan Tony Day. 2008. Sastra
Indonesia Modern: Kritik Postkolonial.
Edisi Revisi Clearing a Space. Jakarta:
KITLVdanObor.
Jedamski, Doris. 2009. Chewing Over the
West: Occidental Narratives in Non
WesternReadings.NewYork:Rodopi.
Maleki, Nasser & Navidi, Maryam. 2011.
Etude Postcolonial: En Mettant a
Lavant Les Choses Dachebe Fall. Ca
nadian Social Science, Vol. 7, No. 6, p.
Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)
1015.CanadianAcademyofOriental
andOccidentalCulture.
Mawadah,AdeHusnul.2010.SemangatNa
sionalisTokohTeyidalamGadisTangsi
karyaSupartoBratadiAntaraMasyara
kat Multikultur. Diposkan dalam La
manolehSupartoBrata,17Juni2010.
Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional:
DariKolonialismesampaiKemerdekaan.
Yogyakarta:LkiSPelangiAksara.
Pinto, Pacheco Marta. 2010. Postcolonial
Language: Rejection and Subversion.
Babilnia: Revista Lusfona de Lnguas,
Culturas e Traduo, Nm. 89, p.
6583.
Puryanti,Lina.2005.MencariSarangAngin:
Modernitas dan Lokalitas, Perspektif
Pascakolonial.Naskahlomba esaisas
tra antardosen Fakultas Sastra UNAIR.
Tidakditerbitkan.
Ryan, Michael. 2011. Teori Sastra: Sebuah
Pengantar Praktis. Diterjemahkan oleh
BethariAnissaIsmayasaridaribukuLi
terary Theory:APracticalIntroduction
(BlackwellPusblishing,Oxford,2007).
Said, Edward W. 2010. Orientalisme: Meng
gugat Hegemoni Barat dan Menduduk
kan Timur sebagai Subjek. Diterjemah
kan oleh Ahmad Fawaid dari buku
Orientalism(1978).Yogyakarta:Pusta
kaPelajar.
Spivak, Gayatri Chakravorty. 1988. Can the
Subaltern Speak? In Cary Nelson and
LawrenceGrossberg(ed.).Marxismand
161
162