Anda di halaman 1dari 17

EKSOTISME,BAHASA,IDENTITAS,DANRESISTENSIDALAMNOVEL

INDONESIAKARYASUPARTOBRATA:PEMBACAANPASCAKOLONIAL
TheExoticism,Language,Identity,andResistence
inSupartoBratasIndonesianNovels:APostcolonialReading

TirtoSuwondo

BalaiBahasaYogyakarta,JalanIDewaNyomanOka70,Yogyakarta55224
Telepon(0274)562070,Posel:suwondo_tirto@yahoo.com

(Makalahditerimatanggal14Agustus2012Disetujuitanggal30Agustus2012)

Abstrak:PenelitianinisecarakhususmembahasnovelnovelIndonesiakaryaSupartoBrata.Ma
salahyangdibahasmeliputieksotisme,bahasa,indentitas,danresistensiterhadapkekuasaankolo
nialditinjaudariperspektifpascakolonial.Daripembahasanyangdilakukandiperolehhasilbah
wadalamnovelnovelkaryaSupartoBratatampakjelasbahwakekuasaankolonial(Belandadan
Jepang)masihmemandangpribumisebagaimasyarakatyangeksotis,yangbodoh,yangperludi
binaagarmenjadipandai.Sementaraitu,bahasakolonial(BelandadanJepang)masihdipandang
sebagaibahasayangtinggiderajatnyasehinggajikapribumihendakmemperolehderajat(iden
titas)yangsetaraharusmampuberbahasaBelandadanJepang.Berkenaandenganhalitu,berkat
kepandaianyangditanamkanolehpemerintahkolonial,yangantaralainmelaluipenguasaanba
hasadanpengetahuanataubudayaBarat,masyarakatpribumijustrumemanfaatkanhalituseba
gaiupayauntukmelakukanresistensiterhadapkekuasaandalamrangkamencapaikemerdekaan
(kebebasan)penuh.

KataKataKunci:SupartoBrata,eksotisme,bahasa,indentitas,resistensi.

Abstract: The research is particularly a discussion on the Indonesian novels written by Suparto
Brata. The problem under discussion involves the issues of exoticism, language, identity, and
resistance against the colonial powers in the perspective of postcolonialism. From the analysis,
Suparto Bratas novels obviously delineate that the colonial powers (Dutch and Japan) were so
underestimating the natives as exotic, unintelligent folks, that such people was necessary to be
taughtforthemtobemoreeducated.Also,thecoloniallanguages(DutchandJapanese)wereso
highlyperceivedthatthenativesweretobeenforcedtospeakthoselanguagesiftheywantedtheir
socialstatus(identity)toberegardedequal.Accordingly,owingtosuchintelligencesendowedfrom
thecolonialrulers,amongothersarethelanguageskillandtheknowledgeonWesterncultures,the
nativepeoplethentookthebenefitsbywayofmakingresistanceagainstthecolonialpowersunder
theagendaoffullindependence(freedom).

KeyWords:SupartoBrata,exoticism,language,identity,resistance.

PENDAHULUAN
Sebagai sebuah produk budaya, karya
sastra merupakan salah satu media al
ternatifpalingefektifgunamengekspre
sikanberbagaipersepsitentangkarakter
kehidupan seharihari masyarakat
(Ashcroftetal.,2003:xxi).Demikianjuga
karya sastra Indonesia yang menjadi

media ekspresi beragam persepsi ten


tang kehidupan seharihari masyarakat
Indonesia.NovelSitiNurbaya(1920)mi
salnya, secara efektif berhasil mengeks
presikan suara pegawai pribumi dalam
sistembirokrasikolonialBelandadalam
menghadapi pemerintah dan masyara
kat setempat (Minangkabau) (Faruk,
147

ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161

2007:360). Begitu juga novel Burung


Burung Manyar (1981) Mangunwijaya
yang mencoba mengekspresikan sikap
untukmendekonstruksinarasibesarre
volusi di Indonesia (Allen, 2004:243).
Karena itu, pemahaman persepsi ten
tangkarakterkehidupansehariharima
nusia dalam masyarakat yang pernah
beradadibawahkekuasaankolonialse
caraefektifdapatdilakukanmelaluikar
yasastrayangmerepresentasikanbera
gamefekataudampakkolonisasi.
DalamkontekskehidupansastraIn
donesia,SupartoBrataadalahsalahseo
rangdiantarasekianbanyaksastrawan
yang menaruh perhatian besar pada
upaya merepresentasikan berbagai tin
dakan atau praktik kekuasaan kolonial
(BelandadanJepang).DalamnovelSaksi
Mata(2002),misalnya,iamenggambar
kan beragam dampak kekuasaan kolo
nial Jepang di Indonesia hingga menje
lang kemerdekaan. Dalam novel trilogi
nya, Gadis Tangsi (2004), Kerajaan
Raminem (2006), dan Mahligai di Ufuk
Timur (2007), ia juga mengekspresikan
beragamkarakterkehidupanmanusiadi
bawah bayangbayang kekuasaan pada
masa kolonial Belanda, Jepang, dan Ke
merdekaan. Hal serupa terlihat dalam
novelnya Mencari Sarang Angin (2005)
danRepublikJungkirBalik(2009).Kare
na itu, pemahaman bagaimana praktik
kekuasaankolonialituberpengaruhter
hadap karakter kehidupan manusia da
lam masyarakat Indonesia antara lain
dapat dilakukan melalui penelitian ter
hadapnovelnovelkaryaSupartoBrata.
Dalamkonteksstudiilmuhumanio
ra,kajiantentangberbagaiprodukbuda
yayanglahirdaripengalamankolonisasi
atau dihasilkan oleh masyarakat yang
pernahmengalamiimperialisme/koloni
alismetermasukkedalamkajianpasca
kolonial(Ashcroftetal.,2003:xxiii).Per
hatian utama kajian pascakolonial ialah
berbagaipraktikkekuasaanyangantara
lain terepresentasikan dalam beragam

148

aspek seperti eksotisme, bahasa, identi


tas, interaksi silang budaya, gender, re
sistensi, dan sejenisnya (Barry,
2010:225230). Karena novelnovel
SupartoBratalahirdarisuatumasyara
kat(Indonesia)yangpernahmengalami
penjajahan(imperialismedankolonialis
me), terutama penjajahan Belanda dan
Jepang (Muljana, 2008), penelitian ter
hadapnyapuntermasukkedalamkajian
pascakolonial sehingga dituntut pula
digunakan landasan teori (pendekatan)
pascakolonial.
Berkenaan dengan hal di atas,
kajian ini secara khusus membahas no
velnovel (berbahasa) Indonesia karya
Suparto Brata dengan menggunakan
pendekatan pascakolonial. Akan tetapi,
didalamkajianinitidaksemuamasalah
yang menjadi lingkup kajian pascako
lonial dibahas, tetapi dibatasi hanya pa
damasalahpraktikkekuasaanyangber
kaitan dengan eksotisme, bahasa, iden
titas, dan resistensi yang terjadi akibat
berlangsungnya relasi kuasa (penjajah
danterjajah).
PenelitianterhadapkaryasastraIn
donesiatelahbanyakdikerjakanolehpa
ra ahli, tetapi penelitian dengan pende
katan (strategi pembacaan) pascakolo
nialsejauhpengamatanpenelitibaru
adabeberapa,diantaranyaolehWatson
(1972)denganjudultesisTheSociology
of Indonesian Novel 19201955; oleh
PamelaAllen(2004)denganjuduldiser
tasiReadingMatters:AnExaminationof
PluralityofMeaninginSelectedIndone
sian Fiction 19801995; oleh Faruk
(2007)denganjudulBelengguPascaKo
lonial: Hegemoni dan Resistensi dalam
SastraIndonesia;danolehWinet(2010)
dengan judul disertasi Indonesian Post
colonial Theatre: Spectral Genealogies
and Absent Faces. Sementara itu, kajian
yang secara khusus membahas karya
karyaSupartoBratadenganpendekatan
pascakolonial telah dilakukan oleh
Puryanti (2005), Sungkowati (2007,

Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)

2011),danMawadah(2010).
Baik langsung maupuntidak, bebe
rapapenelitiandiatasmemilikirelevan
sidenganpenelitianini.Watson(1972),
misalnya, dalam penelitiannya meng
ungkappertalianantaraberbagaikecen
derungan dalam sastra Indonesia
dengan kebijakan kebahasaan dan ke
sastraan kolonial Belanda. Demikian ju
ga dengan Faruk (2007) yang meneliti
novelnovel kolonial karya pengarang
Belanda dan novelnovel karya penga
rangpribumipadamasakolonial.Dida
lam penelitiannya Faruk mengungkap
bagaimana praktik kekuasaan penjajah
Belanda yang berlangsung sejak abad
ke18itudirepresentasikandalambebe
rapa novelkolonial mulai dari Robinson
Crusoe (1875) karya Daniel Defoe
sampaidenganSitiNurbaya(1920)kar
yaMarahRusli.Halserupatampakpula
dalampenelitianAllen(2004)danWinet
(2010). Dalam disertasinya Allen meng
ungkap corak dan karakteristik karya
(novel)tigapengarangternamaIndone
sia (Pramoedya Ananta Toer, Y.B.
Mangunwijaya, dan Putu Wijaya); se
dangkan Winet dalam disertasinya
mengungkappraktikkekuasaankolonial
yang masih mendominasi karyakarya
teaterdanpanggungteaterdiIndonesia.
Hanyasaja,dalamkaitannyadengan
kajian ini, beberapa penelitian di atas
hanya relevan dalam hal teori (strategi
pembacaan) karena objek yang dikaji
bukan novelnovel Indonesia karya
SupartoBrata.Beberapakajianyangber
kait erat dengan penelitian ini ialah ka
jian yang dilakukan oleh Puryanti
(2005), Sungkowati (2007, 2011), dan
Mawadah(2010).Kendatidemikian,ka
jian Puryanti (2005) secara khusus ha
nyamembahasmasalahmodernitasdan
lokalitas dalam novel Mencari Sarang
Angin,demikianjugaSungkowati(2007)
yang membahas ambivalensi dan pre
tensi sejarah dalam novel Mencari
Sarang Angin. Sementara, kajian

Sungkowati(2011)hanyamembahasci
tra Belanda dalam novel Gadis Tangsi,
Kerajaan Raminem,dan Mencari Sarang
Angin; sedangkan kajian Mawadah
(2010) hanya membahas semangat na
sionalisme dalam novel Gadis Tangsi.
Olehsebabitu,disatusisibeberapaka
jiantersebutberbedadenganpenelitian
inidandisisilainpenelitianinibersifat
memperkayadanmelengkapihasilhasil
kajiantersebut.
Sesungguhnyamasihadakajianlain
yang mengungkap pascakolonialitas da
lam sastra Indonesia, misalnya terlihat
dalambukuantologiesai SastraIndone
sia Modern: Kritik Pascakolonial (2008)
hasilsuntinganKeithFoulcherdanTony
Day. Kajiankajian dalam buku antologi
itusemulamerupakanbahandiskusipa
da lokakarya di Universitas SidneyAus
traliatahun1998.Selainitu,adapulaar
tikelberjudulMovingPictures:Western
Marxism and Vernacular Literature in
ColonialIndonesiakaryaKeithFoulcher
yang dimuat dalam buku Chewing Over
the West:Occidental Narratives inNon
Western Readings (2009) hasil sunting
anDorisJedamski.Akantetapi,satuhal
yangperludicatatialahbahwabeberapa
kajian yangdituangkandalam bukubu
ku tersebut tidak ada satu pun yang
membahas novelnovel karya Suparto
Brata.
Kajian atas karya sastra Indonesia
untuk mengungkap praktik kekuasaan
kolonialyangberpengaruhterhadapka
rakterkehidupanmasyarakatIndonesia
pada saat ini tetap relevan karena hal
yangsamajugamasihterjadidiberbagai
negaralain.Haltersebut,misalnya,tam
pak pada paparan mengenai terjadinya
perubahan karakter kehidupan masya
rakat pascakolonial di Italia (Triulzi,
2006);mengenaiperjuanganpolitikdan
nasibparapengungsisertakaummargi
nal di Timur Tengah (Barbaour, 2007);
mengenai efek kolonialisme di Malaysia
(Syazliyati Ibrahim, Razanawati Nordin,

149

ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161

dan Nor Aslah Adzmi, 2009); mengenai


dampak kolonisasi di Puerto Rico
(Azevedo, 2010); dan mengenai masih
dirasakanadanyadekarakterisasiakibat
terjadinya imperialisme dan kolonialis
me di Afrika (Pinto, 2010; Zhaoguo,
2011;MalekidanNavidi,2011).Olehka
rena itu, kajian terhadap karyakarya
sastraIndonesiakhususnyanovelkar
ya Suparto Bratadengan sudut tinjau
pascakolonial untuk mengungkap prak
tik kekuasaan kolonial di Indonesia de
ngan berbagai implikasinya tetap rele
vandanlayakuntukdikerjakan.

TEORI
Sebagaidisiplinilmuyangbersistemteo
ri (kritik) pascakolonial baru menemu
kanbentuknyapada1990an.Beberapa
bukuyangberpengaruhterhadapkeber
terimaan konsep teori pascakolonial,
menurutBarry(2010:223),diantaranya
In Other World (Spivak, 1987), The
EmpireWritesBack(Ashcroft,1989),Na
tionandNaration(Babha,1990),Culture
andImperialism(Said,1993).Dalamper
jalanan sejarahnya teori pascakolonial
munculsebagaireaksiatasberbagaiper
nyataanuniversalyangdibangunolehil
muwan humanisme liberal. Dari sini
muncullahberbagaidikotomisepertiBa
ratTimur, putihhitam (ras), penjajah
terjajah, pusatpinggiran, kitamereka,
sampaipadasuatusimpulanbahwaBa
rat(Eropa)identikdenganbaikdanTi
mur (nonEropa) dianggap orang lain
(the other) dan identik dengan buruk
yang semuanya itu terwujud dalam
praktik imperialisme dan kolonialisme.
Mengenaipraktikkekuasaanyangdemi
kian telah diungkap secara gamblang
oleh Said dalam bukunya Orientalism
(1978).
Berkaitdenganhaldiatasdapatdi
katakan bahwa teori pascakolonial ada
lah seperangkat gagasan yang menga
rahkanperhatianpadahubunganantara
kebudayaan dan imperialisme (Ryan,

150

2011:265). Adapun yang dimaksud im


perialisme adalah praktik, teori, dan si
kap dari suatu pusat metropolitan yang
menguasai suatu wilayah yang jauh de
ngan kolonialisme, yaitu dibangunnya
permukiman di wilayahwilayah yang
jauhitusebagaisalahsatukonsekuensi
nyayangniscaya(Said,2010:610).De
ngankatalain,teoripascakolonialmeru
pakanstudiyangdidasarkanpadafakta
historis kolonialisme Eropa dan aneka
dampak/efek material yang ditimbul
kannya (Foulcher dan Tony Day,
2008:25; Aschroft et al, 2003:307
308).
Teori pascakolonial mencakup tiga
kemungkinan perhatian, yakni pada (1)
kebudayaan masyarakat yang pernah
mengalamipenjajahan,(2)responperla
wananatauwacanatandinganmasyara
kat terjajah terhadap penjajah tanpa
menghilangkan perhatian pada adanya
ambivalensi,dan(3)segalabentukmar
ginalitasyangakibatkapitalisme(Barry,
2010:226228). Karena itu, penelitian
denganmenggunakanteoripascakoloni
alberusahamengungkap(1)representa
si kekuasaan penjajahyangterselubung
dibalikteori,sikap,danpraktiknyayang
seakan tidak mengandung pretensi ke
kuasaan, (2) representasi kekuasaan
penjajahdibalikpraktik,sikap,danteori
masyarakat terjajah yang mengarah pa
da usaha pembebasan dari kekuasaan
penjajah,dan(3)representasiperlawan
an/resistensimasyarakatterjajahdiba
likteori,sikap,danpraktikyangseakan
patuh pada penjajah (Faruk, 2007:14
18).

METODE

Berdasarkankonsepteoridiatas,pene
litian atas novelnovel Indonesia karya
Suparto Brata ini dipusatkan pada satu
hal, yaitu bagaimana praktik kekuasaan
kolonial(yangantaralainmencakupek
sotisme, bahasa, identitas, dan resisten
si)diekspresikanataudirepresentasikan

Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)

dalam novel. Sementara itu, karena pe


nelitian kualitatif ini bertujuan hendak
memperolehhasilberupadeskripsidata
verbal(BogdandanTaylor,1992),yakni
tentang sesuatu (praktik kekuasaan)
yang ada di dalam teks (novel), metode
analisis yang digunakan adalah analisis
isidenganasumsibahwadatadianalisis
secarainteraktifdanataudialogis.

HASILDANPEMBAHASAN
Eksotisme
Eksotisme adalah istilah yang berkaitan
dengan sudut pandang (Barry, 2010:
226). Dalam konteks kajian pascakolo
nial sudut pandang ini dipergunakan si
penjajah (Barat) untuk mengidentifikasi
siterjajah(Timur).Terjajahdianggapse
bagai the other yang berbeda dengan
dirinya(penjajah).Karenadirinyameng
anggapBaratadalahsumberperadaban,
denganbegituiamerasalebihberadab,
kemudian Timur dianggap tidak ber
adabsehinggaperludiberadabkan.Dari
anggapanitulahkemudianTimurmenja
di objek representasi, menjadi wacana,
menjadi lapangan pengetahuan (oleh
orientalis) yang semata untuk mem
bangun konstruksi bahwa dirinya (Ba
rat)lebihunggul,lebihteratur,danlebih
bermoral. Karena itu, Timur bagaikan
kanvas yang dapat dilukisi dan suatu
saatdapatdihapuskembalisesuaiselera
mereka.Denganbegitu,Timurdianggap
sebagai ruang/wacana yang selalu me
narik,yangselalumintaperhatian, yang
selalueksotis.
Walaupun terbungkus secara rapi
sebenarnya novelnovel Suparto Brata
masihmenggambarkanhaltersebut.Da
lamGadisTangsi,misalnya,tampakperi
lakumasyarakattangsiLorongBelawan,
Medan,terkecualitokohTeyi,digambar
kan sebagai masyarakat yang jauh dari
nilai keteraturan, kebaikan, dan kebera
daban;disiniperihalseksdanungkapan
kasarmenjadisuatuhalyangbiasa.Bah
kan, dalam tindakan yang paling

sederhanapun,misalnyaketikapenjaga
tangsi membunyikan lonceng pagi hari,
gambaranbagusberadapadapihakBe
landadangambaranburukberadapada
pihak pribumi. Perhatikan kutipanberi
kut.

Tiittoteettettotettiittooooot,totiit
toteettettotettiittooooot!!
Nah, terompet pertama sudah ber
bunyi. Waktu bangun telah tiba. Itu
bunyiterompettiupanLandaDawa.Be
gitu nyaring, iramanya teratur, halus,
danpanjang.LandaDawamemangjago
meniup terompet. Berbeda dengan
tiupanSudarmin,misalnya,yangbunyi
nya terasa tersengalsengal, patahpa
tah, dan seringkali hilang tibatiba.
(Brata,2004:1)

... Sudarmin belajar meniup terompet


untuk menggantikanLandaDawaapa
bila prajurit Belanda itu berhalangan.
Sependengar Teyi, bunyi tiupan
Sudarminjeleksekali.Patahpatah.Ma
sih untung Landa Dawa sabar menga
jariSudarminmeniupterompet.Andai
kata yang mengajar Teyi, sudah sejak
awal latihan itu dihentikan. Sudarmin
dinilai Teyi sangat goblok. (Brata,
2004:8).

Gambaranburukdemikianyangke
mudian melahirkan perbedaan dikoto
misbahwapenghunitangsitermasukke
golonganmasyarakatyangtidakteratur,
marginal,tidaktahuadat,yangberbeda
dengan Belanda. Sebab, Belanda digam
barkan sangat bijak, tegas, teratur, dan
berkuasamenentukansegalanya.
Bahkan,perbedaandikotomis(rela
si dominatif) yang sama juga tampak di
lingkungan golongan lain seperti Cina
(pedagang). Jadi, dalam relasi ini, posisi
terendah ditempati golongan pribumi,
kemudianTimurAsing(Cina),danposisi
tertinggididudukigolonganBelanda.Se
lanjutnya,gambaranperilakutersebutti
dakhanyaterlihatketikamerekamasih
berada di lingkungan tangsi Lorong

151

ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161

Belawan, tetapi juga, misalnya perilaku


buruk Manguntaruh, Dasiyun, dan
Dumilah,setelahmerekaberadadiJawa
(Ngombol,Bagelen)padasaatRaminem
danTeyi(ketikaJepangberkuasa)telah
berhasil membangun kerajaan (kekaya
an) sebagaimana digambarkan dalam
novelKerajaanRaminemdanMahligaidi
UfukTimur.
Gambaran yang eksotis, yang infe
rior,yangselalumenarikperhatian,yang
setiap saat dapat dipermainkan sesuai
selera mereka (penjajah), terlihat juga
padabagaimanatatanilaibudayatradi
sional keraton (Jawa) dibenturkan de
ngannilainilaibudayaasing.Bagaimana
perilaku Jepang (Tuan Ichiro) terhadap
keluargabesarMasSuryohartono,priya
yi asal Solo, termasuk perilaku semena
mena terhadap tokoh Bulik Rum dalam
SaksiMata,merupakantindakanyangti
dak menghargai keberadaan nilai buda
ya (tata krama) yang selama ini dijun
jungtinggiolehmasyarakat.Haliniterli
hat jelas pada peristiwa penangkapan
Mas Suryohartono dan Mas Darkiman
olehTuanIchirodankemudiandikurung
di penjara Kenpeitai. Padahal, tuduhan
bahwa mereka menyembunyikan Mas
Wiradad, suami Bulik Rum, pejuang gi
gihyangmelawanpenjajahJepang,sama
sekalitidakterbukti.
Sementaraitu,dalamnovelMencari
Sarang Angin, gambaran eksotis telah
tampaksejakawal.KetikatokohDarwan
mendapat panggilan dari Tuan Ayat,
pimpinan Dagblad Express di Surabaya,
iamembayangkanakanmenjumpaitem
patyangmewah.Sebab,dilihatdarisifat
berita dan tulisantulisannya, surat ka
baritutidakhanyasekadarmenyajikan
berita,tetapijugamenganalisissehingga
pembaca diajak untuk berpikir; dan ka
renaitupula,keluargaPrawirakusuman
berlangganan. Namun, setelah tiba di
Surabaya, ternyata Darwan menjumpai
kenyataanyangberlawanan.Perhatikan
kutipanberikut.

152

Dengan perasaan itu Darwan melang


kah masuk menyeberangi halaman
yangluas,dansampailahpadaserambi
depan yang sepi. Kecewa sedikit. Ge
dung itu kosong. Ruang depan di balik
serambi itu bisa dilihat dari pintu rak
sasa yang menganga. Di dalamnya ter
dapat beberapa buah meja tulis yang
suram,danberpeliturgelap.Diatasme
ja, dan juga di manamana di ruangan
itu, berserakan dan bertumpukan ker
tas,buku,danmap.Ah,takterpelihara.
(Brata,2005:2)

Kendatiawalnyakecewa,beberapasaat
kemudian Darwan tidak lagi kecewa
karena memang ia telah bertekad
untuk mencapai citacita memajukan
bangsa Jawa. Sebagai keturunan darah
biru dan berpendidikan Belanda ia
benarbenar ingin mandiri, tidak
bergantung pada kekayaan Ramanya,
dan ingin membaur dan merakyat
dengan segala konsekuensinya (Brata,
2005:8).

Gambaran keadaan surat kabar


Dagblad Express di atas menjadi lebih
eksotis lagi karena semua artikel (tulis
an) dalam surat kabar itu tidak menda
patkan penghargaan yang semestinya.
BanyakartikelDarwan,jugaartikelwar
tawanlain,tidakdiberihonor,dankalau
pun diberi honor, jumlahnya sangat ke
cil.Haltersebutberbedadengantulisan
tulisan berbahasa Belanda yang dimuat
di koran Belanda yang selalu dihargai
tinggi. Demikian memang perlakukan
terhadap segala hal yang berbau pribu
mi; dan pribumi senantiasa berada da
lambayangbayangkegelapanakibatte
kanankekuasaankolonial.Berkatkekua
saannya kolonial memandang pribumi
sebagai sebuah komunitas yang seolah
miripdenganbinatangpiaraan.
Selain hal di atas, perilaku serupa
juga terlihat pada bagaimana perlakuan
Jepang terhadap tokoh Mbak Yayi, war
tawan Dagblad Express, rekan kerja
Darwan, yang disiksa hingga ajal tiba

Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)

akibat dituduh sebagai matamata Be


landa.Hanyasaja,gambaran(buruk)de
mikian memang tidak secara langsung
munculdaritindakanpenguasakolonial
sehingga terkesan keburukan semacam
ituseolahakibattindakankaumpribumi
sendiri. Peristiwa kematian tokoh Yayi,
misalnya, bukanlah langsung akibat sik
saan prajurit Jepang, tetapi oleh kaum
pribumiyangmenjadiantekJepang.Ka
rena itu, Jepang seolah tetap dalam ke
adaan bersih. Pola semacam itu yang
memang digunakan penguasa agar me
reka tetap menempati posisi sebagai
yangdominan(baik).Terlebihlagi,pada
masa itu, Jepang memang terangte
ranganmengakudirinyaadalahsauda
ratuaatausebagaipelindungdancaha
yaAsia.
Darigambaranringkastersebutda
patdikatakanbahwasebenarnyadalam
benak penjajah, Timur (Indonesia dan
Jawa)dianggapsebagairuangrepresen
tasi untuk mengonstruksi dan membe
sarkankekuasaannya.Dengantetapme
nilai bahwa orang Timur adalah orang
lain yang berbeda dengan dirinya,
akhirnyaTimurdianggapsebagaisesua
tuyangmenarik,yangeksotis,yangme
merlukanteladan,walaupunteladanitu
memilikikonsekuensidandampakyang
menyakitkan.

Bahasa
Berkenaan dengan persoalan bahasa,
penjajah Belanda berbeda dengan pen
jajah Inggris. Kalau penjajah Inggris se
cara tegas mewajibkan masyarakat ter
jajah untuk menggunakan bahasa pe
nguasa (Inggris), misalnya di Australia,
Selandia Baru, Amerika (Kanada), dan
Jamaika,tidakdemikianpenjajahBelan
dadiIndonesia.Halinilahyangolehpara
ahli kajian pascakolonial disebut koloni
huniandankolonitaklukan(Ashcroftet
al,2003:1718).Australia,SelandiaBa
ru, Kanada, dan Jamaika menjadi koloni
hunian bangsa Inggris, sementara

Indonesiamenjadikolonitaklukanbang
sa Belanda. Dalam koloni hunian penja
jah langsung menguasai dan bertempat
tinggaldidaerahjajahan,sedangkanda
lam koloni taklukan penjajah tidak ber
tempat tinggal di tanah jajahan tetapi
kembali ke negeri masingmasing sete
lahmasingmasingdaerahjajahanmem
perolehkemerdekaansecarapolitik.
Karena Hindia Belanda (Indonesia)
hanya menjadi koloni taklukan, bahasa
yang hidup di Hindia Belanda (Indone
sia) hingga sekarang tidak hilang (mus
nah).Sebab,ketikaBelandamenjajahIn
donesia, Belanda memberi ruang yang
luasbagibahasaMelayudanbahasadae
rah. Hal ini terbukti, sekolahsekolah di
masapenjajahan,misalnyaSekolahOng
koLorobagirakyatbiasa,bahasadaerah
tetap menjadi bahasa pengantarnya, se
dangkansekolahuntukpriyayi,misalnya
HIS atau MULO, di samping bahasa Be
landa juga masih diberlakukan bahasa
Melayudanbahasadaerah.Itusebabnya,
Indonesiasampaikinitetapmemilikiba
hasa Melayu (Indonesia)selain me
mang sejak lama telah menjadi lingua
francadiNusantaradanakhirnyamenja
dibahasanasionaltidaksepertidiAus
tralia,SelandiaBaru,Kanada,atauJama
ikayangakhirnyasampaisekarangtetap
berbahasaInggris.
Dalam seluruh novel Suparto Brata
yangditulisdalambahasaIndonesiame
mangmunculbahasalain,khususnyaba
hasa Belanda, Jawa, dan sedikit bahasa
Jepang.Namun,kehadiranbahasaBelan
da, Jepang, dan Jawa tidak menampak
kan adanya ketumpangtindihan (kreoli
sasi) karena masingmasing diperguna
kandalamkontekstertentu.Misalnyasa
ja, bagi tokohtokoh yang masuk ke da
lam golongan hibrida, campuran, atau
Indo,tokohtersebuttetapmenempatkan
bahasa itu sebagai sarana komunikasi
tertentu.BahasaBelandadigunakanjika
berhadapan dengan Belanda, bahasa
Jepang digunakan jika berhadapan

153

ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161

denganJepang,demikianjugabahasaJa
wa digunakan di lingkungan komunitas
Jawa. Karena itu, bagi tokoh pribumi
yangmampuberbahasaBelandaseperti
Teyi dalam Gadis Tangsi, Kerajaan
Raminem, dan Mahligai di Ufuk Timur,
atau Darwan dan Yayi dalam Mencari
SarangAngin,atauRumsariyangpandai
berbahasaJepangdalamSaksiMata,atau
EdiPratamayangpandaiberbahasaMe
layu(Indonesia)dalam RepublikJungkir
Balik,sematamatabahasayangmereka
pergunakan adalah untuk mencapai tu
juantertentudalamkontekstertentupu
la.
MengapaTeyi(dalamGadisTangsi)
yanghanyaberasaldarimasyarakatbia
sa (penjual pisang goreng, anak
Wongsodirjo,seorangtentaraKNIL)giat
belajarbahasadantatakramaJawayang
haluskepadaPutriParasi?Tidaklainka
rena sejak bertemu dengan Putri Parasi
ia berkeinginan untuk menjadi priyayi
dan ingin masuk ke dalam lingkungan
keraton Surakarta; bahkan ia berharap
suatusaatdapatmenjadiistriRadenMas
Kus Bandarkum (adik Putri Parasi).
Mengapa Teyi juga giat belajar bahasa
BelandakepadaPutriParasi?Tidaklain
karenaiamerasadenganmampuberba
hasaBelandaakanmendapatperlakuan
yang baik dari orang Belanda dan Ci
na/Jepang. Hal itu terbukti, dengan ke
mampuannya berbahasa Belanda, Teyi
berhasil bergaul dekat dengan orang
orangBelandadanselalumendapatban
tuanjikasedangmenemuikesulitan.Se
lain itu, dengan kemampuannya berba
hasaBelandadanberpenampilansopan
serta berpakaian rapi ia dihargai oleh
orangorang (toko) Jepang pada saat ia
berbelanja; padahal sebelumnya ketika
masuktokoinginmembelipitaiadicuri
gai sebagai pencuri dan bahkan ditang
kap.

Mengapahambaditangkap,Gusti?Bu
kankah uang hamba sembilan sen, cu
kupjugauntukmembelipitaitu?

154

Penampilan,Teyi.Penampilandanso
pansantun....Sopansantunditokoha
rusdijaga.Meskipunuangmucukup,ti
dakbisakamuditerimasebagaipembe
liditokoinikalaukamuberpakaianse
bagaipenjualpisanggorengditangsi....
Ya. Hampir semuanya orang Belanda.
AtauberpakaiancaraBelanda.Baikla
kilaki maupun perempuan. Hanya
orangBelandayangbolehmasukketo
ko ini? Mengapa kita juga boleh ma
suk?
Penampilan, Teyi, penampilan. Meski
punkitamengenakankaindankebaya,
dan hanya kamu yang telanjang kaki,
merekatidakberanimengusirkita.Kita
tampil terpelajar, sederajat dengan
pengunjunglain.KitabicarabahasaBe
landa kepada pelayan toko, bahasa
yangjugadigunakanolehparapembeli
bangsa Belanda! Bahasa menunjukkan
bangsa, berbahasa secara benar me
nunjukkan keluhuran martabat kita.
(Brata,2004:207208)

Demikian juga, dengan kemampu


annyabertingkahlakudanberbahasaJa
wayanghalusTeyimendapatperlakuan
yang baik di lingkungan Keraton Sura
karta.Halituterbukti,ketikaberkunjung
ke lingkungan keluarga Raden Mas Kus
BandarkumdiNdalemKeratonSurakar
ta, Teyi diterima dengan sangat baik.
Bahkan,Teyitelahdianggapsebagaica
lon keluarga besar keraton sehingga di
lingkungan itu ia diminta langsung me
nempatikamarRadenMasKusBandar
kum. Pendek kata, melalui proses peni
ruan(mimikri)bahasadantingkahlaku
demikian Teyi seolah telah berhasil
menduduki tempat yang sejajar dengan
mereka(Belandadanelitkeraton).
Hal serupa tampak pada tokoh
Darwan dalam Mencari Sarang Angin.
Dengan kemampuannya berbahasa Be
landa(danMelayu)daniaberasaldari
keraton Solo dan berpendidikan Belan
daDarwan memperoleh kemudahan
bergaul dengan orangorang Belanda,
misalnya Steffy van Dal. Bahkan ia

Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)

sebagaiwartawankoranberbahasaJawa
Dagblad Expres mendapatkan kesem
patanyangsangatluasuntukmenulisar
tikel di koran berbahasa Belanda. Seba
gaiorangyangpandaiberbahasaMelayu
Darwanjugaselalumendapatperlakuan
yangbaikdaripenguasaJepang.Demiki
anjugatokohKuntaradalamSaksiMata
dan tokoh Edi Pratama dalam Republik
Jungkir Balik. Dengan kemampuannya
berbahasa Jepang, Kuntara, seorang pe
lajar SMP, selalu diperlakukan dengan
baikolehJepang(TuanIchiro),bahkania
menjadi penghubung antara tentara Je
pang dan masyarakat pribumi. Semen
tara itu, dengan kemampuannya berba
hasaMelayudanJepangEdiPratamaju
ga mendapatkan perlakuan yang baik
dari para serdadu Jepang. Karena itu,
melaluiprosespeniruan(mimikri)baha
saitupula,tokohtokohtersebutmampu
menempatiposisiyangistimewa.
Kendati demikian, di balik kemam
puanberbahasa(Belanda/Jepang)terse
but,merekatetapmenempatkanbahasa
sendirisebagaiupayamempertahankan
identitasnya. Bahkan, dalam novelno
velnya, Suparto Brata lebih mengede
pankan nilainilai lokal (pribumi) mela
lui banyak ungkapan bahasa yang ber
nilaibudayaJawa;halinimerupakansa
lah satu usaha untuk mempertahankan
kesadaran nasional dalam rangka me
lawan (resistensi) penjajah. Hal ini mi
salnya terlihat pada ungkapan Tuan
Ayat, pemimpin redaksi Dagblad Ex
press, yang disajikan dalam penerbitan
korannya untuk memberi semangat pa
dabangsa.

... Lalu, pada hari penerbitan lain juga


adaselitannasihatbegini:...Boektising
tjeta sak tjetane jen sawidjining
oewong terpeladjar sedjati, jaikoe jen
dhewekefahamlanmigoenake...basa
ne dhewe. (Bukti yang jelas bahwa se
seorangituterpelajarsejatiadalahbila
dia paham dan menggunakan
bahasanyasendiri).(Brata,2005:150).

Hanyasaja,adasatuhalyangperlu
dicatatberkenaandenganpersoalanba
hasadalamkontekspascakolonialdiIn
donesia. Bukti menunjukkan bahwa ne
gara yang dulu dijajah dan menjadi ko
lonihuniansertabahasapribumidiganti
dengan bahasa penjajah pada akhirnya
justru menjadi negara yang maju, mi
salnyaterjadidiAustralia,SelandiaBaru,
danKanada.Sementara,negarayangdu
ludijajahdanhanyamenjadikolonitak
lukanbahasa pribumi tetap diberi ru
anguntukhidupterbuktisampaiseka
rang tetap menjadi negara yang kalah
bersaing dengan negaranegara maju.
Berkaitan dengan hal ini, pertanyaan
yang dapat diajukan ialah, apakah ini
merupakan strategi penjajah agar ma
syarakat terjajah tetap bodoh sehingga
terusdapatdikuasai?Barangkalijawab
nya memang demikian karena dengan
tetap berada dalam bahasa dan tra
disinya masyarakat terjajah tidak akan
mampu menduduki derajat dan kepan
daian yang sama dengan penjajah. Ka
renaitu,masyarakatterjajahakantetap
berada dalam posisinya yang marginal
danmudahdikuasai.

Identitas
Identitas merupakan masalah penting
dalamkaryapascakolonial.Padaumum
nya karya pascakolonial menyajikan to
kohtokoh yang beridentitas ganda aki
bat terjadi benturan budaya penjajah
danterjajah.Tokohtokohdenganidenti
tas ganda inilah yang sering digunakan
penulis (pengarang) sastra pascakolo
nialuntukmelakukaneksperimenresis
tensinya. Dari tokoh semacam ini dapat
diketahui bagaimana usaha resistensi
nya berhasil atau tidak. Dari beragam
tindakan tokohtokoh hibrid semacam
itudapatdisinyalirapakahtujuankritik
sastrapascakolonialyangmenginginkan
manusiadiseluruhduniadiperlakukan
secara sama dan manusiawi itu terca
pai. Melalui tokohtokoh hibrid

155

ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161

pengarang berusaha menunjukkan bah


wasebenarnyamasyarakatyangmargi
nal dan terpinggirkan perlu diperlaku
kansecaraadilsertadiberiruanguntuk
bersuara.Hanyapersoalannya,dalamre
lasikuasa(penjajahterjajah)yangmasih
terusterjadi(hinggakini),apakahpihak
yang terpinggirkan itu memiliki ruang
untukdapatbersuara?Pertanyaaninilah
yang selalu dilontarkan oleh Spivak
(1988), seorang tokoh kritik pascakolo
nial dari India (Edkins and Williams,
2009:317328), dalamartikelnyayang
terkenalCantheSubalternSpeak?
DalamtrilogiGadisTangsi,tokohto
kohyangberidentitasgandatampak,an
taralain,padaTeyi,PutriParasi,Kapten
Sarjubehi, dan Kus Bandarkum. Sebagai
wakilmasyarakatmarginal(melaluipro
ses mimikri) Teyi belajar bahasa Be
landa agar dirinya mendapat perlakuan
yangbaikdariBelanda,daniaberusaha
belajarbahasadanadatistiadatkeraton
agardirinyadapatmasukkelingkungan
priyayi di keraton (Surakarta). Semen
tara itu, Kapten Sarjubehi (dan istrinya
Putri Parasi) dan Kus Bandarkum yang
berasaldarilingkungankeratonmenco
ba masuk ke dalam struktur pemerin
tahan kolonial (menjadi tentara KNIL)
karena memang pada masa itu dalam
proseskolonisasinyapemerintahBelan
da berusaha masuk ke struktur peme
rintahan tradisional (keraton). Oleh se
babitu,wajarbilaKaptenSarjubehi,me
nantu pembesar Keraton Surakarta,
menjadi tentara KNIL sebagai kaki
tangan kolonial dalam memperkuat ke
kuasaannya.
Sementara itu, tokoh hibrid yang
beridentitasgandatampakpulapadato
koh Darwan dalam Mencari Sarang
Angin. Tokoh Darwan berasal dari ling
kunganistanaSurakarta,berpendidikan
Belanda, dan dirinya kelak mestinya
menjadi pewaris istana yang penuh
kenikmatan dan kekayaan. Akan tetapi,
karenaadasebabtertentu,yaknididuga

156

(dituduh) memiliki hubungan cinta de


nganRadenAjengKundarti(istritermu
da ayahnya), akhirnya ia lebih memilih
meninggalkanistanadanmenjadijurna
lisDagbladExpressdiSurabaya.Dengan
pergi meninggalkan istana, selain ingin
menghindari tuduhan itu, ia memang
bermaksud menerapkan pengetahuan
nyasaatbelajardiBelandabahwasebe
narnya pemikiran feodal adalah pemi
kiranyangsudahtidakcocoklagidiera
modernini.Olehsebabitu,Darwaningin
mengubah pemikiran feodal dan masuk
ke dalam pemikiran kerakyatan sehing
ga ia bergabung dengan koran Dagblad
Express yang memang memiliki tujuan
kerakyatan.

Darwan mengangguk. Ia sebenarnya


sudahmembiasakanhalitudalamme
nulisuntukDagbladExpress.Tetapida
lampraktikbicara,rasanyamasihsulit.
ApalagidenganSlametyangbarudike
naldanumurnyajelaslebihtuadaripa
da dirinya. Canggung, merasa kurang
sopan, dan berdosa. Tapi, Darwan ha
rus merombak perasaan itu karena ia
sadar bahwa pemikiran bangsa Jawa
baru mulai tumbuh, mau melangkah
majumenujutingkatkesetaraanbersa
ma, dan membedakan taraf hidup dari
caraberpikirnya,bukandariderajatke
turunan atau kekayaan warisannya.
Dan, Darwan ingin ikut saham dalam
menuntun memajukan bangsanya itu.
(Brata,2005:5)

Oleh sebab itu, dalam konteks ini,


Darwan berada dalam persilangan kon
sepantaranilaibudayakeraton,nilaira
sionalitas budaya Barat, dan nilainilai
kerakyatan dan kesetaraan dalam ma
syarakatJawa.Akibatdaribenturannilai
itulah identitas Darwan menjadi sangat
ambivalen, menjadi tidak jelas keber
pihakannya:apakahberpihakpadapola
keningratannya, keBaratannya, atau
pada
sikap
kerakyatan
dan
nasionalismenya.Haliniberbedadengan
identitas Yayi, Tuan Ayat, bahkan

Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)

denganRokhimyangjelasdantegasber
pihakpadasikapnasionalismenya.Iden
titasyangambivaleninilebihterasalagi
ketikapada masa pemberontakan
PKIDarwan harus berperan sebagai
jurnalis yang wajib bertindak adil dan
objektif.
Berbedadenganidentitasdalamno
velnovel di atas, tokohtokoh seperti
BulikRumdanMasWiradaddalamSaksi
Mata lebih tegas dan jelas. Meskipun
BulikRumyangberasaldarikalanganis
tana itu terkesan memiliki hubungan
baikdenganTuanIchiro,tentaraJepang
yang menjadi direktur pabrik karung
Asko,danbahkanbersediamenjadigun
diknya, tetapi sesungguhnya ia dalam
keadaan terpaksa. Dalam keterpaksaan
nya bersedia menjadi gundik itu ia me
milikitujuanlain,yakniinginmewujud
kan citacita membantu Mas Wiradad,
suaminya,dalamusahamemerangipen
jajahJepang.Usahanyaitusebagiantelah
iawujudkan,misalnyaberhasilmencuri
dokumen penting dan berhasil pula
membawabomyangmeledakdimarkas
TuanIchiro.Karenaitu,baikBulikRum
maupunMasWiradad,keduanyasecara
tegasberpihakpadakaumterjajahyang
ingin segera melenyapkan penjajah dan
segera pula memperoleh kemerdekaan
penuhsebagaimanatelahdijanjikanoleh
Jepang pada sidang istimewa Teikoku
Ginkai di Tokyo 17 September 2604
(Brata,2001:4).Halserupaterlihatpula
padatokohKuntara,tokohutamanovel
ini, seorang remaja (pelajar SMP), yang
walaupun berhubungan dekat dengan
TuanIchirodanPakOkada(gurunya,se
kaligus pembunuh Bulik Rum), ia tetap
berkerashatiinginmewujudkancitacita
MasWiradaduntuksegeramelenyapkan
penjajah.

AkuakanmenghancurkanTuanIchiro
danPakOkada.Akuakanmenghancur
kankekuasaanpemerintahBalatentara
Dai Nippon! gema suara dalam hati.
Bukan!BukanjanjiKuntara.Ituucapan

MasWiradad!(Brata,2001:288)

Tidak berbeda dengan tokohtokoh


dalamSaksiMata,tokohdalamRepublik
Jungkir Balik juga demikian. Identitas
yang jelas tampak pada hampir semua
tokoh seperti Saputra dan anak Kartijo
(EkaPratama,SitiPertiwi,EdiPratama)
yang ingin Indonesia segera merdeka
danbebassecarapenuh.Sebab,mereka
merasa,denganterusdikuasaipenjajah,
baik Belanda, Jepang, maupun Inggris,
masyarakatIndonesiaakanterusmeng
alami kesengsaraan. Namun, yang juga
penting dalam konteks itu, di samping
inginsegeramelenyapkanpenjajah,me
reka juga ingin masyarakat pribumi te
rusbelajarkarenahanyadenganbelajar
mereka dapat menjadi pintar sehingga
mudah mencapai apa yang dicitacita
kan.
Demikian antara lain beberapa
identitas (dan perpindahan tempat)
yang tersaji dalam novel pascakolonial
SupartoBrata.Padaumumnyaidentitas
ganda atau hibrid itu menjadi karakte
ristikpentingdalamsastrapascakolonial
sehinggakaryasemacaminidapatdigu
nakan sebagai sarana untuk membong
karwacanadominandalamrelasikuasa
yang tidak seimbang. Hanya saja, ter
kadang karakteristik itu justru menjadi
penghalangatasusaharesistensikarena
sikapnyayangambivalen.Sebab,sebagai
tokohyangberdimensiganda,ia(mere
ka) selalu mendapat perlakuan yang ti
dak semestinya akibat keberadaannya
selalu dicurigai. Kecurigaan demikian,
misalnya, bisa muncul terhadap orang
(tokoh) seperti Teyi dalam novel Gadis
Tangsiyangkarenakemampuannyaber
bahasaBelandaiadicurigai(olehorang
orangdilingkungannya)sebagaigundik
(munci)antekBelanda.

Resistensi
Resistensimerupakankarakteristikpen
ting dalam konteks kritik pascakolonial.

157

ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161

Bahkan, jika dipahami dari sisi kebera


daannya, resistensi menjadi karakteris
tikterpentingdalamkaryasastrapasca
kolonial. Sebab, ditilik dari tujuannya,
karya pascakolonial adalah karya yang
merepresentasikan dan memberi ruang
yangluasbagikaumterpinggirkan(sub
altern) untuk memperoleh hak dan ke
dudukan yang sama dengan yang lain.
Pertanyaanyangmunculkemudianada
lah:bagaimanapolaresistensiatauper
lawanan terhadap wacana dominan itu
direpresentasikan oleh Suparto Brata
dalam novelnovel Indonesia ciptaan
nya?
Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa Suparto Brata merepresentasi
kan sikap resistensi itu ke dalam bebe
rapabentuk.Karenaidentitasdalamno
velnovel itu terkategorikan ke dalam
beberapa kelompok, yakni kelompok
penjajah Belanda, penjajah Jepang, dan
kelompok elit tradisional keraton, sikap
resistensinya pun mengarah pada ke
lompokkelompok tersebut. Resistensi
terhadap penjajah Belanda dan Jepang
olehelitkeratontampakpadatrologino
velGadisTangsi,SaksiMata,danMencari
SarangAnginkarenasebagiantokohnya
menghendakipenjajahsegeralenyapda
ri bumi Indonesia. Dalam trilogi Gadis
Tangsi,misalnya,tokohKusBandarkum,
meskipun ia berasal dari lingkungan is
tanayangnotabeneistanaadalahpihak
yang begitu dekat dengan penjajah Be
landa, tetapi ketika Jepang berkuasa di
IndonesiaKusBandarkummasukkeda
lam tentara PETA dan bersama tentara
Jepang ikut mengusir penjajah Belanda.
Demikian juga Bulik Rum dan Mas
Wiradad dalam Saksi Mata. Meskipun
berasaldarilingkunganistana,keduanya
juga gigih memperjuangkan agar Indo
nesia segera merdeka. Hal serupa tam
pak pada tokoh Darwan dalam Mencari
SarangAnginyangmeskipunberasalda
ri lingkungan istana Surakartamelalui
perjuangannya sebagai wartawania

158

inginsegeramenjadikanmasyarakatpri
bumipandaiagarcepatterbebasdaribe
lenggupenjajahan.
Demikian antara lain bentuk resis
tensiterhadappenjajaholehelitkeraton.
Sementaraitu,bentukresistensiyangdi
lakukanolehkelompokmasyarakatbia
saterhadapkelompok elitkeratontam
pakpadatokohTeyidalamtrilogi Gadis
Tangsi. Hal demikian terlihat pada pro
sesmimikriTeyidenganbelajartatakra
ma dan bahasa Jawa adiluhung dengan
tujuan agar dirinya dapat masuk ke da
lamkelompokelitkeraton.Keberhasilan
Teyi masuk ke dalam tata nilai budaya
keraton membuktikan bahwa eksklusi
vitas keraton dapat dibongkar sehingga
budaya priyayi sesungguhnya bukanlah
bersifat sangat tertutup karena dengan
caracaraatausyarattertentuelitpriyayi
dapat dimasuki atau dicapai oleh orang
biasadariluarkeraton.
Berbeda dengan hal di atas, resis
tensi terhadap budaya elit priyayi oleh
elit priyayi itu sendiri tampak pada to
kohPutriParasidalamGadisTangsidan
tokoh Darwan dalam Mencari Sarang
Angin. Resistensi yang dilakukan oleh
PutriParasiialahkesediaannyamening
galkanistanauntukmengikutisuaminya
yangbertugasditangsiLorongBelawan.
Dengan meninggalkan istana, mening
galkankemewahan,kebangsawanan,ke
kayaan,dankeagunganberartiiaberani
melawan adatistiadat yang dipegang
kuatolehtradisikeraton.Halinitampak
padakutipanberikut.

Tidak bisa lain, keluarga bangsawan


Jayaningratan terpaksa menuruti ke
mauan Gusti Bendara Raden Ayu Kus
ParasiSarjubehi.Makaiapunpindahke
Medan hanya ditemani oleh Ninek
Jidan, pengasuhnya sejak bayi. Suami
nya, setelah menyiapkan loji di Tangsi
Lorong Belawan, disuruh menjemput
keSurakarta.
Selamat tinggal kemewahan, kebang
sawanan,
kekayaan,
keagungan

Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)

hidupyangkeropos.(Brata,2004:110)

Hal serupa tampak pada tokoh


Darwan dalam Mencari Sarang Angin.
Kepergian Darwan ke Surabaya untuk
mencari sarang angin (menjadi war
tawan yang bergaji kecil) dan bersedia
hidup susah sebagaimana dialami oleh
rakyat biasa berarti ia telah berani me
lawanbudayafeodalyangselamainite
lahmendidiknya.Halitubukanlahtanpa
tujuan karena melalui tindakan itu
Darwaninginmenerapkanpengetahuan
modernnyabahwasesungguhnyamanu
sia hidup di dunia harus memperoleh
hakhidupyangsama.
Demikian agaknya resistensi yang
direpresentasikan oleh Suparto Brata
dalam novelnovelnya. Kalau dilihat se
carakeseluruhansebenarnyabentukre
sistensiitutidakdirepresentasikanseca
ra radikal karena bagaimanapun, baik
Belanda, Jepang, maupun elit keraton,
samasama memiliki kelebihan dan ke
kurangan. Baik langsung maupun tidak
Belanda, Jepang, dan elit keraton juga
memberikanandilbagikemajuanpribu
mi, demikian juga sebaliknya. Belanda,
misalnya, dianggap sebagai jembatan
bila seseorang ingin maju dan sebagai
sumber keteraturan, begitu pula Jepang
yangdinilaisebagaipenjajahyangmem
percepat pribumi menjadi pintar akibat
pendidikan (ketentaraan) yang diberi
kan olehnya. Karena itu, melalui novel
novelnya, Suparto Brata berusaha men
ciptakansisilainsebagaiupayamembe
baskanmanusia(masyarakat)darisega
la bentuk kesengsaraan dan ketidak
adilan.PerhatikanungkapandalamMen
cariSarangAnginberikut.

...Fanatiktidakmaumemahamikenya
taan hidup dari sudut pandang orang
lain? Itulah kebodohan bangsa. Kalau
mau memakmurkan negeri, mau me
nyejahterakan bangsa, kebodohan itu
lah yang harus diberantas. Bangsa
diberipendidikanberbahasayangbaik,

bertingkahyangbudiman,danberilmu
pengetahuanyangluas,sertadibudaya
kanmembacadanmenulis.Bukanme
nyamaratakankayamiskindanmenye
ragamkanpahamataukepercayaanhi
dup melalui perebutan kekuasaan dan
tindakan keras begini. Paham dan ke
percayaanhiduptidakbisadipaksakan
kepada setiap orang karena tiap anak
bangsabebasmemilihdanpunyabuda
yasendiriyangtumbuhdarihatinura
ni....(Brata,2005:711)

Dari kenyataan demikian akhirnya


dapat dikatakan bahwa resistensi yang
dilakukanSupartoBrataadalahresisten
si yang ambivalen karena perlawanan
yang ditekankan olehnya adalah perla
wanan terhadap kebodohan setiap
orang(setiapanakbangsa).Bertolakda
ri adanya kebodohan itulah Suparto
Brata, baik tersirat maupun tersurat,
menganjurkanagarsetiaporang,terma
sukkita(kaumpribumi),banyakbelajar
dan terus belajar. Sebab, hanya dengan
belajar kita akan dapat meraih citacita,
dapat menyamakan diri dengan pihak
lain, tidak dikuasai atau dijajah pihak
lain.Anjuransepertiinimemangrealistis
karena tidak dipungkiri sampai saat ini
masih terus berlangsung beragam ben
tukpenjajahan,bukanhanyapenjajahan
politik melainkan juga penjajahan kul
tural.

SIMPULAN
Dariseluruhbahasandidepanakhirnya
dapat dinyatakan beberapa hal berikut.
Pertama, dalam konteks sastra Indo
nesiamodern,novelnovelSupartoBrata
dapat dikategorikan sebagai karya pas
cakolonial sehingga pemahaman terha
dapnya,antaralain,dapatdilakukande
ngan strategi pembacaan pascakolonial.
Hal yang menandai kategori itu ialah
bahwa di dalamnya dapat dikenali ada
nya representasi sikap, perilaku, dan
praktikpraktik kehidupan serta relasi
kuasayangmencerminkanbahwahalitu

159

ATAVISME,Vol.15,No.2,EdisiDesember2012:147161

merupakan dampak dari imperialisme


(Barat) dan kolonialisme (terutama Be
landa).Kedua,ditinjaudarisudutpraktik
kekuasaanyangdirepresentasikan(yang
mencakupi eksotisme, bahasa, identitas,
danresistensi),dapatdinyatakanbahwa
SupartoBratamenyajikanhalitusecara
lebihterbukasehingga,konsekuensinya,
menjadi ambigu. Ambiguitas ini, di satu
sisimenjadisuatukelebihan,tetapidisi
silainmenjadikelemahan.Kelebihanitu
dapatdicermatimelaluisuatukenyataan
bahwa memang kecenderungan domi
nandalamsuaturelasikekuasaanadalah
sangat sulitbahkan tidak mungkin
dihindarkan;danwalaudisatusisiharus
dilawan tetapi di sisi lain juga dibutuh
kan.Analogidemikianmemberigambar
an bahwa Indonesia barangkali tidak
akandapatmenjadisepertisekarangjika
padamasaitutidakadapenjajahan,be
gitupunsebaliknya.Sementaraitu,kele
mahannya, berkat ambiguitas tersebut,
novelnovelSupartoBratatampaktidak
tegas dalam memberikan ruang bagi
kaum subaltern untuk bersuara dan
memperjuangkan hak dan kedudukan
sebagaimana diharapkan oleh Gayatri
Chakravorty Spivak. Kendati demikian,
bahasan di atas cukup menjadi bukti
bahwa kehadiran novel karya Suparto
Bratamemperkayakhazanahsastrapas
cakolonialdiIndonesia.

DAFTARPUSTAKA

Allen,Pamela.2004.MembacadanMembaca
Lagi. Diterjemahkan oleh Bakdi
Sumanto dari buku Reading Matters:
AnExaminationofPluralityofMeaning
in Selected Indonesian Fiction 1980
1995 (1999). Magelang: Indonesia
Tera.
Ashcroft, Bill, Gareth Griffiths, Helen Tiffin.
2003.MenelanjangiKuasaBahasa:Teo
ridanPraktikSastraPoskolonial.Diter
jemahkanolehFatiSoewandidanAgus
MokamatdaribukuTheEmpireWrites

160

Back:TheoryandPracticeinPostcolo
nialLiteratures(1989).Yogyakarta:Ka
lam.
Azevedo, Rui Vitorino. 2010. The Other in
Me: The In Between Identities of Two
Immigrant Autobiographers. Babil
nia: Revista Lusfona de Lnguas, Cul
turaseTraduo,Num.89,p.1126.
Barbour, John D. 2007. Edward Said and
The Space of Exile. Literature & Theo
logy,Vol.21.No.3,September2007,p.
293301.
Barry, Peter. 2010. Beginning Theory: Peng
antar Komprehensif Teori Satra dan
Budaya. Diterjemahkan oleh Harviyah
Widiawati dan Evi Setyarini dari buku
Beginning Theory, an Introduction to
LiterarydanCulturalTheory(Manches
terUniversityPress,1995).
Bogdan, Robert and Steven J. Taylor. 1992.
IntroductiontoQualitativeResearchMe
thods:APhenomenologicalApproachto
The Social Sciences. New York: John
Wiley&Sons.
Brata, Suparto. 2002. Saksi Mata. Jakarta:
Kompas.
.2004.GadisTangsi.Jakarta:Kompas.
.2005. Mencari Sarang Angin. Jakarta:
Grasindo.
.2006. Kerajaan Raminem. Jakarta:
Kompas.
.2007. MahligaidiUfukTimur.Jakarta:
Kompas.
.2009. Republik Jungkir Balik. Yogya
karta:Narasi.
Edkins, Jenny and William, Nick Vaughan
(Ed.). 2009. Critical Theorists and Inte
rnational Relations. London and New
York:Routledge.
Faruk.2007.BelengguPascaKolonial:Hege
monidanResistensidalamSastraIndo
nesia.Yogyakarta:PustakaPelajar.
Foulcher, Keith dan Tony Day. 2008. Sastra
Indonesia Modern: Kritik Postkolonial.
Edisi Revisi Clearing a Space. Jakarta:
KITLVdanObor.
Jedamski, Doris. 2009. Chewing Over the
West: Occidental Narratives in Non
WesternReadings.NewYork:Rodopi.
Maleki, Nasser & Navidi, Maryam. 2011.
Etude Postcolonial: En Mettant a
Lavant Les Choses Dachebe Fall. Ca
nadian Social Science, Vol. 7, No. 6, p.

Eksotisme,Bahasa,Identitas...(TirtoSuwondo)

1015.CanadianAcademyofOriental
andOccidentalCulture.
Mawadah,AdeHusnul.2010.SemangatNa
sionalisTokohTeyidalamGadisTangsi
karyaSupartoBratadiAntaraMasyara
kat Multikultur. Diposkan dalam La
manolehSupartoBrata,17Juni2010.
Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional:
DariKolonialismesampaiKemerdekaan.
Yogyakarta:LkiSPelangiAksara.
Pinto, Pacheco Marta. 2010. Postcolonial
Language: Rejection and Subversion.
Babilnia: Revista Lusfona de Lnguas,
Culturas e Traduo, Nm. 89, p.
6583.
Puryanti,Lina.2005.MencariSarangAngin:
Modernitas dan Lokalitas, Perspektif
Pascakolonial.Naskahlomba esaisas
tra antardosen Fakultas Sastra UNAIR.
Tidakditerbitkan.
Ryan, Michael. 2011. Teori Sastra: Sebuah
Pengantar Praktis. Diterjemahkan oleh
BethariAnissaIsmayasaridaribukuLi
terary Theory:APracticalIntroduction
(BlackwellPusblishing,Oxford,2007).
Said, Edward W. 2010. Orientalisme: Meng
gugat Hegemoni Barat dan Menduduk
kan Timur sebagai Subjek. Diterjemah
kan oleh Ahmad Fawaid dari buku
Orientalism(1978).Yogyakarta:Pusta
kaPelajar.
Spivak, Gayatri Chakravorty. 1988. Can the
Subaltern Speak? In Cary Nelson and
LawrenceGrossberg(ed.).Marxismand

the Interpretation of Culture. Urbana:


UniversityofIllionisPress.
Sungkowati, Yulitin. 2007. Mencari Sarang
Angin. Diposkan dalam Laman oleh
SupartoBrata,4Oktober2008.
.2011.CitraBelandadalamKaryaPro
sa Suparto Brata. Diposkan dalam La
man oleh Suparto Brata, 14 Februari
2011.
Syazliyati Ibrahim, Razanawati Nordin, Nor
Aslah Adzmi. 2009. Malay Womens
Responses to a Changing World: A
FeministPostcolonialReadingofEllina
binti Abdul Majids Perhaps in Para
dise. Canadian Social Science, Vol. 5,
No. 5. Canadian Academy of Oriental
andOccidentalCulture.
Triulzi,Alessandro.2006.TheReturnofCo
lonial Memories in Postcolonial Italy.
Interventions,Vol.8,No.3.
Watson, C.W. 1972. The Sociology of Indo
nesian Novel 19201955. A Thesis
submitted for the degree of Master of
Arts.UniversityofHull.
Winet, Evan Darwin. 2010. Indonesian Post
colonial Theatre: Spectral Genealogies
and Absent Faces. New York: Palgrave
MacMillan.
Zhaoguo,Ding.2011.OnResistanceinAnti
Colonial Marxist Writings. Canadian
Social Science, Vol. 7, No. 1, p. 3848.
Canadian Academy of Oriental and
OccidentalCulture.

161

162

Anda mungkin juga menyukai