Anda di halaman 1dari 1

Bukti kenabian dan kerasulan

Kenabian bukanlah suatu tujuan yang dapat diraih dengan cara tertentu serta stastus
sebagai nabi dan rasul tidak bisa pula diusahakan oleh siapapun. Kenabian diberikan oleh
Allah kepada manusia yang menjadi pilihannya.Sebelum mengangkat sesorang menjadi
utusan dan pembawa berita ketuhanan, Allah telah mempersiapkanya dan memberikan
karakter-karakter unik dan sifat-sifat mulia yang tidak sembarangan orang
menyandangnya. Keunikan tersebutlah yang membedakanya dengan manusia-manusia
lainya, selain itu nabi dan rasul di dalam menyampaikan ajarannya selalu mendapatkan
tantangan dari masyarakatnya. Misalnya, ajarannya dianggap obrolan bohong, bahkan
dianggap sebagai tipu daya (sihir). Lihat QS al-Anfal (8): 31, Shad (38): 1-4, al-Zukhruf
(43): 30 dan lain-lain. Untuk membuktikan kerasulan tersebut sekaligus membantah
tuduhan para penantangnya, lalu nabi diberi kelebihan (mukjizat) berupa peristiwa besar
yang luar biasa. Peristiwa inilah yang disebut dengan mukjizat.Kata mukjizat berasal dari
kata bahasa Arab yang berarti melemahkan, dari kata ajaza (lemah). Dalam aqidah Islam
mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan yang
digunakan untuk mendukung kerasulan seorang rasul, sekaligus melamahkan lawanlawan para rasul.
Para nabi memiliki mukjizat yang berbeda sesuai dengan kondisi masyaraktnya. Nabi
Musa, karena masyarakatnya sangat ahli dalam ilmu sihir, maka mukjizatnya ialah
kemampuan merubah tongkat menjadi ular besar, yang mampu menelan semua ular yang
dimunculkan para penyihir Firaun. Nabi Isa, karena masyarakatnya ahli di bidang
pengobatan, mukjizatnya ialah kemampuan menyembuhkan orang buta sehingga mampu
melihat kembali. Sedangkan nabi Muhammad, karena masyarakatnya ahli dalam bidang
sastra, maka mukjizatnya ialah al-quran, yang melebihi sastra Arab gubahan para
sastrawan yang dianggap tidak ada yang mampu menyaingi al-quran ketika itu.Khusus
mukjizat nabi Muhammad dalam bentuk al-Quran, dimaksudkan kecuali sebagai
penantang kemampuan sastrawan Arab, juga dimaksudkan agar mukjizatnya bersifat
lestari sesuai dengan posisi yang dibawanya (Islam) sebagai agama terakhir, sehingga
kemukjizatanya dapat disaksikan sampai saat ini

Anda mungkin juga menyukai