TESIS
Oleh
IKA SAFITHRI
067005033/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
TESIS
Oleh
IKA SAFITHRI
067005033/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Direktur,
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRAK
Perkembangan komunitas dengan aktivitasnya pada masa sekarang ini
semakin mengglobal, dan ini dijembatani oleh adanya arus informasi dan komunikasi
yang telah mencapai keadaan tanpa batas. Pada saat banyak perusahaan menjadi
semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan
lingkungan sekitarnya dapat terjadi. Karena itu muncul pula kesadaran untuk
mengurangi dampak negatif ini. Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa
yang disebut Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban kewajiban ekonomis dan legal tetapi
juga kewajiban kewajiban terhadap pihak pihak yang berkepentingan
(stakeholders). Tanggung jawab sosial perusahaan meliputi tanggung jawab sosial,
ekonomi dan lingkungan. Dalam penulisan tesis ini terdapat 3 (tiga) permasalahan
yaitu : bagaimana konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dalam etika bisnis
dan perusahaan dan bagaimana peranan pemerintah, perusahaan dan masyarakat
sebagai kemitraan tripartit dalam penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
berdasarkan Undang - undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, serta
bagaimana pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Undang - undang
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Penelitian yang dilakukan bersifat metode normatif kualitatif karena
penelitian ini bertitik tolak dari peraturan peraturan yang ada sebagai normatif
hukum positif berdasarkan pada peraturan perundang undangan yang berkaitan
dengan pengaturan Corporate Social Responsibility.
Pengaturan Corporate Social Responsibility telah diatur dalam Undang
undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagaimana yang dikenal
dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Pasal 74 memuat unsur
kewajiban bagi perseroan yang bergerak di bidang pengelolaan atau berkaitan dengan
sumber daya alam, dianggarkan sebagai biaya yang dilakukan dengan memperhatikan
aspek kepatutan dan kewajaran serta bagi pelanggarnya dikenai sanksi dan
pengaturan lebih jauh akan dituangkan dalam suatu peraturan pemerintah. Hingga
saat ini Peraturan Pemerintah tersebut belum diterbitkan dan masih dalam tahap
perumusan. Pemerintah masih berupaya mencari titik keseimbangan yang paling
sesuai agar kalangan dunia usaha tidak sampai dirugikan dan masyarakat setempat
juga mendapatkan keuntungan. Implementasi CSR membutuhkan kerjasama yang
disertai transparansi dan akuntabilitas dari semua pihak yaitu pemerintah, perusahaan
dan masyarakat sebagai kemitraan tripartit khususnya bagi Pemerintah sebagai
pembuat regulasi diharapkan mampu menjembatani kepentingan dan memberi rasa
keadilan bagi pelaku bisnis dan masyarakat termasuk dengan menerbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) yang diharapkan pengaturannya dengan bijak sehingga mampu
menciptakan iklim usaha yang kondusif di Indonesia.
Kata kunci : tanggung jawab sosial perusahaan, perseroan terbatas
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRACT
Growth of community with the activity at a period of this time progressively
global, and linked by existence of communications and information current which
have reaching situation of borderless. At the time of many corporates become
progressively grow, hence at that moment also difference of social and damage of
environment can happened. In consequence emerge awareness for lessening this
negative impact. Now, many private enterprises develop what called as Corporate
social responsibility. Corporate is not only having obligation - legal and economic
obligation but also obligations to the interested parties (stakeholders). Corporate
social responsibility includes social, economic and environmental responsibility. In
this writing of thesis there are 3 ( three) problems those are : how concept Corporate
Social Responsibility (CSR) in company and business ethics and how role of
government, public and corporate as tripartit partnership in applying of Corporate
Social Responsibility (CSR) based on The Act No. 40/2007 concerning Limited
Liability, and also how arrangement of Corporate Social Responsibility (CSR) at The
Act No. 40/2007 concerning Limited Liability.
This research has done by qualitative normative method which starting from
regulations as normative of positive law based on regulation related to arrangement of
Corporate Social Responsibility.
Arrangement Of Corporate Social Responsibility have been arranged at
The Act No. 40/2007 concerning Limited Liability as which recognized with
Corporate Social and Environmental Responsibility in Article 74 explains obligation
element for corporation which active in management or relating to natural resources,
budgeted as expense of which done by paying attention to aspect " proper and equity"
and also for the trespasser hit by arrangement and sanction will be regulated in one
regulation of government. Until now, the government regulation not yet been
published and still in formulation phase. Government still look for point of most
appropriate balance so that corporate do not be harmed and local public also get
advantage. Implementation of CSR requires accompanied by cooperation is
accountability and transparency from all party (government, public and corporate as
tripartite partnership specially for government as regulator is expected can link
importance and give sense of justice for public and corporate by publishing
Government Regulation (PP) which expected is the arrangement wisely so that can
create condusive business climate in Indonesia.
keyword : corporate social responsibility, limited liability
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga tesis ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat kekurangan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta terdapat
penelitian-penelitian lain yang lebih baik dan relevan dengan tesis ini pada masa
yang akan datang.
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan karena dukungan
dan bantuan berbagai pihak, untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada :
1. Bapak Prof.Chairuddin P.Lubis, DTM&H., SPA(k)., selaku Rektor USU
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
USU
3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH., selaku Ketua Program Magister Ilmu
Hukum Sekolah Pascasarjana USU dan juga selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan Penguji
4. Ibu Prof. Dr. Ningrum N. Sirait, SH, MLI, selaku Anggota Komisi Pembimbing
dan Penguji
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
5. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum., selaku Sekretaris Program Magister Ilmu Hukum
Sekolah Pascasarjana USU dan juga selaku Anggota Komisi Pembimbing dan
Penguji
6. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH., selaku Anggota Komisi Penguji
7. Bapak Dr. Mahmul Siregar., SH., M.Hum., selaku Anggota Komisi Penguji
8. Para Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengarahan kepada Penulis selama
menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
9. Seluruh pegawai Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara atas segala pelayanan dan dorongan kepada Penulis
10. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT. Telkom) Kantor Divisi Regional I
Sumatera khususnya Bapak Dirwandi, Manager CDC Divre I PT. Telkom dan
Bapak Endang S. Rochman serta seluruh staf PT. Telkom yang telah membantu
penulis dalam melakukan penelitian di Kantor Divisi Regional I Sumatera PT.
Telkom
11. Bapak Jonner Simatupang selaku pimpinan PT. Berkatkurnia Mitraabadi dan
seluruh staf yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini
12. Seluruh pimpinan dan staf pendidik di YP. Darul Ilmi Murni dan Kartanegara
yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis
13. Kedua Orang tua penulis, Karimuddin dan Elida, yang tercinta atas doa dan
dorongan motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tesis ini
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
14. Kedua adikku tersayang, Kiki Rimelda dan Minda Kartika yang telah mendukung
dan membantu dalam penyelesaian tesis ini
15. Seluruh keluarga besar M. Ali Syamsuddin (Alm) dan Masud Sumarsono (Alm)
yang telah memberikan dukungan, bantuan bagi penulis hingga dapat
menyelesaikan tesis ini
16. Seluruh rekan rekan dan sahabat sahabat yang tidak dapat disebutkan
namanya satu per satu, untuk semua dukungan, bantuan dan dorongan motivasi
kepada penulis
Akhirnya Penulis menyadari atas segala kekurangan dan keterbatasan ilmu
sehingga Penulis memohon maaf dengan segala kerendahan hati dan berharap
penelitian tentang tanggung jawab sosial perusahaan bermanfaat bagi para pembaca
tesis ini.
Medan,
Agustus 2008
Penulis,
Ika Safithri
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ika Safithri
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.........................................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................................
ii
iii
vi
vii
xi
xii
BAB I :
PENDAHULUAN .......................................................................
14
14
15
16
17
35
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
BAB II :
BAB III :
38
38
47
57
66
66
71
89
94
94
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
BAB V :
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
1.
101
2.
107
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1.
62
2.
72
3.
141
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISTILAH
1. Beleid : kebijakan
2. Community Development : pemberdayaan masyarakat, kegiatan
pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan
diarahkan untuk memperbesar akses komunitas guna mencapai kondisi
sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sosial sebelumnya.
3. Corporate Social Responsibility : komitmen dunia usaha untuk teus menerus
bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk
peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas
lokal dan masyarakat secara lebih luas
4. Dow Jones Sustainability Index : indeks yang memberi gambaran mengenai
10% perusahaan teratas di tiap kategori industri berkenaan dengan
keberlanjutan. Informasi yang diberikan pada para penanam modal
meliputi kinerja manajemen dan peluang keberlanjutan perusahaan
perusahaan itu.
5. Filantropi : tujuan tujuan sedemikian rupa yang telah dilakukan sedemikian
luasnya melebihi pemberian yang hanya bertujuan untuk amal semata
sehingga tujuan filantropi tidak perlu melembaga suatu derma. Filantropi
cakupannya lebih luas melebihi tujuan tujuan yang bukan hanya secara
teknis bersifat amal
6. Fiqh Muamalah : bagian dari hukum Islam yang mengatur hubungan antara
seseorang dan orang lain, baik seseorang itu pribadi tertentu maupun
berbentuk badan hukum
7. Free Rider : pihak pihak yang mengambil kesempatan untuk kepentingan
pribadi dengan melakukan penyalahgunaan wewenang
8. FTSE4 Good : satu seri pembanding (benchmark) serta indeks panduan para
pemilik modal ke perusahaan perusahaan pemilik kinerja CSR yang
tinggi. Perbandingan dan indeks yang dipergunakan terutama berkaitan
dengan kinerja keberlanjutan lingkungan, hubungan dengan para
pemangku kepentingan serta penegakkan HAM
9. Global Compact : standar sukarela code of conduct bagi perusahaan yang
dikeluarkan PBB
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Milton Friedman 1, sang ekonom pemenang hadiah Nobel, bersikap pesimis
atas segala upaya menjadikan perusahaan sebagai alat tujuan sosial. Tujuan korporasi,
menurutnya, hanyalah menghasilkan keuntungan ekonomi bagi pemegang sahamnya.
Jika korporasi memberikan sebagian keuntungannya bagi masyarakat dan lingkungan,
maka korporasi telah menyalahi kodratnya begitu tambah Joel Bakan dalam bukunya,
The Corporation, apapun cara akan dipakai korporasi untuk mencari laba setinggitingginya. 2
Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab sosial dari bisnis
merusak sistem ekonomi pasar bebas. Doktrin ini juga bersifat ancaman terhadap
masyarakat yang bebas dan demokratis. Kemudian Friedman menyatakan, yang
dikutip dari bukunya Capitalism and Freedom, bahwa dalam masyarakat bebas :
terdapat hanya satu tanggung jawab sosial untuk bisnis, yakni memanfaatkan
sumber daya alam dan melibatkan diri dalam kegiatan kegiatan yang bertujuan
meningkatkan keuntungannya, selama hal itu sebatas aturan aturan main, artinya,
1
Milton Friedman (1912- ) adalah profesor emeritus dari Universitas Chicago dan pemenang
hadiah Nobel bagian ekonomi pada tahun 1976. Milton Friedman adalah pelopor utama dari
neoliberalisme, aliran dalam ekonomi yang ingin sedapat mungkin menerapkan pemikiran liberalisme
klasik (Adam Smith) pada abad ke 20. Milton Friedman telah merumuskan pandangannya tentang
tanggung jawab sosial perusahaan dalam bukunya, Capitalism and Freedom (1962), tetapi yang
menjadi terkenal dalam konteks ini adalah tulisannya yang dimuat dalam New York Times Magazine,
13 September 1970, dengan judul The social responsibility of business is to increase its profits.
2
Siti Maemunah, Negara Lemah, CSR Menguat, Forum Keadilan No.22, tanggal 23
September 2007, hal. 46.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
melibatkan diri dalam kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa penipuan dan
kecurangan. 3 Bahkan, Milton Friedman mengungkapkan bisnis dari bisnis hanyalah
bisnis (The business of business is business). Tanggung jawab sosial hanya ada pada
individu dan tidak melekat pada perusahaan sebab tanggung jawab perusahaan adalah
menghasilkan keuntungan yang sebesar besarnya bagi pemegang saham. 4
Jika dipandang dari segi moral hakikat manusia maupun hakikat kegiatan
bisnis itu sendiri, diyakini bahwa tidak benar kalau para manajer perusahaan hanya
memiliki tanggung jawab dan kewajiban moral kepada pemegang saham. Para
manajer perusahaan sebagai manusia dan sebagai manajer sekaligus mempunyai
tanggung jawab dan kewajiban moral kepada banyak orang dan pihak lain yang
berkaitan dengan kegiatan dan operasi bisnis perusahaan yang dipimpinnya. Para
manajer perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kewajiban moral untuk
memperhatikan hak dan kepentingan karyawan, konsumen, pemasok, penyalur,
masyarakat setempat, dan seterusnya. Singkatnya, tanggung jawab dan kewajiban
moral para manajer perusahaan tidak hanya tertuju kepada shareholders (pemegang
saham) tetapi juga kepada stakeholders pada umumnya. 5
Perusahaan itu sesungguhnya tidak hanya memiliki sisi tanggung jawab
ekonomis kepada para shareholders seperti bagaimana memperoleh profit dan
menaikkan harga saham atau tanggung jawab legal kepada pemerintah, seperti
3
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya : 21), (Yogyakarta : Kanisius,
2000), hal.294.
4
Sri Hartati Samhadi, Etika Sosial Perusahaan Multinasional, Harian Kompas,
tanggal 4 Agustus 2007.
5
Erni R. Ernawan, Business Ethics : Etika Bisnis, (Bandung : CV. Alfabeta, 2007), hal. 28.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, (Gresik : Fascho Publishing,
2007), hal. xxiii.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ibid., hal.4. Lihat Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hal 509 bahwa defenisi karitatif adalah bersifat memberi
kasih sayang.
8
Ibid., hal.5.
9
Lihat L.B. Curzon, Dictionary of Law, (England : Pearson Education Limited, 2002), hal.
317. Philanthropic purposes is gifts for philanthropic or similar purposes have been held to be wider
than gifts for charitable purposes so that they do not necessarily constitute a charity. It seems that
philanthropic is wide enough to comprise purposes not technically charitable (Tujuan tujuan
filantropi merupakan anugerah bagi filantropi atau tujuan tujuan serupa yang telah dilakukan
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor sektor produktif ke arah sektor
sektor sosial. Latar belakang perpindahan ini adalah kesadaran bahwa peningkatan
produktivitas hanya akan terjadi manakala variabel variabel yang menahan orang
miskin tetap miskin, misalnya pendidikan dan kesehatan dapat dibantu dari luar.
Berbagai program populis kemudian banyak dilakukan seperti penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan, kesehatan, air bersih dan banyak lagi kegiatan jenis lainnya.
Di era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep filantropisnya ke
arah Community Development (CD) yang makin berkembang ke arah pemberdayaan
masyarakat misalnya pengembangan kerjasama, memberikan ketrampilan dan
sebagainya. Dasawarsa 1990-an diwarnai dengan beragam pendekatan seperti
pendekatan integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society yang
mempengaruhi praktek Community Development (CD). Sehingga Community
Development (CD) menjadi suatu aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik
aktivitas produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi
berkembangnya keterlibatan berbagai pihak. 11
sedemikian luasnya melebihi pemberian yang hanya bertujuan untuk amal semata sehingga tujuan
tujuan filantropi tidak perlu melembaga suatu derma. Bahwa filantropi cakupannya lebih luas meliputi
tujuan tujuannya yang bukan hanya secara teknis bersifat amal).
10
Lihat Bambang Rudito dan Melia Famiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Indonesia, (Bandung : Rekayasa Sains, 2007), hal. 234 bahwa Arif Budimanta
menyatakan Community Development adalah kegiatan pembangunan komunitas yang dilakukan secara
sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses komunitas guna mencapai kondisi
sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan
pembangunan sosial sebelumnya. Perhatikan juga pendapat dari Bambang Rudito bahwa secara
hakekat, community development merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh
industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap komunitas lokal.
11
Yusuf Wibisono, Op.cit., hal. 5 6.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Pada tataran global, tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi (Earth Summit)
di Rio de Janeiro, Brazil, yang merumuskan adanya pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development) yang mencakup keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan
lingkungan. Bahkan CSR semakin berkembang setelah diselenggarakannya World
Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg, Afrika
Selatan, yang mengisyaratkan adanya suatu visi yang sama dalam dunia usaha yang
semakin menglobal ini yang mengarah pada liberalisme yang pengaruhnya bahkan
melewati batasan dari politik negara negara yang ada sehingga dalam pertemuan
tersebut tercetus adanya suatu kebersamaan aturan bagi tingkat kesejahteraan umat
manusia yaitu dimunculkannya konsep social sustainability, yang mengiringi dua
aspek
sebelumnya
(economic
dan
environment
sustainability).
Dengan
12
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
moon. Pertemuan itu bertujuan meminta korporasi menunjukkan tanggung jawab dan
perilaku bisnis yang sehat yang dikenal dengan corporate social responsibility. 13
Pemikiran yang mendasari CSR yang sering dianggap inti dari Etika Bisnis
adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban kewajiban ekonomis
dan legal tetapi juga kewajiban kewajiban terhadap pihak pihak yang
berkepentingan (stakeholders), karena perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan
memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain. CSR merupakan pengambilan
keputusan perusahaan yang dikaitkan dengan nilai nilai etika, dapat memenuhi
kaidah kaidah dan keputusan hukum dan menjunjung tinggi harkat manusia,
masyarakat dan lingkungan.
13
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
keanekaragaman hayati yang melimpah ruah seperti bahan tambang, minyak dan gas
bumi, serta hutan yang luas. Kasus ini bermula dengan berdirinya PT. Freeport
Indonesia pada tahun 1936 karena adanya penemuan hasil tambang di Gunung
Ertsberg (gunung biji). Kemudian dilakukan penanda-tanganan kontrak karya I
penambangan tembaga dan emas antara PT. Freeport Indonesia dengan pemerintah
Indonesia pada tanggal 7 April 1967. Keberadaan PT. FI mengganggu kehidupan
etnis masyarakat setempat karena Gunung Ertsberg merupakan tempat pemujaan bagi
masyarakat setempat. Bahkan, kegiatan PT. FI hanya menguntungkan perusahaan itu
sendiri. Rakyat Papua hanya menjadi pencari remah remah sisa pembuangan
produksi. Gunung dan hutan telah rusak akibat telah berubah fungsi mejadi konsensi
pertambangan. Padahal kehidupan masyarakat setempat sangat bergantung pada
alam. Meskipun adanya royalti PT. FI dan pemberian dana 1% dari keuntungan
PT. FI untuk kepentingan rakyat Papua namun kenyataannya hanya segelintir orang
yang menikmatinya. Rakyat Papua menghendaki dilakukannya reorganisasi kontrak
karya antara PT. FI dan pemerintah Indonesia. 16
Kasus lainnya yaitu keberadaan PT. Toba Pulp Lestari di desa Porsea,
Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, merupakan contoh ekspansi bisnis yang
langsung tidak diterima komunitas sekitarnya. Komunitas menilai perusahaan tidak
mampu memberikan yang sepadan kepada komunitas dan tidak signifikan
mengangkat perekonomian rakyat. Mengangkat perekonomian rakyat tentu saja tidak
sekedar mempekerjakan komunitas sekitar pada perusahaan karena daya tampung
16
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
perusahaan sangat terbatas dan biasanya untuk posisi yang tidak membutuhkan
kecakapan tertentu. PT. Toba Pulp Lestari sejak perencanaan pembangunan hingga
beroperasi selalu mendapat penolakan yang keras dari rakyat Porsea. Akhirnya pada
tahun 1998, PT. Indorayon Inti Utama, sebelum berganti nama menjadi Toba Pulp
Lestari, resmi ditutup. Pada Mei tahun 2003, pabrik pulp itu dibuka kembali dengan
nama PT. Toba Pulp Lestari. 17
Peristiwa ini memberikan sebuah pelajaran bahwa dampak negatif akan
selalu
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
lama guna mencegah penyakit anak anak di negara miskin serta kedua, Gates
Learning Foundation yang menyumbangkan komputer kepada perpustakaan umum di
Amerika Serikat. 18
Perlu disadari banyak manfaat yang akan diperoleh perusahaan yang
melakukan CSR antara lain dapat mempertahankan dan menaikkan reputasi dan
brand image perusahaan sehingga muncul citra yang positif dari masyakarat. Upaya
CSR mampu meningkatkan citra perusahaan dengan mempraktekkan karya ini yang
sering disebut corporate social perfomance (kinerja sosial perusahaan). Perusahaan
tidak hanya mempunyai kinerja ekonomis, tetapi juga kinerja sosial. Perusahaan
menyadari masih ada hal yang perlu diperhatikan daripada memperoleh laba sebesar
mungkin yakni mempunyai hubungan baik dengan masyarakat di sekitar pabrik dan
dengan masyarakat umum. 19
Manfaat terhadap citra perusahaan melalui kegiatan CSR telah dinikmati oleh
PT. Telkom, Tbk yang melakukan bentuk CSR melalui penyaluran dana kemitraan
secara bergulir kepada pengusaha kecil, menengah dan koperasi hingga Juni 2007
sudah mencapai 423,5 miliar dan terdapat 6.031 mitra binaan yang mendapat
pelatihan atau dana kemitraan dari PT. Telkom, Tbk. Saat ini cukup banyak
18
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
perusahaan lain yang melakukan kegiatan CSR melalui berbagai bentuk kegiatan dan
sasarannya.
20
Para pelaku usaha juga menyakini bahwa program CSR merupakan investasi
bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan.
Artinya, CSR tidak lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai
sentra laba (profit center) di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang
harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga
eksistensi perusahaan. 21
Suatu perusahaan tanpa didukung komunitas sekitar (no stakeholders friendly)
menyebabkan sustainability-nya akan terganggu. Oleh sebab itu perusahaan harus
membangun hubungan yang harmonis dengan komunitas tersebut berdasarkan konsep
dan mekanisme yang jelas tidak hanya didasari faktor charity atau program
20
Lihat Try Harijono, CSR Jangan Dipandang Derma, Harian Kompas, tanggal 4 Agustus
2007 menyebutkan bahwa Eddy Kurnia, Wakil Presiden Komunikasi Pemasaran dan Publik PT
Telkom, Tbk mengatakan :Bagi kami, CSR sudah merupakan corporate strategy. Jika masyarakat
tidak berkembang, perusahaan juga akan sulit berkembang. PT. Telkom, Tbk juga memiliki Peduli
Telkom, salah satunya melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) juga melakukan
berbagai kegiatan dengan fokus utama di bidang pendidikan. PT. Telkom, Tbk juga melakukan
pengadaan infrastruktur internet di 83.000 sekolah dalam program Internet Go to School dan
melakukan pelatihan teknologi dan komunikasi untuk 500 guru selama tahun 2006.
Lihat juga pada sumber yang sama bahwa Angky Camaro, Direktur Pelaksana PT. HM
Sampoerna Tbk., mengatakan Bagi kami, CSR sudah merupakan suatu kebutuhan. PT. Sampoerna
antara lain memberikan bea siswa pendidikan melalui Sampoerna Foundation. Demikian juga yang
dilakukan oleh PT. Kaltim Prima Coal (KPC), perusahaan pertambangan batu bara di kabupaten Kutai
Timur, menyisihkan dana sebesar 5 juta dollar AS sendiri dengan melakukan pembinaan masyarakat
sekitar hutan melalui pelatihan pertanian organik, pengembangan agrowisata dan pembibitan tanaman
tanaman lokal yang saat ini sudah mengoleksi 30 jenis buah khas Kalimantan Timur.
21
Yusuf Wibisono, Op.cit., hal. 35
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Parlindungan Purba, Konsep Dan Implementasi Program CSR Oleh Perusahaan Lokal,
disampaikan dalam rangka Focused Group Discussion (FGD) Corporate Social Responsibility (CSR)
berbasis HAM, oleh Sub komisi Ekosob Komnas HAM, tanggal 19 April 2007 di Garuda Plaza
Hotel, Jl. Sisingamangaraja No. 18 Medan, hal. 6 - 7
23
Yusuf Wibisono, Op.cit., hal. 6
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
perseroan belum mengatur CSR. Namun setelah tanggal 16 Agustus 2007, CSR di
Indonesia telah diatur dalam Undang undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang menggantikan Undang Undang No. 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disingkat dengan UU PT bahwa CSR yang
dikenal dalam Undang undang ini sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1 ayat 3
yang berbunyi : Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen
Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. 24
Bahkan Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan ini merupakan suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan bagi perseroan yang kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam karena telah disertai dengan sanksi
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 74 Undang undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.25
24
Undang - Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 ayat 3.
.
Ibid., lihat juga Pasal 74 yang berbunyi :
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran
Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah
25
(1)
(2)
(3)
(4)
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dalam etika bisnis
dan perusahaan ?
2. Bagaimana peranan pemerintah, perusahaan dan masyarakat sebagai
kemitraan tripartit dalam penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
berdasarkan UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ?
3. Bagaimana pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) pada UU
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang terdapat pada perumusan masalah di atas maka yang
menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dalam etika
bisnis dan perusahaan
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, yaitu :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para akademisi
maupun dan masyarakat umum serta diharapkan dapat memberi manfaat guna
menambah khasanah ilmu hukum secara umum dan hukum perusahaan secara
khusus di Indonesia.
2. Manfaat praktis
a. sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah/badan legislatif dalam
menentukan kebijakan maupun regulasi dalam upaya pengembangan hukum
nasional ke arah pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan.
b. sebagai informasi dan inspirasi bagi praktisi bisnis (para pelaku usaha,
pemegang saham, dan komisaris) bahkan investor untuk memahami
pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan serta melaksanakannya sebagai
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
E. Keaslian Penelitian
Menurut data yang ada berdasarkan pemeriksaan dan hasil hasil judul
penelitian yang ada pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU), tesis
mengenai Analisis Hukum terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility
(CSR) pada Undang undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
belum pernah dilakukan, hingga tesis ini ditulis, meskipun dalam bentuk makalah
pada seminar seminar, maupun dalam diskusi panel sudah pernah dilakukan
pembahasan atau diskusi.
Oleh karena itu, dapat dipertanggungjawabkan penulis bahwa tesis ini
memiliki keaslian dan sesuai dengan asas asas keilmuan yang harus dijunjung
tinggi yaitu jujur, rasional, objektif serta terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis
dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian penelitian ini
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
F. Kerangka Teori
Dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting sebagai sarana
untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal hal yang semula
tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu
sama
lain
secara
bermakna.
Teori
memberikan
penjelasan
melalui
cara
26
26
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 253
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
27
Ian Saphiro, Asas Moral dalam Politik, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia yang
bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan Freedom Institute, 2006), hal. 13.
Jeremy Bentham (1748 1832), karyanya Introduction to the Principles of Morals and
Legislation, pertama kali diterbitkan tahun 1789 adalah karya klasik yang menjadi rujukan (locus
classicus) tradisi utilitarian. Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti manfaat. Diktum
Bentham yang selalu dikenang, yakni bahwa mereka diharapkan mampu memaksimalkan kebahagiaan
terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
28
Ibid., hal.14
29
K. Bertens, Op.cit., hal. 67
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
(dari kata utilis berarti manfaat) sering disebut pula dengan aliran konsekuensialisme
karena sangat berorientasi pada hasil perbuatan. 30
Perlu dipahami kalau utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi
perbuatan dalam menilai baik buruknya. Kualitas moral suatu perbuatan baik
buruknya tergantung pada konsekuensi atau akibat yang dibawakan olehnya. Jika
suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling besar, artinya paling memajukan
kemakmuran, kesejahteraan, dan kebahagiaan masyarakat, maka perbuatan itu adalah
baik. Sebaliknya, jika perbuatan membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat,
perbuatan itu harus dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan di sini memang
menentukan seluruh kualitas moralnya. 31 Prinsip utilitarian menyatakan bahwa : An
action is right from an ethical point of view if and only if the sum total of utilities
produced by that act is greater than the sum total of utilities produced by any other
act the agent could have perfomed in its place. (Suatu tindakan dianggap benar dari
sudut pandang etis jika dan hanya jika jumlah total utilitas yang dihasilkan dari
tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas total yang dihasilkan oleh tindakan
lain yang dilakukan). 32
Penelantaran para penyandang cacat, eksploitasi kaum minoritas yang rentan,
ketidakotentikan, dan hilangnya otonomi adalah bahaya bahaya utilitarianisme yang
selalu ada, tetapi tidak merupakan daftar utama kekhawatiran Bentham ketika ia
memikirkan tentang redistribusi yang dapat memaksimalkan hasil bersih manfaat
30
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
sosial. Pertanyaan yang jelas mendesak bagi Bentham, mengingat besarnya kekayaan
yang dimiliki oleh segelintir orang dan begitu banyaknya kaum miskin pedesaan, juga
kaum miskin kota yang makin meningkat, adalah apakah redistribusi dari kaum kaya
ke kaum miskin akan menghasilkan hasil bersih perbaikan sosial?. Bentham
menjawab bahwa retribusi dari kaum kaya ke kaum miskin akan menghasilkan hasil
bersih perbaikan sosial, mengingat keyakinannya tentang apa yang kemudian dikenal
sebagai asas manfaat marjinal yang semakin menurun. Meskipun kekayaan
meningkatkan kebahagiaan, namun Bentham menekankan bahwa sepuluh ribu kali
jumlah kekayaan tidak akan membawa sepuluh ribu kali jumlah kebahagiaan.
Bahkan Bentham meragukan apakah itu akan membawa kebahagiaan dua kali lipat?.
Alasannya adalah bahwa dampak kekayaan dalam menghasilkan kebahagiaan terus
menurun ketika jumlah kekayaan yang diperoleh seorang meningkat: dengan kata
lain, jumlah kebahagiaan yang dihasilkan oleh suatu partikel kekayaan (setiap partikel
mempunyai besaran yang sama) akan semakin berkurang pada setiap partikel;
partikel kedua akan menghasilkan kebahagiaan yang lebih sedikit dibandingkan yang
pertama, yang ketiga lebih sedikit dari yang kedua, dan seterusnya. 33
Asas manfaat marjinal yang semakin menurun sejak itu menjadi standar
dalam ilmu ekonomi dan ekonomi politik. Jika segala sesuatu lainnya dianggap
setara, dengan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang sebagai tujuan,
33
Ian Saphiro, Op.cit., hal. 24. Pernyataan ini merupakan pernyataan Jeremy Bentham dalam
tulisannya The Psychology of Economic Man, dicetak ulang dalam W. Stark, ed., Jeremy Benthams
Economic Writings, vol.3 (London: George Allen & Unwin, 1954), hal. 113. Judul ini diberikan oleh
Stark untuk koleksi tulisan tulisan Bentham yang mempunyai pengaruh terhadap psikologi ekonomi.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
akan cukup alasan untuk mengambil kekayaan dari yang paling kaya dan
mengalihkannya ke orang yang kurang kaya sampai akhirnya keberuntungan semua
orang menjadi setara atau ketidaksetaraan yang ada begitu kecil perbedaannya dari
kesetaraan yang ada begitu kecil perbedaannya dari kesetaraan yang sempurna
sehingga perbedaan itu tidak ada artinya. Selanjutnya, Bentham menyatakan
Semakin besar kekayaan seseorang individu, semakin besar pula kemungkinan
bahwa, pengurangan sejumlah tertentu dari kekayaannya, sama sekali tidak berarti
ada yang dikurangkan dari jumlah kebahagiaannya. 34
Menurut teori ini suatu adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan. Jadi, utilitarisme ini tidak boleh dimengerti dengan cara egoistis. Dalam
rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.
Perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah
perbuatan yang terbaik. Mengapa melestarikan lingkungan hidup, misalnya,
merupakan tanggung jawab moral individu atau korporasi? Utilitarisme menjawab:
karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai
keseluruhan. Korporasi atau perusahaan tentu bisa meraih banyak manfaat dengan
menguras kekayaan alam melalui teknologi dan industri, hingga sumber daya alam
rusak atau habis sama sekali. Karena itu, menurut utilitarisme upaya pembangunan
34
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
35
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
39
Peter Pratley, Etika Bisnis (The Essence of Business Ethic), diterjemahkan oleh Gunawan
Prasetio, (Yogyakarta : Penerbit Andi bekerjasama dengan Simon & Schuster (Asia) Pte.Ltd, 1997),
hal. 191 192.
James Mill (1773 1836), ayah John Stuart Mill, adalah seangkatan dan menjadi pengikut
Bentham yang antusias, membesarkan anaknya, John Stuart Mill (1806 1873), dengan
mendokrinkannya paham utilitarianisme. Teori utiliarianisme eudaemonistik yang dipopulerkan oleh
John Stuart Mill memiliki kriteria tindakan utilitarianisme yang berbeda dengan teori utilitarianisme
hedonistik yang dipopulerkan oleh Jeremy Bentham yang mempertahankan hasil terakhir haruslah
kesenangan individual atau ketiadaan sakit. Kriteria utilitas hedonistik adalah kesenangan (Lihat juga
buku ini hal. 190)
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
akumulasi bagian bagiannya. Organisasi kolektif selalu ada karena manusia mau
dan dapat membantu mencapai sasaran kolektif. 40
Apabila kehidupan bisnis ingin berlangsung jangka panjang maka bisnis itu
harus memberi jawaban kepada kebutuhan masyarakat dan memberi masyarakat itu
apa saja yang dibutuhkan. Kesadaran sosial ini adalah suatu akibat dari suksesnya
suatu masyarakat di dalam memecahkan masalah ekonomi yang besar, yang bertitik
tolak dari kelaparan, penyakit dan kemiskinan. Untuk itu harus diberi defenisi dari
suatu hubungan baru antara dunia bisnis dan masyarakat untuk membawa kegiatan
usaha lebih dekat pada keinginan sosial sehingga mencapai suatu kehidupan yang
lebih bermutu. Pendapat lain mendukung pertanggungjawaban sosial dari dunia bisnis
ini adalah, bahwa kegiatan harus menciptakan gambaran atau lingkungan yang lebih
baik untuk bisnis. Manfaat keterlibatan bisnis dalam masalah sosial menghasilkan
kondisi lingkungan serta memberi hal yang positif bagi pengelolaan bisnis. 41 Adanya
konsep tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk utilitas perusahaan
yang mampu memberikan kesenangan atau kebahagiaan bagi masyarakat (society)
dan juga merupakan perbuatan etis karena konsekuensi perbuatannya memberi
manfaat kepada banyak orang.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab perusahaan
terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Jika berbicara tanggung
jawab sosial perusahaan, yang dimaksudkan adalah kegiatan kegiatan yang
40
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
42
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
45
Ditulis dalam Kerangka Acuan Focused Group Discussion (FGD) Corporate Social
Responsibility (CSR) berbasis HAM, dalam rangka Focused Group Discussion (FGD) Corporate
Social Responsibility (CSR) berbasis HAM, oleh Sub komisi Ekosob Komnas HAM, tanggal 19
April 2007 di Garuda Plaza Hotel, Jl. Sisingamangaraja No. 18 Medan, hal. 1-2
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders
baik secara internal maupun secara eksternal. 46
CSR merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi
secara legal untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas
hidup dari karyawan dan keluarganya beserta masyarakat secara lebih luas.
Pengertian ini sama dengan apa yang didefenisikan oleh The World Business Council
for Sustainable Development (WBCSD) 47, dalam publikasinya Making Good
Business Sense mendefenisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan :
Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic
development while improving the quality of life of the workforce and their families as
well as of the local community and society at large. (Adalah komitmen dunia usaha
untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
46
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan
masyarakat secara lebih luas). 48
Selanjutnya Weeden dan Svendsen menyatakan bahwa CSR berkembang
menjadi konsep yang mengandung gagasan tanggung jawab dunia usaha, yang
mengenal kinerja etis, ramah lingkungan, berjiwa sosial bisnis, dan mengutamakan
hubungan baik dengan semua stakeholders. 49
Di Indonesia, defenisi CSR secara etimologis kerap diterjemahkan sebagai
tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam konteks lain, CSR kadang juga disebut
sebagai tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung jawab sosial dunia usaha
(Tansodus). Namun umumnya, bila disebut salah satu darinya, konotasinya pasti
kembali kepada CSR. Kendatipun tidak mempunyai defenisi tunggal, konsep ini
menawarkan sebuah kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan. (konsep economic
sustainability, environment sustainability dan social sustainability). 50
Penerapan CSR harus dimulai dari komitmen dan pemahaman yang baik dari
pihak pengusaha bahwa setiap perusahaan mestilah mengembangkan kegiatan sosial
yang bukan hanya demi menjaga citra baik perusahaan, tetapi juga menjaga
kesinambungan (sustainability) usaha suatu perusahaan dengan membentuk suatu
relasi sosial yang kuat dengan masyarakat sekitarnya (kemitraan).
48
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Perusahaan kini juga harus berperan sebagai agen sosial perubahan. Ini cara
bijak menyelamatkan lingkungan dan sekaligus kelangsungan bisnisnya. Tujuannya
adalah agar perusahaan turut mengambil peran mengatasi kemiskinan dan
keterbelakangan masyarakat dimana perusahaan itu berdiri. Ini adalah konsekuensi
logis, karena pada saat itu swasta (baca : korporasi) menuntut peran negara direduksi
dalam bidang sipil. Latar belakangnya, adalah ketidakpuasan swasta akan lambannya
peran negara meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini terkait dengan alokasi
anggaran negara yang terbatas dan penyalurannya yang birokratis. 51 Sehingga
persoalan tanggung jawab sosial perusahaan ini harus dilihat secara realistis, jikalau
peran negara dalam bidang sipil direduksi, maka harus ada penambahan kewajiban
dan tanggung jawab pada korporasi. Dengan demikian adanya keseimbangan antara
kebebasan dan tanggung jawab.
Pada awalnya pelaksanaan CSR di Indonesia bersifat sukarela sehingga sangat
bergantung pada pimpinan puncak korporasi. Artinya, kebijakan CSR tidak selalu
dijamin selaras dengan visi dan misi korporasi. Jika pemimpin perusahaan memiliki
kesadaran moral yang tinggi maka korporasi tersebut menerapkan kebijakan CSR
yang benar. Sebaliknya, jika orientasi pimpinannya hanya berkiblat pada kepentingan
kepuasan pemegang saham serta pencapaian prestasi pribadi maka kebijakan CSR
hanya selalu sekedar kosmetik. Sifat CSR yang sukarela, absennya produk hukum
yang menunjang dan lemahnya penegakan hukum telah menjadikan Indonesia
51
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
sebagai negara ideal bagi korporasi yang memang memperlakukan CSR sebagai
kosmetik. Hal yang penting bagi perusahaan model ini hanyalah laporan tahunan
yang baik dan lengkap dengan tampilan aktivitas sosial serta dana program
pembangunan yang telah direalisasi. Padahal, program CSR sangat penting sebagai
kewajiban untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi kondisi kehidupan umat
manusia di masa mendatang. 52
Pelaksanaan CSR merupakan bagian dari Good Corporate Governance yang
selanjutnya dalam penulisan ini disingkat GCG. Hal ini disebabkan prinsip
responsibility sebagai salah satu dari prinsip GCG merupakan prinsip yang
mempunyai hubungan yang dekat dengan CSR. Penerapan CSR merupakan salah
satu bentuk implementasi dari konsep GCG sebagai entitas bisnis yang bertanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dalam berbagai peraturan perundangundangan, pelaksanaan tanggung jawab sosial sudah diatur dalam UU No. 19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan UU No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal. 53
52
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
perseorangan tidak memenuhi kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial akan dikenai sanksi
administratif.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
bagi perusahaan untuk mengalokasikan dana CSR. 54 Kekaburan lain dalam kaitan
dengan unsur wajib itu adalah digunakannya istilah kepatutan dan kewajaran
dalam pasal yang sama. Seandainya tidak didampingkan dengan unsur perintah,
paramater itu akan bisa sejalan dengan konsep sukarela. 55 Namun perhatikan
pendapat Hannah Griffhs yang mengklaim program CSR yang bersifat sukarela tidak
berjalan baik sehingga banyak perusahaan yang mengabaikan program CSR. Di
Inggris, misalnya, dari 350 perusahaan besar yang tergabung dalam The Financial
Times Stock Exchanges (FTSEs), hanya 79 perusahaan yang membuat laporan
tentang dampak sosial dan lingkungan dari praktik bisnisnya dan dari 61.000
perusahaan transnasional dan 900.000 perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan
transnasional, hanya 2.000 (3,2 persen) mempunyai laporan tentang dampak sosial
dan lingkungan. Supaya hal ini bisa berjalan, CSR perlu diperkuat dengan peraturan
yang mendorong perusahaan bisnis untuk serius menjalankannya. Kewajiban
korporasi melaksanakan CSR merupakan bentuk public accountability secara legal
ataupun etik. 56
Hal yang mesti diperhatikan juga bahwa pembuat UU PT ini mengarahkan
pemberlakuan TJSL hanya bagi perseroan yang bergerak di bidang Sumber Daya
Alam (SDA) atau yang berkaitan dengan kekayaan alam. Jika mengkhususkan pada
perseroan di sektor tersebut, bukankah sektor itu sudah sesuai dengan sifatnya telah
54
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
57
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
G. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif.
Penelitian hukum normatif didefenisikan sebagai penelitian yang mengacu
kepada norma norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang
undangan dan putusan pengadilan. Disebut juga penelitian hukum doktrinal
yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder. 62
62
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1988), hal. 10
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
BAB II
KONSEP CSR DALAM ETIKA BISNIS DAN PERUSAHAAN
63
M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2006),
hal. 4
64
Burhanuddin Salam, Etika Sosial : Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 1997), hal. 1
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
demikian, keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu memberi orientasi bagaimana
dan kemana kita harus melangkah dalam hidup
65
kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan secara heteronom. Etika
bermaksud
membantu
manusia
untuk
bertindak
secara
bebas
dan
dapat
65
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Sasaran etika adalah moralitas, yaitu suatu istilah yang dipakai untuk
mencakup praktek dan kegiatan yang membedakan apa yang baik dan apa yang
buruk, terpuji atau tercela, membahas masalah benar atau salah, wajar atau tidak,
tepat atau tidak, dan bertanggung jawab atau tidak, dan karenanya diperbolehkan atau
tidak, dari perilaku manusia. Selanjutnya etika bisnis membahas hal tersebut dalam
kaitannya dengan kenyataan konsep dan etika bisnis.
Bisnis adalah usaha atau proses pertukaran jasa atau produk dalam rangka
pencapaian nilai tambah. Etika Bisnis membahas masalah masalah dalam konteks
bisnis yang terkait dengan standar moral.
67
Etika bisnis adalah pengaturan khusus mengenai moral, benar dan salah.
Fokusnya kepada standar standar moral yang diterapkan dalam kebijakan
kebijakan bisnis, institusi dan tingkah laku. Dalam konteks ini etika bisnis adalah
suatu standar moral dan bagaimana penerapannya terhadap sistem sistem dan
organisasi melalui masyarakat modern yang menghasilkan dan mendistribusikan
barang dan jasa dan kepada mereka yang bekerja pada organisasi tersebut. Etika
bisnis, dengan kata lain adalah bentuk etika terapan yang tidak hanya menyangkut
analisis norma norma moral, tetapi juga menerapkan konklusi analisis ini ke
lembaga lembaga, teknologi, transaksi, aktivitas aktivitas yang kita sebut bisnis. 68
67
Robby I. Chandra, Etika Dunia Bisnis, (Yogyakarta : Kanisius, 1995), hal. 42-43
Bismar Nasution, Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, disampaikan pada
Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Masyarakat Lokal Wilayah
Operasional Perusahaan Persepektif Hak Asasi Manusia, diselenggarakan oleh Komisi Hak Asasi
Manusia, tanggal 23 Februari 2008, di Riau Pekanbaru, hal. 1-2
68
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Bisnis memang
69
Lihat juga Manuel G. Velasquez, Op.cit., hal. 9-11 bahwa adapun ciri ciri untuk
menentukan standar moral sebagai berikut :
1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang dianggap akan merugikan secara serius atau
benar benar akan menguntungkan manusia
2. Standar moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu. Standar moral
tidak dibuat oleh kekuasaan. Validitasnya terletak pada kecukupan nalar yang digunakan
untuk membenarkannya.
3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk kepentingan diri
4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak
5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.
70
A. Sonny Keraf, Op.cit., hal. 61-63
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
mempunyai etika. Untuk bisa melakukan suatu bisnis jangka panjang yang menjamin
keuntungan maksimal, bisnis pantas dilakukan dengan mengindahkan norma norma
yang berlaku yang dilandaskan pada norma norma moral, demi bisnis itu sendiri.
Keuntungan memang ada dalam masyarakat. Bisnis memang penuh dengan
persaingan, tetapi persaingan itu memang perlu dan keuntungan yang hakiki hanya
bisa diperoleh kalau kebaikan masyarakat diperhatikan secara keseluruhan.
Selanjutnya kalau bisnis mempunyai etika, maka pertanyaan yang timbul
adalah manakah norma norma atau prinsip etika yang berlaku dalam kegiatan
bisnis. Secara umum, prinsip prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia pada
umumnya. Demikian pula, prinsip prinsip itu sangat erat terkait dengan sistem nilai
yang dianut oleh masyarakat masing masing. Etika bisnis sebagai etika terapan
sesungguhnya merupakan penerapan dari prinsip prinsip etika pada umumnya. Oleh
sebab itu, tanpa mengesampingkan kekhasan sistem nilai dari setiap masyarakat
bisnis, secara umum dapat dikemukakan beberapa prinsip etika sebagai berikut : 71
1. Prinsip otonomi dan tanggung jawab
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan
kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Orang
yang otonom adalah orang yang sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi
kewajibannya dalam dunia bisnis, orang yang mampu mengambil keputusan
sendiri dan bertindak berdasarkan keputusan itu, karena ia sadar bahwa itulah
71
Ibid., hal. 70 - 76
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
yang baik. Untuk bertindak secara otonom maka dalam kerangka etika, kebebasan
adalah syarat yang harus ada agar manusia bisa bertindak secara etis. Namun,
kebebasan saja belum menjamin bahwa orang bisa bertindak secara otonom dan
etis. Otonomi mengandaikan juga adanya tanggung jawab. Orang yang otonom
adalah orang yang tidak saja sadar akan kewajibannya, melainkan orang yang
bersedia mempertanggung jawabkan keputusan dan tindakannya serta mampu
bertanggung jawab atas dampak dari keputusan itu baik kepada dirinya sendiri,
kepada orang orang yang mempercayakan seluruh kegiatan bisnis dan
manajemennya, kepada pihak pihak yang terlibat dengannya dalam urusan
bisnis dan kepada pihak ketiga, yaitu masyarakat seluruhnya yang secara
langsung maupun tidak langsung terkena akibat dari keputusan dan tindakan
bisnisnya. Kesediaan bertanggung jawab ini oleh Magnis Suseno disebut
sebagai kesediaan untuk mengambil titik pangkal moral. Artinya, dengan sikap
dan kesediaan inilah bisa dimungkinkan proses pertimbangan moral. Bahkan
prinsip yang lain baru bisa dijalankan jika ada kesediaan untuk bertanggung
jawab.
2. Prinsip kejujuran
Para praktisi bisnis dan manajemen mengakui bahwa kejujuran merupakan
suatu jaminan dan dasar bagi kegiatan bisnis yang baik dan berjangka panjang.
Kejujuran dapat terwujud dalam pemenuhan syarat syarat perjanjian dan
kontrak, dalam penawaran barang dan jasa, dalam hubungan kerja dalam
perusahaan. Kejujuran terkait erat dengan kepercayaan. Kepercayaan, yang
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
dibangun di atas prinsip kejujuran, merupakan modal dasar usaha yang akan
mengalirkan keuntungan berlimpah limpah.
3. Prinsip tidak berbuat jahat (non-maleficence) dan prinsip berbuat baik
(beneficence)
Kedua prinsip ini sesungguhnya berintikan prinsip moral sikap baik kepada
orang lain. Perwujudan prinsip ini mengambil dua bentuk. Pertama, prinsip
bersikap baik menuntut agar secara aktif dan maksimal berbuat hal yang baik bagi
orang lain. Kedua, dalam wujudnya yang minimal dan pasif, sikap ini menuntut
agar tidak berbuat jahat kepada orang lain. Secara maksimal pebisnis dituntut
untuk melakukan kegiatan yang menguntungkan bagi orang lain, tetapi kalau
situasinya tidak memungkinkan, maka titik batas yang masih ditoleransi adalah
tindakan yang tidak merugikan pihak lain. Pebisnis diharapkan memenuhi
kebutuhan masyarakat dan mitra bisnisnya secara maksimal mungkin.
4. Prinsip keadilan
Prinsip ini menuntut agar memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya.
Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai dilanggar. Prinsip ini mengatur
agar setiap orang bertindak sedemikian rupa sehingga hak semua orang terlaksana
secara kurang lebih sama sesuai dengan apa yang menjadi haknya tanpa saling
merugikan. Dasar pemikirannya, semua manusia pada hakikatnya mempunyai
nilai dan martabat yang sama, sehingga dalam situasi yang sama semua orang
pantas diperlakukan secara sama juga.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
72
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
3. Keadilan
Mengidentifikasi cara cara yang adil dalam mendistribusikan keuntungan
dan beban pada para anggota masyarakat. Biasanya masalah keadilan dapat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu : keadilan distributif (berkaitan dengan distribusi
yang adil atas keuntungan dan beban dalam masyarakat) dan keadilan retributif
(pemberlakuan yang adil pada pihak pihak yang melakukan kesalahan);
keadilan kompensatif (cara yang adil dalam memberikan kompensasi pada
seseorang atas kerugian yang mereka alami akibat perbuatan orang lain).
4. Perhatian (Caring)
Pandangan ini menekankan bahwa kita mempunyai kewajiban untuk
memberikan perhatian terhadap kesejahteraan orang orang yang ada di sekitar
kita, terutama yang mempunyai hubungan ketergantungan.
Jika diperhatikan secara seksama bahwa semua prinsip di atas didasarkan
pada satu paham filsafat yaitu hormat kepada manusia sebagai persona. Dalam
wujud lain, paham dasar ini dapat disejajarkan dengan apa yang disebut Golden Rule
(Aturan Emas/ Kaidah Emas). 73 Paham hormat kepada manusia sebagai persona
mengandung sikap dasar untuk memperlakukan manusia sebagai pribadi, yaitu
sebagai makhluk yang mempunyai nilai pada dirinya sendiri dan bukan hanya sekedar
alat untuk memperoleh keuntungan. Manusia dalam bisnis adalah pribadi yang luhur,
memperlakukan diri sendiri maupun orang lain yang terjabarkan dalam berbagai
prinsip etika bisnis di atas. Hal yang tidak etis jika kita merendahkan diri dan
73
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
membiarkan diri kita dituntut hanya untuk mengejar keuntungan dan lupa akan diri
sendiri. Sebaliknya, hal yang tidak etis juga jika kita merendahkan orang lain dan
memerasnya dengan menipu, berbuat curang, tidak bertanggung jawab, bersikap tidak
adil hanya untuk memperoleh keuntungan. 74
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan
konsep Iron Law of Social Responsibility.75
Defenisi CSR masih beragam dan memiliki perbedaan defenisi antara satu
dengan yang lainnya. Pada dasarnya, CSR mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan yang merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap para pihak lainnya
atau stakeholder, selain tanggung jawab perusahaan terhadap pemegang saham
(shareholder). Selanjutnya Merrick Dodd, menyatakan bahwa pengertian tanggung
jawab sosial perusahaan adalah : suatu pengertian tanggung jawab terhadap para
buruh, konsumen dan masyarakat pada umumnya dihormati sebagai sikap yang
pantas untuk diadopsi oleh pelaku bisnis.....76
Selanjutnya Saleem Sheikh menjelaskan bahwa CSR merupakan tanggung
jawab perusahaan, apakah bersifat sukarela atau berdasarkan undang undang, dalam
pelaksanaan kewajiban sosial ekonomi di masyarakat. Beliau mengamati bahwa
CSR meliputi 2 (dua) hal yang utama yaitu : corporate philanthropy (filantropi
75
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008),
hal. 37 bahwa dalam sumber tersebut, dinyatakan ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah
mengenai kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai nilai dan tujuan yang
hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Beliau menggunakan istilah
sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang
melampaui urusan kinerja finansial perusahaan.
Selanjutnya dalam konsep Keith David dikemukan bahwa penekanan pada tanggung jawab
sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan size atau besarnya perusahaan, studi ilmiah yang
dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin
besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung
jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakatnya.
76
Halyani Hj Hassan, Corporate Social Responsibility, disampaikan pada 5th Asian Law
Institute Conference, tanggal 22 23 Mei 2008, di Singapura, hal. 1 bahwa Merrick Dodd, proponent
of corporate social responsibility viewed that : A sense of social responsibility toward employees,
consumers, and the general public may thus come to be regarded as the appropriate attitude to be
adopted by those who are engaged in business
Halyani Hj. Hassan juga berpendapat bahwa CSR harus didukung dan dilihat sebagai suatu
konsekuensi alamiah bagi perseroan terbatas dan kepribadian hukum yang terpisah.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ibid.
Sri Hartati Samhadi, Ibid.
79
Philip Kotler dan Nancy Lee, Op.cit., hal.3
78
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
voluntary basic.
82
konsep
dimana perusahaan
A.B.Susanto, Loc.cit.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
(GCG),
Sustainable Development,
Protokol Kyoto,
Millenium
83
84
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
85
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
membahayakan
kemampuan
generasi
mendatang
untuk
memenuhi
86
87
Ibid., hal. 13 - 24
Ibid., hal. 27
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Pertemuan yang diadakan di Kyoto, Jepang pada bulan Desember 1997 mencetuskan sebuah
protokol yang kemudian dikenal dengan Protokol Kyoto dan terbuka untuk ditanda-tangani dari
tanggal 16 Maret 1998 sampai dengan 15 Maret 1999 di Markas Besar PBB, New York.
88
Ibid., hal. 30 - 32
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu
aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financial-nya saja, namun juga
harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Aliran pemikiran yang semakin
diminati dan semakin punya daya tarik untuk masa yang akan datang adalah aliran
yang menyakini bahwa kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). 89
Di Indonesia, beleid CSR lebih dikenal dengan Tanggung jawab Sosial dan
Lingkungan (TJSL) sebagaimana yang sudah termuat dalam Undang Undang
No. 40 Tahun 2007 sebagaimana yang telah disahkan oleh DPR dan pemerintah. UU
tersebut membuat kegiatan atau program TJSL menjadi wajib. Ketentuan itu
termaktub pada Pasal 74. Konsep CSR juga telah banyak berkembang di negara lain
dan bagi Indonesia mengadopsi CSR yang awalnya berkembang di negara kapitalis
karena menilai hal ini perlu diatur mengingat semakin besarnya jumlah perusahaan di
Indonesia yang menjalankan CSR setengah hati disertai kerusakan lingkungan yang
semakin parah. Jika melihat sasaran CSR yang memperhatikan aspek lingkungan dan
sosial maka kedua aspek tersebut yang memiliki kecenderungan sebagai latar
belakang pengaturan CSR di Indonesia yang lebih dikenal dengan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan. 90
89
Ibid., hal. 32 - 37
Kadin Anggap Pasal CSR dalam UUPT Tak Mendasar http://www.hukumonline.com/
detail.asp?id=18635&cl=Berita (diakses tanggal 11 Juli 2008) bahwa Notaris senior Partomuan Pohan
keukeuh CSR harus diatur dalam UU ini. Partomuan adalah salah satu konseptor UU PT yang
mewakili pihak pemerintah. Masih banyak perusahaan kakap setengah hati menjalankan CSR,
tuturnya. Lagipula, Partomuan menilai kini ada tren yang sedang berhembus, from voluntary to
mandatory. Meskipun dari pihak Kamar Dagang dan Industri keberatan dengan kewajiban melakukan
90
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
pengamat menyatakan CSR berhutang sangat besar pada konsep etika perusahaan
yang dikembangkan gereja Kristen maupun fiqh muamalah dalam Islam. Pada dekade
1980-an dunia Barat menyetujui penuh adanya tanggung jawab sosial itu. Tentu
dengan perwujudan berbeda di masing-masing tempat, sesuai pemahaman perusahaan
terhadap apa yang disebut tanggung jawab sosial. 91
Etika bisnis sebagai etika terapan sesungguhnya merupakan penerapan dari
prinsip prinsip etika pada umumnya. Konsep responsibility (tanggung jawab) dan
fairness (keadilan) merupakan prinsip-prinsip etika tersebut yang diimplementasikan
dalam wujud CSR. Oleh sebab itu, mengkaji konsep CSR berarti membicarakan
konsep tanggung jawab (responsibility) perusahaan dan perwujudan keadilan
(fairness) sebagai etika bisnis.
Responsibility, pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan yang berlaku, di antaranya termasuk masalah pajak, hubungan
industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup,
memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya.
Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa
dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan
92
91
92
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Diharapkan pula, fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan
memberikan jaminan perlakuan di antara beragam kepentingan dalam perusahaan. 93
Selanjutnya, perusahaan adalah perwujudan dari kepentingan manusia dalam
melakukan usaha sehingga sifat yang sama antara perusahaan dengan manusia. Sesuai
dengan teori realistis (teori organ) yang menganggap bahwa suatu perusahaan yang
berbadan hukum dalam suatu tata hukum sama saja layaknya dengan keberadaan
manusia selaku subjek hukum. Dalam hal ini, badan hukum tersebut bertindak
melalui organ organnya. 94 Hal ini juga didukung oleh pandangan kolektiktivitas
yang melihat pada sifat kolektif perusahaan yang bertahan pada moralitas sasaran,
strategi, prosedur dan pengendalian perusahaan. Paham ini menolak melihat
bagaimana seluruh organisasi ditunjang oleh manusia, yaitu individu individu yang
mampu memutuskan bagi mereka sendiri apakah dan bagaimanakah mereka
mematuhi persyaratan kolektif.
95
93
Ibid., hal. 12
Munir Fuady, Doktrin Doktrin Modern dalam Corporate Law, Eksistensinya dalam
Hukum Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 4
Lihat juga Pasal 1 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
menyatakan bahwa Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan
Komisaris.
95
Peter Pratley, Op.cit.,hal. 114.
Ibid., lihat juga pernyataan dari W. Michael Hoffman yang mengkritik pandangan
individualis (yang berlawanan dengan pandangan kolektif) yang mengatakan bahwa hanya manusia
individual yang bertanggung jawab secara moral berarti tidak mengakui bahwa kesatuan kolektif
seperti perusahaan, bala tentara, negara berbangsa tunggal, staf pengajar, dan panitia memang
menghasilkan hal hal dengan cara cara yang tidak hanya dapat direduksi atau dapat diterangkan
oleh kumpulan perilaku individual. Keseluruhan kesatuan kolektif lebih dari sekedar akumulasi dari
bagian bagiannya karena individu individu yang membentuk kumpulan tersebut (dan yang
tindakannya jelas jelas perlu bagi kelompok untuk bertindak) diatur dalam hal tujuan kooperatif,
sasaran, strategi, pernyataan misi, kebijakan, anggaran dasar yang kooperatif (atau apapun Anda
menyebutnya), yang memberi kepada kumpulan itu identitas dan uraian fungsinya. Manusia bertindak
atas nama tujuan kolektif dan sesuai dengan petunjuk kolektifnya.
94
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
98
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Trevino dan Nelson memberikan konsep CSR sebagai piramid yang terdiri dari 4 (empat) macam
tanggung jawab yang harus dipertimbangkan secara berkesinambungan, yaitu ekonomi, hukum, etika dan
berperikemanusiaan.
100
Tanggung jawab
Berperikemanusiaan*)
Tanggung jawab
Etis
Tanggung jawab
Hukum
Tanggung jawab
Ekonomi
100
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
merupakan hal yang dianggap paling krusial, karena tanpa adanya kelangsungan
finansial tanggungjawab hal yang lain menjadi hal yang meragukan.
Tanggung jawab hukum sering dihubungkan dengan tanggung jawab etika,
melebarkan tanggung jawab hukum dan mengharapkan para usahawan untuk
menjalankan fungsinya setingkat di atas hukum. Perusahaan harus mematuhi hukum
yang berlaku sebagai representasi dari rule of the game. Aturan yang dimaksud di sini
adalah peraturan umum tentang dunia usaha seperti aturan tentang perburuhan, anti
monopoli, lingkungan hidup dan sebagainya. Etika bisnis mencakup cara organisasi
bisnis menjalankan kewajiban hukum dan etika.
Tanggung jawab etis mencakup tanggung jawab secara umum, karena tidak
semua harapan masyarakat dirumuskan dalam hukum. Etika bukan hanya sesuai
dengan hukum, namun juga dapat diterima secara moral. Tanggung jawab sosial juga
harus tercermin dari perilaku etis perusahaan. Perusahaan diharapkan masyarakat
agar menghargai nilai nilai kultural lokal, berperilaku baik, dan memahami kondisi
nyata masyarakat di sekitar operasinya, misalnya ditunjukkan dengan berusaha
mengakomodasi harapan masyarakat meskipun sebenarnya tidak diwajibkan oleh
hukum.
Tanggung jawab berperikemanusiaan/filantropis merupakan tanggung jawab
terhadap sesama mencakup peran aktif perusahaan dalam memajukan kesejahteraan
manusia. Tanggung jawab ini mengharuskan perusahaan untuk berkontribusi terhadap
komunitasnya yaitu meningkatkan kualitas hidup.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Hal yang biasanya terkait dengan tanggung jawab dari perusahaan yaitu : 101
1. Board of Director yang mempunyai komitmen dan mendorong kegiatan CSR
2. Undang undang setempat dan peraturan perpajakan, dan juga pendapat dari
stakeholder harus dipertimbangkan
3. Kegiatan ekonomi sosial dan kinerja lingkungan serta akibatnya diawasi dan
dilaporkan ke publik.
Pertanggung jawaban perusahaan atas segala aktivitasnya menjadi perhatian
serius yang harus dipikirkan secara komprehensif oleh perusahaan melalui organ
perusahaannya dalam melakukan tindakan bisnis. Lebih lanjut ada beberapa argumen
yang mendukung perlunya tanggung jawab sosial dilaksanakan oleh perusahaan
yaitu: 102
1. Kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah
2. Kewajiban moral perusahaan
3. Terbatasnya sumber sumber daya
4. Lingkungan sosial yang lebih baik
5. Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan
6. Bisnis mempunyai sumber sumber daya yang berguna
7. Keuntungan jangka panjang
Oleh karena itu, demi kelangsungan hidup suatu bisnis yang baik untuk
jangka panjang, perusahaan mengemban tanggung jawab sosial yang tidak bisa
101
102
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
diabaikan begitu saja. Meskipun dalam kenyataannya, tanggung jawab sosial dapat
bertabrakan dengan prinsip mencari keuntungan, namun justru inilah yang
membedakan antara nilai sebuah bisnis yang baik dan tahan lama dari bisnis yang
asal - asalan. Bisnis yang baik akan tetap mengindahkan prinsip tanggung jawab, jika
perlu dengan mengorbankan keuntungan jangka pendek. Bisnis yang baik selalu
mempertimbangkan keuntungan jangka pendek ini dalam rangka keuntungan jangka
panjang.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
BAB III
PERANAN PEMERINTAH, PERUSAHAAN DAN MASYARAKAT
DALAM PENERAPAN CSR
A.
Perusahaan
Selama setengah abad terakhir dunia bisnis telah menjelma menjadi institusi
yang memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Peranan
perusahaan paling diharapkan terutama karena dianggap paling mampu menciptakan
lapangan kerja yang baru, meningkatkan taraf hidup banyak orang serta mendorong
kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat luas. Masyarakat juga semakin terbiasa
menikmati jasa jasa yang mereka tawarkan sehingga mempermudah hidup warga
masyarakat. Pemerintah juga harus bersyukur karena melalui mekanisme pajak
sebagai kewajiban bagi perusahaan turut berpartisipasi untuk pembangunan serta
membantu meringankan beban warga masyarakat yang belum beruntung.
Perusahaan dan masyarakat diusahakan berada dalam sebuah hubungan
simbiosis mutualisme. Keberadaan perusahaan diharapkan dapat memacu roda
perekonomian, yang membawa komunitas (masyarakat) menuju taraf hidup yang
lebih tinggi. Dengan demikian harus ada keseimbangan keuntungan komunitas
(community benefits) dengan keuntungan bisnis (business benefits) yang dapat
diperoleh dari percampuran antara filantropi murni dan penjajaan bisnis (business
sponsorship approach) yang melahirkan filantropi strategis (strategic philanthropy).
Pemerintah bertindak sebagai katalisator dalam proses ini. Program community
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
103
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
upaya
perusahaan
dalam
105
meningkatkan
peranannya
dalam
105
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
2. Transparansi
Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra
kerja.
3. Saling menguntungkan
Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Selanjutnya kemitraan antara perusahaan dengan pemerintah maupun
komunitas/ masyarakat dapat mengarah ke tiga pola kemitraan sebagai berikut : 108
1. Pola kemitraan kontra produktif
Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola konvensional
yang hanya mengutamakan kepentingan shareholders yaitu mengejar profit
sebesar besarnya. Fokus perhatian perusahaan lebih bertumpu pada
bagaimana perusahaan bisa mendapatkan keuntungan secara maksimal,
sementara hubungan dengan pemerintah dan komunitas atau masyarakat
hanya sekedar pemanis belaka. Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri,
pemerintah juga tidak peduli, sedangkan masyarakat tidak mempunyai akses
apapun kepada perusahaan. Pola kemitraan ini dapat saja terjadi namun lebih
bersifat semu dan bahkan menonjolkan kesan negatif. Bahkan juga bisa
memicu terjadinya fenomena buruk kapan saja, misalnya pemogokan oleh
buruh, unjuk rasa dan terhentinya aktifitas atau tutupnya perusahaan.
108
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
dimana
mitra
diberi
kesempatan
menjadi
bagian
dari
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
109
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Profit ..
People
Planet ..
PROFIT
Dividend
Growth
Tax
Obligation
ENVIRONMENT
Environment Preservation
Disaster Management
PEOPLE
Ethical & Competency
Workshop
Parenting
Lihat juga Yusuf Wibisono, Op.cit., hal. 6 bahwa konteks ini juga sejalan dengan pemikiran
John Elkington melalui konsep 3P (profit, people, planet) dalam bukunya Cannibals with Forks, the
Triple Bottom Line of Twentieth Century Business pada tahun 1997.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
111
Ibid., hal.5 menyebutkan bahwa riset yang dilakukan Roper Search Worldwide
menunjukkan 75 % responden memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh
perusahaan yang memberi kontribusi nyata kepada komunitas melalui program pengembangan. Sekitar
66 % responden juga menunjukkan mereka siap berganti merek kepada merek perusahaan yang
memiliki citra sosial yang positif. Hal ini membuktikan terjadinya perluasan minat konsumen dari
produk menuju korporat.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Lihat Andi Firman, Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan, http://www.
kutaikartanegara.com/forum/viewtopic.php?p=5170 (diakses tanggal 4 Maret 2008) bahwa Hasil
survey The Millenium Poll on CSR (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto),
Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forym (London) diantara 25.000
responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini perusahaan, 60% mengatakan
bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggungjawab sosial
perusahaan (CSR) paling berperan. Sedangkan bagi 20% responden, berpendapat citra perusahaan
yang akan paling mempengaruhi kesan mereka, yakni faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor
finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan, atau manajemen. Sisanya 20 % responden
berpendapat, sebagai masyarakat yang berada di sekitar dimana perusahaan beroperasi, mereka ingin
menghukum perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR, dengan cara tidak akan membeli produk
bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan menghasilkan produk, dan/atau menginformasikan
kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut. Sementara, bagi perusahaan yang bidang
usahanya berkaitan dengan eksplorasi sumber daya alam, mereka berpendapat hendak mengajukan
gugatan perwakilan (class action) terhadap implikasi adanya kegiatan pertambangan.
112
Harapan Untuk Berbagi Madu, Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
113
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
kompensasi
sosial
karena
timbul
ketidaknyamanan
pada
masyarakat.
2.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
kepada masyarakat,
Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam
atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu dapat berasal
akibat
dapat dilakukan
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
(behaviour change
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
menggalang dana, dan perekrutan secara sukarela untuk suatu aksi. Sebuah
perusahaan dapat mewujudkan kampanye perubahan tingkah laku bisnisnya
secara sendiri - sendiri (seperti Phillip Morris yang mendorong para orang tua
untuk berbicara kepada anak anak mereka tentang penggunaan dan dampak
bahaya tembakau), tetapi lebih dari itu dapat juga melibatkan peran para
partner di sektor publik (Home depot mempromosikan tips/petunjuk cara
konservasi air yang bermanfaat)
4. Filantropi perusahaan (corporate philanthropy)
Suatu perusahaan dapat melakukan pemberian kontribusi secara langsung,
yang sering dilakukan dalam bentuk kontribusi uang tunai, donasi/sumbangan,
dan/atau bentuk jasa lainnya. Bentuk ini mungkin merupakan inisiatif sosial
korporasi yang paling tradisional dan dalam beberapa dekade telah dilakukan
pendekatan secara responsif, bahkan dengan cara yang lebih khusus. Banyak
perusahaan saat ini yang memiliki tekanan, baik secara internal maupun
eksternal, untuk lebih melakukan pendekatan yang lebih strategis, dalam
memilih jenis - jenis kegiatan filantropinya dan fokus lainnya bagi pencapaian
sasaran dan tujuan bisnis perusahaannya.
5. Komunitas sukarelawan (community volunteering)
Suatu perusahaan mendukung dan mendorong para karyawan, pengecer, dan/
atau perusahaan franchise untuk secara sukarela menyediakan waktu mereka
dalam mendukung aksi dan organisasi komunitas lokal. Kegiatan ini dapat
dilakukan secara sendiri sendiri (seperti karyawan sebuah perusahaan
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
bisa
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan
untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Evaluasi juga bisa dilakukan
dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas
praktik CSR yang telah dilakukan.
4. Tahapan pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk
keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Oleh karena itu selain
berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang
memerlukan. Perusahaan bebas menentukan bentuk atau format reporting
yang dibuatnya karena memang belum ada standar baku yang diberlakukan.
Misalnya, perusahaan dapat membuat laporan ini sebagai bagian tersendiri
dalam annual report. Bagian yang terpenting adalah kecukupan informasi
tentang apa yang telah dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya,
Bentuk laporan bisa bersifat kualitatif, kuantitatif atau gabungan antara
keduanya.
Saat ini sejumlah institusi telah berinisiatif menciptakan sistem pelaporan atau
guidelines yang bisa berlaku secara universal untuk semua perusahaan. Beberapa di
antaranya adalah : 119
119
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Lihat Khudori, Ibid., bahwa Global Compact dibentuk Sekjen PBB Kofi Annan tujuh tahun
lalu (2000). Tujuannya menyusun perilaku standar korporasi global (transnational corporations/
TNCs). Ada 10 (sepuluh) aturan di Global Compact yang mencakup soal HAM, standar perburuhan,
lingkungan hidup, dan antikorupsi. Dalam HAM, bisnis harus menghormati HAM dan tidak terlibat
(langsung dan tidak langsung) pelanggaran HAM. Dalam perburuhan, perusahaan harus menjamin
kebebasan berserikat, menghapus pemaksaan dan pekerja anak, dan tidak diskriminatif.
Lihat juga pada sumber yang sama bahwa guidelines yang paling banyak dijadikan rujukan
dalam CSR Reporting saat ini adalah Global Reporting Initiative (GRI) yang berdiri tahun 1997
merupakan hasil inisiatif bersama antara koalisi LSM di Amerika Serikat (Coalition for
Environmentally Responsible Economies) dengan United Nation Environment Programme (UNEP).
Pada tahun 2007, tidak kurang dari 460 perusahaan dari 45 negara mengadopsi total atau sebagian dari
GRI untuk digunakan sebagai sustainability report pada perusahaannya. Guidelines GRI tahun 2002
dibagi 4 (empat) bagian :
1. Penggunaan guidelines
Berisi tentang informasi sekitar pedoman, termasuk deskripsi, siapa yang seharusnya
memanfaatkan, dan bagaimana mempersiapkan report
2. Prinsip prinsip reporting berisi tentang prinsip prinsip reporting dan bagaimana
pengorganisasiannya
3. Isi report terdiri dari visi dan strategi, profil, struktur dan sistem manajemen, indikator kinerja
(ekonomi, lingkungan dan sosial)
4. Glossary dan lampiran lampiran
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim (working group) yang
merintis lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi
nama ISO 26000 : Guidance Standard on Social Responsibility. 120
Pengaturan untuk kegiatan ISO dalam tanggungjawab sosial terletak pada
pemahaman umum bahwa Social Responsibility adalah sangat penting untuk
kelanjutan suatu organisasi. Pemahaman tersebut tercermin pada dua sidang, yaitu
Rio Earth Summit on the Environment tahun 1992 dan World Summit on
Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 yang diselenggarakan di Afrika
Selatan. ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai
tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik
ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Dengan ISO
26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial
yang berkembang saat ini dengan cara: 1) mengembangkan suatu konsensus terhadap
pengertian tanggung jawab sosial dan isunya; 2) menyediakan pedoman tentang
120
Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag I), http://www.madaniri.com/?pilih=lihat&id=158, (diakses tanggal 14 Juni 2008).
Pembentukan ISO 26000 ini diawali ketika pada tahun 2001 badan ISO meminta ISO on
Consumer Policy atau COPOLCO merundingkan penyusunan standar Corporate Social Responsibility.
Selanjutnya badan ISO tersebut mengadopsi laporan COPOLCO mengenai pembentukan Strategic
Advisory Group on Social Responsibility pada tahun 2002. Pada bulan Juni 2004 diadakan preconference dan conference bagi negara-negara berkembang, selanjutnya di tahun 2004 bulan Oktober,
New York Item Proposal atau NWIP diedarkan kepada seluruh negara anggota, kemudian dilakukan
voting pada bulan Januari 2005, dimana 29 negara menyatakan setuju, sedangkan 4 negara tidak.
Dalam hal ini terjadi perkembangan dalam penyusunan tersebut, dari CSR atau Corporate Social
Responsibility menjadi SR atau Social Responsibility saja. Perubahan ini, menurut komite bayangan
dari Indonesia, disebabkan karena pedoman ISO 26000 diperuntukan bukan hanya bagi korporasi
tetapi bagi semua bentuk organisasi, baik swasta maupun publik. Bahwa ISO 26000 ini hanya memuat
panduan (guidelines) saja dan bukan pemenuhan terhadap persyaratan karena ISO 26000 ini memang
tidak dirancang sebagai standar sistem manajemen dan tidak digunakan sebagai standar sertifikasi
sebagaimana ISO-ISO lainnya
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
mengembangkan
tanggung
jawab
sosial
maka
masalah
Social
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
yang
hanya
diberikan
kepada
perusahaan
yang
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
besar daripada nilai yang hendak dihemat dari alokasi anggaran CSR itu
sendiri. Selain itu terjadi risiko non finansial yang berpengaruh buruk pada
citra korporasi dan kepercayaan masyarakat kepada perusahaan.
Dengan demikian menciptakan nuansa beyond compliance inilah yang
sebenarnya menjadi tantangan sekaligus kesempatan agar corporate sustainability
dapat diraih dengan baik.
Selanjutnya ada beberapa kendala yang dihadapi dalam mewujudkan kinerja
bisnis yang etis seperti CSR ini yaitu : 122
1. Mentalitas para pelaku bisnis, terutama apabila top management yang secara
moral rendah, sehingga berdampak pada seluruh kinerja bisnis
2. Faktor budaya masyarakat yang cenderung memandang pekerjaan bisnis
sebagai profesi yang penuh tipu muslihat dan keserakahan serta bekerja hanya
untuk mencari untung saja.
3. Faktor sistem politik dan sistem kekuasaan yang diterapkan oleh penguasa
sehingga menciptakan sistem ekonomi yang jauh dari nilai nilai moral.
Namun, perlu diketahui perusahaan mengimplementasikan CSR juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : pertama, terkait dengan komitmen pimpinan
perusahaan. Kedua, ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan yang lebih besar
dan mapan lebih mempunyai potensi memberikan kontribusinya. Ketiga, regulasi dan
sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Semakin kondusif regulasi dan semakin
122
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat dan
ketertarikan kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat. 123
Dengan demikian pada dasarnya hambatan atau rintangan yang timbul dalam
pelaksanaan CSR sebagai perilaku etika dapat berasal dari dalam diri pelaku
bisnis/perusahaan (hambatan internal) dan berasal dari luar diri perusahaan (hambatan
eksternal). Hambatan yang berasal dari dalam diri perusahaan yaitu antara lain : 124
1. Kepemimpinan dalam dalam perusahaan
Pimpinan perusahaan yang tidak tanggap dengan masalah sosial, jangan
diharapkan akan mempedulikan aktivitas sosial.
2. Sistem manajemen perusahaan dalam arti luas
Perusahaan yang lebih besar dan mapan lebih mempunyai potensi
memberikan kontribusinya daripada perusahaan yang lebih kecil dan belum
mapan. Kematangan manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan
menjadi tolak ukur/ cara pandang terhadap implementasi CSR.
3. Budaya perusahaan (corporate culture)
Budaya dalam hal ini mencakup pelbagai tingkat dan aspek dari perilaku,
yaitu cara produksi, skill, sikap terhadap disiplin, dan hukuman, kebiasaan,
123
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
nilai yang diletakkan atas pelbagai kegiatan, keyakinan yang dianut, proses
pengambilan keputusan, dan aturan serta tabu.
Di samping hal hal tersebut di atas, terdapat juga faktor hambatan yang
berasal dari luar perusahaan (hambatan eksternal) bagi pihak yang berusaha bersikap
etis untuk mewujudkan CSR , yakni berupa : 125
1. lingkungan budaya setempat/ komunitas lokal
Filsuf Frans Magnis-Suseno mengkonstatir bahwa prinsip kekeluargaan dalam
budaya Indonesia merupakan kendala serius untuk lahirnya perilaku etis
dalam berbisnis. Selain itu terdapat juga kecenderungan budaya untuk
menghindari konflik dan mencari keselarasan (harmoni). Seseorang tidak
hanya memikirkan hal yang abstrak (seperti yayasan, lembaga, negara) tetapi
lebih kepada pencegahan konflik harus didahulukan. Apabila kepatuhan yang
berlebihan dituntut, seseorang akan segan menentangnya secara terbuka.
2. lingkungan politis ekonomi makro
bahwa sering kali tatanan yang ada menghasilkan efek samping dalam skala
yang begitu besar, sehingga orang cenderung menerima keadaan tersebut dan
125
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
bersikap apatis. Salah satu masalah yang dihadapi negara berkembang dalam
hal ini adalah fleksibilitas keputusan hukum serta masalah korupsi yang
notabene berkaitan dengan sistem birokrasi yang dibentuk.
Dengan demikian penerapan CSR secara konsisten merupakan tantangan
sekaligus kesempatan bagi pelaku usaha, terutama untuk membangun corporate value
di mata stakeholdersnya sehingga korporasi dapat sustain.
kesehatan
hingga
pengentasan
kemiskinan
dan
pembangunan
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
persoalan. Oleh sebab itu, sekecil apapun kedermawanan yang diberikan oleh
perusahaan, sangatlah besar artinya bagi pemerintah maupun masyarakat.
Dalam penerapan konsep CSR di berbagai bidang program, pemerintah dapat mengambil peran sebagai
partisipan, convener atau fasilitator dan sebagainya. Sehingga pemerintah pun tidak lepas tangan begitu saja,
tetapi pemerintah juga aktif terlibat untuk terus mendorong program CSR. Pemerintah (pusat dan daerah), juga
diharapkan tidak hanya menetapkan sejumlah besaran laba yang perlu disetorkan perusahaan, hal ini sepertinya
hanya pemenuhan kewajiban perusahaan kepada pemerintah saja, dan akan menyebabkan kekhawatiran bagi
investor untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
126
Agar terjalin suatu kemitraan yang saling menguntungkan, pemerintah seyogyanya memikirkan
optimalisasi perannya dalam mendukung program tersebut. Pemerintah beserta segenap jajarannya sebaiknya
berusaha untuk memahami konteks CSR ini agar ada keterpaduan dengan pemahaman dunia usaha karena bukan
tidak mungkin bila pemahaman terhadap konsep ini tidak inline, maka kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah tidak akan pernah sejalan dengan kebijakan dunia usaha. Pemerintah sebaiknya sering duduk bersama
dengan pelaku usaha memperbincangkan apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama, bila perlu diberikan
blue print rencana kerja pemerintah yang terkait dengan kepentingan publik. Setidaknya, tidak terjadi overlapping
program antara pemerintah dan dunia usaha.
Selanjutnya, pemerintah diharapkan dapat memberikan penghargaan bahkan insentif bagi perusahaan
yang aktif menggelar program CSR, misalnya dalam bentuk pengurangan pajak (tax deductive). Apabila inisiatif
ini dapat dilakukan pemerintah, maka bukan tidak mungkin perusahaan mau mengalokasikan budget yang lebih
besar untuk program CSRnya. Semakin banyak anggaran yang dikeluarkan perusahaan untuk tanggung jawab
sosial, kemanusiaan, dan lingkungan, seharusnya semakin besar pula insentif yang diperoleh perusahaan. Selain
itu, pemerintah juga membuat ruang bagi jalannya program sosial apapun tanpa birokrasi yang berbelit dan
menghindari ekonomi biaya tinggi. Peran pemerintah sangat menentukan dalam menciptakan iklim usaha yang
kondusif, tidak manipulatif dan tidak KKN, serta menerapkan prinsip good governance. Pemerintah seyogyanya
juga menyediakan jaminan keamanan, terutama dalam berinvestasi, mempersiapkan berbagai produk hukum dan
regulasi yang menjamin dunia usaha agar mampu menjalankan roda usahanya sekaligus memberikan kontribusi
sosial secara berkelanjutan serta menerapkan standar audit kepada perusahaan dan penerima manfaat. Pemerintah
126
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
juga perlu terlibat untuk mengembangkan regulasi yang terkait dengan CSR misalnya pemerintah harus
menciptakan sistem yang dapat mengeliminasi para free rider untuk menjamin fairness bagi masyarakat maupun
perusahaan. Pemerintah harus mampu menjamin bahwa perusahaan terlindung dari para oknum masyarakat atau
pejabat yang ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkaya diri dengan cara memeras perusahaan atau
dengan memanfaatkan kesempatan.
Pemerintah diharapkan dapat mengambil inisiatif mendukung dan membantu pengembangan program
CSR perusahaan misalnya dalam bentuk fasilitasi terhadap pertemuan pertemuan antar pelaku CSR (multy
stakeholders forum) sebagai wadah kemitraan yang disertai kegiatan dan indikator kinerja yang nyata,
bekerjasama dengan organisasi terkait, melakukan diseminasi best practices dan sebagainya.
Selanjutnya paling penting adalah perlunya kesadaran dan pemahaman para pembuat kebijakan
(pemerintah) menghilangkan ketidak-pastian, mempermudah perijinan perijinan, memberikan perlindungan dan
pembelaan paling tidak sebagai penengah pada saat perusahaan menghadapi krisis.
Menurut Tom Fox, Halina Ward dan Bruce Howard tahun 2002 memberikan laporan studi mengenai
implementasi tanggung jawab sosial di negara negara berkembang yang memfokuskan peran pemerintah bahwa
adanya 2 (dua) poros yang bisa dimainkan oleh pemerintah. Poros pertama berkaitan dengan peran dan poros
kedua berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan pemerintah. Pada poros pertama, peran pemerintah adalah :
1.
127
2.
Memfasilitasi (fasilitating)
Peran pemerintah dalam hal ini dapat berupa pemberian suasana yang kondusif bahkan insentif bagi
perusahaan yang terlibat dalam agenda agenda CSR sehingga mendorong perbaikan sosial dan
lingkungan.
3.
Kemitraan (partnering)
127
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Kemitraan strategis antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat madani untuk menangani
permasalahan permasalahan sosial dan lingkungan yang kompleks. Dalam hal ini, pemerintah dapat
mengambil peran sebagai partisipan, convener atau fasilitator.
4.
Dukungan (endorsing)
Peran pemerintah dalam hal ini dapat berupa dukungan politik, dukungan melalui kebijakan atau
dukungan lainnya.
Sedangkan untuk poros kedua, kegiatan kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai
berikut :
128
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
129
128
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Perusahaan kini juga harus berperan sebagai agen sosial perubahan (agent of
social change). Ini cara bijak menyelamatkan lingkungan dan sekaligus kelangsungan
bisnisnya. CSR dahulu disebut community development adalah wacana baru
tentang
peran
korporasi
dalam
pembangunan
sosial-ekonomi
sejak
menyisihkan sebagian laba bersih operasionalnya, juga memiliki kewajiban membayar pajak, yang sudah barang
tentu mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) dan menambah devisa negara. Oleh karena itu, eksistensi
perusahaan yang demikian, seharusnya mendapatkan penghargaan oleh pemerintah atas partisipasinya dalam
pengupayaan pensejahteraan masyarakat, pengembangan SDM, dan menjaga kondisi lingkungan, agar juga
perusahaan tetap memiliki spirit, komitmen dan konsistensi dalam memotret dan mengartikulasikan variasi
persoalan di masyarakat, dan barangkali mampu menjadi preseden terhadap perusahaan-perusahaan yang lain dan
ke depan. Bahkan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) pada bidang lingkungan yang
diusung
Kementrian
Lingkungan
Hidup
memberikan
penilaian
perilaku
sosial
perusahaan
dalam
berjudul Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara
menguraikan 13 (tiga belas) dasar dasar / asas asas umum pemerintahan yang baik (general
principle of good administration) dalam membuat aturan hukum, yaitu :
1. Asas kepastian hukum (principle of legal security)
2. Asas keseimbangan (principle of proportionality)
3. Asas kesamaan (dalam pengambilan keputusan pangreh) (principle of equality)
4. Asas bertindak cermat (principle of carefuleness)
5. Asas motivasi untuk setiap keputusan pangreh (principle of motivation)
6. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misuse of competence)
7. Asas permainan yang layak (principle of fair play)
8. Asas keadilan atau kewajaran (principle of resonanbleness or prohibition of
arbitrariness)
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised expectation)
10. Asas meniadakan akibat akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the
consequences of an annulled decision)
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara hidup) pribadi (principle of protecting the
personal way of life)
12. Asas kebijaksanaan (sapientia)
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service)
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
mengimplementasikan CSR dengan mengkategorikan perusahaan menjadi 4 (empat) peringkat yang juga
dikaitkan dengan pemikiran yang digagas oleh John Elkington dengan mengelompokkan korporasi berdasarkan
kesamaan sifatnya dengan 4 (empat) jenis serangga yang memiliki karakter yang berbeda, yaitu :
130
Peringkat I :
Keterangan :
a. Perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi inti dan jantung bisnis. CSR tidak hanya dianggap
sebagai keharusan tetapi kebutuhan (modal sosial)
b. Perusahaan meyakini ada nilai tukar atas aspek lingkungan dan sosial terhadap aspek ekonomi dan
usahanya hanya dapat sustain apabila di samping memiliki modal finansial, harus memiliki modal kapital
dan sosial.
c. Korporasi lebah madu bersifat menumbuhkan (regenerative), karena korporasi ini menerapkan prinsip
prinsip etika bisnis, manajemen pengelolaan sumber daya alam yang stategis dan sustainable. Perusahaan
ini mendapatkan citra positif, kepercayaan dan dukungan dari masyarakat.
Peringkat II :
Keterangan :
a. Perusahaan menilai praktek CSR akan memberikan dampak postif terhadap usahanya karena merupakan
investasi, bukan biaya.
b. Korporasi jenis ini memiliki komitmen kuat terhadap agenda
mempraktekkannya
c. Perusahaan meyakini investasi sosial akan berdampak pada lancarnya operasional perusahaan di samping
citra dan reputasi positif yang diterima.
d. Beberapa perusahaan yang mendapatkan penghargaan (CSR Award) untuk kategori ini antara lain : PT.
Petrokimia Gresik Tbk., PT. Riau Andalan Pulp & Paper, dan Nike untuk perusahaan global.
Peringkat III :
Perusahaan Belalang
(Merah)
Keterangan :
a. Korporasi ini umumnya bersifat degeneratif dan tidak sustain bisnisnya, cenderung mengeksploitasi
sumberdaya melampaui daya dukung ekologi, sosial dan ekonomi serta secara kolektif menghasilkan
dampak negatif di tingkat regional dan global.
b. Perusahaan kategori ini umumnya berasal dari peringkat hitam yang mengimplementasikan CSR setelah
130
Harapan Untuk Berbagi Madu, Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007. Lihat juga Yusuf
Wibisono, Op.cit., hal. 64 - 66
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
mendapat tekanan dari stakeholdersnya sehingga dengan terpaksa memperhatikan isu lingkungan dan
sosial. CSR dipandang sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungan perusahaan.
c. Muncul stigma negatif pada perusahaan bahkan tidak akan mampu berkontribusi bagi pembangunan
berkelanjutan. Ditinjau dari beberapa sisi, kasus PT. Freeport Indonesia memiliki kemiripan dengan
kategori ini.
Peringkat IV :
Perusahaan Ulat
(Hitam)
Keterangan :
a. Sistem ekonomi yang didominasi korporasi ulat pasti akan memakan kapital alam dan sosial. Kegiatannya
degeneratif.
b. Menjalankan bisnis semata mata untuk kepentingan bisnis itu sendiri.
c. Tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial di sekelilingnya.
d. Muara dari aktivitas usaha kategori ini kolaps dan tutup. Kasus Bojong dapat menjadi representasi untuk
kategori ini.
Sumber : Harapan Untuk Berbagi Madu, Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007 dan Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR,
(Gresik : Fascho Publishing, 2007), hal. 64 - 66
Dengan demikian diharapkan seluruh perusahaan dapat segera take action untuk bermetamorfosis ke
arah korporasi lebah madu. Lebah bekerja dengan prinsip tanpa merusak apapun yang terlibat dalam usahanya
untuk menghasilkan madu. Lebah justru menumbuhkan dan menjaga keberlanjutan tanaman yang sari bunganya
diambil. Jenis korporasi inilah yang menurut John Elkington menjadi bentuk ideal perusahaan dalam porsinya
yang adil dan seimbang. Jika semua perusahaan mau menjalankan korporasi lebah madu, bisa dibayangkan betapa
banyak dan manisnya madu yang dapat dinikmati oleh semua pihak.
Di Asia, penelitian oleh Chambers dan kawan-kawan terhadap penerapan CSR di tujuh negara (India,
Korea Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia). Masing-masing negara diambil 50
perusahaan yang berada pada peringkat atas berdasarkan pendapatan operasional untuk tahun 2002. Kemudian
dikaji implementasi CSR-nya. Hasilnya, Indonesia tercatat sebagai negara yang paling rendah pelaksanaan CSR
dan derajat keterlibatan komunitasnya dibandingkan enam negara lainnya. Oleh karena itu, perusahaanperusahaan di Indonesia baik lokal, nasional maupun multinasional, saat ini berlomba-lomba dalam menerapkan
CSR.
131
131
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Selain itu di Indonesia, saat ini juga terdapat sejumlah lembaga yang sangat concern terhadap upayaupaya peningkatan CSR, seperti Indonesia Business Links (IBL), Corporate Forum for Community Development
(CFCD), Business Watch Indonesia (BWI). PT. Unilever Indonesia, Tbk mengadakan program kali bersih sungai
brantas, PT. Telkom, Tbk melakukan kegiatan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), PT. Avon
Indonesia melakukan sosialisasi pencegahan kanker payudara, PT. HM Sampoerna memberikan beasiswa bagi
pelajar dan mahasiswa diberbagai sekolah dan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dan lain-lain. Studi
Public Interest Research and Advocacy (PIRAC) mengenai riset CSR pada tahun 2003 terhadap 226 perusahaan di
10 kota besar di Indonesia menyebutkan, bahwa CSR merupakan salah satu aktivitas jamak yang dilakukan oleh
perusahaan. Hasilnya, menunjukkan bahwa rata-rata per tahun sumbangan perusahaan nasional dan lokal masingmasing sebesar Rp 45 juta dan Rp 16 juta. Angka ini masih jauh di bawah perusahaan-perusahaan multinasional
yang mencapai Rp 236 juta per tahun.
132
Oleh sebab itu, langkah mulia dari perusahaan untuk menyisihkan sebagian dari laba operasionalnya
kepada masyarakat, mesti didukung berbagai pihak secara jujur tanpa adanya penyelewengan-penyelewengan
yang bersifat politis dan ideologis baik dari pemerintah (pusat dan daerah), LSM, dan masyarakat serta pihakpihak tersebut saling mengontrol agar arah gerak CSR di berbagai bidang tepat sasaran.
Sedangkan bagi
perusahaan yang tidak melaksanakan CSR hendaknya diberi sanksi, tentu dengan cara yang berkeadaban sebagai
entitas negara yang berdasarkan hukum (rechtstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat).
Seperti, mengajukan gugatan perwakilan (class action) dan lainnya.
133
Suatu perusahaan, jangan pernah mengidap penyakit amputasi sosial, yakni kelumpuhan rasa untuk
menolong ketika menyaksikan warga tidak mampu (miskin) di sekitarnya karena hal ini dapat mengundang
bertebarannya konflik horizontal sehingga perusahaan akan merasa dirugikan oleh sikap dan perilaku merusak
warga. Hal ini bisa dilihat, misalnya, pada masyarakat Papua yang menuntut perusahaan PT. Freefort Indonesia
secara anarkis karena telah sedemikian gerah dengan eksploitasi perusahaan terhadap potensi alam daerah,
sementara itu kesejahteraan warga tidak bergeser ke arah yang lebih baik.
Selain itu, diharapkan sebuah perusahaan tidak menganut paradigma kapitalistik, karena akan
menciptakan generasi berjiwa dan bermental layaknya rayap-rayap yang hanya bergerombol untuk menggerogoti
kekayaan sumber daya alam tanpa memperhatikan masyarakat sekitar dan keberlangsungan lingkungan. Ketika
132
133
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
logika kapitalistik mendeterminasi setiap perusahaan atau para pengusaha, tentunya akan mengkibatkan
ketersediaan potensi alam terkuras habis, sehingga secara psikologis masyarakat akan banyak mengidap
ketidaktentraman memandang masa depan (shock future). Memang CSR tidak memberikan dampak finansial
secara seketika, tetapi harus diyakini bahwa CSR mampu meningkatkan performa bisnis dalam jangka panjang.
Jika masih banyak kalangan yang memandang konsep CSR sebagai program yang tidak menguntungkan
(profitable), maka tidak urung CSR akan menjadi beban dan tuntutan semata. Sebaliknya, jika CSR di pandang
sebagai investasi sosial, maka perusahaan telah mendeklarasikan dirinya telah memiliki GCG.
3. Masyarakat Sebagai Penerima Manfaat (beneficiaries)
Bentuk
peran serta masyarakat yang diharapkan adalah memberikan informasi, saran dan masukan atau pendapat untuk
menentukan program yang akan dilakukan. Bentuk peran serta ini, bisa langsung oleh masyarakat atau melalui
perwakilan dari seluruh komunitas lokal yang ada, seperti LSM, perguruan tinggi, kelompok pemuda dan
mahasiswa, tokoh agama dan masyarakat, kelompok-kelompok keperempuanan, serta yang tidak kalah penting
yaitu masyarakat adat. Komunitas lokal harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan perusahaan yang dapat
memberikan manfaat timbal balik. Sebaiknya perusahaan memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada warga
lokal untuk menjadi pekerja dan menawarkan kepada kontraktor/ rekanan lokal untuk menjadi mitra kerja.
Kendatipun memang sering ditemui bahwa penduduk lokal umumnya mempunyai budaya kerja, ketrampilan dan
pendidikan yang rendah serta masih sulit dibentuk, namun setidaknya untuk porsi tenaga kerja non skill mungkin
masih bisa dipertimbangkan.
134
operate) dari warga. Hubungan timbal balik inilah yang menjadi perhatian dalam program CSR.
Rogovsky (2000) menyusun sebuah tabel tentang manfaat keterlibatan komunitas perusahaan sebagai
berikut :
135
134
135
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Sumber : Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, (Gresik : Fascho Publishing, 2007), hal. 115
Dalam menerapkan konsep CSR, dapat dilakukan secara bersama-sama yang artinya, perusahaan
mengajak pemerintah dan perwakilan masyarakat dalam mengkonsep serangkaian proses, sejak desain atau
perencanaan program, implementasi program, monitoring program, evaluasi program hingga membuat pelaporan
Lihat juga pada sumber yang sama hal. 113 bahwa ada beberapa hal yang biasanya diharap
oleh komunitas yang sebaiknya dipahami oleh perusahaan yang beroperasi di wilayah sekitarnya
antara lain :
1.
2.
3.
Income (pendapat)
Komunitas mengharapkan adanya perputaran uang melalui gaji atau upah sebagai karyawan,
atau melalui pembelian kebutuhan perusahaan atau kebutuhan karyawan pada komunitas di
sekitarnya.
Kontribusi perusahaan
Kontribusi yang dapat diberikan oleh perusahaan dapat berupa : berbagai bentuk bantuan
seperti : pembangunan fasilitas umum (fasum) atau sarana atau prasarana umum seperti
sarana ibadah, sekolah, taman bermain, sarana olahraga dan lainnya, memberikan bea siswa,
sumbangan atau bantuan atau hadiah pada berbagai kegiatan, dan bentuk pemberdayaan
kepada komunitas
Kebanggaan
Banyak tempat yang diasosiasikan dengan keberadaan suatu perusahaan, misalnya ketika
menyebut kota kediri orang akan mudah mengingat sebuah perusahaan rokok, menyebut kota
gresik imajinasi akan mengantarkan kita pada perusahaan semen, pupuk, dsb.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
(reporting). Atau dengan kata lain, melakukan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Hal ini diharapkan, agar
program CSR yang di gagas secara bersama-sama dapat berjalan secara nyata, bermanfaat, efektif, dan berjangka
panjang.
136
Dalam era kapitalisme global saat ini, eksistensi perusahaan di tengah masyarakat adalah keniscayaan
sehingga menampik keberadaan mereka dalam dinamika pembangunan di berbagai aspek adalah irasional. Oleh
sebab itu, adalah suatu keharusan kemitraan antara kalangan dunia usaha, pemerintah dan masyarakat yang saling
sinergi (kemitraan tripartit), mesti lebih ditingkatkan lagi. Dari sisi bisnis, perusahaan sedapat mungkin
memaksimalkan potensinya untuk melakukan program CSR secara komprehensif dan berkesinambungan. Dari sisi
komunitas, dapat berperan proaktif dengan memberi input yang baik pada perusahaan dan siap berpartisipasi aktif
untuk menyukseskan program CSR. Adapun dari sisi pemerintah, perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk
berkembangnya program CSR yang digelar kalangan dunia usaha sehingga terwujud public, private, and
community partnership. Tujuan akhirnya jelas, apabila rasa kebersamaan sudah kuat, semuanya dapat tumbuh
berkembang secara sustain.
BAB IV
PENGATURAN CSR PADA UU NO. 40 TAHUN 2007
TENTANG PERSEROAN TERBATAS
A. Pengaturan dan Penerapan CSR sebelum berlakunya UU No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, konsep CSR diawali dalam
bentuk kedermawanan yang bersifat karitatif dan sukarela yang kemudian
berkembang ke arah filantropis lalu community development. Perwujudan CSR
sebenarnya telah dilakukan dunia usaha sejak dulu dengan sebutan seperti kegiatan
bakti sosial atau bantuan sosial. Pada awalnya pelaksanaan CSR di Indonesia bersifat
136
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
GCG merupakan
suatu sistem, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan dan
menggambarkan 5 (lima) prinsip GCG tersebut yang disingkat dengan TARIF, yaitu sebagai berikut :
138
137
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
kejelasan akan
fungsi,
hak, kewajiban,
dan wewenang
serta
perusahaan
juga
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
139
Ibid., hal.12
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
penyaluran, kriteria untuk menjadi mitra binaan BUMN dan pelaporan telah diatur
dalam peraturan ini. 140
Selanjutnya peraturan perundangan yang juga telah mengatur tentang
tanggung jawab sosial yakni Undang Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal dalam Pasal 15 butir b jo Pasal 17 jo Pasal 34 ditegaskan dan
diamanatkan bahwa setiap penanam modal berkewajiban menerapkan prinsip tata
kelola perusahaan yang baik dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan,
140
Lihat Undang Undang No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, Pasal 2 ayat (1) butir e : :
Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi, dan masyarakat. Dan lebih lanjut dalam Pasal 66 ayat (1) : Pemerintah dapat memberikan
penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan
memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN. Pasal 88 ayat (1) juga menyebutkan : BUMN
dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta
pembinaan masyarakat sekitar BUMN.
Lihat juga dalam Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat (6)
yang menyebutkan : Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut
Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi
tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN serta Pasal 1 ayat (7)
menyebutkan : Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah program
pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN.
Lihat juga Hendrik Budi Untung, Op.cit., hal. 27 bahwa seberapa besar sebenarnya dana yang
bisa diraup dari BUMN untuk program kemitraan dan bina lingkungan di kalangan perusahaan BUMN
di Indonesia? Jika mengacu pada Keputusan Menteri Negara BUMN No. 236 Tahun 2003 (peraturan
pelaksana sebelum Permeneg No. Per-05/MBU/2007 dimana sumber PKBL menurut aturan ini berasal
dari penyisihan laba setelah pajak 1 3 %) serta pernyataan Meneg BUMN tentang proyeksi total laba
BUMN tahun 2006 yang sebesar Rp. 54,41 triliun, setidaknya dana untuk PKBL atau CSR versi
BUMN ini bisa mencapai sekitar Rp. 1,635 triliun atau total dana untuk CSR tahun 2005 dari seluruh
BUMN idealnya sebesar Rp. 1,26 triliun mengingat total laba BUMN pada tahun 2005 tercatat sebesar
Rp. 42,35 triliun. Dan lihat juga Effnu Subiyanto, CSR : Peluang Korupsi Baru di Daerah,
http://baungcamp.com/?articles&post=CSR,_PELUANG_KORUPSI_BARU_DI_DAERAH. (diakses
tanggal 27 mei 2008) bahwa sumbangan BUMN, jika ekspektasi Menneg BUMN terpenuhi dengan
target laba bersih 2007 mencapai Rp 64 triliun, maka paling sedikit dana CSR akan terkumpul Rp 1,2
triliun. PT Semen Gresik saja, misalnya, menganggarkan 2 persen laba bersih untuk CSR,
PT Pertamina menyiapkan Rp 150 miliar pada tahun 2007 tersebut.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma dan budaya setempat. 141
Selain itu, di bidang lingkungan hidup juga sudah terdapat peraturan
perundang undangan yang memiliki konsep pembangunan berkelanjutan sebagai
pemikiran dasar konsep CSR yaitu Undang Undang No. 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya dalam penulisan ini disingkat
dengan UU PLH. Hak atas lingkungan hidup merupakan salah satu hak asasi manusia
yang diakui oleh PBB. Sebenarnya hak ini telah diatur dalam pembukaan UUD 1945
alenia IV jo Pasal 33 ayat (3), yang saat ini disamakan sebagai hak atas lingkungan
dan pembangunan berkelanjutan. Hal ini juga didukung oleh UU PLH
Pasal 5 ayat (1) dimana pada dasarnya setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Terbukti dengan masih banyaknya kasus
kasus pencemaran lingkungan hidup akibat proses pembangunan dan kegiatan
141
Lihat Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 15 butir b
menyebutkan : Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan, dan Pasal 17 menyebutkan : Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam
yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan serta Pasal 34 menyebutkan :
(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis
b. pembatasan kegiatan usaha
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau
lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai
sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
perusahaan yang merupakan kerugian bagi lapisan masyarakat dan pelanggaran hak
asasi manusia. 142
Dengan diaturnya hak atas lingkungan dalam perundang undangan nasional
maka sebagai konsekuensinya adalah hak tersebut memberikan kepada yang
mempunyai tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu lingkungan
hidup yang baik dan sehat dihormati, suatu tuntutan yang dapat didukung oleh
prosedur
hukum
oleh
pengadilan
dan
perangkat
lainnya.
Menurut
Heinhard Steiger C.S tuntutan itu mempunyai 2 (dua) fungsi. Pertama, The Function
of Defense, adalah hak membela diri terhadap gangguan luar yang merugikan
lingkungan. Kedua, The Function of Perfomance adalah hak menuntut dilakukannya
suatu tindakan agar lingkungan dapat dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki, kedua
fungsi tersebut kemudian diakomodasikan dalam Pasal 34 ayat (1) UU PLH. Dari
uraian
ini,
undang
undang
mengamanatkan
untuk
perusahaan
dapat
Lihat Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU
PLH) dalam Pasal 5 ayat (1) menyebutkan Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Konsep pembangunan berkelanjutan sebagai dasar pemikian konsep CSR
juga diamanatkan dalam UU ini bahwa dalam Pasal 1 ayat (3) UU PLH bahwa pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan
lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
143
Hendrik Budi Untung, Op.cit., hal. 20 - 21
Pasal 34 ayat (1) UU PLH menyebutkan setiap perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau
lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti rugi
dan/ atau melakukan tindakan tertentu.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
produk yang ramah lingkungan dan memperhatikan kaidah kaidah sosial dan
prinsip prinsip HAM. Saat ini, cukup banyak perusahaan yang sudah menerapkan
CSR seperti PT. Telkom, Tbk, PT. Riau Andalan Pulp and Paper, PT. International
Nickel Indonesia, Tbk, dan sebagainya. Peran dunia usaha dengan praktik CSR-nya
sangat diharapkan dalam proses pembangunan yang berkelanjutan di tanah air.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
lebih dari greenwash (pengelabuan citra perusahaan belaka) generasi terbaru yang
dilemparkan humas perusahaan ke hadapan publik. Tujuannya sederhana, membuat
publik percaya bahwa mereka telah bertanggung jawab dan tidak perlu diregulasi
lebih ketat. Di titik ini pun, sebenarnya perusahaan telah melakukan manupulasi
konsep CSR dengan menyederhanakan pertanggungjawaban mereka sekedar aspek
aspek sosial (social responsibility), seolah segalanya beres jika ganti rugi pada
komunitas diselesaikan, tanpa perlu memikirkan fungsi lingkungan atau kelanjutan
layanan alamnya (ecological responsibility). 144
Namun hal ini dijawab oleh Undang Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang menggantikan Undang Undang No. 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disingkat dengan UU PT bahwa yang
mewajibkan CSR yang dikenal dalam Undang undang ini sebagaimana yang
termuat dalam Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi : Tanggung jawab Sosial dan
Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
pada umumnya. 145 Selanjutnya, dalam Pasal 66 ayat (2) butir c juga menyebutkan
laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang
kurangnya laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Bahkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ini merupakan suatu
144
145
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
kewajiban yang harus dilaksanakan bagi perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan
dengan sumber daya alam karena telah disertai dengan sanksi sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 74 Undang undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. 146
Dengan terbitnya Undang undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan memuat ketentuan TJSL pada salah satu pasalnya, Pasal 74 bahkan
disertai dengan sanksi membawa pendapat yang beragam. Aspek yang tercantum
dalam pasal 74 mengandung 6 (enam) unsur, yakni: (1) kewajiban bagi, (2) perseroan
yang bergerak di bidang pengelolaan atau berkaitan dengan sumber daya alam
(SDA), (3) dianggarkan sebagai biaya, (4) dilakukan dengan memperhatikan aspek
kepatutan dan kewajaran, (5) bagi pelanggarnya dikenai sanksi serta (6) pengaturan
lebih jauh akan dituangkan dalam satu peraturan pemerintah. Hal hal inilah yang
perlu mendapat perhatian dalam ketentuan CSR pada UU Perseroan Terbatas.
1. CSR sebagai kewajiban
Dalam hal memperdebatkan apakah CSR itu sukarela atau wajib adalah sia
sia belaka karena pada CSR sudah terdapat unsur kewajiban yang mengikat atau
tanggung jawab hukum yang harus dipatuhi, sementara unsur kesukarelaan adalah
146
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
pada tanggung jawab etis dan filantropis, dimana perusahaan dapat memperkirakan
dan berinisiatif untuk jaminan sustainabilitas perusahaan. Inisiatif atau penilaian yang
bersifat sukarela inilah yang tidak patut diatur.147 Kemudian perhatikan juga pendapat
Hannah Griffhs yang mengklaim program CSR yang bersifat sukarela tidak berjalan
baik sehingga banyak perusahaan yang mengabaikan program CSR. Di Inggris,
misalnya, dari 350 perusahaan besar yang tergabung dalam The Financial Times
Stock Exchanges (FTSEs), hanya 79 perusahaan yang membuat laporan tentang
dampak sosial dan lingkungan dari praktik bisnisnya dan dari 61.000 perusahaan
transnasional dan 900.000 perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan
transnasional, hanya 2.000 (3,2 persen) mempunyai laporan tentang dampak sosial
dan lingkungan. Supaya dapat berjalan dengan baik, CSR perlu diperkuat dengan
peraturan yang mendorong perusahaan bisnis untuk serius menjalankannya.
Kewajiban korporasi melaksanakan CSR merupakan bentuk public accountability
secara legal ataupun etik. 148
Pada dasarnya ada 2 (dua) pendirian mengenai CSR merupakan kewajiban
bagi perusahaan, yaitu kubu mandatori (yang mewajibkan) dan voluntari (yang
menginginkan tetap bersifat sukarela). Literatur-literatur yang ada menyebutkan
147
Pendapat ini dikemukakan oleh Arif S. Siregar, Presiden Direktur PT. Inco, Tbk dan
Ketua Indonesian Mining Association, Memahami CSR: Dapatkah Perusahaan Mempunyai Tanggung
Jawab Sosial dalam tulisan pribadinya tentang memahami CSR.
Perhatikan juga Piramida konsep CSR yang dikemukan Trevino dan Nelson (lihat Erni R.
Ernawan, Op.cit., hal. 112.) mengenai 4 (empat) macam tanggung jawab yang harus dipertimbangkan
dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Salah satunya adalah tanggung jawab hukum yang harus
dipatuhi dan mengikat.
148
Paul Rahmat, Tanggung Jawab Sosial Korporasi, Harian Kompas, tanggal 2 Agustus
2007
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
mengatur atau bertanggung jawab agar CSR terprogram dalam kebijakan perusahaan,
tidak sekedar suatu pengharapan, melainkan suatu keharusan untuk memenuhinya,
dan oleh karena itu harus diatur pemerintah dengan peraturan perundang undangan
yang terkait. 150 Ketentuan kewajiban melakukan CSR ini bertujuan untuk tetap
menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.
150
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
utama. 151 Oleh karena perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam dan
pengelolaannya memegang peranan yang sangat penting terutama berkaitan dengan
keberlanjutan lingkungan hidup sebagai warisan untuk generasi yang akan datang.
Sumber daya alam yang dimaksud merupakan sumber daya alam yang bisa
diperbaharui (renewable resources) maupun sumber daya alam yang tidak bisa
diperbaharui (unrenewable resources). Usaha SDA memang wajar mempunyai
kewajiban menjaga lingkungan. Dalam UU Perseroan Terbatas, perseroan yang
diwajibkan melakukan CSR terdiri dari : 152
151
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
indeks
kualifikasi
perseroan
tersebut
seperti
melalui
Departemen
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar besar kemakmuran rakyat.
3. CSR dianggarkan sebagai biaya
Ketentuan yang mengatur CSR dianggarkan sebagai biaya memunculkan
polemik khususnya di kalangan pengusaha. Namun UU PT ini sudah menunjukkan
kompromi sebelum disahkan termasuk mengenai biaya CSR yang dianggarkan.
Sebelumnya diusulkan ada persentase tertentu dari laba bersih yang dianggarkan
untuk CSR sehingga hal ini tidak ada bedanya dengan pajak tambahan. Oleh karena
itu ketentuan yang memuat CSR diperhitungkan dan dianggarkan sebagai perseroan
merupakan hal yang lebih baik. 153 Sebaliknya, kewajiban untuk melakukan CSR
dalam UU PT sebaiknya diimbangi insentif berupa pengurangan pajak.
Studi Public
Interest Research and Advocacy (PIRAC) mengenai riset CSR pada tahun 2003 terhadap 226 perusahaan di 10
kota besar di Indonesia menyebutkan, bahwa CSR merupakan salah satu aktivitas jamak yang dilakukan oleh
perusahaan. Studi ini juga menghasilkan temuan bahwa 37% responden menyatakan secara tegas akan menaikkan
153
Pemerintah Diharapkan Lebih Bijak Atur CSR, Harian Kompas, tanggal 21 Juli 2007,
bahwa hal ini dikemukan oleh MS Hidayat, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia UU yang disahkan ini sudah menunjukkan kompromi. Sebelumnya, diusulkan ada
persentase tertentu dari laba bersih yang dianggarkan untuk CSR. Kalau begitu, sama saja pajak
tambahan. Sekarang ditetapkan CSR diperhitungkan sebagai biaya perseroan, begitu lebih baik.
Secara terpisah, Ketua Pansus Pajak DPR, Melchias Mekeng mengatakan, Tanpa insentif,
suatu perusahaan bisa menempuh berbagai cara agar kewajiban tersebut tidak dilaksanakan.
Sebaliknya jika ada insentif sebagai imbangan, CSR tersebut tentunya akan dilaksanakan dengan baik
dan benar.
Lihat juga Arif S. Siregar, Ibid., memaparkan bahwa saat ini RPP tanggung jawab sosial dan
lingkungan tidak lagi membicarakan besaran persentase anggaran CSR tetapi kewajiban menyerahkan
laporan perencanaan dan pelaksanaan CSR pada awal tahun kepada Departemen Hukum dan HAM.
Industri pertambangan pun sudah menyerahkan ke Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
perencanaan dan pelaporan CSR dalam format Rencana Kegiatan dan Anggaran Belanja.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
jumlah sumbangannya jika ada kebijakan pengurangan pajak (tax deduction) oleh pemerintah atas sumbangan
sosial perusahaan kepada masyarakat.
154
Dalam kaitannya CSR diperlakukan sebagai biaya, justru perusahaan dapat memanfaatkannya untuk
mengurangi pajak. CSR layaknya biaya gaji karyawan atau komponen ongkos lainnya. Biaya mengurangi laba
bersih sehingga mengurangi pajak penghasilan.
155
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
menetap batasan kepatutan dan kewajaran bagi perseroan antara lain : faktor
laba/profit yang diterima perseroan, risiko, komitmen perseroan dan besaran pajak
bahkan ketaatan serta kepatuhan perseroan dalam membayar pajak atau retribusi yang
menjadi kewajiban perseroan. Hal hal ini yang harus menjadi perhatian pemerintah
dalam menetapkan besaran biaya CSR bagi perseroan.
Seperti pada perusahaan migas yang berdasarkan data Panitia Kerja DPR RI
menunjukkan cost recovery untuk tahun 2007 kembali meningkat. Cost recovery
yang diajukan mencapai 10,4 milliar dollar AS atau sekitar 93,9 triliun rupiah.
Jumlah ini mencapai 30 persen dari keseluruhan pendapatan kotor sektor migas yang
diperkirakan mencapai 35 milliar dollar atau 321 triliun rupiah. Sehingga menurut
Kurtubi, pengamat perminyakan, bahwa dana CSR oleh perusahaan migas tidak layak
dibebankan kepada negara karena perusahaan sudah menikmati windfall profit dari
harga minyak yang tinggi. 157
Dalam teknis pelaksanaannya, CSR harus dirancang dalam rencana kerja
tahunan. Rencana ini juga perlu mencantumkan anggaran yang dibutuhkan. Anggaran
itu disusun dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran serta diperhitungkan
sebagai biaya perseroan. Klausul kepatutan dan kewajaran menurut Rancangan
Peraturan Pemerintah ini adalah sesuai dengan kemampuan keuangan perseroan dan
potensi risiko serta tanggung jawab yang harus ditanggung oleh perseroan sesuai
sudah menghasilkan dana dengan jumlah yang besar. "Tahun ini saja kita alokasikan lebih dari Rp 100
miliar. Itu baru sekitar dua persen dari keuntungan kita," imbuhnya (lihat Pengusaha Tolak
Kewajiban CSR, http://www.suaramerdeka.com/harian/0707/24/eko06.htm (diakses tanggal 27
Agustus 2007)
157
CSR Tidak Masuk Cost Recovery, Harian Kompas, tanggal 25 Juli 2007
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
dengan kegiatan usahanya. Tidak ada berapa persen tarif CSR dalam beleid itu.
Pelaksanaan CSR ini harus dimuat dalam laporan tahunan untuk dipertanggung
jawabkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Masyarakat dapat
komplain jika perseroan itu tidak melaksanakan CSR sebagaimana mestinya. Laporan
masyarakat itu disampaikan secara tertulis. Perseroan yang telah melaksanakan CSR
melebihi kewajiban dasar dapat diberi penghargaan. Penghargaan itu akan ditentukan
oleh menteri yang membidangi kegiatan usaha perseroan itu antara lain Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Kelautan dan
Perikanan, serta bidang lainnya.
158
5. Adanya sanksi
Konsekuensi kewajiban melaksanakan CSR menimbulkan sanksi bagi
pelanggarnya. Pengenaan sanksi bagi perusahaan yang tidak melaksanakan mereka
CSR tetap perlu memperhatikan kepada hukum positif yang sudah ada dan berkaitan
dengan sumber daya alam seperti Undang undang No 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi, Undang undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air, Undang undang No. 19 Tahun 2004 jo Undang undang No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan maupun Undang undang No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam artian bahwa pengaturan maupun sanksi
yang akan diterapkan tidak menjadi overlapping dengan aturan aturan yang sudah
158
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
ada. Sanksi yang diterapkan secara umum berupa sanksi adminstratif, pidana maupun
perdata. Meskipun demikian, CSR sebagai konsep kewajiban tidak dapat menetapkan
eksekusi atau hukuman hingga diterbitkannya peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh
pemerintah (PP) yang mengatur CSR lebih lanjut. 159
6. Pengaturan lebih lanjut dengan peraturan pemerintah (PP)
Berkaitan dengan kewajiban untuk melaksanakan CSR banyak kalangan
pelaku berpendapat bahwa di negara-negara maju, CSR memang tidak lazim diatur.
Namun hal itu perlu ditelaah karena kesadaran sosial dan lingkungan pengusaha di
negara-negara tersebut lebih baik daripada pelaku usaha di Indonesia. Regulasi yang
mengatur aspek sosial dan lingkungan dari kegiatan bisnis juga berjalan lebih baik.
Berkaitan dengan implementasi tanggung jawab sosial dan lingkungan akan dibuat
peraturan pelaksananya dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) termasuk mengenai
bentuk
penerapannya,
besaran
kewajibannya,
siapa
lembaga
yang
akan
159
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
162
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Industri : CSR dan Comcev, disampaikan pada workshop
tentang CSR, Lembaga Studi Pembangunan (LPS) STKS Bandung, tanggal 29 Nopember 2006 di
Bandung, hal. 6 bahwa selanjutnya sebagai perbandingan dari angka angka tersebut, di AS porsi
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
bervariasi. Paling tidak ada 4 (empat) model atau pola CSR yang umumnya
diterapkan oleh perusahaan di Indonesia yaitu : 163
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan
menjalankan
program
CSR
secara
langsung
dengan
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
satu
perusahaan
yang
sudah
melaksanakan
CSR
adalah
PT. Telkom, Tbk. Kegiatan CSR sudah dilaksanakan di Telkom sejak tahun 2002,
walaupun
namanya
sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
BUMN
Nomor
164
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
165
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Perusahaan lain yang juga menerapkan CSR yaitu PT. International Nickel
Indonesia, Tbk yang selanjutnya dalam penulisan ini disingkat dengan PT. Inco, telah
beroperasi lebih dari 30 (tiga puluh) tahun sebagai produsen nikel (pertambangan) di
pulau Sulawesi. CSR yang dilakukan dalam bentuk program pemberdayaan
masyarakat khususnya masyarakat Sulawesi. PT. Inco melalui Departemen
Regional Government & Community Relations telah melakukan banyak program
pemberdayaan masyarakat seperti Program Pelatihan Industri tahun 2004 yang telah
menghasilkan ratusan tenaga kerja siap pakai, bantuan pengadaan genset dan air
bersih, perbaikan jalan dan jembatan, memberikan fasilitas kesehatan dan pengobatan
gratis, bantuan UKM bagi usaha pertanian, perikanan dan peternakan, program
beasiswa, upaya penghutanan kembali dan kegiatan sosial lainnya. Pada tahun 2004,
PT. Inco mengalokasikan dana kurang lebih US$ 1,3 juta dalam program pendidikan
(48,34%),
kesehatan
(14,01%),
pertanian
(3,72%),
infrastruktur
(5,51%),
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Indonesia (LPEM-UI) tahun 2004 menunjukkan aktivitas ekspor dan investasi PT.
Inco di tahun 2000 telah memberikan kontribusi sebesar 0,36% Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia, 11,86 % Produk Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi
Selatan dan 77,97% PDRB Kabupaten Luwu Utara. Dengan kegiatan yang telah
dilakukan, PT. Inco berhasil mendapat ISO 17025 untuk laboratorium process
technology dan penghargaan emas dalam pengendalian sedimentasi dan erosi.
166
166
PT. International Nickel Indonesia, Tbk, Laporan tahunan/ Annual Report : Program
Pemberdayaan Masyarakat (Community Development Program) tahun 2004, Diterbitkan oleh
Regional Communications PT. Inco, Tbk. Lihat juga PT. International Nickel Indonesia, Tbk, Kisah
dari Ranah Sulawesi : PT.Inco, www.pt-inco.co.id/pdf/lapcsr2006.pdf (diakses tanggal 16 Juni 2008)
Sebagian besar kegiatan PT. Inco di Provinsi Sulawesi Selatan terfokus di daerah Sorowako,
Nuha, Towuti, dan Malili. Semuanya berada di kabupaten Luwu Timur. Di Sulawesi Tenggara,
kegiatan dipusatkan di Kabupaten Kolaka, Kendari, dan Buton. Sedangkan di Sulawesi Tengah
difokuskan di Kabupaten Morowali dan Palu.
Lihat juga Arif S. Siregar, Ibid., menerangkan bahwa berdasarkan studi LPEM UI pada tahun
2004 mendefenisikan beberapa manfaat dari keberadaan industri pertambangan yaitu :
(1) Manfaat ekonomi : memberikan kontribusi langsung pada PDB nasional, PDRB daerah,
penciptaan pendapatan per kapita, penciptaan kesempatan kerja, penciptaan peluang
usaha bagi nasional dan lokal
(2) Manfaat fiskal : pembayaran ke pemerintah yang terdiri dari berbagai komponen baik
berupa pajak, iuran, royalti, dan sebagainya yang akhirnya dikembalikan ke daerah
sebagai dana perimbangan
(3) Manfaat sosial : dana pengembangan masyarakat yang disediakan langsung oleh industri
setelah sampai pada tahap produksi karena sifatnya memberikan manfaat langsung ke
masyarakat di sekitar operasi.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
% PDRB Kabupaten Mimika. Di samping itu, PT. Freeport juga menciptakan 237
ribu tenaga kerja di Papua dan 46 ribu di luar Papua. Untuk pengembangan SDM
warga asal Papua, pada tahun 2003, PT. Freeport mendirikan Institut Pertambangan
Nemangkawi (Nemangkawi Mining Institute) yang mendidik dan menyediakan
program pra-magang, magang, serta pengembangan lanjut jenjang karir bagi warga
Papua. Pada tahun 2006, institut tersebut mempunyai 1.000 siswa yang hampir
semuanya warga Papua. Program community development PT. Freeport juga sangat
intensif antara lain Program Kemitraan untuk Pengembangan Masyarakat yang
berjumlah sekitar US $ 426 juta (tahun 1992 2004), dan US $ 42 juta (tahun 2005)
yang dikelola Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro- sebuah
LSM, di samping dana program PT. Freeport sejumlah rata rata US $ 22 juta/ thn.
PT. Freeport juga serius melakukan program program manajemen lingkungannya
melalui AMDAL, Ecological/ Environmental Risk Assessment (ERA), Environmental
Audit (ISO 14001, EMS) serta partisipasi dalam program PROPER KLH. PT.
Freeport juga melakukan program beyond compliance, seperti daur ulang oli bekas
sebagai bahan bakar, aki bekas, mereklamasi hutan bakau dan melakukan penelitian
tentang satwa dan tumbuhan asli Papua. 167
Jika diperhatikan hingga saat ini banyak perusahaan yang bergerak di bidang
sumber daya alam yang telah menerapkan CSR sebagai bagian dari kegiatan
bisnisnya. Penerapan CSR memang membutuhkan biaya, waktu, sistem, skill, dan
167
Rusdian Lubis, Direktur dan Executive VP- untuk SHE dan Gov Rel di PT. Freeport
Indonesia, Corporate Social dan Environmental Responsibility : Pengalaman Dan Pelajaran dari PT.
Freeport Indonesia, dalam tulisan pribadinya tentang memahami CSR.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
tidak bebas resiko. Namun biaya dan resiko tersebut juga diimbangi dengan hikmah
dan manfaat yang sepadan. CSR akan melindungi korporasi dari suprises yang
tidak menyenangkan dan dapat menjadi wahana membangun saling kepercayaan
antara masyarakat, perusahaan dan pemerintah.
168
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Meskipun di negara lain tidak ada kewajiban untuk melakukan CSR bahkan
hingga
menetapkan
besarannya
namun
kesadaran
tentang
pentingnya
mengimplementasikan CSR ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya
kepedulian masyarakat global terhadap produk - produk yang ramah lingkungan dan
diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi
manusia (HAM). Berikut ini gambaran perbandingan perusahaan - perusahaan (dalam
persentase) di beberapa negara yang menerapkan CSR dan tidak menerapkan CSR.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Jerman
AS
Inggris
Perancis
Indonesia
CSR
51
50
40
30
30
Non CSR
49
50
60
70
70
Kesadaran menerapkan CSR di negara lain dapat diperhatikan pada saat ini,
bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman hanya kepada
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bankbank Eropa hanya memberikan pinjaman pada perusahaan-perusahaan perkebunan di
Asia apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yakni ketika membuka lahan
perkebunan tidak dilakukan dengan membakar hutan. Tren global lainnya dalam
pelaksanaan CSR di bidang pasar modal adalah penerapan indeks yang memasukkan
kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh,
New York Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi
saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability
dengan salah satu kriterianya adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock
Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan Financial
Times Stock Exchange (FTSE) yang memiliki FTSE4Good sejak 2001. Inisiatif ini
mulai diikuti oleh otoritas bursa saham di Asia, seperti di Hanseng Stock Exchange
dan Singapore Stock Exchange. Konsekuensi dari adanya indeks-indeks tersebut
memacu investor global seperti perusahaan dana pensiun dan asuransi yang hanya
akan menanamkan dananya di perusahaan-perusahaan yang sudah masuk dalam
indeks. 169
Di Filipina, terdapat suatu lembaga yang disebut PBSP (Philippine Bussines for Social Progress). Ini
merupakan salah satu wujud kongkrit kontribusi perusahaan-perusahaan di Filipina dalam menyediakan sumber
pendanaan bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan mengatasi berbagai persoalan sosial masyarakat, salah
satunya pengembangan sumber daya manusia melalui program bantuan stimulan biaya pendidikan. Lembaga ini
didirikan pada tahun 1970 oleh
pembangunan sosial Filipina. Pendirian asosiasi ini dimaksudkan guna mengumpulkan sumberdaya dari
169
Ibid.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
perusahaan-perusahaan strategis yang nantinya dapat digunakan untuk mendukung program yang mendorong ke
arah kemandirian, pembangunan berkelanjutan, serta pertumbuhan ekonomi di Filipina. Saat ini, PBSP telah
memiliki 179 anggota yang terdiri dari perusahaan lokal dan multinasional seperti San Miguel Corporation, Shell,
IBM Philippine, dan lain-lain.
170
170
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
saja kinerja perusahaan (kinerja ekonomi dan finansial) melainkan kinerja sosial dan
lingkungan. Laporan ini harus terbuka untuk diakses publik dan dipertanyakan.
Dengan demikian, perusahaan didesak agar semakin bertanggung jawab. 171
Mac Oliver EA Marshal berpendapat perusahaan Amerika yang beroperasi
di luar negeri diharuskan melaksanakan Sullivan Principal dalam rangka
melaksanakan Corporate Social Responsibilty, yaitu: 172
a. Tidak ada pemisahan ras (non separation of races) dalam makan, bantuan
hidup dan fasilitas kerja.
b. Sama dan adil dalam melaksanakan pekerjaan (equal and fair employment
process).
c.
d. Program training untuk mempersiapkan kulit hitam dan non kulit putih lain
sebagai supervisi, administrasi , teknisi dalam jumlah yang substansial.
e. Memperbanyak kulit hitam dan non kulit putih lain dalam profesi manajemen
dan supervisi.
f. Memperbaiki tempat hidup pekerja di luar lingkungan kerja seperti
perumahan, transportasi, kesehatan, sekolah dan rekreasi.
Implementasi CSR di beberapa negara bisa dijadikan referensi untuk menjadi
contoh penerapan CSR. Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Belanda, Inggris, dan
171
172
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Amerika Serikat telah mengadopsi code of conduct CSR yang meliputi aspek
lingkungan hidup, hubungan industrial, gender, korupsi, dan hak asasi manusia
(HAM). Berbasis pada aspek itu, mereka mengembangkan regulasi guna mengatur
CSR. Australia, misalnya, mewajibkan perusahaan membuat laporan tahunan CSR
dan mengatur standarisasi lingkungan hidup, hubungan industrial, dan HAM.
Sementara itu, Kanada mengatur CSR dalam aspek kesehatan, hubungan industrial,
proteksi lingkungan, dan penyelesaian masalah sosial. 173
Di Malaysia, CSR sebagaimana yang digambarkan dalam Silver Book sebagai
referensinya menyatakan bahwa CSR merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
untuk menguntungkan masyarakat serta kontribusi sukarela (voluntary contribution)
dan kewajiban sosial (social obligation). Elemen tanggung jawab sosial dapat dijajaki
dalam Code of Ethics (1996) yang secara ringkas direktur dalam menunaikan
kewajibannya harus menjamin pemakaian sumber daya alam yang efektif dan
mempromosikan tanggung jawab sosial, pro-aktif dalam kebutuhan masyarakat,
membantu dalam melawan inflasi. Pada tahun 2004, bahkan Bursa Saham Malaysia
memunculkan kerangka tanggung jawab sosial sebagai manual bagi perusahaan
publik yang terdaftar ketentuan pendaftaran membutuhkan perusahaan publik untuk
mecantumkan praktek tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan. Komitmen
pemerintah juga ditunjukkan dengan menerbitkan Silver Book pada bulan September
2006 dalam program Transformasi Perusahaan yang berhubungan dengan pemerintah
atau Government Linked Companies yang selanjutnya dalam penulisan ini disingkat
173
Ibid.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
menjadi GLCs. Tanggung jawab sosial mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
Sejak tahun 2006 alokasi - alokasi tertentu telah dibuat dalam anggaran tahunan
untuk CSR. Bahkan pada tahun 2008, perdana menteri menyebutkan akan ada
pengurangan pajak untuk perusahaan yang memberikan keuntungan signifikan
terhadap komunitas lokal, pemerintah juga membentuk dana CSR dengan jumlah
awal RM 50 juta sekaligus meluncurkan Award CSR Perdana Menteri 2007 untuk
mendukung keterlibatan perusahaan dari sektor swasta dalam aktivitas CSR. 174
Selanjutnya, Silver Book menuntun GLCs tentang bagaimana membentuk
sebuah program kontribusi yang efektif dan menekan biaya kewajiban tersebut ke
dalam kontribusi yang efektif. Program program yang dilakukan oleh GLCs di
Malaysia dibagi dalam program kontribusi sosial (contohnya : di bidang pendidikan,
keterrlibatan komunitas terhadap kegiatan sosial/bencana alam, program kesehatan
masyarakat, perlindungan
174
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
mencakup ruang lingkup yang luas dan didesain untuk memberikan nilai yang layak
dicapai masyarakat secara umum dan perusahaan secara khusus.
Kemudian belajar dari pengalaman negara-negara lain, tidak ada satupun negara yang dengan persis
mencantumkan persentase atau jumlah yang harus dikeluarkan untuk investasi sosial perusahaan. Dengan
demikian akan sangat mustahil menemukan negara yang berbuat demikian, karena yang banyak dikembangkan
oleh negara-negara maju adalah sistem insentif yang mendorong perusahaan melakukan investasi sosial sebagai
bagian dari strategi welfare mix (kesejahteraan sebagai tanggung jawab bersama). Pendekatan masing-masing
pemerintah di Eropa, misalnya, berbeda-beda, namun tidak satupun di antara mereka yang meregulasi dana CSR.
Pemerintah Perancis mengharuskan perusahaan untuk melaporkan secara mendetail dampak mereka dalam aspek
sosial dan lingkungan. Pemerintah Belgia menyediakan label khusus bagi perusahaan yang dalam praktiknya
sepanjang rantai produksi telah benar-benar sesuai dengan delapan konvensi ILO. Pemerintah Denmark
mengembangkan Danish Social Index dan melakukan pengukuran langsung atas kinerja perusahaan dalam
kebijakan mengenai pekerja dan fakta kondisi kerja. Sementara Pemerintah Italia mengembangkan petunjuk yang
dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk melakukan penilaian diri, pengukuran, pelaporan, serta penjaminan
kebenaran isi laporan. Jalan yang ditempuh oleh Kementerian CSR Inggrisyang mirip dengan apa yang
dilakukan Pemerintah Perancissangat menarik untuk dicoba, yaitu dengan mewajibkan pelaporan tahunan
kinerja sosial dan lingkungan perusahaan selain kinerja finansial yang memang sudah biasa dilakukan. Dengan
upaya pemerintah yang mendorong transparansi kinerja ini, maka mau tidak mau perusahaan kemudian harus
meningkatkan kinerjanya karena iklim persaingan usaha yang ketat akan memberikan disinsentif bagi mereka
yang memiliki kelemahan dalam kinerja CSR. Regulasi yang dibuat juga memberikan kewenangan penuh bagi
pemerintah untuk mengecek kebenaran laporan, dan tentu saja mengatur apa konsekuensi kebohongan terhadap
publik yang dilakukan perusahaan dalam laporannya.
176
Oleh sebab itu tidaklah mengherankan, CSR telah menjadi isu bisnis yang terus menguat. Isu ini sering
diperdebatkan dengan pendekatan nilai-nilai etika, dan memberi tekanan yang semakin besar pada kalangan bisnis
adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk merespon ataupun memenuhi permintaan
stakeholder. Selanjutnya Silver Book memberikan 7 (tujuh) ruang lingkup kontribusi terhadap
masyarakat yaitu : (1) hak asasi manusia, (2) kesejahteraan karyawan, (3) jasa pelanggan, (4)
kemitraan supplier, (5) perlindungan lingkungan hidup, (6) keterlibatan komunitas, (7) perilaku bisnis
yang etis.
176
Mas Achmad Daniri, Ibid.
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
untuk berperan dalam membantu masalah-masalah sosial yang akan terus tumbuh dan juga berperan dalam
memajukan kesejahteraan umum sebagai perwujudan tujuan negara Indonesia. Pengaturan CSR dalam UU PT
merefleksikan tujuan hukum untuk memberikan. memberikan manfaat, ketertiban dan kepastian bagi semua
pihak.
177
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemikiran yang mendasari konsep CSR yang sering dianggap inti dari Etika
Bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban
kewajiban ekonomis dan legal tetapi juga kewajiban kewajiban terhadap
177
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
dengan sumber daya alam (SDA), (3) dianggarkan sebagai biaya, (4)
dilakukan dengan memperhatikan aspek kepatutan dan kewajaran,
(5) bagi pelanggarnya dikenai sanksi serta, (6) pengaturan lebih jauh akan
dituangkan dalam satu peraturan pemerintah. Hingga saat ini Peraturan
Pemerintah tersebut belum diterbitkan dan masih dalam tahap perumusan.
Pemerintah masih berupaya mencari titik keseimbangan yang paling sesuai
agar kalangan dunia usaha tidak sampai dirugikan dan masyarakat setempat
juga mendapatkan keuntungan.
B. Saran
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
Abdullah, M. Yatimin.
Persada, 2006
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Kotler, Philip dan Nancy Lee. Corporate Social Responsibility : Doing the Most
Good for Your Company and Your Cause. New Jersey : John Wiley and
Sons, Inc., 2005
Magnis-Suseno, Frans. Berfilsafat dari Konteks., Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1992
Pratley, Peter. Etika Bisnis (The Essence of Business Ethic), diterjemahkan oleh
Gunawan Prasetio. Yogyakarta : Penerbit Andi bekerjasama dengan Simon &
Schuster (Asia) Pte.Ltd., 1997
Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000
Rawls, John. A theory of Justice. London : Harvard University Press, 1971
Rudito, Bambang, dan Melia Famiola. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Indonesia. Bandung : Rekayasa Sains, 2007
Salam, Burhanuddin. Etika Sosial : Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia.
Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997
Saphiro, Ian. Asas Moral dalam Politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia yang
bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan Freedom
Institute, 2006
Simorangkir, O.P. Etika : Bisnis, Jabatan dan Perbankan. Jakarta : Rineka Cipta,
September 2003
Soemitro, Ronny Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta :
Ghalia Indonesia, 1988
Susanto, A.B. Corporate Social Responsibility. Jakarta : The Jakarta Consulting
Group, 2007
Tjager, I Nyoman, F. Antonius Alijoyo, Humphrey R. Djemat, Bambang Soembodo.
Corporate Governance : Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis
Indonesia. Jakarta : PT. Prenhallindo, 2003
Tunggal, Amin Widjaja. Corporate Social Responsibility. Jakarta : Harvarindo, 2007
Tunggal, Hadi Setia. Memahami Undang undang Perseroan Terbatas (Undangundang Nomor 40 tahun 2007). Jakarta : Harvarindo, 2007
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
II. Media
Harijono, Try. CSR Jangan Dipandang Derma, Harian Kompas, tanggal 4 Agustus
2007
Kuntari, Rien dan Khairina. CSR, Investasi Jangka Panjang, Harian Kompas,
tanggal 4 Agustus 2007
Maemunah, Siti. Negara Lemah, CSR Menguat. Forum Keadilan No.22,
tanggal 23 September 2007
Rahmat, Paul. Tanggung Jawab Sosial Korporasi, Harian Kompas, tanggal 2
Agustus 2007
Samhadi, Sri Hartati. Etika Sosial Perusahaan Multinasional, Harian Kompas,
tanggal 4 Agustus 2007
CSR Tidak Masuk Cost Recovery, Harian Kompas, tanggal 25 Juli 2007
CSR Dibuatkan Payung Hukum, Harian Kompas, tanggal 25 Mei 2007
Harapan Untuk Berbagi Madu, Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007
Pemerintah Diharapkan Lebih Bijak Atur CSR, Harian Kompas, tanggal 21 Juli
2007
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Siregar, Arif S., Presiden Direktur PT. Inco, Tbk dan Ketua Indonesian Mining
Association, Memahami CSR: Dapatkah Perusahaan Mempunyai Tanggung
Jawab Sosial.
Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial Industri : CSR dan Comdev, disampaikan pada
workshop tentang CSR, Lembaga Studi Pembangunan (LPS) STKS
Bandung, tanggal 29 Nopember 2006 di Bandung
V. Internet
Andi
http://www.
kutaikartanegara.com/forum/viewtopic.php?p=5170 (diakses tanggal 4 Maret
2008)
Firman,
Tanggung
Jawab
Sosial
Dan
Lingkungan
Perusahaan,
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
PT. International Nickel Indonesia, Tbk, Kisah dari Ranah Sulawesi : PT.Inco,
www.pt-inco.co.id/pdf/lapcsr2006.pdf (diakses tanggal 16 Juni 2008)
Belajar CSR, http://www.csrindonesia.com/faq.php# (diakses tanggal 27 Mei
2008)
Ini Dia Jeroannya : RPP CSR, http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=
19664&cl=Berita (diakses tanggal 11 Juli 2008).
Kadin Anggap Pasal CSR dalam UUPT Tak Mendasar http://www.
hukumonline.com/detail.asp?id=18635&cl=Berita (diakses tanggal 11 Juli
2008)
Kadin akan gugat CSR ke MK, http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=
17389&cl= Berita (diakses tanggal 27 Agustus 2007)
Klausul CSR Hanya untuk Bidang Sumber Daya Alam : RUU Perseroan Terbatas
http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=17194&cl=Berita
Laporan
Keberlanjutan,
http://www.telkom.co.id/tentang-telkom/laporankeberlanjutan/ (diakses tanggal 12 Mei 2008)
Menunggu Standar Baku Tanggung Jawab Sosial, http://www.hukumonline.
com/detail.asp?id=18859&cl=Berita (diakses tanggal 11 Juli 2008)
Pengusaha Tolak Kewajiban CSR, http://www.suaramerdeka.com/harian/ 0707/24
eko06.htm (diakses tanggal 27 agustus 2007)
Pemerintah Siap Terbitkan PP Tanggungjawab Sosial Perusahaan
http://www.antara.co.id/arc/2007/8/22/pemerintah-siap-terbitkan-pp-tanggung
jawab-sosial-perusahaan/ (diakses tanggal 17 Februari 2007)
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008
Ika Safithri : Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas,2008.
USU e-Repository 2008