Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM PERUSAHAAN

EKSISTENSI PEMERINTAH DAERAH DALAM


MENYALURKAN DANA TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN (CSR) KEPADA MASYARAKAT
Di
S
U
S
U
N

OLEH
REZA FAHLEVI
1609202010042

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada dasarnya tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sering


disebut CSR (Corporate Social Responsibility) adalah sebuah dana hibah atau
sebuah penghargaan dari perusahaan untuk penduduk sekitar, lingkungan dan
laba (profit) bagi perusahaan itu sendiri. Karena hal tersebut merupakan salah
satu tujuan dari perusahaan yang ada dalam setiap agenda rapat tahunan mereka.
Sesuai sejarah, konsep awal dari tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan (corporate social responsibility [CSR]) sebelum masuk
kedalam sisitem hukum Indonesia, mulai diperkenalkan pada tahun 1950 melalui
pemikiran Howard R. Bowen dalam Social Responsibility of Businessman1
Dalam Undang-undang salah satunya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
pasal 74 yang mengatur tentang Corporate Social Responsibility (CSR) atau
tanggung jawab sosial perusahaan yang isinya menyebutkan bahwa
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan ini merupakan kewajiban
Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran yang
apabila tidak dilakukan akan dikenakan sanksi. CSR ini semakin sering didengar
sejak menguatnya keinginan untuk menerapkan Good Corporate Governance.

Tanggung jawab perusahaan dapat disebut sebagai komitmen perusahaan


untuk mempertanggungjawabkan dampak kegiatan operasinya dalam dimensi
ekonomis, sosial dan lingkungan pada masyarakat dan lingkungan hidupnya,

1
Dyah Dwi Cahya Lestari dalam http:// www. scribd.com/doc /78033388 / Sejarah –
CSR # scribd.

2
dengan demikian tetap menjaga agar dampak-dampak tersebut tetap
menyumbang manfaat dan bukan merugikan bagi para Stakeholdernya.
Urusan terkait dengan CSR merupakan domain wilayah pemerintah
pusat, karena baik Peraturan Menteri BUMN, Undang- Undang PT,
Undang-Undang PMA, Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi dibuat oleh
DPR bersama Pemerintah Pusat.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 mempertegas bahwa tanggung
jawab sosial dan lingkungan yang harus dilakukan oleh perusahaan dengan
kualifikasi jenis kegaitan usaha, biaya pelaksanaan tanggung jawab, dan
sanksi bagi perusahaan yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial, beserta
dengan penetapan ketentuan lebih lanjut kepada peraturan pemerintah.
(1) Perseroan yang menjalankan kegaitan usahanya dibidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada pasal (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diatur dengan peraturan pemerintah2
Secara teoritis, Pemerintah Daerah mampu meletakkan prioritas untuk
mensinergikan program pengembangan dan program-program CSR perusahaan.
sebagai contoh Qanun Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Nomor 10 Tahun 2015
Tentang Tangung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang diprakarsai
pemkab tersebut memiliki tiga fokus pembangunan yakni pendidikan, kesehatan
dan ekonomi. Pemerintah Daerah (PEMDA) menghimbau perusahaan untuk
memberikan dana CSR-nya untuk dimasukkan dalam APBD. Hal tersebut

2
Bunyi Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

3
bertentangan dengan hakekat CSR. Sebab, CSR adalah salah satu kebijakan
perusahaan untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan memberikan kembali
(give back) kepada masyarakat dari keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Caranya dengan membangun infrastruktur seperti membangun sekolah,
membangun jalan, serta menyalurkan dana kemitraan dengan bunga rendah,
maupun memberi pendampingan untuk give-back tersebut.
Dengan disahkannya peraturan daerah dan peraturan pelaksanaannya
tersebut, diharapkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat yang
berada di sekitar perusahaan yang menurut undang-undang atau peraturan
lainnya diwajibkan mengeluarkan dana sosial dan lingkungan. Hal tersebut
berguna bagi masyarakat atau daerah yang memang benar-benar membutuhkan
dana dari perusahaan-perusahaan tersebut. Dapat diambil contoh Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat tahun 2018 ini menandatangani MoU dengan 18 (delapan
belas) perusahaan swasta maupun BUMN/BUMD yang melakukan kegiatan
operasionalnya di daerah tersebut mengenai dana tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) sebesar 18 miliar rupiah untuk dapat diperuntukkan bagi
masyarakat. salah satunya P.T MIFA Bersaudara yang berani mengalokasikan
dana CSR nya sebesar 9 miliar rupiah.
Dilihat dari keterangan diatas, hakekat dasar dari tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility/CSR) adalah berasal dari
perusahaan itu sendiri seperti yang dicontohkan di daerah kabupaten aceh barat
tadi. Setelah mengetahui hal tersebut timbul permasalahan, memang pembuat
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang CSR seperti UU tentang
BUMN, UU PT, UU penanaman modal, dan UU minyak dan gas adalah
pemerintah pusat yakni DPR bersama dengan presiden. Akan tetapi muncul
polemik ketika pelaksanaan kewajiban perusahaan memberikan dana CSR
tersebut di daerah-daerah baik itu di tingkat provisi maupun di tingkat
kabupaten/kota. Polemik tersebut muncul ketika penyaluran dana CSR yang
berasal dari perusahaan-perusahaan di daerah adalah pemerintah daerah atau
tidak. Hal ini memunculkan konflik kewenangan antara pemerintah daerah
sebagai pemimpin pemerintahan di daerah dengan perusahaan-perusahaan di
daerah itu sendiri yang dalam hal ini adalah pemberi dana CSR.

4
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan gambaran latar belakang tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:
A. Bagaimana implikasi kewenangan Pemerintah Daerah terhadap Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas untuk menyalurkan dana
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) kepada masyarakat?
B. Bagaimana penerapan serta pengawasan pemerintah daerah terhadap dana
tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) yang
disalurkan kepada masyarakat?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

C. 1. Sejarah CSR (Corporate Sosial Responsibility)


A. Landasan Pemikiran CSR di dunia

Menurut World Business Council for sustainable development:


Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan
memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas
kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat
luas pada umumnya.

CSR Asia adalah Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara


berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya
menyeimbangkan beragam kepentingan para pihak yang berkepentingan

Menurut ISO 26000, CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi


terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya
pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan,
sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional;
serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (draft 3, 2007).

Fraderick et al: corporate social responsibility (CSR) dapat diartikan


sebagai prinsip yang menerangkan bahwa perusahaan harus dapat
bertanggungjawab terhadap efek yang berasal dari setiap tindakan didalam
masyarakat maupun lingkungannya.3

Dari beberapa penjelasan para ahli kemudian ditarik sebuah kesimpulan bahwa
CSR itu merupakan sebuah tindakan atau konsep sosial yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan atau beberapa perusahaan untuk membantu kehidupan
termasuk didalamnya lingkungan, ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan
masyarakat. Dengan adanya CSR perusahaan akan lebih mengedepankan
3
http://gunnaharmyani.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-dan-landasan-csr.html
6
sustainability dari pada profitability perusahaan. dimana melalui tindakannya itu
akan membawa perbaikan pada apa yang dapat membantu dan kelak juga akan
membawa dampak positif pada perusahaan berupa wibawa dan image
perusahaan yang semakin baik di mata masyarakat.

Ketenaran istilah CSR semakin menjadi ketika buku Cannibals With Forks: The
Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) terbit dipasaran. Buku ini
adalah karangan John Elkington. Didalam buku ini ia mengembangkan tiga
komponen penting sustainable development, yakni economic growth,
environmental protection, dan social equity, yang digagas the World
Commission on Environment and Development (WCED). dalam Brundtland
Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus yang senagaja ia
singkat menjadi 3P yaitu singkatan dari profit, planet dan people4.

CSR di Indonesia

Di Indonesia, istilah CSR dikenal pada tahun 1980-an. Namun semakin populer
digunakan sejak tahun 1990-an. Sama seperti sejarah munculnya CSR didunia
dimana istilah CSR muncul ketika kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi.
Misalnya, bantuan bencana alam, pembagian Tunjangan Hari Raya (THR),
beasiswa, pembangunan sarana ibadah, pembangunan MCK dll. Melalui konsep
investasi sosial perusahaan “seat belt”, yang dibangun pada tahun 2000-an. sejak
tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu
aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada
berbagai perusahaan nasional. Dalam hal ini departemen sosial merupakan
pelaku awal kegiatan CSR di Indonesia. Setelah tahun 2007 tepatnya Undang-
Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang kewajiban Perseroan Terbatas keluar,
hampir semua perusahaan Indonesia telah melakukan program CSR, meski lagi-
lagi kegiatan itu masih berlangsung pada tahap cari popularitas dan keterikatan
peraturan pemerintah. Misalnya, masih banyak perusahaan yang jika
memberikan bantuan maka sang penerima bantuan harus menempel poster
perusahaan ditempatnya sebagai tanda bahwa ia telah menerima bantuan dari
perusahaan tersebut.
4
http://jhonhardi.com/ringkasan-sejarah-csr-dunia-ke-indonesia/
7
B. Tujuan CSR Menurut para ahli

Berdasarkan konsep Triple Bottom Line (John Elkington, 1997) atau tiga faktor
utama operasi dalam kaitannya dengan lingkungan dan manusia (People, Profit,
and Planet), program tanggung jawab sosial penting sekali untuk diterapkan oleh
perusahaan karena keuntungan perusahaan tergantung pada masyarakat dan
lingkungan sekitar..

C. Tujuan CSR Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang


Perseroan Terbatas.
Kegiatan CSR perusahaan akan memberikan banyak manfaat bagi
masyarakat diantaranya sebagai berikut:
 Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar
perusahaan
 Membuka ruang kerja dan kesempatan untuk meningkatka taraf
hidup masyarakat.
 Turut membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan
 Penyelesaian masalah lingkungan.
 Akan lebih menguatkan dan memberdayakan kehidupan masyarakat
baik secara ekonomi,kelembagaan sosial,dan memperkecil terjadinya
konflik sosial.
D. Pengertian Pemerintahan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.5

5
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
8
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu yang
dilaksanakan untuk memecahkan masalah hukum secara normatif yang pada
dasarnya merupakan penelaahan kritis dan mendalam terhadap norma- norma
yang ada dan dokumen-dokumen hukum yang relevan dengan permasalahan
yang dikaji. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang
meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang
dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan
perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran)6.
B. Bahan Hukum
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum
primer, Bahan hukum primer dalam karya tulis ini meliputi:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
d) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara
e) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
f) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
g) Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 10 Tahun 2015 tentang Tanggung
Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan

6
Mukti Fajar dkk, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta: 2010, halaman. 34

9
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Definisi Corporate Social Responsibility


Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi
yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. 7
B. Analisis Eksistensi Pemerintah Daerah Terhadap Pengelolaan Dana
Corporate Social Responsibility
Mengapa ada CSR ? keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat
untuk masyarakat sekitar. Bahwa prinsip dasar CSR adalah
pemberdayaan masyarakat setempat yang notabenenya miskin agar
terbebas dari kemiskinan.
Dengan adanya kebijakan otonomi daerah maka sebagian besar
pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota di indonesia
membuat peraturan daerah/Qanun tentang pelaksanaan CSR perusahaan
yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar daerah tersebut.
Sebagai contoh kabupaten aceh barat provinsi aceh membuat produk
hukum yang berupa qanun aceh barat nomor 10 tahun 2015 tentang
TJSL (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan) bagi perusahaan yang
beroperasi di wilayah kabupaten aceh barat untuk dapat menghipun
dana CSR nya kepada pemerintah agar dapat dikelola s ecara merata
kepada masyarakat kabupaten aceh barat tapi yang jadi pertanyaanya
apakah dana yang terhimpun tersebut efektif apabila dikelola oleh
pemerintah daerah?

Tanggung jawab sosial dan lingkungan secara umum merupakan perintah


yang sifatnya wajib dilaksanakan oleh perusahaan sebagaimana yang
tertuang dalam pengaturan Pasal 74 Ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Tanggung jawab sosial dan lingkungan
7
Budi Untung, Hendrik.2009. Corporate Social Responsibility.Jakarta:Sinar Grafika.
10
merupakan sebuah kewajiban yang melekat pada perusahaan dalam rangka
meminimalkan dampak buruk yang dihasilkan dari aktivitas produksi terhadap
lingkungan dan masyarakat setempat. Untuk pengaturan lainnya, dapat ditemui
pada Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam
Pasal 15 huruf (b) disebutkan bahwa setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan demikian perintah
tanggung jawab sosial dan lingkungan ini memberikan maksud untuk mengatur
setiap perusahaan yang berada di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia dapat memposisikan diri untuk ikut serta dalam program
pembangunan yang berkelanjutan secara nasional yang semata-mata bukan
hanya tanggung jawab pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, melainkan
juga perusahaan, dan sebenarnya perangkat pengaturan regulasi terhadap
tanggung jawab sosial dan lingkungan hanya sebatas sebagai regulasi
dalam menjaga hubungan antara masyarakat, perusahaan dan
pemerintah. 8
Perkembangan wewenang pemerintah dipengaruhi oleh karakteristik
tugas yang dibebankan kepadanya. Tugas pemerintah adalah mengikuti tugas
negara, yaitu menyelenggarakan sebagian dari tugas negara sebagai organisasi
kekuasaan9.
Soerjono Soekanto mengemukakan pengertian “kekuasaan” sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada
pemegang kekuasaan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa adanya kekuasaan
tergantung dari hubungan antara penguasa dan yang dikuasai, atau dengan kata
lain antara pihak yang memiliki kemampuan melancarkan pengaruh dan pihak
lain menerima pengaruh itu dengan rela atau karena terpaksa. Beda antara
kekuasaan dan wewenang adalah bahwa setiap kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang
adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau kelompok orang yang

8
Fahmi Sara, Dahlan, Sri Walny Rahayu, Implikasi Yuridis Tanggung Sosial Perusahaan dalam
Peningkatan Kesejahteraan, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 19, No. 1, (April, 2017), pp. 176-191
9
Hakim, Lukman, 2011, Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah, Setara Press, Malang

11
mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat10
Sebagai contoh otonom, pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota,
berwenang untuk membuat peraturan daerah dan peraturan kepala daerah
guna menyelenggarakan urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan.
Peraturan daerah (Perda) ditetapkan oleh kepala daerah, setelah mendapat
persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD). Substansi atau
muatan materi Perda adalah penjabaran dari peraturan perundang-undangan
yang tingkatannya lebih tinggi, dengan memperhatikan ciri khas masing-masing
daerah dan substansi materi tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi11
C. Tinjauan Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas
Baik atau buruknya amanat undang-undang perseroan terbatas yang
mewajibkan perseroan menganggarkan dana pelaksanaan tanggung jawab
sosial, bergantung pada aturan pelaksananan yang akan disusun pemerintah.
Terkait hal itu, para pelaku bisnis berharap pemerintah lebih bijaksana
menafsirkan aturan ini, yang dimaksud dengan perseroan menurut Pasal 1 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melaksanakan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya. Ketentuan tersebut dengan tegas menyatakan bahwa perseroan
terbatas adalah badan hukum. Pasal 74 ayat (1) undang –undang perseroan
terbatas menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan segala sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Inilah yang dimaksud dengan corporate
social responsibility (CSR).12
Menurut penulis implikasi dari pemerintah daerah terhadap amanat
undang-undang perseroan terbatas sudah jelas bahwa adanya kewenangan
pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun pelimpahan kewenangan ke

10
Soerjono Soekanto, 1998, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta, Rajawali Pers,.
11
Hakim, Lukman, 2011, Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah, Setara Press, Malang
12
Budi Untung, Hendrik.2009. Corporate Social Responsibility.Jakarta:Sinar Grafika.
12
pemerintah daerah untuk menyusun peraturan atau regulasi yang bijaksana
terhadap tanggung jawab sosial lingkungan kepada pelaku bisnis dan
pengelolaan dari aspek penghimpunan dana dengan tujuan pembangunan yang
merata, serta dengan adanya regulasi dari pemerintah daerah dapat mengontrol
penerapan CSR perusahaan agar mampu memberikan manfaat bagi masyarakat
setempat, berjalan berkelanjutan, dan sesuai konsep pemberdayaan masyarakat
(community empowerment) asalkan aturan dari pemerintah daerah terkait
dengan CSR tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi dan sesuai
dengan hirarki perundang-undangan.
D. Penerapan dan Pengawasan Pemerintah Daerah Terhadap Dana
CSR
Dalam prakteknya, pihak pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana
CSR kedalam anggaran APBD karena adanya kepentingan stakeholder. Hal
tersebut tidak dapat dipungkiri ketika dana anggaran perusahaan yang berupa
dana CSR tersebut disalurkan ke masyarakat di daerah-daerah. hal ini menjadi
suatu kelemahan dalam hal penyaluran dana CSR yang berasal dari perusahaan.
Kita contohkan Seperti halnya di Kabupaten Aceh Barat dimana penerapan dari
penghimpunan dana CSR perusahaan, pemerintah kabupaten aceh barat
membentuk tim CSR dari Bapedda (Badan Pembangunan Daerah) yang
tujuannya mempermudah penyaluran serta pengawasan dana CSR tersebut agar
terwujudnya masyarakat yang makmur dan masyarakat dapat merasakan nikmat
dari pemanfaatan perusahaan yang ada disekitarnya.
Bupati Aceh Barat juga menghimbau bahwa pengawasan terhadap dana
CSR perusahaan dapat dilakukan oleh pengawas internal maupun eksternal dan
juga dapat dilakukan oleh masyarakat setempat.

13
BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN
a) Pemerintah Daerah berwenang membuat peraturan pelaksana terkait
dengan dana CSR perusahaan akan tetapi hanya sebatas aturan yang
sifatnya mengontrol penerapan CSR perusahaan agar mampu
memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, berjalan berkelanjutan,
dan sesuai konsep pemberdayaan masyarakat (community
empowerment) serta terkait dengan penyaluran dana tanggung jawab
sosial perusahaan kewenangan tersebut mutlak terletak pada perusahaan
yang mengeluarkan dana CSR nya. Pihak dari Pemerintah Daerah
sebagai fasilitator dalam memfasilitasi terbentuknya forum dalam
penyelenggaraan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan serta sebagai
penerima laporan terkait realisasi pelaksanaan penyelenggaraan
program tersebut.
b) Amanat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas yang mewajibkan perseroan menganggarkan dana pelaksanaan
tanggung jawab sosial lingkungan, bergantung pada aturan
pelaksananan yang akan disusun pemerintah baik itu pemerintah pusat
maupun Pemerintah Daerah.
2. SARAN
a) Diharapkan kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun regulasi atau
Peraturan Pemerintah mengenai CSR harus lebih bijaksana dan dapat
mempertimbangkan laba bersih untuk pelaksanaan CSR serta dapat
mempertimbangkan insentif pajak sebagai restribusi daerah yang harus
dibayarkan kepada Pemerintah Daerah tersebut.
b) Diharapkan kepada Pemerintah Daerah dapat melakukan
penyusunan program tanggung jawab sosial dan lingkungan bersama
Perusahaan Pusat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budi Untung, Hendrik, 2008, Corporate Social Responsibility, PT. Sinar


Grafika, Jogjakarta
Hakim, Lukman, 2011, Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah,
Setara Press, Malang
Soerjono Soekanto, 1998, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta, Rajawali Pers
Josef Riwu Kaho, 2007, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik
Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ibrahim, Johnny, 2010, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum
Normatif, Bayumedia, Malang
Daslani, Pitan. 2007. CSR Dari Masa Ke Masa. Investor.

Mukti Fajar dkk, 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta:, halaman. 34
Undang-Undang
Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 10 Tahun 2015 tentang Tanggung
Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan
Internet
Dyah Dwi Cahya Lestari dalam http:// www. scribd.com/doc /78033388
Sejarah – CSR # scribd.
Fahmi Sara, Dahlan, Sri Walny Rahayu, Implikasi Yuridis Tanggung Sosial
Perusahaan dalam P eningkatan Kesejahteraan, Kanun Jurnal Ilmu Hukum,
Vol. 19, No. 1, (April, 2017), pp. 176191

15

Anda mungkin juga menyukai