Anda di halaman 1dari 7

PSIKOTERAPI SUPORTIF

Psikoterapi suportif adalah suatu bentuk terapi alternatif yang


mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik
terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu
kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Untuk
mengembalikan keadaan jiwa yang rapuh ataupun mengalami
gangguan ke arah keseimbangan, yang terutama dilakukan adalah
menekan ataupun mengontrol gejala-gejala yang terjadi dan untuk
menstabilkan pasien ke dalam suasana yang aman dan terlindungi
untuk melawan ataupun menghadapi tekanan yang mungkin saja berat
naik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya.
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi
hubungan) menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh
yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi
sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan dan
memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang
telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan
ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk
menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam
menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat
untuk dihadapi.

Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendirisendiri atau konbinasi, termasuk :

kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah

pemuasan kebutuhan tergantungan

mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya

membantu

mengembangkan

sublimasi

yang

menyenangkan

(sebagai contohnya, hobi)

istirahat dan penghiburan yang adekuat


menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin
perawatan di rumah sakit jika diindikasikan

medikasi untuk menghilangkan gejala

bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara


ini rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman,
diterima, terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.
Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik.

Terapi ini dapat dipilih jika penilaian diagnostik menyatakan bahwa


proses kematangan yang bertahap didasarkan pada perluasan sasaran
baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk
perbaikan.

Tujuan psikoterapi jenis ini ialah:


-

Menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya


Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik

untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri. ( Maramis, 2005)


Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan (Anonym , 2001)
Mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta
kelemahannya, untuk selanjutnya membantu pasien melakukan perubahan
realistik apa saja yang memungkinkan untuk dapat berfungsi lebih baik
(Tomb, 2004)

Kriteria Pemilihan:
Pasien yang sangat sehat yang berhadapan dengan krisis yang melanda pasien
dengan defisit ego. ( Kaplan dan Sadock, 2010)
Lama Terapi
Beberapa hari, bulan, atau tahun-sesuai kebutuhan. ( Kaplan dan Sadock, 2010)
Mekanisme
Pasien dianjurkan untuk datang sekali (atau lebih) seminggu, untuk beberapa
minggu atau bulan (kadang ada pula yang mencapai tahunan). Termasuk pula
disini intevensi krisis yang singkat (untuk 1-3 pertemuan).
Terapis berurusan dengan gejala pasien, tetapi hanya sedikit mengolah
proses alam nirsadarnya dan tidak berupaya mengubah kepribadian. Pertahanan
psikologik diperkuat dan teknik yang digunakan antara lain menenangkan, sugesti,

mengeluarkan semua masalah, abreaction, dan manipulasi lingkungan. Terapis


bersikap aktif, menunjukkan minat, berempati dan hangat (dengarkan pasien),
mengerti hal-hal yang menjadi perhatian pasien, dan menolong pasien untuk
menetukkan arah. Medikasi juga dapat diberikan. (Tomb, 2004)
Indikasi psikoterapi suportif :
Secara umum psikoterapi suportif diindikasikan pada pada
pasien yang mana kontraindikasi terhadap psikoanalisi ataupun
psikoterapi insight-oriented psychoanalitic, mempunyai pertahanan
ego yang kurang.
Secara garis besar terapi ini diindikasikan terhadap :
a.

Seseorang yang dalam keadaan kritis dan kacau serta tidak


mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah,
yang menghasilkan kecemasan berat dan kebingungan (contoh,
orang yang mengalami kesedihan yang berat, kesakitan,
perceraian, atau kehilangan pekerjaan ataupun mereka yang
pernah menjadi korban kejahatan, penganiayaan, bencana alam,
ataupun kecelakaan).

b.

Pasien dengan penyakit yang berat dan kronik disertai dengan


kerapuhan ataupun kelemahan fungsi ego (contoh, mereka
dengan psikosis yang laten, gangguan impuls, gangguan
kepribadian berat).

c.

Pasien dengan defisit kognitif dan gejala-gejala fisik yang


membuat mereka menjadi lemah dan tidak cocok dilakukan
pendekatan insight-oriented (contoh, pasien psikosomatik).

d.

Pasien dengan toleransi kecemasan yang rendah dan kesulitan


mengendalikan frustasi.

e.

Pasien dengan kelemahan psikologi yang sesuai dengan fungsi


kognitifnya.

f.

Mereka yang kesulitan membedakan kenyataan luar dengan dari


dalam dirinya.

g.

Pasien yang mengalami gangguan berat dalam hubungan


interpersonal.

h.

Mereka yang mengalami kelemahan dalam mengontrol impuls


dan akhirnya mereka melakukan tindakan yang buruk.

i.

Pasien dengan intelegensia yang kurang dan kapasitas yang


lemah terhadap pengamatan dirinya sendiri.

j.

Pasien

yang

memiliki

keterbatasan

yang

berat

untuk

mengadakan hubungan terapeutik dengan terapis.


Syarat pemberian psikoterapi suportif :
a.

Pasien dengan taraf pendidikan yang tidak begitu tinggi.

b.

Gangguan bersifat sedang.

c.

Kepribadian premorbid pasien yang kuat disertai dengan adanya


pemulihan diri.

Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:

Ventilasi atau (psiko-) kataris


Persuasi atau bujukan (persuasion)
Sugesti
Penjaminan kembali ( reassurance)
Bimbingan dan penyuluhan
Terapi kerja
Hipno-terapi dan narkoterapi
Psikoterapi kelompok
Terapi prilaku
1.

Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi


hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan
kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang, karena ia lalu
dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini
dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati)
dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya
(menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-

2.

impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.


Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejalagejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan

sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya. Kritik diri sendiri


oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka
impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat
dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta
pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menganggu.
Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan
hilang.2 Hal ini dibantu dokter dengan sikap membangun,
mengubah dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskan
dari impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai hati
nurani. Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk
3.

akal bahwa gejalanya akan hilang.


Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran
pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa
gejala-gejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap
yang meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan
empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang
dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia
mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak
terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan
efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan
konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah
kecelakaan.2
Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi

kadang-kadang
juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi
tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar
dirinya. Jadi sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan
orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang
berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti.
Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan
bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya.
Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya
bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat
kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus

diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi


karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa
timbulnya gejala itu tidak logis.
4.

Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar


yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa
pasien mampu berfungsi secara adekuat (cukup, memadai). Dapat
juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan

5.

menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien.


Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus
(spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa)
pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang
cara mengadakan hubungan antar manusia, cara berkomunikasi,

6.

bekerja dan belajar, dan sebagainya.


Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk
wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih
baik, agar ia dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat
menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah

7.

pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi.


Kerja kasus sosial (social casework) secara

tradisional

didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh seorang yang


terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada seorang pasien
yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus.
Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak
(seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu
sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar
kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah
8.

situasi pada tingkat realistik (nyata).


Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada
pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam
hal itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak.

9.

Tabel 1. Indikasi untuk psikoterapi ekspresif dan suportif


Ekspresif (Berorientasi tilikan)
Motivasi kuat untuk mengerti

Suportif
Defek ego yang bermakna dengan sifat
jangka panjang

Penderitaan yang bermakna

Krisis hidup yang berat

Kemampuan beregresi untuk melayani ego


Toleransi terhadap frustasi

Toleransi frustasi yang buruk

Kemampuan untuk memiliki tilikan

Tilikan relatif lebih buruk

Tes realitas yang utuh

Tes realitas yang buruk

Hubungan objek (object relations) yang masih Hubungan objek yang terganggu parah
baik
Pengendalian impuls yang baik

Pengendalian impuls yang buruk

Kemampuan untuk bekerja

Intelegensia rendah

Kemampuan berpikir dalam hal analogi dan kemampuan


metafora

untuk

mengobservasi

diri

sendiri yang terbatas

Respon reflektif ketika dicoba untuk dilakukan Disfungsi kognitif dengan dasar kelainan
interpretasi

organik
Kemampuan yang lemah untuk membentuk
ikatan terapeutik

Sumber : Sadock, BJ dan Virginia Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis
of Psychiatry 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai