Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman yang semakin maju ini marak terjadinya kejahatan yang
disebabkan susahnya mencari pekerjaan dan banyaknya pengnangguran
di negeri ini. Ti n g k a t ke a m a n a n y a n g t i n g g i t i d a k s e l a l u
d i t a n d a i o l e h j u m l a h petugas kemanan yang banyak, namun terletak
pada security technology yang digunakan. Hal ini mengingat pelaku
pencurian dari waktu ke waktu semakin p i n t a r. B i l a p e t u g a s
ke a m a n a n b e r t a m b a h b a n y a k , t e t a p i p e l a ku p e n c u r i a n
semakin
pintar
menyamarkan
diri
beserta
barang
b a w a a n n y a , m a k a keberadaan petugas keamanan menjadi
tidak efektif lagi. Saat ini cara kerja p e l a ku ke j a h a t a n j u g a
s e m a k i n c a n g g i h d a n b e r l o m b a d e n g a n t e k n o l o g i kemanan itu
sendiri. Dengan penerapan teknologi loss prevention yang tepat,tidak
hanya tingkat kemanan yang meningkat, melainkan pengunjung
toko juga akan merasa lebih aman.
Kejahatan yang marak terjadi akhir-akhir ini yaitu perampokan
minimarket maupun ATM. Untuk itu pemilik toko harus lebih waspada lagi
agar tidak terjadi perampokan pada tokonya tersebut. Salah satu caranya
yaitu dengan memasang CCTV di minimarket tersebut, agar bisa
mengetahui pelaku perampokannya dan bisa cepat tertangkap pelaku
perampokannya.
Akhir-akhir ini musibah kebakaran sering kita jumpai di sekitar kita.
Mulai dari kebocoran tabung gas, percikan api, hubungan pendek arus
listrik, dan sebagainya. Kebanyakan orang pada umumya tidak menyadari
sumber kebakaran tersebut. Misalnya dari selang gas yang kurang
terawat, buangan punting rokok yang bukan pada tempatnya, penggunaan
percabangan stop kontak yang diluar dari standar, dan lain-lain. Dan
akhirnya ketika kebakaran terjadi, barulah mereka merasakan dampaknya
seperti kehilangan tempat tinggal, dokuen penting, dan bahkan dapat
memakan korban jiwa.
Dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
bidang Elektronika yang semakin lama mampu merambah ke berbagai
bidang keilmuan lainnya, maka dibuatlah alarm kebakaran yang mampu
mendeteksi sumber kebakaran pada saat dini. Jadi masyarakat dapat
bersiaga sebelum kebakaran itu terjadi. Tetapi yang paling penting adalah
selalu memperhatikan tempat-tempat yang sering menjadi sumber
kebakaran.
Untuk itu kita harus memasang pengaman untuk mencegah terjadinya
kebakaran yaitu fire alarm. Melihat dari permasalahan tersebut maka
1

penulis ingin membagi ilmu kepada pembaca tentang CCTV dan Fire Alarm
melalui makalah ini, agar pembaca lebih mengerti dan bisa dalam
pemasangannya maupun memperbaikinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latarbelakang tersebut, kita dapat merumuskan masalahmasalah yang akan di bahas sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari CCTV dan fire alarm system itu?
2. Jenis -jenis dari CCTV dan fire alarm
3. Bagaimana cara kerja dari CCTV dan fire alarm?
C. Tujuan Penulisan
Karena semakin maraknya kejahatan di masyarakat pada akhir-akhir
ini, terutama perampokan di minimarket maupun di mesin ATM.Selain itu
seringnya terjadinya kebakaran yang meresahkan masyarakat. Karena
masyarakat belum familiar dengan CCTV dan fire alarm, untuk itu penulis
ingin membagi ilmu ilmu kepada pembaca tentang CCTV dan Fire Alarm
melalui makalah ini, agar pembaca lebih mengerti dan bisa dalam
pemasangannya maupun memperbaikinya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari CCTV dan Fire Alarm
CCTV (Closed Circuit Television) merupakan sebuah perangkat kamera
video digital yang digunakan untuk mengirim sinyal ke layar monitor di
suatu ruang atau tempat tertentu. Hal tersebut memiliki tujuan untuk
dapat memantau situasi dan kondisi tempat tertentu, sehingga dapat
mencegah terjadinya kejahatan atau dapat dijadikan sebagai bukti tindak
kejahatan yang
telah terjadi. Pada umumnya CCTV seringkali digunakan untuk mengawasi
area publik seperti : Bank, Hotel, Bandara Udara, Gudang Militer, Pabrik
maupun Pergudangan.
Pada sistem konvensional dengan VCR (Video Cassete Recorder), awalnya
gambar dari kamera CCTV hanya dikirim melalui kabel ke sebuah
ruang monitor tertentu dan dibutuhkan pengawasan secara langsung oleh
operator/petugas keamanan dengan resolusi gambar yang masih rendah
yaitu 1 image per 12,8 seconds. Namun seiring dengan perkembanga
teknologi yang sangat pesat seperti saat ini, banyak kamera CCTV yang
telah menggunakan sistem teknologi yang modern. Sistem kamera CCTV
digital saat ini dapat dioperasikan maupun dikontrol melalui Personal
Computer atau Telephone genggam, serta dapat dimonitor dari mana saja
dan kapan saja selama ada komunikasi dengan internet maupun akses
GPRS.
Pengenalan Sistem CCTV
Untuk membuat sebuah sistem CCTV sederhana terlebih dahulu anda harus mengetahui
peralatan alat atau material yang digunakan dalam instalasi tersebut. Berikut ini peralatan atau
material yang diperlukan :
1. BNC (Bayonet Neill Concelman) connector adalah tipe konektor RF yang pada umumnya
dipasang pada ujung kabel coaxial, sebagai penghubung
dengan kamera CCTV dan alat perekam (DVR) maupun secara langsung ke monitor CCTV.

Konektor BNC
2. Kabel Coaxial merupakan sebuah jenis kabel yang biasa digunakan untuk mengirimkan
sinyal video dari kamera CCTV ke monitor. Ada beberapa
tipe kabel coaxial yaitu : RG-59, RG-6 dan RG-11. Penggolongannya berdasarkan diameter
kabel dan jarak maksimum yang direkomendasikan
untuk instalasi kabel tersebut. Lihat tabel dibawah

Gambar Penampang kabel Coaxial


3. Peralatan untuk Crimp kabel coaxial digunakan sebagai alat bantu untuk memasang
konektor BNC pada kabel coaxial.
4

Tang Crimping
4. Kabel Power digunakan untuk memasok tegangan AC (searah) 220 V ke adaptor atau
power supply kamera CCTV. Biasanya tipe kabel power yang
digunakan adalah NYA (21,5mm) maupun NYM (32,5mm). Instalasi kabel power ini
sebaiknya juga menggunakan pipa high impact conduit.
4. Adaptor dan power supply merupakan perangkat yang menyuplai tegangan kerja ke
kamera CCTV, pada umumnya tegangan yang digunakan yaitu 12 Volt DC. Namun
adapula yang menggunakan tegangan 24 Volt (AC) maupun 24 Volt (DC). Hal ini
tergantung pada jenis atau tipe kamera yang
digunakan.
3. Kamera CCTV dapat dibedakan menjadi beberapa type yaitu kamera Fixed Dome,
kamera IP, kamera wireless dan kamera PTZ (Pan/Tilt/zoom).
Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran anda. Jika anda membutuhkan sebuah
kamera yang perlu diperhatikan adalah mempelajari
spesifikasi kamera CCTV sebelum membeli. Biasanya spesifikasi yang diberikan berupa
format lensa CCD (Charge Coupled Device) yang memiliki ukuran tipikal (1/2, 1/3dan
1/4), TV Lines yang berkaitan dengan resolusi gambar, LUX yang berkaitan dengan
kesensitifan kamera terhadap cahaya,
Varifocal lens yang berkaitan dengan pegaturan sudut/jarak pandang kamera dan bisa
diatur secara manual, indoor, outdoor, dan lain-lain.

Jenis Kamera CCTV

4. DVR (Digital Video Recorder) adalah sebuah media penyimpan hasil rekaman video yang
telah terpantau oleh kamera CCTV. Besar kecilnya
kapasitas penyimpanan hasil rekaman tergantung pada harddisk yang terpasang (pada
umumnya 160 Gygabyte, namun adapula yang diupgrade hingga 1 Terabyte). Hasil rekaman
video tersebut ada yang berformat QCIF, MPEG-4 dan avi. Dan biasanya input DVR terdiri
dari 4, 8, 16 dan 32 channel kamera.

Gambar DVR

5. Monitor CCTV ada yang masih menggunakan tabung CRT dan adapula yang menggunakan
LCD. Monitor tersebut dapat menampilkan keseluruhan
gambar dari kamera sesuai inputan ke DVR maupun Multiplexser. Tampilan kamera-kamera
dapat dilihat pada monitor dengan pembagian yang berbeda
(satu tampilan kamera, matrik 22, matrik 33 dan matrik 44).

Gambar Monitor CCTV


Setelah anda mengetahui peralatan atau material yang telah disebutkan, di bawah ini
merupakan gambaran sistemnya.

Gambar Sistem CCTV


Sistem pengindera api atau yang umum dikenal dengan fire alarm system adalah suatu
sistem terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk mendeteksi adanya GEJALA kebakaran,
untuk kemudian memberi peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindak lanjuti
secara otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam kebakaran (fire fighting
System).

Peralatan utama yang menjadi pengendali sistem ini disebut Main Control Fire Alarm
(MCFA) atau Fire Alarm Control Panel (FACP) yang berfungsi menerima sinyal masukan
(input signal) semua detektor dan komponen pendeteksi lainnya, untuk kemudian memberikan
sinyal keluaran (output signal) melalui komponen keluaran sesuai dengan setting yang telah
diterap kan.
Dalam parktek, dikenal 3 sistem pendeteksian dan pengendalian, yaitu :
1. Non addressable system :
Sistem ini disebut juga dengan conventional sistem. Pada sistem ini MCFA menerima sinyal
masukan langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa
pengalamatan dan langsung memerintahkan komponen keluaran untuk merespon masukan
tersebut. Sistem ini umumnya digunakan pada bangunan/area supervisi berskala kecil, seperti
perumahan, pertokoan atau pada ruangan-ruangan tertentu pada suatu bangunan yang
diamankan.
2. Semi addressable system :
Pada sistem ini dilakukan pengelompokan/zoning pada detektor & alat penerima masukan
berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing-masing zona ini dikendalikan (baik
input maupun output) oleh zone controller yang mempunyai alamat/address yg spesifik. Pada
saat detektor atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan
meresponnya (I/O) berdasarkan zone controller yg mengumpankannya. Dalam konstruksinya
tiap zona dapat terdiri dari :
a. satu lantai dalam sebuah bangunan / gedung
b. beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah bangunan / gedung
c. beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tai di sebuah bangunan / gedung
Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjadi gejala kebakaran, sehingga dengan
demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada zona tersebut.
3. Full addressable system :
Merupakan pengembangan dari sistem semi addressable. Pada sistem ini semua detector dan
alat pemberi masukan mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan
evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebakaran.

B. Jenis-jenis dari CCTV dan Fire Alarm


Kamera CCTV dapat dibedakan berdasarkan jenis output, lokasi penempatan, waktu
penggunaan, mekanisme control, dan resolusi. Mengacu pada jenis output, Kamera CCTV
dapat digolongkan menjadi Analog dan Digital.

Camera CCTV Analog yaitu kamera yang mengirimkan continuous streaming video
melalui Kabel Coaxial

Camera CCTV Digital yaitu kamera yang mengirimkan discrete streaming video
melalui Kabel UTP. Camera CCTV Digital umumnya dilengkapi dengan IP Address
sehingga sering pula dikenal sebagai IP (Network) Camera. Dengan adanya IP, kamera
bisa dapat langsung diakses melalui jaringan LAN/WAN tanpa harus menggunakan
tambahan converter.

Berdasarkan lokasi penempatan, Kamera CCTV dapat dibedakan menjadi indoor dan
outdoor camera.

Indoor Camera adalah kamera yang ditempatkan di dalam gedung, umumnya berupa
Dome (Ceiling) Camera, Standard Box Camera.

Outdoor Camera adalah kamera yang ditempatkan di luar gedung dan memiliki casing
yang dapat melindungi kamera terhadap hujan, debu, maupun temperatur yang extreme.
Umumnya berupa Bullets camera yang telah dilengkapi dengan Infra Red Led (Infra Red
Kamera). Disamping outdoor camera, standard box camera juga sering kali ditempatkan
di luar dengan menggunakan tambahan Outdoor Housing.

Waktu Penggunaan merupakan faktor yang penting diperhatikan saat memilih Kamera
CCTV. Kemampuan Kamera CCTV untuk dapat menangkap gambar pada pencahayaan
minimum dinyatakan sebagai minimum lux, yaitu minimum satuan cahaya (lux) yang
diperlukan Kamera CCTV agar dapat menangkap obyek. Secara umum terdapat 2 jenis
kamera cctv berdasarkan waktu penggunaan (minimum lux):

Standard Day Camera CCTV yaitu kamera yang digunakan untuk memonitor ruang
yang memiliki tingkat penerangan cukup baik secara konsisten (di atas 0.5 lux)

Day-Night Camera CCTV yaitu kamera yang digunakan untuk memonitor ruang yang
memiliki tingkat penerangan kurang (di bawah 0.5 lux terus menerus ataupun sebagian
waktu)

Mekanisme control pada kamera cctv memungkinkan pengguna menggerakkan sudut


pandang kamera secara vertical, horizontal, maupun mengatur jarak pandang (focus).
Berdasarkan mekanisme kontrol ini kamera dapat dibagi menjadi:

Motorized Camera CCTV yaitu kamera yang dilengkapi dengan motor untuk
menggerakan sudut pandang ataupun focus secara remote. Motorized kamera meliputi
beberapa jenis kamera seperti: zoom camera dan speed dome camera

Fixed Camera CCTV yaitu kamera yang sudut pandang dan fokusnya harus disetting
secara manual pada saat instalasi.

Faktor lain yang juga sangat penting dalam menentukan kamera cctv adalah resolusi
kamera. Resolusi ini dinyatakan dalam jumlah TV Lines (TVL), semakin besar jumlah TVL
maka akan semakin tinggi resolusi kamera yang bersangkutan. Kamera yang memiliki
resolusi yang semakin tinggi akan menghasilkan gambar yang semakin tajam. Namun kamera
beresolusi tinggi juga membutuhkan monitor dengan resolusi tinggi untuk dapat menampilkan
gambar yang ditangkap oleh kamera secara utuh. Berdasarkan resolusinya kamera dapat
dibedakan menjadi 3 jenis:

High Resolution: kamera yang memiliki resolusi di atas 480 TVL

Standard Resolution: kamera yang memiliki resolusi 380 480 TVL

Low Resolution: kamera yang memiliki resolusi dibawah 380 TVL

Semua faktor tersebut di atas akan mempengaruhi jenis kamera cctv secara fungsional, di
samping faktor di atas terdapat pula faktor lain yang juga sangat mempengaruhi kualitas
Kamera CCTV seperti Jenis Images Sensor dan Jenis Arsitektur Chipset. Jenis Image
Sensor yang banyak digunakan saat ini adalah CCD dan CMOS, sedangkan jenis arsitektur
chipset yang banyak digunakan pada Kamera CCTV adalah chipset Sony, Sharp, dan
Panasonic.

Terdapat banyak jenis kamera CCTV dengan berbagai merk dan variasi,
namun secara umum, terdapat 3 jenis kamera CCTV, yaitu:
1.Box

Camera

Kamera jenis ini ocok untuk dipasang di rumah, kantor,


a t a u p e r t o ko a n . K a m e r a C C T V i n i b e r f u n g s i s e b a g a i alat
monitor ruangan atau gedung yang dapat direkam. J e n i s
k a m e r a n y a a d a y a n g fix ( t e t a p ) a t a u remove (bergerak)
tergantung fokus obyek yang akan diambil seberapa jauh.
2.Speed Dome Camera

10

Speed Dome Camera c o c o k u n t u k r u a n g a n outdoor,


a t a u r u a n g a n g e d u n g y a n g l u a s t e t a p i t i d a k b a n y a k dipenuhi
barang, seperti bank, sekuritas dan sebagainya.
K a m e r a i n i m e m i l i k i l e n s a y a n g fl e k s i b e l
u n t u k pencahayaan pada siang maupun malam hari.
3.Wireless and Non Wireless IP Camera

IP security cameras dapat di sambung


l a n g s u n g k e modem/switch/router d e n g a n k a b e l a t a u
n i r k a b e l ( wireless ) . I P k a m e r a k a m i m e m i l i k i v i d e o
server s e h i n g g a d a p a t l a n g s u n g d i l i h a t m e l a l u i
ko m p u t e r / i n t e r n e t . Ti d a k p e r l u DVR atau v i d e o c a p t u re c a rd
u n t u k m e l i h a t l a n g s u n g a t a u h a s i l re k a m a n . D e n g a n k a m e r a
i n i p e n g g u n a d a p a t j u g a m e l i h a t r e k a m a n melalui PDA atau
handphone
Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu:
1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.
Sistem Konvensional: yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke
detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1.5mm atau NYMHY
2x1.5mm yang ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup
kritis kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama
untuk kabel-kabel yang menuju ke Panel dan sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi
dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-Wire Type. Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire
seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.

11

Pada 2-Wire Type nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-). Kabel ini
dihubungkan dengan Panel Fire Alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga. Hubungan antar
detector satu dengan lainnya dilakukan secara PARALEL dengan syarat TIDAK BOLEH BERCABANG
yang berarti harus ada titik AWAL dan ada titik AKHIR. Perhatikan Gambar di atas.

Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik inilah detector fire
terakhir dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop). Pada detector terakhir ini
dipasang satu buah EOL Resistor atau EOL Capacitor. Jadi yang benar adalah EOL Resistor ini
dipasang di UJUNG loop, BUKAN di dalam Control Panel dan jumlahnyapun hanya satu EOL Resistor
pada setiap loop. Oleh sebab itu bisa dikatakan 1 Loop = 1 Zone yang ditutup dengan Resistor
End of Line (EOL Resistor).

Adapun tentang istilah konvensional, maka istilah ini untuk membedakannya dengan sistem
Addressable. Pada sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik biasa, tidak
mengirimkan ID Alamat yang khusus.

3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap detector memiliki output masing-masing
yang berupa lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar hotel dan rumah sakit. Sebuah
lampu indicator -yang disebut Remote Indicating Lamp- dipasang di atas pintu bagian luar setiap
kamar dan akan menyala pada saat detector mendeteksi. Dengan begitu, maka lokasi kebakaran

12

dapat diketahui orang luar melalui nyala lampu. Wiring diagram serta bentuk lampu indicatornya
adalah seperti ini:

4-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan Smoke Detector 12V agar bisa dihubungkan
dengan Panel Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah menggunakan sumber 12VDC untuk
menyuplai tegangan ke sensor yang salah satunya bisa berupa Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di
sini, ada 2 kabel yang dipakai sebagai supply +12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO
- C yang dihubungkan dengan terminal bertanda ZONE dan COM pada panel alarm. Selain itu tipe 4wire ini bisa juga dipakai apabila ada satu atau beberapa Detector "ditugaskan" untuk men-trigger
peralatan lain saat terjadi kebakaran, seperti: mematikan saklar mesin pabrik, menghidupkan mesin
pompa air, mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler system atau releasing agent) dan
sebagainya. Biasanya detector 4-wire memiliki rentang tegangan antara 12VDC sampai dengan
24VDC.
Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung bertingkat,
semisal hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan sistem
konvensional adalah dalam hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat
sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui dengan
pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem
konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan
detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan
terkadang lebih.
Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang disebut
dengan Monitor Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu, sehingga diperoleh sistem
yang benar-benar addressable (istilahnya fully addressable). Sedangkan addressable detector adalah
detector konvensional yang memiliki module yang built-in. Apabila detector konvensional akan
dijadikan addressable, maka dia harus dihubungkan dulu ke monitor module yang terpisah seperti
pada contoh di bawah ini:

13

Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch, alamat module detector dapat ditentukan
secara berurutan, misalnya dari 001 sampai dengan 127.

Satu hal yang menyebabkan sistem addressable ini "kalah pemasangannya" dibandingkan dengan
sistem konvensional adalah masalah harga. Lebih-lebih jika menerapkan fully addressable dimana
jumlah module adalah sama dengan jumlah keseluruhan detector, maka cost-nya lumayan mahal.
Sebagai "jalan tengah" ditempuh cara "semi-addressable", yaitu panel dan jaringannya menggunakan
Addressable, hanya saja satu module melayani beberapa detector konvensional.

Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C, melainkan yang ada adalah
terminal Loop. Dalam satu tarikan loop bisa dipasang sampai dengan 125 - 127 module. Apa artinya?
Artinya jumlah detector-nya bisa sampai 127 titik alias 127 zone fully addressable hanya dalam satu
tarikan saja. Jadi untuk model panel addressable berkapasitas 1-Loop sudah bisa menampung 127 titik
detector (=127 zone). Jenis panel addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module atau
sama dengan 254 zone dan seterusnya.
Jenis-jenis Detector F

1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector


Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak digunakan
saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk
ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30m2.
Ketinggian pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector
ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa
hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm
bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain. ROR
sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik
dan lainnya.

14

Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi
panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada panel alarm
rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang pada
panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab
tidak memiliki plus-minus. Sedangkan sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).

2. Fix Temperature
Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature
baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada
area yang lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang genset, basement, dapurdapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu
dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja
sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada
ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 - 8m). Seperti halnya ROR, kabel
yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung
pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).

3. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang kian
lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas
kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka
rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka Smoke
memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel Fire bersamaan dengan
sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja. Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka
tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara sinyalnya disalurkan pada
dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m.

15

Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area mana
kita menempatkan Heat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek,
maka kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum
patokannya adalah:
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas
ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet, gudang
spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang
beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makananminuman (mamin) dan sejenisnya.
Jenis Smoke Detector:
Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan unsur
radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).
Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan pembiasan cahaya
lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan kepadatan tertentu.
Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming fires), tetapi
jenis ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh karenanya lebih
cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur.
Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil, sehingga cocok
untuk di hallway (lorong) dan tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan terhadap false alarm dan
karenanya boleh diletakkan di dekat dapur.

4. Flame Detector
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala
api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang
tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).
Aplikasi yang disarankan:
-Rumah yang memiliki plafon tinggi: aula, gudang, galeri.
-Tempat yang mudah terbakar: gudang kimia, pompa bensin, pabrik, ruangan mesin, ruang panel
listrik.
-Ruang komputer, lorong-lorong dan sebagainya.
Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury,
lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang sering terjadi percikan
api (spark), seperti di bengkel-bengkel las atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam
percobaan singkat, detector ini menunjukkan performa yang sangat bagus. Respon detector terbilang
cepat saat korek api dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian
dan area publik harus sedikit dicermati. Jangan sampai orang yang hanya menyalakan pemantik api

16

(lighter) di bawah detector dianggap sebagai kebakaran. Bisa juga dipasang di ruang bebas merokok
(No Smoking Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu saja sebagai peringatan bagi
orang yang "membandel".

5. Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di rumah tinggal.
Alat ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu:
-LPG (El-pi-ji) : Liquefied Petroleum Gas.
-LNG (El-en-ji): Liquefied Natural Gas.
Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah. Perbedaan LPG
dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun
mendekati lantai (tidak terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika
terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan
posisi detector sebagaimana ilustrasi di bawah ini:

Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah
detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang turun akan
masuk ke dalam ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber
kebocoran tidak melebihi dari 4m.
Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah
plafon dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas

17

ini akan naik ke udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak
melebihi 8m.

C. Cara kerja dari CCTV dan Fire Alarm


Bagaimana kamera CCTV difungsikan sebagai sensor posisi atau sensor jarak.
a. Akusisi Citra
Dalam proses akusisi citra dikenal dengan trigger (picu), frame, log, start dan stop. Start adalah
mulai gambar atau kamera berjalan dalam display, untuk ini hanya memerlukan monitor. Trigger
adalah picu saat kapan frame mulai masuk kedalam memori. Frame masuk ke dalam memori bisa
disetting. Dalam gambar.1 menunjukkan frame yang diakusisi adalah 3 frame tiap trigger. Trigger
ini bisa diatur pengulangan picu dalam video stream. Log adalah banyaknya frame yang masuk
dalam memori.
b. Pengolahan gambar Morphologi
Morpologi adalah satu teknik pengolahan citra yang berdasakan pada bentuk obyek. Nilai dari tiap
piksel pada citra keluaran berasal dari operasi perbandingan suatu piksel dengan piksel-piksel
disekitarnya (neighbors) pada citra masukan. Operasi perbandingan ini bergantung pada suatu
struktur elemen. Struktur elemen adalah matrik yang digunakan untuk memberikan suatu tanda
pada piksel-piksel di sekitar piksel asal (origin) dengan suatu bentuk dan ukuran tertentu. Matrik
ini mempunyai bentuk dan ukuran yang bebas dan mempunyai nilai 1 dan 0. Operasi morphologi
dapat dibagi menjadi dua operasi dasar, yaitu Erosi dan Dilasi.
c. Dilasi
Dilasi yang sederhana adalah proses penambahan area suatu obyek dengan menghasilkan satu
piksel disekeliling obyek tersebut. Proses ini menghasilkan area yang lebih besar dari obyek
tersebut. Proses Dilasi dapat dinyatakan sebagai berikut :
E = B S = {x,y|Sxy B }
E adalah Citra Output. B adalah obyek dan S adalah Struktur elemen. Citra keluaran didapat dari
piksel asal / origin nilainya bertambah atau menjadi satu(jika nilainya satu maka nilainya akan
tetap satu) jika ada piksel tetangga (neighbors) sesuai dengan struktur elemen. Gambar 2
menggambarkan proses dilasi
d. Segmentasi
Segmentasi adalah suatu proses untuk memisahkan sejumlah objek dalam suatu citra dari latar
belakangnya. Proses segmentasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua buah pendekatan
sebagai berikut :
Metode berdasarkan tepi (edgebased)
Metode ini berbasiskan perbedaan atau perubahan mendadak nilai intensitas suatu piksel terhadap
piksel tetangganya.
Metode berdasarkan daerah (region-based)
Ada berbagai macam model alarm krbakaran hari ini dari alarm yang paling sederhana
sampai yang canggih sekali , namun secara fungsi sama sensor bekerja sebagai pengintai
18

terjadinya potensi kebakaran dan pemicu atau sensornya macam macam , ada yang
mendeteksi asap yang biasa kita sebut smoke detector, ada yang merespon terhadap panas
yang biasa disebut heat detector atau ada yang disebut flame detector yaitu sensor nyala api ,
yang terbaru adalah gas detektor yaitu sensor yang mengendus gas LPG yang mudah terbakar,
dan sangat marak di indonesia pada waktu awal konversi minyak tanah ke gas karena banyak
terjadi kebakaran akibat kurang pahamnya penggunaan gas 3Kg
cara kerja alarm kebakaran tadi adalah merespon terhadap panggilan dari sensor sensor yang
disebutkan diatas tadi , sensor sensor tersebut di tempatkan di tempat tempat yang potensi
pemicu kebakaran palinng memungkinkan terjadi dan disesuaikan dengan jenis sensornya,
misal heat detecctor di taruh druang arsip karena tidak umum kalau asap mengebul diruang
arsip dan bila terjadi yang kelihatan dulu adalah asap bukan api karena banyak kertas disana
jadi sensor smoke detector tepat di gunakan di ruangan arsip.
Setelah sensor mendapati bahwa diruangan tersebut terindikasi adanya kebakaran , maka
sensor mengirim sinyal ke alarm utama untuk memberikan sinyal ke user , bentuknya apa ?
bisa berbagai macam bentuk , bisa audio jadi begitu sensor aktif maka panel alarm akan
membunyikan sirene agar orang dapat mendengar ada bahaya kebakaran , biasanya di pabrik
pabrik bunyi sirene kebakaran di bedakan dari sirene yang biasa dipakai di keseharian atau
bentuk sinyal lainnya adalah visual bisa berbentuk lampu, atau lampu ambulan sehingga bagi
mereka yang dari sisi audio tidak terlalu terdengar sinya bahayanya bisa melihat lampu tanda
bahaya kebakaran sehingga bisa melakukan antisipasi segera , cara kerja alarm kebakaran
ini sudah biasa ada di pabrik pabrik atau gedung gedung karena memang prasyarat yang
ditetapka oleh pemerintah untuk menjaga keselamatan dari penghuninya

19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan CCTV
adalah sebuah perangkat kamera video digital yang digunakan untuk mengirim sinyal ke
layar monitor di suatu ruang atau tempat tertentu. Hal tersebut memiliki tujuan untuk dapat
memantau situasi dan kondisi tempat tertentu, sehingga dapat mencegah terjadinya kejahatan
atau dapat dijadikan sebagai bukti tindak kejahatan yang telah terjadi.
Dan yang dimaksud dengan fire alarm adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain dan
dibangun untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberi peringatan
(warning) dalam sistem evakuasi dan ditindak lanjuti secara otomatis maupun manual dengan
sistem instalasi pemadam kebakaran (fire fighting System).

B. Saran
Untuk lebih bisa mengetahui dalam pemasangan CCTV dan fire alarm kita harus
mengetahui cara pemasangannya. Dalam makalah ini belum di jelaskan tentang cara
pemasangannya, maka pembaca agar bisa mencarinya sendiri jika ingin tahu lebih jelasnya.

DAFTAR PUSTAKA
20

-http://www.google.co.id/search?q=CCTV+-+About+CCTV&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=com.yahoo:id:official&client=firefox
-http://www.google.co.id/search?q=Sistem-CCTV&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=com.yahoo:id:official&client=firefox
- http://www.google.co.id/search?q=tentang-fire-alarm-sistem&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=com.yahoo:id:official&client=firefox
- http://www.google.co.id/search?q=Prinsip+Kerja+Dari+CCTV+_+Machine+Repair&ie=utf8&oe=utf-8&aq=t&rls=com.yahoo:id:official&client=firefox

21

Anda mungkin juga menyukai